BAB
11
SAYAP
PERTAMA: VOLUME BERLEBIHAN - DAN KISAH SEORANG PRIA KESEPIAN YANG PERNAH
MENJADI PROTAGONIS
Hari
berikutnya. Sabtu pagi, waktu hampir menunjukkan pukul delapan tepat.
Kami
semua berkumpul di area parkir St. Chronica Academy.
Maksudnya,
empat anggota Dewan OSIS, serta anggota Neighbor’s Club dan aku. Hanya Sena
yang belum tiba.
Yozora
dan yang lainnya, yang biasanya begitu terbuka ketika di ruang klub, kini hanya
bisa terdiam dan gugup. Yozora melipat tangannya dan bersandar di dinding. Entah
kenapa, Kobato ikut berpose di dekatnya. Dan Maria berputar-putar dengan riang
di sekitar mereka.
Agak
terpisah dari yang lain, Rika duduk sendiri dan memasang ekspresi melankolis di
wajahnya. Seseorang yang berdiri sedikit lebih jauh lagi adalah Yukimura,
dengan ekspresi seperti biasa.
Semua
orang yang hadir memakai pakaian biasa, Yozora mengenakan jersey hitamnya yang
terkesan tidak populer (aku kira, dia tampak sedikit lebih gemuk dari biasanya
karena ia mengenakan beberapa pakaian ekstra di balik jersey-nya untuk
melindungi tubuh dari hawa dingin), Kobato mengenakan gaun dengan jubah, dan
Maria mengenakan mantel wol putih.
Rika
mengenakan celana dengan sepatu berbulu, mantel bawah, serpihan tebal, dan
sarung telinga pada kepalanya.
"Aku
melihatmu bagai mengenakan suatu armor yang tebal."
Aku
menyuarakan pikiranku terhadapnya, dan Rika membalasnya dengan sangat serius,
"Kami akan pergi ke gunung bersalju, kau tahu? Ini bukan waktunya untuk
kekuatan gadis!"
Tapi
apapun itu, dia terlihat imut dengan pakaian yang dikenakannya saat ini.
Yukimura
mengenakan rok mini, sepatu lama, dan kardigan, penampilannya juga tampak imut.
Di sisi lain, tangannya tampak dingin, itu membuatnya terlihat lebih manis.
Ketika Rika melihat pakaian Yukimura, dia berkata dengan bingung,
"Yukimura-kun, apakah kau ingin mati ?!"
Pada
perjalanan ini, rencananya hanyalah bersantai di hotel, sehingga tidak perlu
pergi keluar, yaitu ke lingkungan yang begitu dingin. Dan tentu saja, tidak ada
rencana untuk pergi ke pegunungan.
Di
sisi dewan OSIS, Aoi sedang melirik-lirik dengan gugup sembari berdiri di
tempat yang agak jauh dari Neighbor’s Club. Karin sedang bengong dan terlihat
mengantuk. Yang terakhir, Hinata-san dan Akane-san sedang mengobrol satu sama
lain.
Aoi,
seperti Yukimura, mengenakan Rok mini - meskipun cuacanya begitu dingin. Itu
menunjukkan semangat juangnya untuk menjadi wanita sejati.
Karin
mengenakan mantel panjang dan memiliki salib yang tergantung di beberapa bagian
tubuhnya, seperti biasa.
Akane-san
mengenakan celana jeans dengan blouson dan syal. Itu tampak sederhana, tetapi
juga terlihat modis.
Hinata-san
mengenakan jersey sekolah biasa... Yah, itu hanya jersey. Jadi dia juga suka
mengenakan jersey...
"Aku
minta maaf karena jadi seperti ini, mereka semua tiba-tiba bersikeras ingin
ikut bersama kita..."
Aku
mendekati anggota dewan osis dan meminta maaf.
Ketika
Yozora menyatakan bahwa mereka akan datang secara terpisah dari tour kami,
waktunya hanya tersisa satu hari. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa mereka
melakukan hal seperti itu, tapi Sena berbicara dengan Pegasus-san dan dia
membuat semuanya bisa terjadi. Itulah kekuatan Ketua. Betapa menakutkan.
Seperti
itulah yang terjadi, sehingga semua anggota bisa berada di sini ... Ini mirip
dengan apa yang terjadi pada kamp pelatihan dan taman hiburan, kelincahan
mereka sungguh luar biasa dalam hal-hal spontan seperti ini. Tidak berlebihan
bila aku berkata bahwa mereka bisa mengumpulkan begitu banyak partisipan hanya
dalam waktu yang singkat.
"Ini
tentu saja mengejutkanku, aku harus berkata demikian. Tapi suasananya jadi
semakin meriah, tidakkah itu bagus? "
Akane-san
mengatakan itu dan tertawa dengan cara yang menyegarkan.
"Y-Ya,
memang. Seperti yang kau katakan. "
Di
sisi lain, Hinata-san tampak cukup bingung.
Biasanya,
dia adalah sosok gadis yang tegas – mengesampingkan 3 gadis lainnya - aku kira,
dia akan tertawa terbahak-bahak saat melihat situasi seperti ini. Namun, reaksi
ini mengejutkanku.
"Apakah
ada yang salah?"
"T-Tidak
juga, tidak ada yang salah! Hanya saja ... "
Hinata-san
menggeser pandangannya ke tempat Yozora, Kobato, dan Maria berada.
Seorang
anak kecil berumur 10 tahun. Aku kira, fakta bahwa anak di bawah umur ikut
dalam tour semacam ini adalah suatu hal yang cukup mencengangkan.
"Aku
akan mengurus anak-anak itu, jadi jangan khawatir." Kataku.
"Anak-anak?
Ah, bukan itu."
Hinata-san
memasang wajah bingung sebentar.
"Jika
bukan dua anak kecil itu, maka... apakah maksudmu Yozora? Ah, gadis ber-jersey
hitam-hitam itu adalah ketua klub kami, Mikadzuki Yozora. "
"Ya,
aku tahu."
Sekali
lagi, Hinata-san melirik ke arah Yozora dengan cepat.
Kebetulan,
Yozora juga sedang melirik ke arah sini, jadi pandangan mereka bertemu. Pada
saat itu, Yozora membengkokkan bibirnya dan mengungkapkan giginya.
Hinata-san
menyebut Yozora 'normalfag'
(eksistensi yang berdiri di atas semua manusia yang dipenuhi dengan kehidupan
nyata) dan dia tampaknya membenci Yozora secara sepihak, tapi aku menemukan
fakta bahwa dia membenci seseorang dari kelas yang lebih tinggi darinya. Dia
bahkan tidak tahu bahwa Yozora tidak sama dengannya.
"Mungkinkah
kau sudah berkenalan dengan Yozora, Hinata-san?"
"...
Ya."
Hinata-san
mengangguk secara aneh dan ragu-ragu.
"Yozora
mengatakan bahwa dia tidak berbicara dengan presiden sebelumnya."
"...
Jadi dia bahkan mengatakan itu."
Ekspresi
Hinata-san menjadi gelap.
"Tapi
itu benar. Aku tidak pernah berbicara dengan 'Mikadzuki Yozora'
sebelumnya."
"...?
Apa maksudmu? "
Tidak
tahu apa yang dia bicarakan, aku memiringkan leherku.
"...
Aku mengatakan bahwa nama Yozora dulu adalah 'Hidaka'."
"Nama
Yozora dulu ...? Adalah 'Hidaka'...?! "
Melihat
aku terkejut setelah mendengar kata-katanya, Hidaka Hinata-san tersenyum pahit
dan berkata:
"Yozora
adalah adik kecilku."
"Adik
kecil—"
"T-Tampaknya
kendaraan kita telah tiba."
Pada
saat aku ingin menyelidiki masalah ini lebih lanjut, mini bus telah memasuki
tempat parkir.
Sena
duduk di samping pak sopir.
Dan
pak sopirnya adalah...
"Pegasus-san?!"
Tidak
lain dan tidak bukan, dia adalah ketua Saint Chronica Academy, Kashiwazaki
Pegasus-san.
☺
"Lama
tidak bertemu ya, Kodaka-kun?"
"I-Iya..."
Sementara
itu, entah kenapa, aku duduk di sampingnya, bukannya Sena, Pegasus-san terus
berbicara dengan riang selama perjalanan, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa
selain membalas dengan wajah kaku.
Di
bus tersebut terdapat 14 kursi termasuk pengemudi. Empat di paling belakang,
Yozora, Kobato, Maria, dan Sena ada di sana.
Ada
satu orang di samping mereka, yaitu Rika.
Hanya
Karin yang duduk di barisan depan bangku dua baris tersebut. Dan terakhir,
barisan yang tepat di belakang Pegasus-san dan aku, adalah Akane-san dan
Hinata-san.
"Maaf,
tapi... mengapa kau jadi sopir, Ketua? Aku mendengar bahwa orang yang akan
mengantar kami adalah pengawas dewan OSIS... "
"A-Aku
paham, haha ..."
Melihat
ketua tertawa, aku memutuskan untuk tertawa bersama-sama untuk saat ini.
Tujuan
kami adalah hotel dekat tempat ski, terletak di prefektur sebelah. Jadi,
sepertinya waktu untuk mencapai tempat itu adalah sekitar empat jam.
Empat
... jam ... penuh...
Dan
karena aku duduk di sebelah Pegasus-san, aku sulit berbicara dengan teman
lainnya.
Dan
karena aku tidak berbicara dengannya sejak sebulan yang lalu, yaitu ketika aku
terlibat kesalahpahaman dengan Sena, aku merasa lebih canggung berbicara
dengannya.
Jika
setidaknya Rika berada di kursi belakangku, maka tidak akan ada masalah. Tapi
sepertinya dia juga tidak terlalu suka berinteraksi dengan Pegasus-san. Ketika
naik bus, Pegasus-san mendekatinya dengan riang, 'Shiguma-kun, aku harap kau
sehat-sehat saja! " dan Rika pun menjawab dengan canggung, 'Y-Ya, terima
kasih," sambil membungkuk sedikit dan segera pergi untuk menyembunyikan
dirinya di belakang bus.
Para
anggota OSIS juga hadir bersama kita, jadi aku pikir, mereka mungkin memiliki
semacam hiburan selama perjalanan. Tapi dengan adanya enam orang tambahan yang
datang bersama – dan juga karena kehadiran ketua akademi – mungkin ini adalah
situasi di luar kendali mereka, dan mereka tidak mempersiapkan sesuatu untuk
menghadapi kebetulan yang tak terduga ini.
Ketika
aku melihat kebelakang melalui cermin, aku bisa melihat Akane-san dan
Hinata-san sedang membahas apa yang tertulis di kertas cetakannya. Aku bisa
mengatakan bahwa kemungkinan besar, itu adalah pekerjaan OSIS. Mengingat,
mereka mempunyai sejumlah besar pekerjaan yang menumpuk setelah Natal dua pekan
lalu, mereka mungkin tidak benar-benar memiliki waktu untuk pergi bertamasya
seperti ini. Jadi agar tidak membuang waktu, mereka memaksakan diri untuk
menggarap sebagian besar pekerjaan itu sekarang juga, sehingga bisa bermain
ketika sampai di tujuan nanti ... Mungkin itu adalah hal normal yang dilakukan
kebanyakan orang.
Dua
orang duduk sendiri, Karin dan Rika, keduanya tampak memandang ke luar jendela
sambil mendengarkan musik, suasana yang mereka hadirkan mirip seperti siswa
yang diasingkan dalam suatu study tour. Aku juga pernah merasakan pengalaman
semacam itu, tapi tetap saja, melihat mereka dalam keadaan seperti itu
membuatku ikut merasa kesepian.
Seperti
biasa, Karin berada dalam mode-tanpa-ekspresinya, jadi aku tidak tahu apakah
dia sedang sibuk dengan dirinya sendiri atau tidak, tapi aku bisa melihat Rika
melirik sekilas ke arah kelompok Yozora di belakangnya, dan dia juga sesekali
melirik ke arah Yukimura dan Aoi di depannya.
Yukimura
dan Aoi dengan bahagia mengobrol tentang fashion. Dua gadis itu berbicara
seputar permasalahan kewanitaan. Kau bisa mengatakan bahwa kedua gadis itu
adalah satu-satunya yang mempraktekan 'normalfag' di sini.
Di
kursi di bagian paling belakang, Yozora dan Kobato berbicara dengan riang satu
sama lain, sementara Sena berusaha untuk menyela masuk ke percakapan mereka,
namun gagal. Maria mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Sena. Sebagai
konsekuensi, Sena terpaksa mengambil beberapa permen untuk menyuap dia agar
tenang.
Berada
di bawah atmosfer ini, aku hanya bisa merasa pusing sembari melihat pemandangan
yang membuktikan betapa rumit hubungan diantara manusia dalam wujud yang
normal.
"Hahaha,
bersama-sama dengan sepuluh orang gadis sekolah memang sungguh berisik,
bukan?"
"M-Memang."
Aku
hanya menjawab dengan apa pun yang terlintas dalam pikiranku.
"Jadi,
gadis mana yang jadi favoritmu?"
"F-Favorit?
Itu adalah hal yang agak ... Hahaha ... "
"Hahaha,
bagaimanapun juga, mereka semua indah ya, hahaha."
Entah
kenapa, Pegasus-san tertawa dengan nakal.
"I-Itu
benar ... Hahaha..."
"Dengan
adanya begitu banyak gadis disekitarmu, kamu pasti merasa gelisah setengah
mati, kan?"
"Tidak,
yaaah, aku kira tidak... Hahaha."
"Ahahaha..."
Perutku
bergejolak, dan sementara mengingat suatu sensasi yang agak menyakitkan, aku
pun tertawa kering.
Bagiku,
sorot mata Pegasus-san tidak tampak lucu sama sekali, meskipun dia sedang
terlibat dalam suatu gosip ringan.
Melihat
bahwa aku telah menolak pertunangan antara aku dengan putrinya sekitar sebulan
yang lalu (itulah yang sudah diputuskan, setidaknya untuk saat ini...),
pengalamanku sangatlah kurang dan aku pun sama sekali tidak tahu cara
berhadapan dengannya jika berada di dekatnya.
"Kau
berkeringat cukup banyak, Kodaka-kun. Apakah mungkin AC-nya terlalu besar?
"
"I-itu
mungkin saja terjadi, hahaha..."
"Aku
paham, tapi, mungkin karena usiaku, aku merasa cukup kedinginan. Harap bersabar
untuk sementara waktu."
"Y-Ya,
jangan khawatir tentang hal itu ..."
Rasa
dingin ini bukan karena usiamu, tetapi karena pakaianmu, (ia mengenakan
wardrobe biasa) seperti itulah yang kupikirkan, tapi aku menelan kembali
perkataanku.
Aku
bertanya-tanya, seberapa banyakkah yang orang ini ketahui sejak awal?
Berapa
jauh Sena menceritakan padanya tentang pengakuan cinta dirinya dan jawaban yang
kuberikan?
Dari
apa yang aku tahu, Sena dan Pegasus-san tidak berbicara banyak di rumah, jadi,
mungkin aman untuk berasumsi bahwa dia tidak menceritakan tentang hal itu...
"...
Kau tahu, meskipun sekarang aku tidak terlihat begitu, tapi aku cukup populer
ketika aku masih bersekolah dulu," tiba-tiba Pegasus-san berkata.
Sejujurnya,
bagiku dia masih tampak cukup muda dan tampan, jadi aku merasa cukup yakin
bahwa dia pernah populer selama masa mudanya.
"Ahh,
a-a-aku paham ..."
"Aku
cukup iri dengan orang-orang di sekitarku, tetapi pada saat itu, semua
dengungan suara wanita di sekitarku hanya terdengar seperti kebisingan, ampun
deh."
Pegasus-san
mengatakan itu dengan nada yang cukup jujur, dan aku merasa, dia sedang
mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.
"...
Tak ada seorang pun kecuali aku yang bisa memutuskan apa makna sebenarnya dari
suatu kebahagiaan. Itu sebabnya aku harus berpikir. Sehingga, aku tidak akan
menyesal..."
Kata-kata
itu terasa seperti saran bagiku, sekaligus, sesuatu yang dia katakan pada
dirinya sendiri.
"...
Jujur, baru kemarin, Stella mengatakan kepadaku bahwa ia telah menemukan
seorang kekasih."
"Hah?!"
Aku
meninggikan suaraku karena terkejut setelah diberitahu informasi tersebut
dengan nada yang benar-benar serius.
Kenapa
orang ini menceritakan informasi tentang playboy
yang mencuri hati pelayannya? Aku benar-benar tidak bisa memahaminya ...
"A-aku
melihat ... Yah, bagaimanapun juga, Stella-san adalah seorang wanita yang
cantik."
Sejujurnya,
fakta bahwa dia tidak memiliki kekasih sampai saat ini adalah lebih mengejutkan
bagiku.
"Ya...
Pasangannya juga memiliki nyali... Aku bisa menerimanya dengan tanpa
penyesalan."
...
Mengapa dia membutuhkan persetujuan dari Pegasus-san?
Pegasus-san
menghela napas dalam-dalam dan dia tampak kesepian.
"Mungkin,
berpikir hal-hal seperti 'Aku ingin melindunginya, menyelamatkan dia,
membuatnya bahagia...' itu semua hanyalah hal bodoh... Tanpa keraguan, baik dia
maupun pasangannya pasti menjadi kuat dengan usaha mereka sendiri. Dia telah
diselamatkan tanpa sepengetahuanku, oleh seorang pria selain diriku, dan dia
telah mencapai kebahagiaan yang tidak bisa diwujudkan oleh tanganku—"
"..."
Monolog
dari Pegasus-san adalah sesuatu yang benar-benar tidak aku mengerti.
Ingin
melindungi dan menyelamatkan, berpikir tentang hal seperti itu adalah tindakan
yang bodoh—Rasanya seperti, kata-kata itu menyengat dadaku.
0 Comments
Posting Komentar