BAB
3
SISTEM
BINTANG KESIALAN ★★☆
NEIGHBORS CLUB
Rika tertinggal
di lantai atap dan aku berjalan sendirian di sekolahan yang diterangi oleh
sinar matahari terbenam. Lanjutkan. Lanjutkan ke depan.
Suara-suara dari
siswa yang melakukan kegiatan klub di bawah semakin menjauh secara bertahap.
Aku memasuki
kapel.
Aku berjalan di
koridor yang memiliki hawa tenang dan akhirnya tiba di 'Ruang bersantai 4',
yaitu ruang Neighbor’s Club.
Sekarang, aku
akan memberikan jawaban atas pernyataan cinta darinya.
Menurut apa yang
kudengar dari Rika dan Yukimura, Sena selalu datang ke ruang klub dan memainkan
game-nya sejak saat itu. Jadi hari
ini pun, Sena harusnya juga berada di sini.
Aku menarik napas
dalam-dalam secara berulang, mencoba membunuh rasa takut yang merebut hatiku
yang lemah.
Namun, tidak
peduli apa yang aku lakukan, aku tidak bisa menyingkirkannya, dan kemudian, aku
pun melanjutkan untuk memegang gagang pintu dengan tangan menggigil.
Jika tidak ada
siapa pun yang datang hari ini, aku akan terlihat seperti seorang idiot, tapi—aku
memutar gagang pintu dan membuka pintunya—seolah-olah, dia sudah menunggu akan
terjadinya hal ini, Kashiwazaki Sena sedang berdiri di sana sembari menghadap
ke arahku.
"S-Sena."
Tadinya, aku
begitu yakin bahwa dia sedang bermain game, jadi ketika aku masuk ke ruang klub
dan menatap sorot matanya, suaraku bergetar dengan gugup.
"Kau
benar-benar datang ...," Sena berkata dengan suara rendah. "Aku menerima pesan dari
Rika bahwa kau akan datang ke sini, sehingga aku menunggu di ruang klub."
Bukannya
“seolah-olah”, jadi dia benar-benar sudah menunggu terjadinya hal ini.
Aku sedikit tidak
suka dengan tindakan Rika karena dia telah mengatur semua ini tanpa
sepengetahuanku.
"... Jika
itu yang terjadi, maka kau harusnya tahu mengapa aku datang ke sini,
bukan?"
Menanggapi
perkataanku yang menunjukan bahwa aku sudah tahu situasinya, pipi Sena memerah
dan dia pun mengangguk.
Seperti biasa,
dia begitu imut, dan ini tidaklah adil.
Hanya dengan
suatu gerakan kecil darinya, hatiku sudah bergejolak. Hanya dengan berada di
sini, pikiranku terasa menahan sesuatu yang begitu berat. Hanya dengan
menatapnya tanpa berpaling, kepalaku sudah terasa pusing.
Aku berusaha
keras untuk menutup-nutupi keadaan pikiranku, dan sampai sekarang, aku berhasil
menjaga ekspresi wajahku. Sena berdiri tepat di depanku, aku pun memikirkan tentang
perasaanku terhadap Sena, namun, butuh usaha yang begitu keras agar aku tidak
mengatakan suatu kebohongan.
Bagaimana bisa
aku sanggup menjaga ketenanganku di depannya sampai sekarang, ditambah lagi
kejadian di kolam renang, department store dan kencan, dari lubuk hati, aku
percaya bahwa ketenanganku ini adalah semacam keajaiban.
"Kodaka?"
Sena memiringkan
kepalanya karena aku terdiam.
Untuk menetapkan
perasaanku, aku mengepalkan kedua tanganku begitu erat sehingga kuku-kukuku
berderit, dan aku pun berkata:
"Sena, aku—"
Saat itu, kedua
ringtones kami berbunyi pada waktu yang sama.
Dari dalam tasku
terdengar 'Piroriro-rin', yaitu nada dering yang dipilih secara default.
Dari saku Sena terdengar
' You’ve got mail, Onee-chan♥ ' dengan suara anime yang mirip
seperti suara Kobato.
... Mengapa ini
harus terjadi sekarang....
Ini sungguh tidak
tepat.
Jika salah satu
dari ponsel kami berdering, kami bisa mengabaikannya. Namun, kedua ponsel kami
berdering secara bersamaan, punya Sena dan punyaku.
Kemungkinan, kami
berdua mendapatkan pesan pada saat yang sama dari orang yang sama. Tapi kami
berdua bukanlah tipe orang yang banyak menerima pesan di ponselnya.
Ini mungkin bukan
dari Rika, jadi..., sambil berharap bahwa firasatku tentang identitas pengirim
adalah salah, Sena dan aku membuka ponsel kami pada waktu yang sama.
"Yozora?"
Sena mengatakannya sambil membuka matanya lebar-lebar.
"... Sama,
di sini juga."
Pengirimnya,
seperti yang sudah aku khawatirkan dari tadi, adalah Mikadzuki Yozora.
Tidak ada
subjek-nya. Teks-nya adalah,
- [Aku sudah
pergi untuk suatu perjalanan. Jangan mencariku.]
""
Haaaa ?! ""
Sena dan aku
berteriak dengan kacau pada waktu yang sama.
"Tunggu,
perjalanan?! Apa yang dia maksud itu?! "
"B-Bagaimana
aku tahu! Untuk saat ini, mari kita coba mendengar dari orangnya sendiri!
"
Aku buru-buru
menelepon Yozora.
Setelah puluhan
detik mendengar nada dering, sepertinya, panggilanku hanya dikirim ke voicemail miliknya.
Rasanya, ponselnya
tidak di-non-aktifkan, tapi...
"Kalau
begitu, aku akan mencoba meneleponnya!"
Sena mengatakan
itu dan lantas menghubunginya tapi—
“Nomor yang Anda hubungi,
untuk sementara tidak bisa menjawab panggilan Anda."
Dari ponsel Sena,
aku dengan segera mendengarkan suatu pesan yang tidak aku temui sebelumnya.
"Kenapa dia
memblokir nomorku ?!"
Setelah umpatan
Sena, aku pun menjawab:
"Apakah itu
adalah suatu pesan untuk memblokir nomor seseorang? Ini adalah pertama kalinya
aku mendengarnya.... "
"Tidak salah
lagi. Setiap kali aku menghubungi Kobato, aku mendapatkan pesan yang sama.
"
"..."
Nomormu diblokir
oleh Kobato, ya ...?
Kemudian pintu
ruang klub terbuka.
Orang yang masuk
adalah Rika.
"Senpai, um...."
Di tangan Rika
ada sebuah ponsel. Aku kira, Rika menerima pesan yang sama juga.
"Ah, Sena
dan juga aku menerima pesan yang sama. Dari Yozora. Kami belum bisa
meneleponnya balik. "
"Ampun deh,
gadis itu...."
Dengan ekspresi
kaget, Rika mendesah.
"Untuk saat
ini, karena tidak ada gunanya meneleponnya, maka cobalah mengirimnya
pesan."
"O-Oh,
ya."
Aku mengirimnya
pesan yang mengatakan, 'Apa maksudmu dengan berkata demikian?'.
Dengan segera,
aku menerima balasan dari Yozora.
Title: Hatiku
Body: Pocky1
"... Ia
mengatakan bahwa hatinya adalah Pocky."
"Meskipun
itu sedikit lucu, itu adalah cara yang begitu menjengkelkan untuk
mengatakannya."
Apa pun itu,
tampaknya hatinya telah hancur.
Aku mengirimnya
pesan lain yang mengatakan, 'Apa terjadi sesuatu? ".
Setelah sekitar
30 detik berlalu, balasannya tiba.
Title: Re: Re: Hatiku
Body: Aku melihatnya di lantai atap.
"Ap...."
Aku terdiam.
Dengan mengatakan
'Aku melihatnya di lantai atap'..., Apakah Yozora sudah melihat apa yang
terjadi?
Pertarungan
antara Rika denganku—Itu seperti pertarungan yang terjadi sepuluh tahun lalu
antara Sora dan Taka.
"Lantai
atap? Apa maksudnya? "
Sena
bertanya-tanya tentang arti pesan yang dia intip.
Dengan adanya
tulisan tersebut, Rika menduga makna dari pesan yang dikirim Yozora.
"Tampaknya dia
melihatnya, Yozora-senpai."
"...
Sepertinya begitu."
"... Dan
kesimpulannya adalah, dengan hati yang mirip dengan Pocky, maka dia sedang
pergi untuk suatu perjalanan, semacam itulah maknanya."
Rika mendesah
dengan berat dan kemudian menggunakan telepon selulernya untuk menelepon.
Yozora tidak
mengangkatnya, sama seperti yang terjadi padaku, panggilannya terkirim ke voicemail milik Yozora.
"... Ampun
deh, betapa tak berguna!"
Rika menggumam
kata-kata tersebut, dan hampir saja dia mengucapkannya dengan lantang.
"Hei,
Rika?"
Mengabaikan rasa
penasaranku, Rika mengambil napas dalam-dalam dan berteriak:
"CUKUP
SUDAH! KAU INI SEORANG IDIOT ATAU APA?! KAU PIKIR JIKA LARI DARI KENYATAAN,
MAKA KEBAHAGIAAN AKAN JATUH BEGITU SAJA KE PANGKUANMU?! KAU HANYA CEMBURU PADA
ORANG LAIN DAN MEMBENCI KENYATAAN, DAN KAU TIDAK PERNAH MELAKUKAN APA PUN PADA
DIRIMU SENDIRII! PERSETAN, RIKA TIDAK PEDULI LAGI! JIKA KAU INGIN SEPERTI
ANJING DENGAN EKOR DI ANTARA KEDUA KAKI DAN MEMILIH PERGI UNTUK SUATU
PERJALANAN SENDIRIAN, MAKA MENGAPA KAU TIDAK MATI SAJA DI PINGGIRAN JALAN SEPERTI
SEORANG IDIOT, DASAR IDIOT!!"
* SNAP *
Dengan kekuatan
yang menakutkan, dia mengakhiri panggilan.
Itu membuat Sena
dan aku terperangah. Rika menunjukkan senyum lemah dan berkata:
"...
Sekarang Rika telah melakukannya...."
"Kau melakukannya
dengan pasti, ya...?"
Aku membalas.
"...
Sepertinya Rika berubah ke mode marah."
"Sepertinya
begitu."
Dengan wajah yang
tampak seperti hendak menangis, dia mengerang.
"Jika kau
merasa jengkel pada sesuatu, maka jangan lari..., Rika merasakan hal yang sama,
jadi tolong jangan lari, Yozora-senpai. "
Aku meletakkan
tanganku di kepala Rika dan perlahan membelainya.
"Mhm..., Aku
tidak benar-benar memahaminya, tapi...."
Tidak benar-benar
memahami betapa buruknya situasi ini, Sena membuka mulutnya dengan ekspresi
wajah puas dan mengatakan:
"Jika kau
sedikit memikirkannya, tentang makhluk tak berdaya yang kita bicarakan ini.
Bahkan jika dia berkata bahwa dia akan pergi untuk suatu perjalanan menuju
tempat yang jauh, misalnya negara lain, maka sebenarnya..., dia tidak akan pergi
kemana-mana, kan? Bahkan jika dipikir-pikir lagi, ketika dia berada di suatu
tempat pada larut malam, bukankah yang dia bisa lakukan hanyalah pulang ke
rumah?"
"... T-Tentu
saja."
"... Sama
seperti yang Sena-senpai katakan..., Jika beberapa waktu yang lalu di berada di
dekat lantai atap, maka seharusnya dia tidak memiliki cukup waktu untuk
mempersiapkan uang tunai, bekal, atau sejenisnya...."
Dengan hanya
memakai pakaian yang melekat pada tubuhnya hari ini, pergi ke suatu tempat yang
cukup jauh sampai-sampai tidak bisa kami kejar, tidak peduli bagaimana aku
berpikir tentang hal itu, itu agaknya adalah suatu hal yang mustahil.
Sepertinya dia
hanya akan menginap di rumah seseorang selama satu malam, kemudian pulang ke
rumahnya sendiri keesokan paginya.
Mungkinkah aku
berpikir tentang hal ini terlalu serius...?
"Secara
umum, ini adalah suatu pesan yang berkata 'jangan cari aku'. Bukankah itu
terdengar seperti dia benar-benar mengatakan, 'mohon cari aku.'? "
Setelah
mengatakan itu, kemudian Sena meletakkan ponselnya kembali ke dalam sakunya.
"Bukankah
sudah waktunya kau menetapkan pendirianmu tentang, apakah kau ingin berpacaran
denganku ataukah tidak? Ayolah, Kodaka! "
"H-Hah?"
"Lanjutkan!"
"Lanjutkan?"
"Lanjutkan
pembicaraan kalian sebelumnya!"
"...!"
... Itu benar.
Aku harus
memberikan jawabanku atas pengakuan Sena.
"..."
Sena terdiam,
wajahnya berubah sedikit merah, dan kemudian menatapku.
Aku balas
menatapnya dan perlahan-lahan menghirup udara untuk mempersiapkan diri.
"... Akan
lebih baik jika Rika pergi, bukankah begitu?"
"... Tidak,
mohon tetaplah di sini.", Kataku.
Sena juga tidak
mengatakan apa-apa.
Aku mengepalkan
tinjuku dengan sangat erat, sekali lagi mengambil napas dalam-dalam dan
kemudian mengumumkan sesuatu kepada Sena:
"Sena. Aku
cinta kamu. "
"...!"
Mata biru Sena
terbelalak, dan ekspresi senang muncul di parasnya.
Dan aku
meneruskan perkataanku pada Sena:
"Tapi, aku
tidak bisa berpacaran denganmu."
"Eh?",
kata Sena dan dia memberiku suatu tatapan kosong.
Mencoba untuk
memahami arti dari perkataanku, matanya berkedip berulang kali. Tak lama,
tampilan heran muncul di wajahnya.
"A-Apa ?!
A-Apa maksudmu ?! "
Hati Sena sedang
kacau-balau, dan aku malah perlahan-lahan mulai menumpuk berbagai hal yang
ambigu padanya.
"Aku cinta
kamu. Aku ingin melakukan berbagai hal bersama-sama denganmu, berbagai hal
seperti s-s-sesuatu yang mesum. Aku ingin melakukan sesuatu seperti itu
bersamamu. "
"Mesum...?!"
Wajah Sena
berubah menjadi merah cerah.
Sembari wajahku
juga merona, aku pun terus melanjutkan perkataanku:
"Seperti
game-game yang selalu kau mainkan ... Aku ingin melakukan hal-hal yang berbau
s-s-seksual seperti itu denganmu! Berkali-kali! Setiap kali aku melihatmu, aku
jadi begitu bergairah. Sejak pertama kali kita bertemu, sudah seperti itulah pikiranku
terhadapmu . Sejak saat pertama kali aku tinggal di rumahmu, ketika aku tanpa
sengaja melihat tubuhmu yang telanjang, itu sungguh berbahaya, kau tahu?
Andaikan saja aku tidak bisa mengendalikan diri ketika kita berdua berbaring di
ranjang yang sama dengan ayahmu, aku tidak tahu hal apa yang terjadi padamu!
"
"A-a-a-a-a-a-a-apa
yang kau katakan, idiot!"
Mengingat apa
yang terjadi pada saat itu, Sena hampir saja menangis.
"Dan juga,
ketika semua orang pergi ke pantai untuk kamp pelatihan, aku sengaja melihat
payudaramu lagi. Waktu itu, aku melihatnya berulang-ulang kali. Payudara ...
payudaramu adalah yang terbaik! Aku ingin melihatnya lagi dan lagi! "
"MATILAH
KAU!!!"
Aku tidak
benar-benar mengerti mengapa Sena tidak lagi berperilaku seolah-olah malu, tapi
dia sekarang jelas-jelas sedang marah padaku. Namun aku tak berhenti:
"Aku selalu
ingin melakukan apa saja pada payudaramu! Sekarang pun begitu, jujur, aku ingin
menyentuhnya dan membenamkan wajahku di dalamnya! Bukan hanya payudaramu saja,
aku juga ingin menyentuh kakimu dan pantatmu! Aku juga ingin menciummu! Jika
kita menjadi sepasang kekasih, aku akan bisa melakukan hal-hal seperti itu
sebanyak yang aku inginkan! Betapa luar biasa!"
"A-aku tidak
akan membiarkan kau melakukan semaumu kepada tubuhku, sebanyak yang kau
inginkan sepanjang waktu, apa yang sedang kamu katakan?! "
Sena meneriakan
sesuatu, tapi aku tidak benar-benar memahaminya.
Haha, sepertinya
aku telah membuatnya menjadi cukup kebingungan..., Jika saja kita berdua adalah
sepasang kekasih, aku kira, aku tidak bisa meremas payudaranya semauku.
"...
Melakukan hal-hal mesum denganmu, meremas payudaramu sepuas hatiku dan
melakukan berbagai hal berbau seksual denganmu, itu semua adalah hal terbaik
yang aku impi-impikan! Mampu mengendalikan semua tubuhmu, jika sesuatu seperti
itu, jika hal yang sungguh aku idam-idamkan terjadi, itu akan membawa
kebahagiaan terbesar bagi hidupku! Itu bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan!
Sebuah keajaiban! "
"Uuu, aku
tidak mendengarkan apa yang kau katakan ...!"
Sena yang
berguncang dan gemetaran sungguhlah manis.
Pada gadis yang
luar biasa imut itu, aku kemudian berkata:
"Tapi, aku
tidak bisa berpacaran denganmu!"
Aku menyatakannya
sekali lagi.
"Jika aku
berpacaran denganmu, maka Neighbor’s Club yang seperti sekarang ini akan
berantakan. Bagi aku, Neighbor’s Club adalah salah satu tempat di mana aku bisa
bertemu denganmu, dan suatu tempat di mana aku bisa mengungkapkan bahwa aku
mencintaimu, yang mana, keduanya merupakan keajaiban yang menakjubkan di dalam
hidupku! Itulah mengapa—"
Aku kemudian
segera menatapnya secara langsung untuk mengukapkan inti perkataanku.
Aku berlutut,
meletakkan kedua tangan di depanku, dan serendah-rendahnya menurunkan kepalaku
ke lantai.
Itulah yang
disebut 'sujud diri'.
"Aku akan
mencoba untuk menahannya, jadi aku mohon kau juga menahannya!"
Aku bersujud dan
dengan sungguh-sungguh meminta Sena melakukan hal itu.
Ketika seorang
pria Jepang bersikeras pada seseorang untuk meninggalkan prinsipnya, meskipun
ia tahu itu adalah suatu permintaan yang tidak masuk akal, maka adatnya adalah
melakukanDogeza2.
"Untuk
melindungi Neighbor’s Club agar tetap seperti ini, aku tidak akan berpacaran
denganmu! Dan aku juga tidak akan berpacaan dengan gadis lain di Neighbor’s
Club! "
Ini adalah
jawabanku.
Neighbor’s Club
dan Kashiwazaki Sena, mana yang lebih penting, mana yang harus aku pilih
terlebih dahulu, aku tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu.
Itulah mengapa
aku memilih keduanya.
Dan dengan
demikian, inilah keinginanku, aku membutuhkan lebih dari sekedar kekuatanku
sendiri untuk mewujudkannya.
"Sena, untuk
melindungi Neighbor’s Club, bekerja samalah denganku! Kumohon untuk
menanggungnya bersama-sama denganku! "
Hanya
sewenang-wenang menolak Sena tidaklah cukup.
Disakiti oleh
penolakan dariku, menyembunyikan perasaan buruk terhadapku dan anggota klub
lain, dan kemudian meninggalkan Neighbor’s Club karena hal itu, itu adalah
sesuatu yang benar-benar tidak bisa kubiarkan terjadi.
Aku pasti tidak
ingin hal yang membuat seseorang menjadi tidak bahagia itu terjadi.
Itu sebabnya aku
akan membujuk Sena.
Untuk bertahan
bersama-sama.
Demi Neighbor’s
Club, bertahan bersama-sama denganku.
Setelah menerima
perasaan yang kami miliki satu sama lain—aku berani mengakuinya.
Setelah aku
mencurahkan perasaanku dengan saling tatap muka dan mengatasinya secara langsung—Aku
berani menahannya.
Setelah aku tidak
berbohong atau pura-pura tidak mendengar, mengungkapkan perasaan jujurku dengan
terang—Aku memaksa dia untuk bertahan.
Itu mungkin
adalah hal yang sangat tidak wajar untuk dilakukan.
Mungkin, semua
yang aku lakukan hanyalah menunda kesimpulan.
Aku sepenuhnya
menyadari akan hal itu.
"...
kau, apakah kau benar-benar bermaksud
seperti itu?"
Dengan ekspresi
bingung di wajahnya, Sena menunduk dan mengatakan itu.
"Ya. Aku
bersungguh-sungguh. "
Aku mengangkat
kepalaku dan segera melihat tatapan mata Sena.
Pada dunia tempat
kita hidup ini, pasti ada suatu situasi dimana hanya terdapat satu jawaban
diantara begitu banyak pilihan yang tersedia.
Mungkin ada
saat-saat ketika kau benar-benar tidak punya pilihan selain menyerah.
Saat ketika kau
tidak punya pilihan selain menyakiti seseorang, tentu hal seperti ini eksis di
dalam dunia ini.
Meskipun
demikian, layaknya seorang pahlawan murahan yang sedang mabuk, sebelum aku
mempersiapkan tekadku dan membuat keputusan, sampai aku mencapai batas
terakhir, aku masih ingin mencari cara di mana tidak ada seorang pun yang akan
terluka.
Aku ingin
berpikir tentang situasi saat ini, di mana aku benar-benar tidak bisa
menghindar untuk membuat keputusan terakhir.
'Apapun yang
terjadi, keputusanku sungguh benar', aku sama sekali tidak memikirkan tentang
hal itu.
'Siapkan diri
untuk menyakiti seseorang', aku tidak ingin melakukan sesuatu seperti itu
sampai saat-saat paling terakhir.
Bertahan sendirian,
dan memaksa orang lain untuk bertahan juga, aku tahu bahwa itu bukanlah jalan
yang akan membawa kebahagiaan terbesar bagi semua orang.
Namun, diriku
sendiri, serta Rika, Yukimura, Kobato, Maria, dan Yozora, cara setiap orang
mendapatkan rating kepuasan bintang tiga3, sayangnya aku tidak
berpikir sesuatu seperti itu mungkin terjadi.
Jika seseorang
yang memiliki tingkat kebahagiaan tertinggi menyebabkan orang lain menjadi
sengsara, aku rela untuk memilih jalan kesialan, selama itu sanggup memberi orang
lain 2 ½ rating bintang kebahagiaan.
Neighbor’s Club
telah menjadi tempat di mana seseorang bisa menjadi diri mereka sendiri dan
tidak harus menahan diri, sesuatu seperti itu hanya ilusi bagiku.
Dalam pertarungan
dengan Rika, ilusi ini telah hancur.
-"Kau tidak
ingin kehilangan tempat di mana kau dapat menjadi diri sendiri!? Yaah, itu luar
biasa, tidakkah kau sungguh mengagumkan! Tapi tetap saja kau salah! "
-"Karena,
kau ragu-ragu dan tidak menjadi diri sendiri!"
Aku teringat
teriakan Rika.
Tentu saja, aku
benar-benar ragu-ragu.
Bagiku,
Neighbor’s Club bukanlah tempat di mana aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa
ragu-ragu.
Bagiku,
Neighbor’s Club sungguhlah—tempat di mana aku harus menahan diri, sekaligus
tempat yang selalu ingin kukunjungi.
Menjaga hari-hari
biasa yang damai selamanya adalah suatu ilusi bagiku, kenyataannya adalah, itu
merupakan hari-hari dimana keseimbangan berada dalam taraf berbahaya yang bisa
runtuh setiap saat.
Begitupun dengan
hari-hari sekarang ini.
Berbicara dengan
Aoi dan Hinata-san, sambil membantu Dewan OSIS, aku menyadari bahwa orang-orang
tersebut, yang dengan sewenang-wenang telah kita panggil 'normal', yang dengan
sewenang-wenang telah membuat kita iri dan cemburu, masing-masing dari mereka
memiliki masalah pribadi, namun mereka terus maju untuk hidup.
Seakan-akan untuk
terus menjaga ilusi ini, kita semua hanya menghela nafas sambil berusaha
sekeras mungkin. Namun sejatinya, itu semua hanyalah bentuk ketidakjujuran
dalam diri seseorang, dan hari-hari yang mereka sebut normal, sebenarnya tidak
lebih dari suatu bayangan.
Orang-orang
mungkin berkata bahwa usaha yang keras adalah bentuk sanggahan dari 'penipuan'
- Namun, aku memiliki pandangan yang berbeda untuk hal ini, aku menyebutnya
'kebaikan' dan aku pikir itu adalah hal yang sangat berharga.
Pada kasus
Neighbor’s Club, aku tidak percaya bahwa aku bisa membenarkan alasan yang akan
memungkinkan cara hidup kita terus mengalir apa adanya dengan mudah. Sembari
melihat ketegangan pada diriku sampai saat ini, dan juga Rika, yang menahan
dirinya sendiri dan mendukung semua orang dari balik layar, apakah kebaikan
dalam dirinya ini tidak memiliki arti? Tampaknya tidak seperti itu dalam cara
apapun.
Tidak apa-apa
jika itu tidak benar.
Tidak apa-apa
jika itu tidak salah.
Bagiku—Aku hanya
ingin eksistensi dari kebaikan ini.
Setelah dihajar
oleh Shiguma Rika dan akhirnya sampai di suatu keputusan setelah
berputar-putar, ini adalah keinginanku.
Itulah sebabnya
aku bertaruh pada kebaikan Sena.
"Dan kalau
aku bilang bahwa aku tidak mau?"
Sena memandangku
yang berada di bawah dengan tatapan dingin dan acuh-tak-acuh. Dia pun
menanyakan hal itu kepadaku.
"Maka aku
akan mencoba untuk membujukmu."
"Dan jika
aku masih bilang bahwa aku tidak mau?"
"Maka aku
akan berusaha lebih keras lagi untuk membujukmu."
"... Kodaka,
apakah kau mengerti apa yang sedang kau katakan?"
"Aku
mengerti."
"Kau tidak
mengerti sama sekali!"
Sena menjadi
marah dan berteriak.
"Meskipun
kita berdua saling menyukai, bukannya berpacaran, bisakah kita tetap menjaga
hubungan seperti sedia kala?! Apakah kau benar-benar berpikir bahwa jawaban
menggelikan seperti itu diperbolehkan?!"
"Ini
bukanlah masalah diperbolehkan ataukah tidak! Ini adalah masalah apakah kau
menginjinkannya ataukah tidak! Aku mohon, perkenankan ini! "
Aku menatap
kembali ke tatapan marah yang begitu ganas dari gadis itu, dan meneriakkanya
lagi.
"K- kau
..."
Sena kewalahan
untuk sesaat dan ekspresinya tersendat.
"... Aku
benci ide tentang bertahan yang kau ucapkan tadi, kau tahu?!"
"Ya. Aku
tahu. "
"Aku ingin
mendapatkan apa pun yang kuinginkan, kau tahu ?! Hal-hal seperti menahan,
mengorbankan, aku begitu membencinya, sampai-sampai aku hampir dibuatnya
muntah! Melakukan hal-hal yang tidak akan bisa dicapai oleh orang-orang dengan
kekuatan biasa-biasa saja, itu menunjukkan betapa sempurnanya diriku, kau
tahu?!"
"Ya. Karena
hal-hal seperti itulah aku jatuh cinta padamu. Aku suka caramu yang mempesona
dalam melanjutkan hidup, tidak berperilaku seperti orang biasa seperti diriku.
"
"...
B-Berhenti mengatakan 'cinta' berulang-ulang, itu memalukan."
Wajah pemalu yang
tiba-tiba Sena tunjukkan sangatlah imut.
Itu membuat
hatiku berdegup kencang.
Sena dan aku
saling menatap dengan sorot mata yang baik tanpa berkata apa-apa.
Pipinya memerah.
Matanya
berlinang.
Dadanya
berdenyut.
Dari perspektif
orang luar, kita mungkin terlihat seperti suatu pasangan—Tapi jangan salah
sangka, ini adalah pertempuran antara Sena dan aku.
Dan kemudian,
akhirnya pertempuran ini disimpulkan.
Sena dengan
lembut mengalihkan matanya dan kemudian berbisik:
"... Untuk
saat ini, aku akan melakukan seperti yang kau katakan."
"Sena
...!"
Sena mengangkat
alisnya di depan mataku yang terbuka lebar dan memberikan ekspresi marah.
"J-jangan
salah paham, oke ?!"
Dari mulut Sena
terdengar kata-kata layaknya seorang tsundere.
"A-aku tidak
benar-benar memberikan persetujuan pada apa yang kau katakan, oke ?!"
Sena meneriakkan
itu, wajahnya menjadi merah cerah.
"Jangan
salah paham, Kodaka! Aku akan bertahan demi engkau, tapi itu bisa terjadi hanya
karena aku mencintaimu! "
Kata-katanya
bukanlah seperti Tsundere, dan mereka
berdua tidak memahami apa pun kecuali pernyataan cinta. Kekuatan destruktif-nya
lebih besar daripada bishoujo tsundere
yang pernah aku lihat dalam Light Novel
atau manga.
Meskipun aku
membuat kesalahan tentang itu, aku menjadi lebih tergila-gila pada Kashiwazaki
Sena.
"... Tapi
maksudku, jujur, aku juga kecewa pada saat
kau menunjukkan sikap pecundang dari dirimu ...‘Bagaimanapun juga, dia
adalah seorang pria yang membosankan ', aku pikir begitu .... Tapi ...
melakukan sesuatu yang menarik seperti ini, di sini, aku tidak suka itu. "
Pada Sena yang
menggerutu dan tidak senang, aku pun berkata,
"Eh? Apa—"
"Apa
itu?" Aku merenungkan kata-kataku dan tiba-tiba menyadari itu.
"Apa itu?"
Kalimat itu sudah terkunci.
Aku berhenti
berpura-pura bahwa aku tidak bisa mendengar, dan sebagai gantinya, aku
mengatakan:
"... Terima
kasih, Sena."
Seperti ini Aku—aku
sanggup kompromi dengan Kashiwazaki Sena.
Pertempuran pertama seorang
protagonis yang tidak berguna telah berakhir dengan kemenangan yang paling
spektakuler.
Catatan Penerjemah:
1.
'Pocky':
camilan Jepang
- 'dogeza': "Duduk tepat di
tanah". Cara orang Jepang menunjukkan permintaan maaf yang mendalam
atau meminta bantuan dari seseorang dengan berlutut dan membungkuk dengan
cara dahi menyentuh lantai.
- 'Penilaian Tiga Bintang Kepuasan ':
Mengacu pada Michelin Stars. Suatu sistem penilaian untuk restoran di
seluruh dunia
0 Comments
Posting Komentar