BAB
4
KSATRIA
KEGELAPAN
Setelah aku
memberikan jawabanku atas ungkapan cinta darinya, Sena, Rika, dan aku
berdiskusi ringan tentang pesan dari Yozora "Aku akan melakukan perjalanan
'.
Namun, mustahil
bagi kami untuk memahami lebih lanjut tentang makna pesan yang disampaikan oleh
Yozara, sehingga untuk saat ini, aku hanya bisa membalasnya dengan: 'Jangan
pergi ke tempat-tempat yang berbahaya, oke?’ dan mengirimkan pesan tersebut
padanya. Kami tidak menerima balasan dari Yozora setelahnya.
Jika karena alasan
tertentu Yozora tidak bersekolah besok, kami akan pergi ke rumahnya dan
mencarinya, tapi untuk saat ini, hanya ini yang bisa kami lakukan.
Sementara masih
mengenakan seragam sekolah lusuh, aku mampir di supermarket dalam perjalanan
pulang dan membeli barang-barang untuk makan malam, ini kulakukan karena aku
tahu, setelah kembali ke rumah, aku tidak lagi mempunyai energi atau kemauan
untuk pergi keluar.
Sepanjang jalan
ke supermarket aku mengambil sedikit jalan memutar.
Ada banyak tempat
yang cukup dekat dengan rumahku, aku berjalan melewati SD dimana aku pernah
bersekolah dahulu dan setelah berjalan selama tiga menit, aku datang ke tempat
itu.
Suatu taman umum.
Itu adalah suatu
taman kecil yang hanya memiliki sedikit peralatan bermain seperti: bak pasir,
pegangan besi, dan satu set ayunan. Karena sudah gelap, tidak ada anak yang
bermain-main di sana.
Di taman inilah
pertama kali aku bertemu dengan Sora, Sora dan aku, kami berdua bersekolah di
tempat yang berbeda, dan kami biasa bertemu sepulang sekolah untuk
bermain-main. Karena aku kembali ke kota ini, aku akan terus melewati tempat
ini ketika aku hendak pergi berbelanja dan sejenisnya, hari ini adalah pertama
kalinya aku mengunjungi taman ini dengan sengaja.
Mungkin saja,
Yozora datang ke sini–seperti itulah pikiranku.
Aku dengan
hati-hati melihat sekeliling sisi taman, tapi Yozora tak bisa ditemukan.
... Bagaimanapun
juga, kupikir, tidak akan ada kebetulan yang menyenangkan seperti itu....
Aku sangat
berharap bahwa gadis itu tidak pergi ke tempat-tempat yang berbahaya....
Dengan memiliki
pikiran cemas dalam kepalaku, aku meninggalkan taman dan menuju ke supermarket.
☺
Aku selesai
berbelanja dan kembali ke rumah. Di dalam dapur, aku menemukan Kobato sedang
mengemis pada kulkas.
"Ke ?!
K-Kukuku..., a-aku bosan menunggu setengah diriku yang lainnya. "
Kobato mengatakan
itu, dan menutup kulkas dalam keadaan bingung.
Hampir pukul 7
malam, jadi mungkin daritadi dia kelaparan dan mencari camilan.
"Aku akan
memasak makan malam sekarang, jadi tunggulah sebentar lagi."
Karena aku harus
mempersiapkan seragam untuk besok pagi, aku memasuki ruang ganti dan melepas
pakaian sambil mengatakan itu pada Kobato.
"Kukuku...,
Malam ini rasa haus darahku sedang rakus-rakusnya.... Akan lebih baik untuk
mempersiapkan pengorbanan yang lebih besar dari biasanya.... A-a-aku tidak
keberatan jika kau membuat sekitar dua kali lipat lebih banyak...."
"Kau lapar?
Yah, aku tidak benar-benar peduli, tapi.... "
Aku tidak punya
banyak waktu untuk membuat makanan yang rumit, jadi aku akan membuat seporsi
besar bayam dan daging pasta untuk memenuhi keinginan Kobato, maka aku akan
membuat beberapa salad dan sup consommé.
Sementara aku
sedang mempersiapkan makan, Kobato, yang biasanya tidak akan datang untuk
membantuku jika aku tidak memintanya, sedang menyiapkan meja tanpa perintah
dariku.
"... Apakah
ada sesuatu yang terjadi denganmu?"
Kobato
menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan, dan itu justru membuatku curiga, dan
dia menghindari pertanyaan dengan: 'Tidak ada sama sekali. ".
Yah, itu oke-oke
saja...
Setelah aku
menempatkan makanan di atas meja, kami berdua mengatakan 'itadakimasu' secara bersamaan dan mulai makan.
Berlawanan dengan
dugaanku yang mengatakan bahwa dia begitu lapar, kecepatan makan Kobato lebih
lambat dari biasanya.
Aku tahu itu,
sesuatu yang aneh sedang terjadi....
Sejak hari ketika
aku lari dari Sena, Kobato tampaknya tidak pergi ke setiap kegiatan klub.
Di depan adik
kandungku, aku telah menunjukkan sisi memalukan dari diriku sendiri, jadi aku
juga sulit membahas tentang kegiatan klub. Mengingat aku dan Kobato tinggal
serumah, terus-terusan berada dalam situasi seperti ini akan membuat suatu
suasanya yang penuh dengan rasa canggung.
"... Apakah
mungkin kau tahu sesuatu tentang Yozora?"
* BANG *
Kobato
menjatuhkan garpunya dan tubuhnya gemetaran. Tepat sasaran.
"Aku paham...
Jadi, kau juga mendapat pesan itu."
"Ah, ya..."
Kobato membuat
suatu anggukan kecil.
Yukimura juga
melaporkan bahwa dia menerima pesan tersebut, jadi sepertinya gadis itu telah
mengirimkan pesan ke semua anggota Neighbor’s Club.
"Apakah kau juga khawatir? Tentang Yozora.”
"Mhm..."
"... Tidak
apa-apa, aku yakin dia akan segera kembali."
Berusaha untuk
memberikan ketenangan pada pikirannya, aku dengan tenang mengatakan:
"... Bahkan
membuat Kobato khawatir. Ampun deh, si murahan itu..."
Aku tanpa sengaja
menyelipkan kata-kata kasar tersebut.
Dan kemudian.
"O-Orang itu
..."
Kobato, entah
kenapa, merubah pandangannya ke aku seolah-olah menyalahkan aku untuk suatu
hal.
"Hm?"
Pipi Kobato
memerah sedikit dan kemudian:
"... O-orang
itu, bukannya aku tidak suka dengannya."
"Ehh
?!"
Mendengar
kata-kata itu keluar dari mulut Kobato, yaitu seorang gadis kecil yang
sejatinya takut pada orang asing, aku mengucapkan kata itu dengan begitu heran.
"O-orang
itu... selalu melindungi kita dari monster ganas ... Pada hari itu, dia juga
mengenyahkan orang aneh merah itu ... "
"... Monster
ganas, maksudmu Sena?"
"...
Mhm."
Dengan tampilan
yang tidak senang di wajahnya, Kobato menganggukan kepalanya beberapa kali.
Orang aneh merah
pada hari itu ... Mungkin maksudnya adalah Aoi.
Pada saat itu,
dia mencoba untuk menutup Neighbor’s Club. Dia berjalan langsung ke ruang klub
dan mengatakan pada Kobato bahwa dia tidak diizinkan berpartisipasi dalam
kegiatan klub karena dia bukan murid sekolahan kami.
Pada saat itu,
seseorang memperjelas bahwa tidak ada masalah dengan partisipasi Kobato di
Neighbor’s Club, serta mengalahkan Aoi dalam suatu adu argumen, dan orang itu
adalah Yozora.
Meskipun begitu,
tentang selalu melindunginya dari Sena ... Tentu saja, itu benar, setiap kali
Sena lepas kendali dan bermain-main dengan Kobato, orang yang selalu menghantam
Sena dengan pemukul lalat dan menghentikan amukannya adalah Yozora.
Meskipun Yozora
sendiri tidak memiliki niatan seperti itu, Kobato hanya peduli dengan hasil
akhir dan menganggap Yozora sebagai 'Orang yang selalu melindungi aku'.
"... E-Eh
... Jadi kalau begitu ... kau suka pada
Yozora? "
Setelah mendengar
itu, wajah Kobato semakin memerah dan mengangguk dengan malu-malu.
Seakan-akan kami
sedang membicarakan tentang seorang gadis yang dia cintai.
"... Kukuku....
Untuk menjaga diriku sendiri, aku, bangsawan malam hari, Leysis Vi Felicity
Sumeragi, telah memanggil seorang ksatria jet bayangan hitam gelap dari masa
lalu yang kelam...."
Apa-apaan ini....
Dalam waktu
singkat ketika aku mengalihkan perhatianku dari kenyataan, adikku sudah
tertangkap dalam pengaruh Yozora.
Aku sangat
tertegun dengan hal itu bahkan aku tidak berpikir bahwa 'jet hitam',
'bayangan', dan 'kegelapan', semuanya adalah serupa.
'Memanggil dari
masa lalu yang kelam', aku berpikir bahwa ekspresi tersebut tampaknya sedikit
cocok dengan gadis itu.
Tapi tetap saja,
Kobato telah..., terpengaruh Yozora, ya...?
Meskipun itu tak
terduga, jika ini adalah sesuatu yang bisa membantu Kobato menanggulangi rasa
malunya terhadap orang asing, maka aku mungkin harus menyambutnya dengan tangan
terbuka.
Aku ingin tahu
apa yang Sena akan katakan jika dia tahu hal ini....
Di satu sisi
Kobato telah memblokir nomor teleponnya, dan di sisi lain dia memiliki sesosok
ksatria yang selalu melindunginya.
... Sekarang aku
menyebutkan, Sena.... Mungkin aku juga harus memberitahu Kobato tentang apa
yang terjadi hari ini.
Bagaimanapun
juga, Kobato adalah anggota dari Neighbor’s Club.
"Ah..., Hei,
Kobato."
Aku menunjuk
Kobato, yang sedang menggeliat sambil makan pastanya.
"Mhm?"
"Aku kembali
ke kegiatan klub hari ini."
Mata Kobato
melebar.
"Benarkah?"
"Ya. Itulah
mengapa kau juga bisa datang ke kegiatan
klub besok.”
"Kukuku....
Baiklah, aku akan kembali ke kehidupan-rendahan-mu yang aku anggap layak bagi
klan-ku."
Setelah
mengucapkan kata-kata bersemangat dalam gaya Leysis, ekspresi Kobato tiba-tiba
menjadi sedih.
"... Ah,
tapi ... itu ... um ... orang itu akan ..."
Dengan tampilan
tidak nyaman di wajahnya, Kobato menggumamkan kata-kata dengan suara rendah.
"Berbicara
tentang Sena?"
Kobato
mengangguk.
"Hari ini,
aku mengatakan kepada Sena bahwa aku mencintainya."
Meskipun aku
pikir mengatakan hal seperti itu pada adikku adalah sesuatu yang memalukan, aku
tetap saja mengatakannya.
"AN-CHAAAAN!"
Dengan ekspresi
keputusasaan yang tampak seperti Munch 'The Scream' Kobato berteriak.
"AN-CHAN!
BUKAN, Onii-sama! "
"O-Onii-sama
?!"
Aku terkejut
setelah dipanggil dengan nama itu untuk pertama kalinya dalam hidupku.
Dengan wajah
ultra serius yang belum pernah aku lihat sebelumnya, Kobato menatapku dan
berkata:
"MESKIPUN
INI ADALAH LELUCON, AKU TIDAK BISA MEMAAFKANMU KARENA TELAH MENGATAKAN SESUATU
YANG BEGITU MENJIJIKKAN! JANGAN, JANGAN KATAKAN HAL SEPERTI ITU! "
Kobato
mengejutkan aku dengan beralih ke bahasa resmi, dan dia pun mencoba dan memohon
padaku dengan genangan air di kelopak matanya.
D-Dia begitu
membenci Sena... Bahkan dia mengatakan bahwa itu adalah hal yang menjijikkan....
"Fuuuu
fugugugu, gurururu....!"
"Yah, um ...
Mencintainya bukanlah lelucon, aku serius."
"AN-GYAGEGACHAN
?!"
"Tidak ada
alasan bagimu untuk menggila! Ini adalah diriku yang sebenarnya! Tapi, itu
tidak berarti kami pacaran atau sesuatu semacamnya, sehingga kau tidak perlu
khawatir. "
Aku mencoba untuk
dengan segera menjelaskan kepada Kobato yang tampak seperti binatang liar yang
sedang gelisah.
Aku pun bercerita
bahwa aku tidak berniat untuk berkencan dengan siapa pun dari Neighbor’s Club,
dan juga aku berkata kepada Sena bahwa untuk saat ini, aku hanya akan menerima
perasaannya.
"Fuuuu fuuu
fuuu"
Setelah aku
selesai berbicara mode gelisah Kobato terus berlanjut untuk sementara waktu.
"... Tapi
sungguh Kobato, Sena benar-benar memiliki beberapa bagian yang baik untuk-"
"FUNGYA
!!"
Begitu nama Sena
datang, Kobato yang baru saja tenang, langsung menjadi liar lagi.
... Aku kira,
berbicara tentang Sena adalah tabu untuk sementara waktu.
Meskipun
orang-orang mengatakan bahwa dia akan mendapatkan semua yang dia inginkan, jika
misalnya aku memilih Sena dari semua gadis di Neighbor’s Club, dalam keadaan
ini, Kobato pasti tidak akan memiliki niatan untuk mengalah padanya.
"Fuuu
..."
Kobato
menghentikan amarahnya dengan mengambil napas dalam-dalam, dan menempatkan
garpunya di piringnya seperti itu.
"Kobato?"
"Mood-ku
malam ini jadi rusak.... Aku harus membawa persembahan ini ke daerah
kegelapanku...."
Dia mengatakan
itu dengan wajah yang tegas, kemudian mengambil piringnya yang masih terdapat
sedikit pasta tersisa di atasnya dan dia pun naik ke kamarnya di lantai dua.
"Ketika kau
selesai makan, bersihkan piringmu!"
Aku mengatakan
itu untuk saat ini dan melanjutkan makan malamku.
☺
Mari kita
gambarkan. Hal-hal yang terjadi di atap hari ini....
Aku telah
menjawab Rika dengan 'Aku cinta Sena', dan kemudian berpisah dengan diamenuju
ke ruang klub. Meskipun itu adalah suatu kebenaran, sesungguhnya ada kelanjutan
untuk hal itu....
"Ah,
omong-omong, Kodaka-senpai. Sementara kita membahas ini, ada sesuatu yang Rika
ingin dengar."
"Hm?"
"Bagaimana
menurutmu semua orang, dengan pengecualian Sena-senpai. Sederhananya,
menurutmu, bagaimana dengan Yukimura-kun dan Yozora-senpai? "
Menatap langsung
padaku, Rika mengajukan pertanyaan itu.
Aku menjawab dia
dengan perasaan di hatiku sejujur-jujurnya.
"Aku suka
Yukimura ... Mungkin."
"Eh ?!"
Setelah mendengar
jawabanku, Rika mulai bergetar cukup hebat.
"Ah, tidak,
aku tidak mengerti persis, tapi ... Bagaimana ya cara mengatakannya ...
Y-Yukimura membuat hatiku menjadi sedikit berdebar ... "
"Sedikit,
ya? Y-Yah, begitu ya, um, maksudmu 'suka' seperti ketertarikan pada lawan
jenis? "
"M-Mungkin,
ya ... mungkin saja?"
Aku ragu-ragu
saat menjawab.
Sebelumnya, aku
jelas-jelas menyatakan bahwa aku mencintai Sena, tapi sekarang aku berpikir
tentang hal tersebut, bagiku, dapat mengatakan hal seperti itu adalah suatu hal
yang cukup mengejutkan.
Tapi tidak hanya
pada Sena, adalah suatu kebenaran bahwa aku juga telah menjadi tertarik pada
Yukimura.
"K-Kapan ini
terjadi?!"
Aku menjawab Rika
yang sedang bersandar ke depan dan menanyai aku tentang hal itu:
"Eh? Ah ...
Sejak saat itu, aku pikir."
"Waktu itu?!"
"Ya. Sebelum
pesanmu datang untuk memanggil aku ke sini, aku kebetulan bertemu dia, dan pada
saat itu aku mulai memikrikannya...."
"...
Yukimura-kun, dapat melakukan hal yang luar biasa seperti itu dalam waktu
singkat.... Dia menancapkan bendera yang cukup besar...."
Sejak pertama,
ketika kita berada di kolam renang bersama-sama dan bersalin di ruang ganti,
aku cukup terkejut, karena aku masih berpikir bahwa Yukimura adalah seorang
pria pada waktu itu.
Setiap kali aku
tahu bahwa Yukimura mungkin adalah seorang wanita, aku terus meyakinkan diri
sendiri dengan, 'Orang ini adalah pria', jadi aku tidak menganggap perlu untuk
menahan diri. Ketika Yukimura secara tiba-tiba menunjukkan padaku rasa
bersalahnya yang manis dan murni atas setiap hal kecil yang dia lakukan, itu
membuat jantungku melompat.
Sejujurnya, jika
aku menghitung jumlah pemikiranku yang mengatakan “orang ini imut”, mungkin
saja aku lebih banyak mengatakannya pada Yukimura daripada Sena.
Dan, meskipun
dalam keadaan normal aku pikir bahwa dia adalah orang yang memikat, ketika aku
melihatnya sebelum aku pergi ke lantai atap, kekuatan kehendaknya adalah
sesuatu yang tak tergoyahkan.
-Apakah itu harus
masuk akal?
-Apakah itu harus
diperlukan?
-Aku terus berada
di sisi Aniki karena aku ingin.
Kata-kata dari
Yukimura sangat mempengaruhi jawabanku untuk pengakuan cinta dari Sena.
Meskipun
kadang-kadang aku sedikit terkejut dengan apa yang terjadi di dalam kepalanya,
kerapihan dan manis, ketenangan dan sopan santun yang lembut, namun terlepas
dari semua, kemauannya begitu keras, jujur aku mengidolakan hal-hal seperti
itu.
Sejujurnya, aku
pikir, aku masih akan terpesona olehnya bahkan jika Yukimura adalah seorang
pria.
"... Yah, Yukimura
adalah wanita yang baik.... Jadi Rika dapat memahami bagaimana kau bisa
menyukainya.”
Tampak agak puas,
Rika melanjutkan:
"Dan, apa
pendapatmu tentang Yozora-senpai?"
"..."
Aku terdiam.
Setelah berpikir
untuk beberapa waktu, aku dengan gugup membuka mulut.
"...
Bagaimana aku mengatakan ini ya... Kurasa, aku tidak mengatakannya dengan
jujur..."
"Tolong
beritahu aku, bukankah kita berteman?"
Rika mendesakku
dan itu hanya membuatku semakin bertambah ragu.
"... Yah,
bahkan jika kau mengatakan bahwa kita adalah teman, mengatakannya pada seorang
gadis sepertimu akan membuat aku merasa tidak nyaman....”
"Haa?"
"Ah, tidak,
ini bukan perkara wanita ataupun pria..., Ini semacam.... Ini adalah sesuatu
yang membuatku merasa tidak nyaman jika kuungkapkan atau kukatakan.... "
"Haa? Apa
maksudmu? "
"Yah, ini
seperti.... Bagaimana jika aku mengatakan kepada seseorang, kemudian mereka
berpikir, 'Wow betapa tidak menyenangkan dirimu’, ya jenis seperti itu. "
"Kau menjadi
mengelak, Senpai. Bagi Rika, tidak peduli apa yang kau katakan, itu akan
baik-baik saja."
"...
Sungguh?"
"Iya."
Rika, dengan
wajah serius, mengangguk penuh semangat.
Aku dengan enggan
merubah pikiran.
"... Aku
mengerti, aku akan mengatakannya. Untuk mengatakan kebenaran tentang hal ini,
kau tahu, kau akan menjadi satu-satunya orang yang kuberitahu dengan serius,
oke? "
"Iya."
"... Aku
akan mengatakan bagaimana perasaanku terhadap Yozora, oke?"
"Iya."
"... Aku
hanya mengatakan ke intinya secara langsung, oke?"
"Iya."
"Berat."
Aku menyatakan
perasaanku secara langsung dengan menggunakan satu kata.
"Ah...."
Dengan wajah
kelelahan, tidak menunjukkan kekaguman, kritik atau penerimaan, dia menghela
napas dengan canggung.
"... Yah,
Rika mengerti."
"Ah...,
terima kasih...."
Aku bukan lagi
Taka seperti yang dulu.
Ini sama seperti
ketika pertama kali aku tahu dan menyadari bahwa Mikadzuki Yozora adalah Sora,
dia bukan lagi Sora yang pernah aku kenal.
Aku melihatnya
sebagai seorang individu yang berbeda sejak aku menyadari bahwa Sora yang kukenal
ternyata adalah seorang gadis. Tidak....Lebih dari itu, pendekatan langsung
serta keberaniannya, dan rasa keadilan yang memenuhi dirinya, sekarang dia ...
Yah... sekarang Mikadzuki Yozora menjadi orang yang sama sekali berbeda.
Sora pasti tidak
akan pernah mengatakan sesuatu seperti, 'Orang-orang normal mati saja'.
Namun, sebagaimana
Yozora menganggapku—bersatu kembali dan menjadi sahabat dalam Neighbor’s Club
sebagai 'Mikadzuki Yozora dan Kodaka Hasegawa', dan menghabiskan hampir
setengah tahun bersama-sama - bahkan dengan semua itu, dia masih menganggap aku
sebagai 'Taka'.
Waktu yang Sora
dan aku telah habiskan bersama-sama di sini mungkin kurang dari setengah tahun.
Meskipun jangka
waktu adalah suatu hal yang tidak terlalu penting..., kami bersama-sama
menghabiskan waktu yang lebih lama di Neighbor’s Club.
-Hari ini,
tampaknya seperti itu.
-Mirip seperti
sepuluh tahun yang lalu.
Aku benci
mengatakan ini dengan begitu bahagia, tapi Yozora.... Sepuluh tahun yang lalu,
mungkin aku menganggapmu sebagai seorang anak laki-laki, tapi sekarang,
mustahil rasanya jika aku tidak melihatmu sebagai seorang gadis cantik... hanya
sekilas, wajah Yozora muncul di depan mataku.
Pada waktu ini,
aku pun menjawab.
-Aku paham,
sepertinya, ini sedikit mirip dengan masa lalu.
Dengan
'tampaknya' dan 'sedikit' aku mencoba untuk secara implisit menyampaikan kepada
Yozora bahwa dia begitu berbeda sekarang.... Namun, tampaknya pesan ini tidak
akan menggapai Yozora.
Ada kesenjangan
besar dalam komitmen diantara Yozora, yang masih larut dalam memori sepuluh
tahun yang lalu, dan aku, yang sudah melupakan semua yang terjadi di masa lalu.
Selama sepuluh
tahun ini, aku sudah berpindah dan berganti sekolah berkali-kali, banyak hal
yang telah terjadi dalam hidupku selama sepuluh tahun terakhir, dan meskipun
aku tidak bisa mendapatkan banyak teman, aku masih memiliki banyak kenangan
indah di saat itu.
Bahkan jika
hari-hari yang pernah kuhabiskan bersama Sora di masa lalu jauh lebih bermakna
daripada hari-hariku saat ini di Neighbor’s Club, kenyataannya adalah, sepuluh
tahun telah berlalu sejak saat itu, hari-hari itu tidak lebih dari lembaran
kertas yang sudah dibalik seiring berlalunya bulan dan tahun.
Atau, apakah ini
karena aku begitu kejam?
Tentunya, banyak
hal yang telah terjadi pada Yozora selama sepuluh tahun, kan?
Jujur, aku tidak
sanggup merasa senang ketika aku mendengar dia berkata, 'Aku sangat senang, kau
tidak melupakanku selama sepuluh tahun terakhir ini. "
Yozora menghadapi
aku dengan sepuluh tahun kenangan berharga di benaknya. Dia terus menggenggam
memori itu sehingga dia bisa menjalani semua hal bersama-sama Neighbor’s Club
dengan begitu ringan.
"Mengapa
sampai sejauh ini? ', pertanyaan itu akan ditanyakan dengan kebingungan dan
ragu-ragu.
"Itu sungguh
tidak masuk akal!", pernyataan itu akan dinyatakan dengan kejutan, takjub
dan keraguan.
Pada akhirnya,
apa yang aku pikirkan tentang Mikadzuki Yozora adalah sesuatu yang bahkan tidak
aku yakini.
Pada mulanya,
apakah emosi yang Yozora pendam terhadap diriku adalah suatu cinta? Atau apakah
itu hanyalah perasaan persahabatan? Apakah itu ketergantungan, atau keinginan
untuk mengendalikan? Ataukah itu adalah sesuatu yang berbeda dari semuanya...?
Bahkan mungkin,
bukan suatu hal yang bodoh jika Yozora sendiri tidak tahu jawabannya.
Ketika kami
berdua bertemu, perasaan berat tentang kecemasan dan kekhawatiran selalu muncul
karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan kukatakan.... Aku tidak tahu
apa yang harus kulakukan terhadap hal itu.
Meskipun begitu,
baru-baru ini, aku bisa melihat dengan jelas bahwa Yozora mulai mencurahkan
perhatian lebih kepada Neighbor’s Club. Dan tidak perlu dikatakan bahwa Yozora
sendiri telah berubah.... Berubah ke arah yang lebih baik.... Setidaknya itulah
yang mampu kupikirkan.
... Tapi,
meskipun aku memikirkan semua ini, aku tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu
pada Rika.
Maksudku, tidak
peduli bagaimana kau mengungkapkannya, ini sama saja dengan berbicara tentang
keburukan seseorang di belakang mereka.
Aku tidak ingin
menunjukkan semua itu kepada temanku, yang sudah berusaha keras untuk berubah.
☺
Aku membuka
mataku dan waktunya adalah jam 12 malam.
Sepertinya aku
tertidur ketika aku kembali ke kamar, setelah selesai makan malam.
Seluruh tubuhku
terasa ngilu dan kelelahanku masih belum hilang.
Aku sangat ingin
untuk kembali tidur, tapi aku ingat bahwa aku masih memiliki pekerjaan rumah
untuk besok, jadi aku tidak punya pilihan selain bangun dari tidur.
Untuk saat ini,
kupikir, aku harus mandi untuk menyegarkan diri, dan setelah pekerjaan rumahku
selesai, aku bisa kembali tidur.
Jadi aku keluar
dari kamar dan turun ke lantai bawah.
Ada lampu yang
menyala.
Apakah Kobato
masih terjaga?
Tapi, ketika aku
tidak menemukan Kobato di ruang tamu, aku pergi ke dapur dengan perasaan
curiga.
Aku merasa lapar
dan haus, jadi aku memutuskan membuka kulkas untuk makan camilan sebelum pergi
mandi.
Ya...? Susu—aku
yakin telah meletakkanya di sana ketika aku pulang, sekarang sudah tidak ada.
Mungkinkah Kobato
meminumnya...?
Pada saat itu,
bagaimanapun juga, mataku menangkap pemandangan sesosok botol Cola yang masih
ada di lemari es. Suatu pertanyaan muncul dalam pikiranku. Aku tahu betul, jika
diberi pilihan, maka Kobato tanpa ragu akan memilih Cola daripada susu.
Namun... botol
Cola masih tersegel dan susunya hilang...?
Oh, bahkan Kobato
mungkin sudah sadar jika susu lebih bermanfaat, ya...? Aku seharusnya tidak
memikirkannya terlalu dalam dan aku pun hanya melihat ke lemari di mana aku
meletakkan permen.
Kemarin aku sudah
memeriksanya, namun hari ini, aku menemukan suatu pemandangan yang tidak adil
di dalam lemari tersebut...
Dia sudah makan
hidangan makan malam yang banyak dan sekarang menyikat permen?
Aku tidak mengatakan
bahwa itu mustahil, tapi..., ada sesuatu yang terasa aneh.
Sekarang aku
menyadarinya, Kobato bertingkah aneh sejak aku pulang.
Dia meminta
seporsi besar makan malam, membantu tanpa aku perintah dan bahkan membuat suatu
alasan untuk marah-marah dan membawa makanannya kembali ke kamarnya ...
Jika aku
mengingatnya dengan benar, sesuatu seperti ini pernah terjadi beberapa tahun
yang lalu ...
Saat itu, Kobato
masih berada di tahun-tahun awal sekolah dasar dan kebetulan dia menemukan
kucing yang ditelantarkan di lingkungan sekitar, kemudian dia mulai
menyelinapkan makanan dari rumah untuk diberikan pada kucing itu.
Namun, sayangnya
Kobato yang alergi kucing telah melepasnya. Keluargaku mengetahui keberadaan si
kucing setelah dia mulai menampakkan gejala asma dan batuk-batuk.
Setelah itu,
ayahku memberikan si kucing pada pemilik baru, dan setelah dimarahi, Kobato
akhirnya sembuh, dia pun mengatakan, "Aku sangat lega ', lagi dan lagi
sembari menangis.
Ini juga
merupakan memori nostalgia lainnya.
Apapun itu, fakta
bahwa tidak ada tanda-tanda alergi pada Kobato menunjukkan bahwa setidaknya
yang disembunyikannya kali ini bukanlah seekor kucing. Seekor anjing atau
sesuatu lainnya mungkin?
Pokoknya, sebagai
Onii-chan-nya Kobato, aku tidak bisa
membiarkan rahasia seperti itu luput dariku.
Pada saat itu,
aku mendengar suara air mengalir di kamar mandi.
Tampaknya Kobato
sedang mandi.
Atau mungkin dia
sedang memandikan anjing ini (?) dia telah mengambilnya sementara aku tertidur!
Aku berlari menuju kamar mandi segera setelah menyadari ini.
"Hei,
Kobato! kau- "
Sambil
mengatakannya, aku membuka pintu kamar mandi.
Apa yang aku
temukan bukanlah kucing atau anjing, tetapi suatu makhluk tak berdaya.
"Nnfaa...?"
Mengeluarkan
suara terengah-engah aneh yang menawan dia berbalik ke arahku.
Sosok ramping itu
ditutupi oleh gelembung putih, tangan kirinya memegang shower, tangan kanannya
menutupi perut. Rambut hitamnya mengkilap karena dibasahi oleh air, matanya
tampak gembira dan wajahnya memerah.
Entah kenapa,
Mikadzuki Yozora berada di sana, mandi di rumah kami.
"Eh
...?"
Mungkin karena
belum bisa menerima kenyataan bahwa ada seorang pria yang melihatnya dalam
keadaan telanjang bulat, Yozora terus menatapku dengan ekpresi kosong.
Otakku juga telah
berhenti berfungsi karena kelebihan beban akibat semua kebingungan ini.
Mungkin ini hanya
mimpi? Aku mulai memikirkan itu dengan serius.
Tunggu, apakah
ini benar-benar bukan mimpi? Bagaimanapun juga, aku tadi tertidur sembari
memikirkan Yozora, maka, bisa saja aku sedang bermimpi tentang dirinya.... Tapi
tetap saja, ini semua membuat aku merasa seperti tenggelam dalam perasaan
jijik.
"Kukuku, aku
telah membawa handuk, untuk ksatriaku......"
Ini bukan mimpi.
Aku mendengar
suara dan berbalik ke arahnya. Di sana ada Kobato yang baru saja memasuki kamar
mandi.
"Gyaa
?!"
Kobato melepaskan
jeritan.
Dan tepat setelah
itu, dia pun melanjutkan dengan, 'Ah ?! Hiya, Heeh ?! Ko-Koda, yaa, hiii, hoou!
'. Dia pun meneriakan kata-kata yang sukar dimengerti, Yozora mengangkat kedua
tangannya untuk menutupi dada dan berjongkok.
Pikiranku menjadi
kosong, dan aku pun keluar dari kamar mandi dalam keheningan total.
Pada saat itu,
kebetulan aku melihat seragam perempuan dari St. Chronica Academy dan pakaian
dalam berwarna pink yang bukan milik Kobato berada di keranjang cucian.
"Ahh, umm,
An-chan...."
Aku menaruh
tanganku di kepala Kobato yang masih gelisah dan menepuk-nepuknya. Aku pun
berkata, 'Mari kita bicara tentang hal ini nanti. ", dan kemudian aku
pergi.
☺
Sekitar sepuluh
menit kemudian, di ruang makan keluarga Hasegawa.
Di depanku, duduk
Kobato dan Yozora sambil memeluk lutut.
Yozora mengenakan
jersey sekolah. Rambutnya masih basah karena dia buru-buru keluar dari kamar
mandi, jadi kepalanya dikerudungi oleh handuk.
"... Nah,
Kobato."
Masih
bertanya-tanya tentang apa yang harus dilakukan terhadap mereka, aku pun mengarahkan
perkataanku pada Kobato terlebih dahulu.
"... Apa
ini?"
"......
Ke-Ksatria kegelapan...."
Kobato menjawab
dengan suara kecil dan mata gemetar.
"Ya ... Dan
apa yang ksatria kegelapan sedang lakukan di rumah kita?"
"A-aku
membawanya...."
"Ksatria kegelapan
dilarang berada di rumah kita. Pergi dan kembalikan dia di tempat pertama kali
kau menemukannya. "
"A-aku akan
menjaganya dengan baik!"
"Aku tidak
akan membiarkanmu. Kau sulit bangun pagi, kan? Jika kau tidak bisa mengurus
itu, maka dia harus kau buang. "
"T-Tapi aku
bisa mengurusnya! Aku akan membawanya keluar untuk jalan-jalan setiap hari dan
aku akan membantu ketika kau membutuhkan! "
"... Apakah
aku adalah hewan peliharaan?"
Dalam percakapan
antara Kobato dan aku yang entah kenapa berubah menjadi suatu percakapan antara
ayah dan anak, si ksatria kegelapan menyela dengan nada kesal.
"... Dan?
Apa artinya ini, Yozora? "
"..."
Yozora memasang
wajah yang tampak seperti, dia akan menangis setiap saat dan dia pun mulai
menjelaskan situasinya.
Dia menjelaskan
bagaimana dia melihatku hari ini ... Tidak, lebih tepatnya kemarin, berjalan
dengan cepat menuju atap setelah sekolah usai.
Dia mengikuti aku
dan mengintip dari pintu masuk atap. Dia pun melihat Rika dan aku bertarung.
Dia tidak bisa
tahan melihat Rika dan aku menyatakan persahabatan setelah pertarungan
berakhir. Dia pun meninggalkan atap dan kemudian berlari keluar dari sekolah
dengan segera.
Dalam keadaan
patah hati, dia punya ide untuk melakukan perjalanan, dan mengirim pesan pesan
ke semua anggota klub yang mengatakan, 'aku sudah pergi untuk melakukan suatu
perjalanan. Jangan mencariku. ".
"Menyatakan:
aku akan pergi untuk suatu perjalanan bukanlah suatu masalah, tapi ... aku
tidak punya uang dan tidak ada tujuan, terlebih lagi, aku tidak punya keberanian
untuk melakukannya ... Dengan tidak adanya harapan dan impian, atau hal-hal
yang penting sebagai alasan ... Aku bertanya pada diri sendiri, 'Apakah hidupku
begitu berharga?", atau sesuatu seperti itu, hahaha ... "
Yozora tertawa
dirinya sendiri yang sedang tersiksa.
Itu sangat
menyedihkan, aku bahkan sama sekali tidak bisa ikut-ikutan tertawa ...
Meskipun ia
mengolok-olok dirinya sendiri, jika dia bisa bercanda dalam hal ini, maka
mungkin dia masih
berada dalam
kondisi yang baik-baik saja. Aku pikir begitu ...
"Tapi itu
benar, bahwa aku ingin hilang begitu saja di suatu tempat, dan aku tidak
benar-benar ingin kembali ke rumah ... sebelum aku sanggup memahami semuanya,
aku pergi ke taman dimana kita biasa bermain-main sepuluh tahun yang lalu.
"
Tampaknya firasatku
tidak sepenuhnya salah.
"... Aku
duduk di bangku untuk sementara waktu, dan ketika matahari benar-benar sudah
terbenam, Sumeragi kebetulan menemukan aku di sana. "
"Jadi kau memanggil Kobato dengan sebutan
'Sumeragi', eh ...?"
Seakan-akan aku
ingin menjotosnya saat mendengar itu.
Sekarang aku
menyadarinya, aku belum pernah mendengar Yozora memanggil Kobato dengan namanya
sebelumnya, dia selalu memanggil, 'adik kecil Kodaka'.
"Itu karena
dia bilang bahwa dia ingin dipanggil dengan sebutan seperti itu ..."
"Eh?"
Aku mengalihkan
tatapanku terhadap Kobato.
"Kukuku,
aku, Leysis Vi Felicity Sumeragi, telah secara eksklusif mengijinkan dia untuk
menggunakan nama depanku. "
Entah kenapa,
Kobato tertawa gembira.
"... Dan
mengapa kau bersembunyi dengan Kobato?"
Setelah mendengar
pertanyaan ini, wajah Yozora mulai tampak murung, ia kemudian menjawab:
"Itu karena
aku tidak ingin menghadapimu, Kodaka ..."
"Aku paham
bahwa kau tidak ingin melihat seseorang yang baru saja mendapatkan pesan,
'Tolong jangan cari aku.’ ... Tapi mengapa kau harus menulis itu dengan cara
yang begitu mengkhawatirkan? Jika kau ingin melakukan perjalanan untuk
meredakan sakit hatimu, tidakkah ada kalimat lain yang lebih cocok untuk kau
tulis dalam pesan tersebut? Kau tidak menjawab panggilan kami, dan pesanmu
hanya menjadikan kami khawatir. "
Sena sudah tahu
bahwa 'Yozora tidak mungkin bertindak seaneh itu untuk mendapatkan perhatian.
" Jika dia tidak berpikiran seperti itu, dia mungkin telah pergi
mencarinya dengan perasaan cemas.
"...... Aku
ingin agar kau sedikit khawatir
..."
Yozora
mengatakanya dengan agak canggung, hampir seperti anak kecil yang dongkol.
"Kau ingin
agar aku khawatir ... Oh, ayolah ..."
Semua tindakannya
adalah agar aku cemas, sepertinya prediksi Sena tersebut tepat sasaran.
"Kukuku ...
Ya, aku memang mengerti."
Kobato
menunjukkan rasa simpatinya pada Yozora dan mengangguk dengan kuat. Sekarang
dia mengatakannya, aku ingat bahwa Kobato juga ingin agar aku menyayanginya
dari waktu ke waktu.
"Haaaa ...
Ampun deh, kau ini ..."
Di saat aku
mendesah dalam-dalam, Kobato mengatakan:
"Jadi ...
An-chan ..."
Dia menatapku
dengan mata seperti mata anak anjing dan berkata:
"Bisakah
ksatria kegelapan tinggal bersama kita?"
"Kodaka
..."
Sekarang giliran
Yozora, dia menatapku dengan sorot mata layaknya seekor anak kucing yang
dibuang ...
"Tidak. Kau
harus pulang ... itu adalah apa yang ingin kukatakan, tapi ... ini sudah larut
malam, jadi..."
Tentu saja,
mengusirnya di tengah malam adalah suatu tidakan yang tidak bijak.
"Tunggu
sebentar, Yozora. Kau benar-benar sudah menghubungi rumahmu, kan? "
"...Belum."
Yozora memberikan
ekspresi muram saat ia menggeleng.
"Ehh ?! Itu
benar-benar buruk, bukan ?! Jika kau belum pulang sampai saat ini, orang tuamu
akan mengkhawatirkan-- "
"Tidak
akan."
Yozora menyelaku
dengan penolakan bernada datar.
"Mereka
tidak akan melakukan hal seperti itu. Bahkan jika aku tidak kembali ke rumah
atau ke sekolah. Apa yang sedang aku lakukan dan di mana aku melakukannya, itu
semua tidak akan membuat mereka khawatir. "
Yozora memasang
wajah yang tampak seolah-olah ia akan menangis setiap saat.
"Aku yakin,
bahkan jika aku benar-benar pergi untuk suatu perjalanan, atau mereka ditegur
oleh pihak sekolah karena absenku yang kosong, atau jika aku ditangkap oleh
polisi, mereka mungkin akan lebih melihatnya sebagai suatu hal yang merepotkan
daripada mengkhawatirkan.... "
Aku tidak tahu
apa-apa tentang situasi rumah tangga Yozora.
Apa yang aku tahu
tentang Sora sepuluh tahun yang lalu hanyalah fakta bahwa ia tinggal di suatu
apartemen dan ia adalah seorang anak tunggal. Bahkan, aku belum pernah
mengunjungi rumahnya sebelumnya.
Sora tidak
bercerita banyak tentang dirinya saat itu, dan juga, aku tidak terlalu tertarik
untuk mengetahuinya.
Aku pun juga
tidak ingin membawa hal-hal yang berhubungan dengan sekolah ketika kami
bermain, maka situasinya berkembang menjadi keadaan dimana kami berdua
menghindari pembahasan tentang kehidupan pribadi masing-masing..
Selama kami
menghabiskan waktu bersama-sama dengan senang, aku tidak pernah khawatir
tentang apa pun selain itu.
Sedikit informasi
yang pernah kudapatkan tentang keluarga Sora adalah....
-- Kau tidak
perlu repot-repot mencari seratus teman, mendapatkan teman sejati yang bisa kau
kasihi adalah lebih baik daripada mendapatkan seratus teman. Bahkan jika dia
hanyalah satu-satunya teman yang begitu
memperdulikanmu
lebih dari siapapun di dunia ini, dan begitupun dirimu terhadapnya, maka kau
akan mendapatkan hidup yang begitu brilian --
Perkataan
demikianlah yang sepertinya sudah dikatakan oleh ibunya Sora.
Aku penasaran
karena dia menggunakan kata 'ibu' satu-satunya, bukannya 'orang tua' di waktu
itu.
Saat ini,
Mikadzuki Yozora sering memesan berbagai barang melalui internet, dia juga
pergi ke restoran keluarga dan karaoke sendirian. Sehingga, tampaknya tidak ada
masalah keuangan padanya.
Tapi, mungkin aku
harus bertanya padanya tentang hal itu lebih lanjut ... Tentang situasi
keluarga Yozora ...
Ini merupakan
suatu beban yang begitu berat di pundakku, tapi apakah aku harus benar-benar
terlibat lebih dalam pada hal ini ...?
Saat aku sedang
melamun:
"Hatchu!"
Yozora melepaskan
suara bersin yang lucu.
Bagaimanapun
juga, dia mandi dalam waktu yang cukup lama tadi ... Akan menjadi buruk jika
dia kena masuk angin karena udara malam yang dingin.
"... Apa
boleh buat, kan? Menginaplah untuk malam ini. "
"An-chan
...!"
Mata Kobato
menunjukkan betapa gembira suasana hatinya.
"B-Benarkah
tidak apa-apa?"
Yozora bertanya
dengan gelisah.
"Yah,
kupikir menginap satu malam saja bukanlah hal yang serius. Bagaimanapun juga,
kau adalah tamu Kobato. Tidaklah sopan jika aku mengusirmu dari rumah ini.
"
"Aku paham
... Meskipun kau seperti ini, kau masih cukup toleran. Tampaknya, kau juga
pernah tinggal di rumah Niku.... "
Yozora
menggumamkan kalimat itu dengan suara rendah. Namun aku tidak membalasnya
dengan, 'Ngomong apa barusan?'.
☺
Setelah Yozora
mengeringkan rambutnya, semuanya pergi tidur.
Karena Kobato
tidak keberatan jika mereka berdua berbagi tempat tidur, maka aku tidak perlu
membawakan futton untuk Yozora.
"Yozora,
bisakah aku menanyakan satu hal sebelum
kau pergi tidur?"
Aku berkata
kepada Yozora yang sedang mengikuti Kobato ke kamarnya.
"Kobato, kau boleh pergi duluan."
Mungkin karena ia
menyadari bahwa kami akan memiliki percakapan yang penting, atau mungkin karena
dia hanya ingin tidur, Kobato hanya berkata, 'Mhm ...', dan memenuhi
permintaanku dengan patuh.
"... Ada
apa, Kodaka?"
Setelah Kobato
berada di kamarnya, aku pun membuka mulut.
"... Aku
berteman dengan Rika."
"... Aku tahu,
bagaimanapun juga, aku melihatnya sendiri."
Setelah beberapa
saat ragu-ragu, Yozora mengatakan itu dengan nada acuh tak acuh.
Dan dia
meneruskannya dengan tawa.
"...
Sekarang aku berpikir tentang hal ini, Rika adalah orang yang paling suka
berbicara dalam Neighbor’s Club ... Rika juga cukup sering berada pada sisimu
dan membelamu ... "
"Ah ... Yah,
tepatnya kami tidak menjadi teman untuk 'saat ini', kami sudah berteman sejak
lama."
Setelah jeda
singkat, aku melanjutkan:
"Bagiku,
Rika adalah orang yang paling akrab di Neighbor’s Club. Tapi, saat-saat yang
kuhabiskan bersama kalian juga-- "
"Hentikan."
Dia tidak
meneriakkan suara itu dengan lantang seperti yang biasa dilakukannya di masa
lalu, tapi dengan suara yang kesepian, Yozora dengan tenang mengatakan itu.
"Kau bukan
lagi Taka, kan?"
"Ya
..."
Aku mengangguk,
dan Yozora mengatakan:
"Lalu
begitu, kau dan aku ... bukan lagi teman."
Air mata lepas
dari kelopak mata Yozora saat ia menyatakan itu dan dia pun tertawa.
"... Aku
mengerti."
Hasegawa Kodaka
dan Yozora Mikadzuki bukan lagi teman.
Bahkan jika salah
satu dari mereka secara sepihak merasakan suatu ikatan pertemanan, itu tidak
lagi bisa disebut persahabatan.
"Rika
benar-benar gadis yang baik."
Yozora
mengatakannya sambil mendesah.
"Cerah dan
peduli, memiliki otak yang cerdas dan menjadi seorang penemu yang mampu secara
langsung mengevaluasi situasi sosial ... Jika kau ingin berteman dengan
seseorang, tentu saja kau akan lebih memilih dia daripada seseorang yang suram,
berbahaya, egois, dan hanya pantas jadi sampah. Siapa saja akan melakukan itu.
"
Aku tidak bisa
mengatakan satu patah kata pun pada Yozora yang menyalahgunakan dirinya
sendiri. Dia tertawa sembari menahan air matanya yang terus merembes.
"Aku juga
mendengarkan pesan suara yang dia tingalkan. Dia mengatakan kepadaku bahwa aku
hanya lari dari kenyataab, hanya menyalahkan orang lain, hanya membenci
kenyataan dan tidak mencoba untuk melakukan satu hal untuk diriku sendiri ...
Apa yang dia bilang begitu benar sehingga aku tidak memiliki satu hal pun untuk
membalasnya. "
"Setelah dia
mengatakan itu, dia merasa begitu terpukul, kau tahu? Masih saja ... "
Sementara masih
bertanya-tanya apakah ini adalah kata-kata yang layak keluar dari mulutku
ataukah tidak, aku mengatakan:
"'Jika
begitu membenci suatu hal, maka jangan lari dari hal tersebut, bukankah
begitu...?", itulah yang ingin dia katakan. Yang dia rasakan tentangmu
adalah-- "
"Ha Ha"
Yozora memberikan
tawa pahit sembari memotong apa yang akan kukatakan.
"Yozora?"
Senyum tidak
jujur terlihat jelas di wajah Yozora.
"Mengasihani
seekor serangga jelek pecundang seperti diriku.... Memang seperti itulah
perlakuan dari seorang pria normal yang memiliki banyak teman dalam ikatannya
yang baik. "
"Kau...!"
Ini adalah suatu
ungkapan yang begitu merendahkan, aku merasa sedih dan aku pun menjadi kesal.
Seakan-akan,
tidak peduli apakah aku menginginkannya ataukah tidak, aku dipaksa untuk
menyadari bahwa Sora yang pernah aku kenal telah benar-benar lenyap dari dunia
ini.
"Hanya itu
yang ingin kau katakan?" tanya Yozora.
Aku menggeleng
untuk menyangkalnya.
Pada
kenyataannya, apa yang terjadi setelah peristiwa tersebut adalah hal yang
penting.
"Setelah
turun dari atap, aku pergi untuk memberikan Sena jawaban atas pengakuan
cintanya."
Mata Yozora
menegang.
"J-Jadi apa
jawabanmu atas pengakuan cinta dari Niku?"
"Jawabanku
adalah, aku mencintainya."
Aku
sungguh-sungguh ragu apakah aku harus mengatakannya atau tidak.
Namun, cepat atau
lambat, ketika dia datang lagi ke Neighbor’s Club, dia pasti mendengar tentang
kabar ini. Jadi, aku pikir akan lebih baik baginya untuk mendengarkan ini dari
mulutku sendiri.
Ekspresi Yozora
tidak berubah.
Setelah terdiam
sebentar.
"Aku
mengerti."
Yozora bergumam
dengan suara tanpa emosi.
Setelah itu, aku
mencoba untuk menjelaskan semuanya seperti yang kulakukan pada Kobato pada saat
makan malam tadi. Bahwa aku mencintai Sena tetapi tidak berniat pacaran
dengannya, tapi Yozora sungguh terlihat bengong dan kosong.
"... Jadi
Kodaka... Gadis itu... Kau mencintai Kashiwazaki Sena, ya...?"
Aku berkata, 'Ya
...', pada Yozora yang terlihat begitu ingin mendapatkan konfismasi dariku. Dan
aku hanya mengangguk
"Aku
mengerti ..."
Yozora mengatakan
itu sambil mendesah.
Dia tidak
meledakkan amarahnya, berbicara buruk tentang aku, Sena atau Rika, bahkan tidak
sedih atau bercucuran air mata, dan dia tidak menahan ekspresinya dengan
mengejangkan otot-otot di pipinya, dia hanya memberikan senyuman lemah sekilas.
"Haha...
Semuanya sudah pergi...."
1 Comments
Ohh ... Astaga..benar2 emosional..
BalasHapusPosting Komentar