BAB
7
JULUKAN
Setelah meninggalkan ruang Dewan OSIS, aku menuju ke ruang klub.
Rika, Sena, Yukimura, dan Maria sedang berada di dalam ruangan tersebut. Setelah masuk aku, Maria mendekatiku dengan langkah cepat, sementara dia menggerogoti beberapa lembar keripik kentang.
"Dengar, dengarkan, Onii-chan! Bento hari ini bahkan lebih lezat dari biasanya! Biasanya rasanya juga enak, tapi hari ini bahkan lebih menakjubkan, entah kenapa! Bagaimana bisa?! Mengapa? "
"Itu karena aku membuatnya dengan usaha ekstra hari ini."
Aku berkata kepada Maria yang berbicara dengan riang sambil mengelus kepalanya.
Selama ketidakhadiran aku dari Neighbor’s Club, aku telah meninggalkan tugas bento milik Maria pada Yukimura.
Setiap kali Yukimura datang untuk membawakan aku roti biasa dan manga preman saat istirahat makan siang, aku memberikan bento milik Maria padanya, dan dia akan memberikan pada Maria nanti.
Hari ini, untuk pertama kalinya dalam waktu yang cukup lama, aku mampu memberikan bento pada Maria dengan tanganku sendiri, itu membuatnya cukup senang. Dan terlebih lagi, tampaknya bento itu dia terima dengan sangat baik.
"Umm, bagaimana aku harus mengatakan ini... Aku minta maaf karena sudah beberapa hari tidak muncul di sini."
Aku mengucapkan maaf pada Maria.
"Tidak apa-apa. Itu adalah hal yang biasa. "
Dia menjawab dengan riang, sementara dia menikmati kepalanya dibelai oleh tanganku.
"Aku mengerti. Maria adalah anak yang benar-benar baik."
"Yap!"
Dia mengangguk, tersenyum dengan sangat cerah.
"Ngomong-ngomong, Onii-chan, vampir kotoran tidak datang akhir-akhir ini. Dia sungguh menyedihkan—"
"Kobato mengatakan bahwa dia akan datang juga, kau tahu."
"Benarkah?!" kata Maria dengan gembira. Dia pun semakin bergairah setelahnya ...
"Benarkah?!" suara ini berasal dari Sena, yang mengalihkan perhatiannya dari game Galge sedetik setelah aku mengatakan itu.
"Y-Ya. Ketika aku mengatakan bahwa aku akan pergi ke klub lagi mulai hari ini, dia mengatakan bahwa dia akan datang juga. "
"Yippie-! Aku akhirnya bisa bermain-main dengan Kobato-chan lagi! "
"... Cukup lama waktu berlalu sejak terakhir kali kau menggodanya, kau tahu..."
Seperti biasa, aku membuat tusukan pada Sena yang sedang bersorak.
"Uehehe♥ Kobato-chan, guhehe..." Sena tersenyum dengan menyeramkan, sementara membisikkan 'kata cinta' terhadap heroine di game-nya, perilakunya benar-benar tidak berubah dan mirip seperti sedia kala. Rupanya dia benar-benar menepati janjinya padaku.
Dia sama seperti Kashiwazaki Sena dari masa lalu.
Namun, aku tidak pernah tahu keadaan hatinya, dan aku juga tidak pernah tahu apakah dia bertindak seperti ini dengan jujur atau dibuat-buat.
"Terima kasih untuk semua kerja kerasmu pada hari ini, Aniki."
Yukimura melangkah maju dan membungkuk sambil tersenyum lembut.
"Ya, aku berterima kasih kepadamu juga, Yukimura ... Ap—?!"
Setelah menyampaikan bento milik Maria, setelah menyelesaikan bagian pekerjaanku di Dewan OSIS kemarin, dan terlebih lagi, selalu berada di sisiku walaupun tahu sifatku yang sebenarnya. Aku seharusnya memberikan berjuta-juta kata terimakasih padanya, namun di tengah itu semua, aku menghadapi suatu hal yang sungguh mengejutkan.
Ketika aku datang ke ruang klub, aku tak bisa melihat bagian tubuh Yukimura dari perut sampai ke bawah, seakan-akan bagian tubuhnya tersembunyi di balik meja. Yukimura tidak mengenakan seragam pelayan yang biasa dia pakai, melainkan seragam sekolah.
Dan terlebih lagi, itu bukanlah seragam laki-laki.
Suatu blazer dan rok....
Untuk pertama kalinya, aku melihat Yukimura mengenakan seragam St. Chronica Academy.
"Yukimura, kau-m-mengapa ?! Mengapa memakai seragam perempuan?! "
"Aku adalah seorang dara, seperti yang kau tahu."
Yukimura menjawab seakan tanpa beban.
"I-Itu benar, tapi ..."
Ini buruk... Dia menunjukkan penampilan femininnya dalam serangan perempuan secara mendadak dan sekarang jantungku berdegup dengan begitu keras.
... Tapi, kupikir, degupan keras pada jantungku ini lebih disebabkan karena terkejut.
"Apakah terlihat aneh?"
"Tidak, kalau kita bicara tentang hal-hal yang aneh, situasi sekarang memang aneh! Tapi apa yang terjadi dengan seragam pelayan milikmu yang biasa? "
"Aku sudah bosan dengan seragam itu."
"Kau sudah bosan ?!"
"Sejak awal aku tidak benar-benar menyukainya dan kemarin Yusa-Yusa telah menunjukkan bahwa pakaian yang feminin akan lebih sesuai denganku."
"Yusa-Yusa?"
Aku kebingungan setelah mendengarkan istilah baru ini:
"Maksudku Yusa Aoi."
Yukimura menjawab tanpa menambahkan sebutan kehormatan.
"Umm, Yukimura-kun, bisakah aku bertanya mengapa kau memanggilnya 'Yusa-Yusa'?"
Bukannya aku, malah Rika yang bertanya dengan suara gemetaran.
"Bagaimanapun juga, dia adalah temanku."
Yukimura menjawabnya seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka berdua.
"T-temanmu...?", Rika mengatakan itu, dan dia pun tidak dapat menyembunyikan tubuhnya yang gemetaran.
"Sekarang aku baru menyadarinya, Aoi memanggilmu dengan sebutan 'Yukki' ketika terakhir kali aku berbicara dengannya... K-Kapan kalian menjadi begitu ramah satu sama lain?! ... Aku bodoh, itu bisa saja terjadi kemarin, setelah hal itu... "
"Ya." Yukimura mengangguk.
"Kami mengambil sumpah untuk meningkatkan kewanitaan kami bersama-sama."
"Me-Meningkatkan kewanitaan, katamu..."
"Ya, kami segera berencana pergi untuk membeli pakaian bersama-sama."
Hanya sekilas, Yukimura mulai tersenyum. Uwaa, sangat imut. Apa yang akan terjadi jika Yukimura terus meningkatkan kewanitaannya ...?
Memang benar bahwa Yukmiura dan Aoi mengawali pertemuan sebagai musuh, tapi mereka berdua sangat bersemangat pada keyakinan mereka masing-masing. Mungkin aneh bagiku, tapi mereka berdua memiliki selera yang unik, bahkan mereka bisa menyebut aku “keren”, sehingga, jika mereka berdua berbicara secara baik-baik, mungkin mereka bisa menjadi teman yang akrab.
Tapi tetap saja, itu baru terjadi kemarin. Oh ...
"U-Umm, Yukimura-kun."
Rika mengatakan itu dengan samar-samar.
"Ada apa, Rika-dono?"
"Kau memanggil Yusa-senpai dengan julukan 'Yusa-Yusa', kan?"
"Itu benar."
"... Yukimura-kun, kau suka memanggil teman-temanmu dengan julukan, kan?"
"Ya, bagaimanapun juga, mereka adalah temanku."
"Bagaimana kau memanggil Rika?"
Yukimura menatap dengan pandangan bingung dan kemudian berkata:
"...? Rika-dono adalah Rika-dono, bukan? "
"... betapa mengecewakan...."
Bibir Rika cemberut karena tidak puas dengan jawabannya.
"Jangan cemberut seperti itu, oke?"
"... Tapi... Meskipun kami berdua berada dalam kelompok Kouhai... Muuu ..."
Rika mengatakannya dengan nada humor yang pahit.
Tampaknya, karena di Neighbor’s Club mereka berdua sama-sama berasal dari Kelas I, Rika merasa punya semacam hubungan dengan Yukimura.
Sekarang aku berpikir tentang itu, aku mengingat situasi sama seperti yang dihadapi Rika saat ini.
Dia memiliki ekspresi yang sama dengan Maria ketika dia melihat Kobato dikelilingi olehnya teman-teman sekelasnya selama festival sekolah.
"Yu-Yukimura-kun!"
Rika berbicara pada Yukimura dengan suara yang kuat.
"Iya?"
Yukimura menjawab dengan nada yang biasa.
"Yukimura-kun, apakah kau anggap Rika... s-sebagai t-teman...? "
"Ha?"
Bukan karena apa yang dia dengarkan tidak jelas, atau bukan karena dia pura-pura tidak mendengarnya, seperti yang pernah kualami–itu juga bukan masalah kebencian atau sarkasme. Itu benar-benar keluar dari ketidakmampuannya untuk memahami kata-kata yang telah dikatakan tadi, jadi Yukimura memiringkan kepalanya dan berkata, 'Ha?'.
"Ah ... Umm ... tidak apa-apa ..."
Sembari menggumamkan itu, Rika mengendurkan bahunya dalam kekecewaan.
"Aku akan berbicara kepadamu tentang hal-hal yang berdasarkan kejadian nyata... Rika menganggap semua orang di Neighbor’s Club sebagai teman, tetapi tampaknya ada suatu kebenaran yang menyakitkan–dengan pengecualian pada Kodaka-senpai–yang lainnya tidak sependapat dengan opini ini... 'Bukankah kita semua sudah menjadi teman? "- itulah yang kupikirkan, tapi mungkin aku salah..."
Shiguma Rika-- yang memiliki hubungan baik dengan Yozora, berpikiran bahwa Yukimura tidak menganggapnya sebagai teman.
Dan mengenai Sena, dia tidak benar-benar peduli pada Rika.
Itu benar-benar sulit..., sesuatu yang disebut 'hubungan manusia'. Yah, meskipun itu adalah berkah.
☺
Setelah itu, waktu di klub berlalu dengan suasana yang agak aneh.
Aku mengerjakan pekerjaan rumahku, Rika masih di depan komputernya, Yukimura melanjutkan pelatihan 'Tinju Bayangan Kejahatan' yang pernah dia lakukan ketika masih berseragam pelayan, Sena sedang bermain game Galge-nya, Maria melakukan berbagai hal secara bergantian mulai dari meniru pelatihan Yukimura dan berkeliaran di sekitarku.
Rutinitas yang sama pada keseharian Neighbor’s Club-semua orang melakukan kegiatan sesuka hatinya.
Satu jam kemudian, Sena berpaling dari game galge-nya dan berbicara padaku.
"Hei, Kodaka."
"Hm?"
"Kapan Kobato-chan datang?"
"Tidak tahu..."
Sekarang aku baru menyadarinya, hari sudah semakin gelap.
"Aku akan mencoba meng-emailnya.”
Dan jadi aku menulis pesan untuk Kobato, [Kapan kau datang?].
Tiga menit kemudian aku menerima balasan dari Kobato, [Tidak datang hari ini]
"... Sepertinya dia tidak akan datang hari ini."
"EEHHH ?!"
Harapannya dikhianati, Sena meneriakkan suara sedih.
"Aku paham ... Si vampir kotoran tidak akan datang hari ini, ya..."
Di samping Sena, melihat Maria dengan ekspresi kesepian membuat aku jadi sakit hati.
"Haa ..." Sena mendesah dan berhenti bermain game-nya.
"Sena?"
"Ketidakdatangan Kobato-chan hari ini membuatku malas. Aku akan pulang sekarang. "
Setelah Sena pergi, kami berempat hanya bermalas-malasan di klub, tapi tak lama kemudian suatu pesan mencapai ponsel Yukimura.
"Aniki, aku permisi mau pulang sekarang."
"Ada apa?"
"Hari ini, Yusa-Yusa menyelesaikan pekerjaannya lebih awal, jadi dia mengundangku untuk pergi berbelanja bersama."
"Dia mengajakmu sekarang? Ini sudah cukup sore. "
Rika mengatakannya dengan nada sedikit jengkel.
"Bagaimanapun juga, Yusa-Yusa cukup sibuk dengan pekerjaan OSIS."
"Ya, ya, Neighbor’s Club hanyalah sekelompok pemalas."
Rika dengan cepat menjawab Yukimura sembari cemberut.
☺
Segera setelah Yukimura pergi, kami semua memutuskan untuk meninggalkan ruangan juga.
"Da-Dah, Onii-chan! Sampai jumpa besok-! "
"Ye, nantikan bento-mu selanjutnya."
Aku mengucapkan sampai jumpa pada Maria, yang melambaikan tangannya saat dia melihat aku, dan pergi melalui gerbang sekolah dengan Rika.
Di jam ini, orang-orang tidak menggunakan bus lagi, jadi Rika dan aku adalah satu-satunya yang duduk di bangku stasiun.
Rumah Rika dekat dengan sekolah dan dia hanya berjalan ke sana, jadi sekarang dia hanya menemaniku sampai bus tiba.
"Apakah kau masih ngambek karena perkara Yukimura dan Aoi?"
"T-Tidak, aku bukannya ngambek atau apa. Hanya saja, itu adalah hal yang mengejutkan bagiku, itu saja. "
"Apakah kau tidak melupakan sesuatu?"
Aku menaruh tanganku di kepala Rika.
"... K- kau memiliki aku, kan?”
Aku mengatakan itu tanpa kekhawatiran tentang kemungkinan datangnya berbagai konsekuensi.
Tapi, seperti yang kau lihat ... Melihat Rika—temanku—berkeinginan untuk berteman dengan orang lain tepat di depan mataku - itu membuatku merasa agak suram.
Perasaan apa ini? ... Cemburu? Cemburu pada Yukimura ?!
Aku berharap yang terbaik bagi Yukimura, aku tidak punya masalah dengan Aoi, dan aku benar-benar suka Rika yang selalu berpikir tentang Neighbor’s Club. Tapi... Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merasa tidak nyaman melihatnya kesepian karena Yukimura punya sahabat lain. Aku senang melihat fakta bahwa Rika menganggap Yukimura sebagai teman, tapi apakah keberadaanku tidak cukup baginya? Perasaan cemas tersebut mengaduk-aduk pikiranku dan itu cukup membuatku jadi sedih.
Perasaan apa ini, aku pun bertanya-tanya... Aku benar-benar bingung tentang perasaan ini; itu sesuatu yang tidak pernah kurasa sebelumnya.
"Kau benar, Senpai," Kata Rika sambil tertawa.
"U-Ummm... Kodaka-senpai?"
"Ya?"
"R-Rika menganjurkan bahwa kita juga saling memanggil dengan nama julukan!"
Rika mengatakannya dengan wajah memerah karena malu.
"J-Julukan?"
"Iya! Bagaimanapun juga kita adalah teman, sesuatu seperti 'Yusa-Yusa', 'Yukki', 'Niku', 'Vampire Kotoran' , Atau 'Saint Kotoran', mari kita juga saling panggil dengan nama-nama seperti itu! "
"K- kau benar! Bagaimanapun juga, kita adalah teman! "
Memanggil satu sama lain dengan nama julukan.
... Sama seperti Sora dan Taka dulu.
"Lalu kau akan memanggil Rika dengan sebutan apa?"
"Hmmm, biarkan aku berpikir... Fujoshi Cabul."
"Itu fitnah! Itu sungguh fitnah! "
Rika langsung membantah sesaat setelah aku mengucapkan perkataan itu.
"Tidak. Percaya lah. Niku dan vampir kotoran, kedua julukan itu juga seperti itu, kau tahu... "
"Tolong berikan aku nama panggilan yang mengandung suatu perasaan."
"Tapi menentukan nama seperti itu dalam waktu singkat adalah hal yang sulit... Apakah kau pernah memiliki nama panggilan sebelumnya?"
"Tidak. Tapi aku cukup sering mendapati nama dengan huruf 'Σ' (Sigma). Yaitu Huruf Yunani. "
"'Σ', ya ... Pengucapannya sama dengan nama terakhirmu, sehingga entah kenapa, itu membuatku ingin memanggilmu dengan julukan tersebut ... "
"Memang, tetapi sepertinya itu juga bisa menjadi bumerang dan memperlebar jarak kita berdua."
"Sejak awal, nama 'Rika" sudah begitu mudah untuk diucapkan, hanya memiliki dua huruf ... Apakah kau ingin sesuatu seperti 'Yusa-Yusa', sehingga itu menjadi 'Rika-Rika'? "
"R-Rika-Rika ... Muuu ..."
Sepertinya dia tidak menyukainya. Aku juga tidak bisa memikirkan nama julukan yang lebih baik.
"Bagaimana kalau kita mulai dengan suatu nama yang klise, seperti 'Kacamata' atau 'Profesor'?"
"Itu benar-benar berbau klise... Jika tujuanku adalah untuk memperbudak dunia setelah aku memakai kacamata dan jas lab, maka itu mungkin adalah nama yang tepat. "
"Ini adalah suatu tugas yang cukup menyiksaku dan sulit. Bagaimana dengan nama panggilanku? "
"Julukan untuk Kodaka-senpai... Pilihan yang paling klise adalah dengan mempersingkat namamu."
"Memang..."
Jika mengambil contoh dari beberapa kenalanku, Akane-san benar-benar memanggil Hinata-san dengan sebutan 'Hina'.
"Namamu 'Kodaka', jadi ... Harusnya 'Taka', bukankah demikian?"
"Ah, maaf, tapi jangan yang itu."
Rika tampak bingung karena aku meminta hal tersebut.
"Itu adalah nama panggilanku di masa lalu... Ketika aku berteman dengan Yozora."
"... Oh, jadi begitu ya."
Mendengar ceritaku, Rika memasang wajah yang rumit dan kemudian dia tiba-tiba kembali ke sikapnya yang riang.
"Kalau begitu, bagaimana dengan sesuatu yang berasal dari penampilan luarmu?! 'Pudding'! "
"Mari kita tidak bermain dengan isu-isu rakyat, oke...?"
"Kalau begitu, sesuatu yang berasal dari dalam! 'Preman Pecundang'! "
"Itu bahkan lebih buruk dari fitnah!"
"Lalu bagaimana dengan kecenderungan seksualmu?"
"Kecenderungan seksual?"
"Pemuda Payudara'."
"Julukan itu terlalu kejam!"
"Kalau begitu, 'Pemuda Kaki'?"
"Ini bukan masalah tentang bagian tubuh!"
"Menurutmu, mana yang terbaik, payudara, pantat, atau kaki?"
"Pantat!"
"Apakah kau suka payudara yang rata atau yang besar?"
"Yang besar!"
"Matilah, dasar maniak pantat! Dasar kau pencinta sapi! "
Setelah dengan licik menginterogasiku tentang apa yang dia ingin ketahui, Rika menatapku dengan pandangan mirip seseorang yang hendak membuang potongan sampah tak berguna.
"Hmmm ... Mari kita berpikir tentang hal itu lagi ... Jika nama pertamamu tidak ingin kau jadikan julukan, lantas bagaimana nama keluargamu ...? "
"Ah, betul juga, ayahku memanggil ketua sekolah dengan sebutan 'Zaki'. Lagipula, dia memang bernama Kashiwazaki. "
"... Jadi, Hasegawa bisa kita panggil ... 'Sega'."
"Mengapa kau memilih dua suku kata dari berbagai pilihan yang ada?"
"'Hase', 'Sega', atau 'Gawa' ... Ketiga kombinasi nama itulah yang menurutku terbaik."
"Itu benar, tapi ... Mari kita berpikir tentang hal itu sedikit lebih lama, oke?"
"Lalu bagaimana dengan slogan favoritmu?"
"Ah, benar, di sekolah lamaku ada seorang guru yang dulu juga disebut 'Tidak Bernilai'. Itu karena dia sering ber-slogan, 'Ini sungguh tidak bernilai, oke?'. "
"Guru macam apa itu ...?"
"Ada banyak yang lain seperti, 'Apa boleh buat', 'Nyali', 'Resiko', 'Sangat', 'Biasa Saja', dan 'Uh Hah'.
"Apakah itu semua adalah julukan dari guru-gurumu?!"
"Ya."
"Kau punya cukup banyak."
"Aku terbiasa berpindah-pindah sekolah, sehingga julukan guru yang pernah kudengar juga sangatlah banyak."
"Dan kau juga punya tumpukan nama julukan untuk para siswa?”
Aku mengalihkan pandanganku.
"... Oke, jadi mari kita berpikir tentang slogannya."
"... Ye, benar. Kalau seseorang berbicara tentang slogannya Kodaka-senpai ... tak ada selain.... "
"'Apakah tentang hal itu lagi?'. kau hanya ingin mengatakan itu, kan ?! "
Kalimat Rika dan tsukkomi-ku saling tumpang tindih.
Rika tertawa nakal tapi setelah itu ia menghela napas.
"... Kupikir, memberikan seseorang julukan adalah suatu pekerjaan yang cukup sulit."
"Kau benar... Tapi, ku rasa, itu adalah suatu hal yang tidak bisa kau pikirkan dengan begitu cepat."
"Itu benar, tapi..." Rika mengatakannya sambil mencibir.
"... Aku ingin melakukan lebih banyak hal dengan Kodaka-senpai yang biasa dilakukan kebanyakan teman pada umumnya."
Rika mengatakan, setengah malu dan setengah bahagia.
"... Lalu ..." Aku mulai memberikan suatu saran.
"Bagaimana kalau memanggil namaku tanpa sebutan kehormatan untuk saat ini? Seperti bagaimana Yozora dan Sena memanggilku. Dan juga, mengapa kita tidak berhenti berbicara dengan sopan santun, berbicaralah dengan santai padaku.
"Tanpa sebutan kehormatan dan berbicara dengan normal, ya... aku sudah mengatakan itu dari waktu ke waktu, tapi... kau mungkin benar dengan itu. "
"Aku benar?"
Wajah Rika tersipu.
"K-Kalau begitu, mari kita coba... Aku-aku akan mengatakan itu, oke...? M-Mencoba untuk berbicara santai membuat aku gugup... "
"A-Aku paham, berusahalah yang terbaik."
Entah kenapa, aku mulai gugup sendiri.
Rika mengambil napas dalam-dalam dan berkata:
"... Ko- Kodaka ..."
Rika memanggil namaku dengan suara yang sangat kecil, sampai-sampai terdengar seperti dengungan nyamuk.
Setelah mengatakannya, wajahnya menjadi memerah hingga telinga.
"Guhehe1..."
Ini buruk, sepertinya aku tertawa dengan aneh.
"Apakah kau tertawa sekarang ...? Siapa yang akan tertawa pada saat seperti ini ?! "
"Tidak, tapi ... Entah kenapa, ini memalukan."
Tiba-tiba senyum muncul di wajahku.
Itu benar-benar memalukan, tapi ... Ini tidaklah buruk. Tidak salah lagi, rasanya begitu nyaman, bahkan terlalu nyaman.
"M-Mungkin kita harus benar-benar menghentikan ini ..."
"Jangan, mohon lanjutkan ini. Bagaimana ya cara mengatakan ini ... Ini memalukan, tapi entah kenapa terasa nyaman. "
"S-Sungguh ...? Kalau hanya untuk kita berdua, aku akan mencoba yang terbaik untuk mengatakan itu ... "
"Ya ... Semoga berhasil."
Bus datang saat kami selesai.
"K-Kalau begitu sampai jumpa besok, Rika."
"Ah, ya Koda ... Umm, sampai jumpa Kodaka."
Sambil kebingungan dengan wajah malu Rika, aku bergegas ke pintu bus yang sudah terbuka.
0 Comments
Posting Komentar