BAB 3
MEMULAI INVASI!
Hujan cahaya putih.
“...A-apa?”
Terbangun, Koutarou menemukan dirinya berbaring dan menatap lampu
fluoresens di atap.
“Kenapa aku berbaring? Dan dimana ini?”
“Akhirnya kau bangun juga?”
Koutarou berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan matanya dengan
cahaya, dan wajah Kenji pun masuk dalam pandangannya.
“Mackenzie?”
“Jangan tercengang begitu. Kau menakutiku setengah mati saat aku
dengar kau tiba-tiba terjatuh saat bekerja.”
“Aku terjatuh?”
“Ya, kau terpeleset dan jatuh. Saat itulah kau mendapat benjolan
di belakang kepalamu itu.”
“Aw, memang ada benjolan ya...”
Sambil mengusap kepalanya, Koutarou memeriksa sekeliling dan
menyadari kalau dia ada di kasur dalam ruangan rumah sakit.
“Jika ingatanku benar, ada sebuah batu besar di area yang digali
oleh Obaa-chan...”
Koutarou mengingat kembali apa yang sudah dia lakukan sebelum dia
terbangun di rumah sakit.
“Wanita tua itu juga mengkhawatirkanmu.”
“Aku pasti akan memberitahunya kalau aku baik-baik saja nanti...
Lagipula, setelah memindahkan batunya aku kembali ke area tugasku...”
Koutarou berhenti dan berpikir selama beberapa saat, kemudian
melanjutkannya.
“...Apa yang terjadi setelah itu?”
“Apa gunanya bertanya padaku? Kau mungkin terpeleset dan jatuh
disana; kau ditemukan di tengah-tengah area penggalian.”
“Hmm...”
Koutarou memiringkan kepalanya dan merenung.
“Apa?”
“Hmm... kupikir ada sesuatu yang terjadi, tapi...”
Sesuatu terasa janggal bagi Koutarou. Benjolan di belakang
kepalanya dan lokasinya di tengah-tengah situs penggalian membuat penjelasan
Kenji sangat masuk akal.
Tapi, penjelasan itu tidak memuaskan Koutarou.
“Jangan bodoh. Mungkin kau sedang bermimpi?”
“Hmm...”
Saat Koutarou sedang menyilangkan lengannya dan mencoba mengingat
kembali, perawat yang mengurus Koutarou datang ke kamar sambil mendorong sebuah
troli.
“Oh, kau terbangun.”
“Berkat dirimu.”
Kenji, yang sudah pernah bertemu dengan perawat ini sebelumnya,
sedikit menundukkan kepalanya.
“Fufu, bukannya kau harusnya merasa berterima kasih pada rekanmu
ini?”
Perawat yang tersenyum itu mencuri pandang ke arah wajah Koutarou.
“Berterima kasih?”
“Ya, Kenji-kun duduk di sampingmu setiap waktu dengan wajah
khawatir.”
“No-Nona!?”
“Tidak perlu merasa malu Kenji-kun; kau terlalu manis. Atau mungkin
kalian berdua berpacaran?”
“Tidak sama sekali...”
Kenji menyangkal pertanyaannya dengan dingin.
“Ya, sebenarnya, kami berdua adalah sepasang kekasih.”
Koutarou, di sisi lain, dengan cepat mengkonfirmasi hal itu.
“Jadi kalian benar-benar berpacaran! H-hei, siapa yang menjadi
bagian bawah!?”
“Hei sekarang...”
“Idiot!”
Kenji meninju Koutarou untuk membuatnya diam.
“Aw!”
“Berhenti Kenji-kun! Tidak ada alasan untuk memukul kepala pacarmu
seperti itu!”
“Tolong berhentilah mengatakan hal yang mengerikan seperti itu!”
Puas dengan reaksi Kenji, perawatnya menunjuk ke arah perban di
sekeliling kepala Koutarou.
“Fufufu, Maafkan aku. Tapi seperti yang kau lihat, Koutarou sedang
cedera, jadi tolong jangan pukul dia terlalu banyak.”
“Maaf. Aku menyesal, Kou.”
“Jangan pikirkan hal itu.”
“Sekarang setelah hal itu selesai... Terima ini, Satomi-kun.”
Perawat itu meraih ke troli yang dia dorong, mengeluarkan sebuah
thermometer, dan menyerahkannya pada Koutarou.
“Bisakah kau mengukur temperaturmu dengan ini? Untuk jaga-jaga
saja.”
“Ya, tentu saja.”
“Saat kau sudah selesai, kau boleh pulang hari ini, tapi jika kau
menyadari perubahan apapun pada tubuhmu kau harus kembali ke sini, oke?”
“Aku mengerti.”
“Bagus, aku akan menyerahkan sisanya padamu Kenji-kun. Tolong
serahkan berkas ini kepada kasir saat kau keluar.”
“Aku mengerti. Terima kasih.”
“Sampai jumpa, kalian berdua.”
Perawat yang tersenyum itu melambaikan tangannya ke arah mereka
berdua dan berbalik untuk pergi ke pasien selanjutnya.
“Hei, Mackenzie.”
“Hm?”
Kenji, yang sedang memeriksa berkas itu, menatap ke arah Koutarou.
“Apa kau mengincar perawat itu kali ini?”
“Bodoh!”
Kenji mengangkat tinjunya ke arah Koutarou, tapi mengingat
kata-kata perawat tadi, dia menahan diri untuk tidak memukul kepalanya lagi.
“Yang benar saja, aku tidak bisa mempercayaimu...”
Sebaliknya, Kenji menghela nafas.
“Maaf, maaf.”
Koutarou meletakkan termometernya di ketiaknya sambil tersenyum.
Meninggalkan kamar rumah sakit, Koutarou melewati kasir yang dia
tinggalkan pada Kenji dan pergi menuju apotek rumah sakit.
Koutarou terluka selain benjolan itu, jadi untuk berjaga-jaga dia
pergi mencari obat yang mungkin dia butuhkan.
“Sebelah sini...”
Koutarou mengikuti petunjuk yang digantung di sudut ruangan ke
sebuah lorong.
Apoteknya ada di ujung lorong lurus ini. Namun kaki Koutarou
berhenti sebelum sampai disana.
Secara kebetulan dia melihat wajah familiar di sisi lain sebuah
jendela.
“Itu kan Sakuraba-senpai... Apa yang sedang dia lakukan di tempat
seperti ini?”
Koutarou melihat figur ketua klub dari perkumpulan merajut.
Dia sedang duduk di sebuah bangku di halaman rumah sakit sambil
melakukan sesuatu.
“Hmm...”
Memutuskan untuk menunda pergi ke apotek, dia melewati pintu gelas
menuju halaman.
Matahari awal musim semi bersinar di halaman, menerangi halaman
itu.
Karena halamannya dikelilingi oleh dinding rumah sakit, hampir
tidak ada angin yang bertiup disana.
Karena itu, halaman ini jauh lebih nyaman dibandingkan dengan
lorong rumah sakit, jelas membuat tempat ini menjadi tempat bermain anak-anak
yang dirawat di rumah sakit.
Saat Koutarou datang, rupanya, anak-anak itu terdiam sama sekali
dan duduk di tanah bersemen, mendengarkan dengan seksama kepada orang yang sedang
duduk di bangku itu.
Seorang gadis muda memakai kardigan[1]
di atas piyamanya sedang duduk di bangku tersebut.
Dia setahun lebih tua dari Koutarou, tapi kulit putih lilin dan
figur lembutnya membuatnya terlihat lebih muda.
Namanya adalah Sakuraba Harumi.
Dia adalah ketua klub dari perkumpulan merajut yang Koutaru ikuti.
“Dan sang Angin Utara berkata: 'Dengan kekuatanku aku akan meniup
lepas pakaian si pengelana itu! Aku akan membuktikan kalau aku lebih kuat dari
sang Surya.'”
Saat ini dia sedang membacakan keras-keras kepada anak-anak di
sekitarnya.
Bukunya terletak di atas kakinya, dan dia berbicara dengan
ekspresi tenang dan lembut di wajahnya..
“Namun, sang Surya tidak akan dikalahkan. Dia berkata pada sang
Angin Utara – Oh? Hei, siapa yang mencorat-coret halaman ini?”
“Hiromi, kamu yang melakukannya , kan?”
“Bukan!”
“Pelakunya Saya-chan, aku melihatnya!”
“Apa itu benar, Saya-chan?”
“...I-iya ...”
“Begitu... Kamu tidak boleh melakukan hal itu, Saya-chan. Buku ini
milik semuanya.”
“Ya... Maafkan aku.”
“Selama kamu mengerti. Kakak tidak akan marah jika kamu tahu yang kamu
lakukan itu salah dan kamu menyesalinya.”
Harumi dan memasang ekspresi cerah di wajah mereka.
Koutarou menemukan pemandangan Harumi yang rajin dan tersenyum
sedang berbicara dengan anak-anak itu menyegarkan.
''Baiknya aku tidak mengganggu...''
Koutarou memutuskan untuk tidak memanggil Harumi dan memilih untuk
duduk di belakang anak-anak.
Untungnya, Harumi tidak menyadarinya.
“Onee-chan, teruskan membacanya!”
“Oke, kakak akan meneruskannya.”
“Aku yakin disinilah sang Surya akan melawan balik!”
“Apa sih yang mereka katakan di TV kemarin-kemarin itu?”
“Hei pemukul, pemukul, pemukul!”
“Itu dia!”
“Semuanya, kalian belum boleh menonton acara TV seperti itu!
Tunggu sampai kalian menjadi dewasa!”
“Semuanya, jangan menjadi orang dewasa seperti itu, oke?”
“Okeeeee.”
''Heeeh... Senpai bisa memasang wajah seperti itu juga ya...''
Melihat anak-anak yang bermain bersama Harumi di halaman, Koutarou
mengingat kembali waktu dia pertama kali bertemu dengannya.
Koutarou dan Harumi pertama kali bertemu sekitar sebulan yang lalu
pada tanggal 1 Maret.
Hari itu Koutarou pergi ke sekolah untuk mencari tahu hasil ujian
SMA.
Sayangnya pada hari itu langitnya sedang berawan, dan cuacanya
masih dingin walaupun sudah memasuki bulan Maret.
“Klub Sepakbola sedang membuka pendaftaran, kami mencari darah
baru!”
“Klub Paduan Suara sedang membuka pendaftaran! Tahun lalu kami
peringkat kedua di turnamen paduan suara, dan tahun ini kami mengincar peringkat
satu! Tolong pinjamkan kami kekuatan kalian!”
“Kami bukan hanya orang gendut, kami adalah orang gendut yang bisa
bergerak! Kami sedang mencari kalian-kalian yang khawatir dengan berat badan
kalian! Selamat datang di klub pergulatan sumo! Silakan berkunjung!”
“Pergilah! Kami adalah pria kuat sejati disini, Klub Karate!
Pergilah, dan jangan lupa bawa perutmu itu!”
“Apa-apan itu!? Coba katakan sekali lagi!”
Namun, lapangan sekolah Kitsushouharukaze sedang dipanaskan oleh
para perekrut yang galak.
Ini adalah pertarungan untuk merekrut anggota baru.
Di Kitsushouharukaze, kegiatan klub aktif diikuti.
Ditambah lagi, ada banyak perlombaan klub; lebih banyak dari SMA
biasa. Sebenarnya, kegiatan ini sudah menjadi bagian normal di kehidupan
sekolah mereka.
Semakin banyak anggota di dalam klub, semakin besar kekuatan yang
dipegang klub tersebut di dalam sekolah, karena itulah semua klub berusaha
keras untuk merekrut sebanyak mungkin anggota.
Hasilnya, perekrutan dimulai lebih awal dan lebih awal setiap tahun,
dan akhirnya perekrutan diadakan saat hari pengumuman hasil ujian.
Menunggu dengan damai sampai upacara penerimaan akan membuat
sebuah klub tidak punya anggota yang bisa direkrut.
Begitulah, lapangan sekolah dipenuhi dengan perekrut yang sedang
mencoba menarik para siswa yang tidak berjaga-jaga setelah diterima sekolah.
“Per-Perkumpulan Merajut sedang membuka pendaftaran... Apa kalian
mau bergabung dengan Perkumpulan Merajut?”
Harumi adalah salah satu perekrut.
“Ah... Tolong, setidaknya dengarkan, tolong...”
Namun, perekrutannya tidak berjalan baik.
Perkumpulan merajut pada awalnya kecil, dan orang yang merekrut,
Harumi, itu pemalu dan pendiam.
Suaranya kecil dan lemah, dan terhapus oleh keributan perkerutan
di sekelilingnya.
“Hei, kalau aku bergabung dengan perkumpulan merajut, maukah kau
berpacaran denganku?”
“Um, itu akan... menyusahkanku...”
Orang-orang yang bisa dia pikat adalah orang-orang tidak berguna
yang hanya tertarik dengan penampilannya.
Dia tidak bisa menemukan jenis anggota yang dia harapkan.
“.... Hmm?”
Bahwa Koutarou menyadarinya hanyalah kebetulan belaka.
Dia sedang lewat di dekatnya saat teriakan kecil Harumi yang
meminta pertolongan memasuki telinganya.
Jika saja waktu itu dia masih merekrut seperti biasanya, Koutarou
mungkin tidak akan menyadari keberadaannya.
“Tolong hentikan! Lepaskan!”
“Kau mau anggota, dan aku mau berpacaran denganmu. Situasi yang
saling menguntungkan, kan?”
“Perkumpulan ini dibuat bukan untuk hal seperti itu!”
“Kau kekurangan anggota, kan? Lihatlah kenyataan!”
“Tidak! Lepaskan!”
Seorang pria yang tidak rapi dan gigih serta seorang gadis yang
kurus dan tidak berdaya sedang mencoba melepaskan diri dari pria itu.
Gadis itu sepertinya sedang merekrut anggota untuk klubnya, dan si
pria sepertinya sedang merayu gadis itu.
Koutarou, menyadari kepelikan situasinya dalam sekali lihat,
mendekati si pria dan gadis itu.
''Bisakah setidaknya kau memikirkan apa yang kau lakukan? Dasar.''
Mendengar alasan egois si pria membuat Koutarou jengkel.
“Selamat datang~ Astaga, kau ini tampan juga ya~”
Koutarou berbicara dengan suara feminim dan lebay sambil merangkul
si laki-laki.
“A-apa!?”
“Kau bergabung dengan klub kami, kan? Aku sangat senang, kau itu
tipeku!”
“Le-Lepaskan! Siapa kau!?”
Merasa terkejut tiba-tiba dipeluk oleh Koutarou, si laki-laki melepaskan
tangan gadis itu.
Menyadari hal ini, Koutarou terus berbicara pada si laki-laki sambil
memisahkannya dari gadis itu.
“Oh, kukira kau mau berpacaran denganku?”
“Si-Siapa yang mau berpacaran dengan orang seperti kau!?”
“Kau mau berpacaran dengan seseorang, dan aku ingin berpacaran
dengan laki-laki. Saling menguntungkan, kan?”
“Itu sih saling merugi! Lepaskan aku, orang aneh!”
“Jangan kasar begitu♪”
Koutarou mengayunkan pria tersebut dan melepaskannya.
“Jadi, kau akan bergabung, kan?”
“Siapa juga yang mau bergabung dengan perkumpulan yang sederhana
dan membosankan ini saat orang aneh sepertimu ada di dalamnya!”
“Oh, aku berduka mendengarnya.”
“Ueh, aku mulai merasa mual...”
Mengeluarkan kata-kata itu, pria tersebut berbalik dan kabur.
Dia memulai percakapan
hanya karena dia melihat seorang gadis manis, dan dia pergi semudah dia datang.
“Terlalu banyak idiot waktu musim semi... Semoga dia
bukan teman sekelasku.”
Koutarou berkata hal itu dengan sebuah helaan nafas, sudah
menyelesaikan insidennya dengan aman.
Bahkan setelah pria tersebut hilang dari pandangan, Koutarou terus
menatap ke arah dia pergi selama beberapa saat.
“Uhm, Terima kasih banyak.”
“A-apa!?”
Sebuah suara mendadak mengejutkan Koutarou dan dia mengeluarkan
suara aneh.
“Ah, aku minta maaf sudah mengejutkanmu!”
Suara itu berasal dari gadis itu yang tadi bersama si laki-laki. Sudah
mengagetkan Koutarou, dia membungkukkan kepalanya dengan panik.
“Uh, Tidak, aku minta maaf sudah merasa kaget begitu. Benar juga,
senpai ada disini...”
Merasa sangat jengkel terhadap pria tersebut, Koutarou benar-benar
lupa tentang gadis itu.
“...Dia sangat gigih. Kamu benar-benar menolongku.”
“Maaf, sebenarnya. aku melanggar batas, bahkan aku mengusir
seorang calon anggota klub saat kamu sedang merekrut disini.”
“Tidak, tidak apa-apa. Orang itu tidak tertarik dengan merajut
kok.”
Ekspresi gadis itu akhirnya mengendur.
''Mata gadis ini terlihat sangat lemah lembut.''
Gadis itu meninggalkan kesan yang sangat tenang dan lemah lembut,
dan hanya menatapnya, Koutarou merasa nyaman.
“Merajut?”
“Ya... aku adalah ketua dari perkumpulan merajut.”
“Perkumpulan merajut...”
Gadis itu sedang duduk di belakang meja resepsionis, dimana
kata-kata 'Perkumpulan merajut' tertulis dan tergantung.
“...Aku yakin hal ini tidak terlalu menarik bagi sebagian besar
pria...”
Wajah gadis itu berubah suram dan dia sedikit menundukkan
kepalanya.
Koutarou merasakan kalau klub ini sangat kekurangan anggota.
“Benar juga, bahkan aku–”
Koutarou hampir mengangguk setuju saat tiba-tiba dia mengingat
sweater setengah jadinya yang berharga yang dia simpan dengan aman di rumahnya.
''Jika aku bergabung dengan perkumpulan ini, aku mungkin bisa...''
“Permisi, Senpai.”
“Ya?”
“Kalau aku bergabung dengan perkumpulan ini, apa aku akan lebih
ahli dalam hal merajut?”
“Tentu saja, karena itulah perkumpulan ini ada.”
Gadis itu menganggukkan kepalanya.
“Apa mungkin bagi seorang amatir untuk merajut sebuah sweater?”
“Aku yakin pada awalnya itu hampir tidak mungkin, tapi jika kamu
terus melakukannya, tentu saja.”
“Apa itu mungkin, walaupun aku ini kikuk?”
Koutarou mengangkat kedua tangannya dan menunjukkan jari-jarinya
kepada gadis itu. Melihat tangannya, gadis itu mengangguk.
“Kamu akan baik-baik saja. Pada akhirnya latihan dan usaha itu
lebih penting daripada ketangkasan.”
“Itu sih keahlian khususku. Lagi pula, aku kan tipe atletis.”
Setelah berbicara selama beberapa saat, Koutarou membuat
keputusannya.
Setelah pemindahan mendadak ayahnya, dia tidak bisa melanjutkan
bisbolnya, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Um, a-apa kamu mau bergabung?”
Ekspresi gadis itu menjadi cerah. Dari alur percakapannya, gadis
itu merasakan kalau Koutarou mungkin tertarik untuk bergabung.
“Ya, jika tidak masalah aku ingin bergabung. Apa kamu keberatan?”
“Tentu saja tidak! Se-selamat datang!”
Seolah-olah sangat senang, gadis itu buru-buru menyambut Koutarou.
“Sebelah sini! A-ada sebuah formulir pendaftaran yang harus
diisi!”
“Tentu saja.”
Koutarou mengikuti arahan gadis itu.
”Aku Satomi Koutarou. Senang bertemu denganmu.”
“Oh tidak, benar juga...”
Gadis itu pemalu tersenyum kecil dan malu.
Namun, senyuman itu dengan cepat berubah menjadi senyuman lebar.
“Aku Harumi. Sakuraba Harumi, Ketua Perkumpulan merajut.”
Inilah pertemuan pertama Koutarou dan Harumi.
“Satomi-kun, jika kamu ada disini, harusnya kamu langsung bilang...”
“Hahaha, Senpai terlihat sedang sangat senang bersama anak-anak
ini, jadi aku merasa tidak enak untuk mengganggu.”
Koutarou dan Harumi duduk di bangku, dan mereka melihat ke arah
anak-anak yang lincah, yang sudah dibagi menjadi kelompok, berlarian di
halaman.
“Apa kamu biasa datang ke sini, Sakuraba-senpai?”
“Ya. Sejak aku masih kecil, aku punya tubuh yang lemah, dan
kadang-kadang aku masuk rumah sakit dan diperiksa. Karena besok mulai sekolah,
aku mau memastikan tidak ada yang salah.”
“Dan, apa kamu selalu bermain dengan anak-anak ini setiap kali kamu
datang ke rumah sakit?”
“...Ya”
Harumi memiliki tatapan tenang sambil sedikit tersipu.
“Onee-chan!”
“Apa dia mengganggumu? Haruskah kami mengusirnya!?”
Anak-anak ini menyukai Harumi. Hanya percakapan seperti ini saja
sudah membuat hal itu jelas bagi Koutarou.
Karena itu Koutarou mengira kalau mereka sudah saling mengenal
sejak lama.
“Tidak apa! Orang ini adalah temanku!”
“Oh, oke.”
“Sadari petunjuknya!”
“Mereka dewasa...”
“Dewasa! Dewasa!”
Merasa puas, anak-anak itu mulai bermain kembali.
“Maaf, Satomi-kun, mereka tidak terbiasa dengan ABG baru.”
“Tidak apa. Aku temanmu, kan?”
“...Ya, teman yang berharga”
Mengangguk setelah mendengar kata-kata Koutarou, Harumi sekali
lagi mulai memperhatikan anak-anak yang sedang bermain.
Matanya sangat amat lemah lembut. Harumi juga menyukai anak-anak
itu.
“Jadi mengapa kamu ada di rumah sakit, Satomi-kun?”
“Apa kamu tidak bisa menebak?”
“Ya, kau terlihat sangat sehat dan energik.”
“Aku tidak sakit, aku terluka. Nih, lihat...”
Koutarou berbalik dan menunjukkan bagian belakang kepalanya.
Walaupun perban yang membungkus kepalanya sudah dilepaskan, masih
ada benjolan dan plester disana.
“Apa kamu tidak apa-apa?”
Saat Koutarou menghadap ke arah Harumi, dia memasang wajah
khawatir.
“Hanya benjolan dan luka kecil. Bukan apa-apa, sungguh.”
“Oh baguslah... Tapi bagaimana kamu bisa terluka?”
Harumi menghembuskan nafas, merasa lega, dan kemudian sedikit
memiringkan kepalanya.
“Sebenarnya, aku terjatuh dan kepalaku terbentur saat aku bekerja.
Hahaha, kukira aku terlalu energik.”
Koutarou bicara dengan riang, mengangkat bahunya, tapi Harumi
melihat dengan rasa khawatir ke arah kepala Koutarou.
“...Apa kamu yakin kamu tidak apa-apa?”
“Aku baik-baik saja. Lagipula aku tidak akan menjadi lebih bodoh
dari sekarang.”
“Jika kamu memang bilang begitu...”
“Fufu, jangan terlalu khawatir Sakuraba-senpai.”
“Luka kepala itu cukup serius, tahu? Selain itu, kamu kan anggota
perkumpulan.”
“Begitu, jadi yang kamu khawatirkan itu klubnya?”
“Klub? Tidak! Aku tidak...”
Wajah Harumi menjadi merah sekali lagi sedangkan Koutarou tertawa
sendiri.
“Kukuku, ahahaha!”
“Oh kamu ini, Satomi-kun.”
Saat Harumi mencibir, salah satu anak-anak disana mendorong
wajahnya diantara Koutarou dan Harumi.
“Ah!”
“Kyaa!”
Anak itu adalah salah satu dari gadis yang lebih tua yang menaiki
sandaran bangkunya, dan dia mengejutkan Koutarou dan Harumi.
“Apa aku menakutimu? Apa kau pacarnya Onee-chan?”
“Pa-pacar!?”
Harumi, yang tidak terbiasa dengan topik seperti ini, terdiam, dan
dia terus menatap tercengang.
“Ahaha! Itu akan terasa menyenangkan, tapi aku bukan pacarnya.
Sebenarnya, aku muridnya.”
“Murid apa?”
“Merajut. Aku akan mulai belajar darinya mulai lusa.”
Aktifitas Perkumpulan merajut dimulai sehari setelah upacara
penerimaan. Dengan kata lain, Selasa, lusa nanti.
“Begitu... Onee-chan memang ahli dalam hal merajut, sih.”
Merasa puas, gadis itu tersenyum.
Sepertinya keterampilan merajut Harumi sudah terkenal bahkan di
rumah sakit ini.
“Hei! Kou! Dimana kau!?”
Mengikuti kata-kata itu, Kenji muncul di pintu masuk halaman.
“Ah...”
Harumi tiba-tiba saja menjadi sedikit gugup.
“Mackenzie! Sebelah sini!”
Tidak menyadari perubahan Harumi, Koutarou melambaikan tangannya
saat dia memanggil Kenji.
“Dasar idiot, bagaimana obatnya!?”
“Oh sial, aku lupa!”
Koutarou bangun dari bangku dan berlari ke arah Kenji.
“Hei, Onee-chan.”
Si gadis muda itu menatap ke arah punggung Koutarou sambil
berbisik kepada Harumi.
“Ya?”
“Apa kau yakin dia bukan pacarmu?”
“Bukan! Dia adalah teman sekelas dan aku berjanji untuk
mengajarinya cara merajut, itu saja.”
“Kau bohong! Hanya dia pemuda yang tidak membuatmu gugup.”
“Bu-bukan begitu...”
Harumi buru-buru menyangkalnya, tapi si gadis muda itu benar.
Harumi baru bertemu dengan Koutarou beberapa kali setelah hari
pengumuman, jadi mereka tidak seakrab itu.
Biasanya, dia bahkan tidak bisa bicara pada seorang laki-laki di
titik ini.
“Bukan begitu?”
“...Um...”
Namun, anehnya, Harumi tidak gugup sama sekali di dekat Koutarou.
Harumi juga merasa bingung akan hal ini.
“Sa-Satomi-kun itu...”
Saat Harumi menggumamkan namanya, Koutarou bergabung dengan Kenji
dan berbalik ke arah Harumi.
“Senpai! Aku akan pergi sekarang, tapi aku akan menemuimu lagi
lusa nanti!”
“I-Iya! Kita akan bertemu lusa nanti, Satomi-kun!”
“Selamat tinggal!”
Koutarou membungkuk dalam-dalam dan meninggalkan halaman bersama
Kenji.
“...”
Harumi menggenggam tangannya di depan dadanya dan menatap ke arah
punggung Koutarou.
“...Jadi kalian bukan sepasang kekasih, tapi kau tertarik padanya,
kan?”
Itulah kesimpulan yang dicapai gadis itu setelah mengamati
perilaku Harumi.
“Ehhhh!?”
Wajah Harumi berubah menjadi merah padam dan dia kehilangan
kata-kata. Dia berusaha keras mencari kata-kata untuk menyangkal hal itu, tapi
dia tidak bisa menemukan apapun yang bisa dia katakan yang dapat menyangkal
perasaannya pada Koutarou.
“Tidak apa, ini akan menjadi rahasia kita berdua!”
“...”
Pada akhirnya, Harumi tidak bisa berkata apa-apa kepada gadis yang
tersenyum itu. Kesunyian terus berlanjut.
“Apa dia membenciku atau semacamnya?”
“Apa?”
“Saat aku memanggilmu tiba-tiba saja dia terlihat sangat gugup,
ingat?”
“Benarkah?”
“...Tolong, setidaknya sadari sesuatu sejelas itu.”
Kenji tersenyum kecut ke arah Koutarou sambil menaiki sepedanya.
Kenji sudah menitipkan sepedanya di Rumah Corona.
Biasanya dia pergi menggunakan kereta api sampai stasiun terdekat,
dan darisana dia akan mengendarai sepedanya ke tempat Koutarou. Setelah
bertemu, keduanya akan berjalan ke sekolah.
“Aku tidak tahu apa dia membencimu atau tidak, tapi jika musuh
semua wanita sepertimu mendekati Senpai dia akan ternodai. Jangan pernah
mendekatinya. Hus, hus!”
“Ayolah...”
Koutarou tersenyum melihat reaksi Kenji, tapi dalam sekejap dia
memasang ekspresi serius lagi.
“Sejujurnya sih, sepertinya Senpai itu sedikit pemalu...”
Walaupun mereka baru berbicara beberapa kali, Koutarou sudah
menyadari hal itu.
“Hmm, dia terlihat baik-baik saja bersamamu, loh...”
“Lagipula banyak hal terjadi saat kami bertemu.”
“Ah, waktu itu dengan seorang musuh sebenarnya dari semua wanita?”
“Kau benar. Sepertinya dia merasa sedikit berterima kasih, dan
setelah itu kami bertemu secara kebetulan beberapa kali, jadi mungkin karena
hal itu.”
Harumi yang aslinya pendiam dan pemalu mungkin akan memperlakukan
hal yang sama pada Koutarou kalau bukan karena peristiwa yang terjadi saat
mereka pertama kali bertemu.
Setidaknya, begitulah yang dipikirkan Koutarou.
“Begitulah, jadi sampai dia terbiasa denganmu, cukup jaga jarak
saja, Tuan Musuh-Semua-Wanita.”
“Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu!?”
Biasanya Kenji adalah orang yang populer dengan wanita.
“Cukup mengerti kalau kau akan ditolak, Mackenzie-kun.”
“Baiklah, baiklah.”
Kenji Cukup tahu kalau itu adalah lelucon, dan dia tersenyum kecut
sambil memutar sepedanya.
“Baiklah kalau begitu, Kou. Besok adalah upacara penerimaan, jadi
tidurlah lebih awal.”
“Aku mengerti, aku mengerti. Jangan terlalu khawatir! Aku bangun
dengan baik hari ini, tahu.”
“Kau benar juga. Kalau begitu, sampai jumpa besok.”
“Ya, sampai jumpa.”
Kenji mulai mengendarai sepedanya ke arah stasiun, sedangkan
Koutarou mulai berjalan pulang ke Rumah Corona.
Dengan sebuah klik, kunci Kamar 106 menjadi terbuka.
Walaupun pintunya terlihat tua, Shizuka akan mengganti kuncinya
dengan baik setiap kali penyewa baru akan datang.
Pintunya terbuka tanpa suara, karena pintu itu sudah dirawat
dengan baik.
“Aku pulang...”
Koutarou berkata begitu sambil memasuki kamar yang kosong itu.
''Memang membosankan pulang ke rumah yang kosong.''
Secara tak terduga, kenangan tentang ibunya melintasi pikiran
Koutarou.
Itu adalah kenangan yang akan selalu dia lihat saat dia pulang
sampai beberapa tahun yang lalu.
“Kau akhirnya kembali, dasar pria tolol!”
Namun, sebuah suara datang dari bagian belakang kamar itu,
mengganggu momen nostalgianya.
“Apa!?”
Koutarou dengan cepat melempar sepatunya dan pergi menuju ruangan
dalam.
“Kau tidak menyadari apapun kemarin, tapi hari ini aku pasti akan
mengusirmu!”
Di ruangan dalam Koutarou melihat seorang gadis kecil mengenakan
gaun musim panas.
Dia terlihat beberapa tahun lebih muda dari Koutarou, dan dilihat
dari tubuh kecilnya, sepertinya dia adalah anak SD.
Dia meninggalkan kesan yang cukup dengan alis tebal dan mata
lebarnya.
“Rencana Nomor Satu! Mulai membuat keributan walaupun hari masih
sore!”
Koutarou tidak tahu apa gadis itu sudah menyadarinya atau belum,
tapi dia mulai memukul-mukul furniture di tengah ruangan dengan kedua tangannya.
“Apa?...”
Berlari ke sana kemari di ruangan ini, si gadis memukul-mukul
furniture dan kotak di ruangan dengan penuh semangat, membuat Koutarou
tercengang.
''Apa yang gadis itu lakukan?''
Koutarou terlalu terkejut mengenai apa yang gadis itu lakukan
untuk memikirkan bagaimana cara dia masuk.
“Mencoba menakuti pria tolol ini saat malam adalah sebuah
kesalahan! Mulai keributan saat dia terjaga – aku sangat bersemangat hari ini!”
Si gadis berlari mengelilingi ruangan sambil memukul-mukul semua benda
yang dia temui.
“Bagaimana kalau kau mulai ketakutan, pria tolol? Inilah fenomena
paranormal!”
Dan akhirnya si gadis menolehkan kepalanya ke arah Koutarou yang
sedang berdiri tercengang saat menatapnya, dan mata mereka berdua bertemu.
“...”
“Dan dengan begini, kau akan pergi!”
“...Ha?”
Si gadis berhenti memukuli furniturnya.
Dan keduanya saling menatap selama beberapa saat.
“...”
“...”
“...Apa yang kau lakukan disini?”
Koutaroulah yang memecah kesunyian.
Koutarou menunjuk ke arah si gadis yang sedang menggenggam kedua
tangannya, dan menanyainya sambil ternganga.
Pulang dengan rasa lelah dan melihat seorang gadis menari seperti
orang gila akan membuat semua orang merasakan hal yang sama.
“Eeeeeh!?”
Mata gadis itu terbuka lebar dalam rasa terkejut.
“He-Hei kau! Kau bisa melihatku!?”
Gadis itu mencondongkan badannya ke depan dan membawa wajahnya
mendekati Koutarou.
“Tentu saja aku bisa melihatmu. Apa yang sebenarnya kau katakan?”
“Kau tidak hanya melihatku, tapi kau juga bisa mendengar suaraku!?”
“Berhenti bicara omong kosong dan...”
Tidak mengerti apa yang gais itu bicarakan, Koutarou memiringkan
kepalanya dalam kebingungan.
“Karena kau tidak bisa melihatku kemarin, dan kau tidak bisa
mendengar suaraku juga!”
“Hah?”
Kata-kata gadis itu membuat Koutarou tidak bisa berkata-kata, dia
kebingungan.
“Seperti yang kubilang! Apapun yang kulakukan padamu, kau sama
sekali tidak menyadarinya — itulah yang kukatakan! Tapi kenapa kau bisa melihat
dan mendengarku hari ini!?”
“Tunggu, tunggu, jelaskan dengan benar! Aku tidak akan mengerti
apapun jika kau bicara seperti itu. Dan sebelum hal itu, siapa kau? Bagaimana
kau bisa masuk kesini!?”
“Namaku Higashihongan Sanae, dan aku adalah penghuni kamar ini!
Aku tidak masuk dari manapun, kaulah yang datang kepadaku!”
“Ah? Penghuni kamar ini?... Tunggu sebentar...”
“Se-sekarang apa?”
Koutarou meninggalkan gadis yang kebingungan itu dan membuka pintu
untuk melihat pat pintunya.
Kamar 106, Satomi Koutarou.
“Aku memang ada di kamar yang benar...”
Setelah memastikan hal itu, Koutarou dengan cepat kembali ke
ruangan dalam. Dia sedikit khawatir kalau dia tidak sengaja masuk ke kamar yang
salah.
“Ini kamarku. Akulah yang menyewanya dari ibu kos!”
“Ini kamarku. Aku selalu tinggal disini, jadi pergilah!”
“Akulah yang menyewa kamar ini, kenapa aku yang harus meninggalkan
kamarku sendiri!”
“Diam, diam, diam!! Kalau aku tidak ada disini, ibu dan ayah akan
kesusahan!”
Diskusinya tidak mencapai hal apapun.
“...Hmm...”
Koutarou yang kesusahan mencoba menyusun situasi saat ini. Dia
melipat tangannya bersamaan saat dia mengingat kembali peristiwa yang sudah
terjadi sampai saat ini di kepalanya.
''Sesaat setelah aku pulang, ada seorang gadis yang belum pernah
kulihat. Dia bersikeras kalau kamar ini adalah kamarnya selama beberapa saat.
Namun, dia tidak kelihatan saat kemarin. Dan tidak mungkin ibu kos-san akan
menyewakan kamarnya kepada dua orang di waktu yang sama...''
“Yang berarti, gadis ini adalah...”
“A-apa, menatapku seperti itu?”
Bagi Koutarou, gadis ini hanyalah seseorang yang memasuki kamarnya
tanpa izin.
Ditambah lagi, alasannya ada disini tidak masuk akal. Karena dia
tidak melihatnya sama sekali saat kemarin, dia yakin kalau gadis itu hanya
mengada-ada.
Dia hanyalah seorang anak dari daerah sekitar yang menemukan kalau
pintunya tidak terkunci dan datang untuk bermain.
Itulah kesimpulan Koutarou.
“Baiklah.”
Sesaat setelah Koutarou mencapai sebuah kesimpulan, dia buru-buru
bertindak.
“Tidak masalah, tidak masalah.”
“Kyaa! Apa yang tiba-tiba kau lakukan!?”
Koutarou telah menangkap kerah belakang gaun musim panas anak itu
dan mengangkatnya, kemudian dia pergi menuju pintu bersama anak itu yang
tergantung di udara.
“Sudah hampir waktunya tidur bagi anak kecil, jadi cepatlah pulang
ke rumah!”
“Lepaskan! Hanya karena aku anak kecil bukan berarti kau bisa
begitu saja...! Tunggu, kau menyentuhku! Bagaimana bisa!?”
Si gadis mencoba melepaskan diri, tapi karena perbedaan kekuatan
diantara keduanya, tidak ada yang terjadi.
“Tidak ada 'bagaimana' atau 'apa'! Pulanglah!”
“Tapi kau tidak bisa menyentuhku kemarin! Kau menembusku begitu
saja!”
“Kau mengatakan hal yang tidak masuk akal, jadi pulang saja.
Banyak hal terjadi dan aku lelah.”
Koutarou melempar si gadis keluar dan menutup pintunya.
“Hmm, sampai-sampai membiarkan seseorang masuk seperti itu... aku
harus memastikan kalau aku mengunci pintu mulai sekarang.”
Dengan sebuah klik, Koutarou memastikan untuk mengunci pintunya.
Dia menghela nafas saat dia berjalan menuju ruangan dalam.
“Kau pikir apa yang tiba-tiba kau lakukan!?”
“Eh?”
Namun, di ruangan dalam, dia menemukan si gadis yang baru saja dia
usir.
Wajah gadis itu memerah karena marah, dan dia mendekati Koutarou
dengan marah.
Namun, karena dia berukuran kecil dan memiliki wajah yang cukup
manis, gadis itu tidak bisa mengintimidasi Koutarou.
“Kau lagi? Bagaimana kau bisa masuk kesini?”
Koutarou dengan cepat menoleh ke arah jendela, tapi jendelanya
masih tertutup.
Disamping itu, waktunya terlalu sempit baginya untuk bisa berlari
mengelilingi runah ini.
“Sduah jelas, aku menembus dinding.”
“Kau menembus dinding?”
Koutarou menatap ke arah dinding di belakang gadis itu, tapi yang
dia lihat hanyalah hiasan dinding putih yang baru saja diganti.
“Aku tidak melihat lubang apapun...”
“Tentu saja tidak! Aku kan ha-”
“Aku mengerti! Ini salah satu trik sulap, kan!?”
Mata Koutarou berbinar. Dia sudah melihat pesulap menembus dinding
di TV, jadi dia benar-benar salah mengira gadis itu sebagai seorang pesulap.
“Eh?”
“Sekali lagi! Tunjukkan padaku sekali lagi!”
“Kyaa!? La-lagi!? Bagaimana kau bisa menyentuhku!? Tidak ada yang
pernah bisa melakukannya sebelumnya!”
“Ayolah, jangan pelit begitu. Lakukan sekali lagi!”
Gadis itu diusir keluar sekali lagi.
“Kyaa! Bisakah kau dengarkan aku dulu!?”
“Ayo, ayo!”
Namun, Koutarou tidak mendengarkannya sama sekali; dia yakin
sekali kalau gadis itu adalah pesulap cilik yang jenius.
“Kyaa!”
“Aku mohon padamu!”
Koutarou melemparnya keluar dan menutup serta mengunci pintunya
lagi,menunggu si gadis untuk kembali masuk ke dalam dengan perasaan heboh.
Namun, sesuatu yang tidak terduga terjadi.
“Bisakah kau berhenti!!”
“Wah!”
Secara mengejutkan, wajah gadis itu muncul dari pintu, seakan-akan
sebuah lubang telah terbuka hanya bagi wajahnya.
“Kau sering dibilang kalau kau tidak mendengarkan dengan baik,
kan!”
“Ba-bagaimana kau, kenapa kau-!?”
Dan saat Koutarou menatapnya, tubuh gadis itu menembus pintu
kamarnya.
“Menyingkir!”
“Kyaa! Lagi!?”
Koutarou mendorong gadis itu dan memeriksa pintunya.
Namun, tidak ada satu goresanpun disana. Tidak ada hal yang bisa
membuat gadis itu dapat menembus pintunya.
“Bagaimana kau melakukannya!?”
“Aku berhasil! Kau terkejut! Itulah yang sudah kutunggu-tunggu!”
Koutarou akhirnya memberikan reaksi yang sudah gadis itu harapkan.
Hal ini membuatnya sangat senang, dan sebuah senyuman muncul di
wajahnya.
“.. Oh, benar juga, aku tidak seharusnya merasa senang.”
“Sebenarnya siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk?”
Gadis itu memasang senyuman lebar.
“Aku sudah memberitahumu, kan? Aku menembus dinding, dan namaku
Sanae. Higashihongan Sanae,”
“Sanae?...”
“Aku adalah hantu yang menunggui kamar ini!”
Saat gadis itu berkata begitu, Koutaro merasa lebih terkejut
dibandingkan dengan saat gadis itu menembus dinding.
“Apaaaaaaa!? Hantu!?”
“Kau tidak bisa mempercayainya, kan? tapi orang biasa tidak bisa
melakukan hal ini!”
“Ka-Kau melayang!?”
“Tentu saja aku melayang, aku kan hantu.”
Sanae melayang ke arah atap, kemudian dia menatap ke arah Koutarou
yang terkejut dan dia tertawa.
Tidak pernah disadari oleh Koutaro selama ini, dia merasa sangat
senang.
“Hantu... aku sudah dengar ceritanya dari Ibu kos-san, tapi tidak
kusangka kau ada...”
Koutarou sudah mendengar ceritanya dari ibu kosnya Shizuka, tapi
dia tidak mengira kalau dia akan melihatnnya dengan mata kepalanya sendiri.
Namun, Sanae ada di depan matanya, dan dia tidak punya pilihan
selain percaya.
Orang biasa tidak bisa menembus dinding atau melayang di udara.
“Jadi kaulah hantu yang sudah muncul di kamar ini?”
“Kau akhirnya mengerti! Itu benar, akulah pemilik kamar ini yang
sebenarnya!”
“Yang berarti kaulah yang sudah mengusir semua penyewa
sebelumnya?”
“Itu benar! Lagipula, kamar ini adalah rumahku.”
Sanae mendarat di lantai.
“...Kau ini hantu, tapi kenapa kau punya kaki[2]?”
“Memangnya itu penting? Bukan itu yang harusnya membuatmu
terkejut!”
“Walaupun kau bilang begitu... Aku bisa dengan jelas melihat,
mendengar dan menyentuhmu, tahu? Sampai kau menembus diding, kukira kau hanya
seorang anak kecil.”
Karena itu, Koutarou tidak panik sama sekali; lagipula, dia
terlihat seperti gadis normal.
“I-itu yang ingin kuketahui! Kenapa tiba-tiba saja kau bisa
menyadariku?”
“Apa yang kau bicarakan?”
“Kemarin, walaupun aku berdiri tepat di depanmu atau berteriak di
dekat telingamu, kau tidak menyadariku smaa sekali! Aku bahkan menembus tubuhmu
saat aku mencoba menubrukmu.”
“Walaupun kau bertanya padaku...”
Dengan kata lain, Sanae sudah ada di kamar ini bersama Koutarou
sejak kemarin, selalu mengawasinya.
“Aku juga tidak mengerti. Hal tidak biasa yang terjadi padaku hari
ini hanyalah aku terjatuh dan kepalaku terbentur.”
Koutarou berbalik dan menunjukkan plester di belakang kepalanya.
“Kepalamu terbentur dan sekarang kau bisa melihat hantu?
Berhentilah mengada-ada!”
“Aku tidak mau mendengar hal itu darimu! Dasar fenomena
paranormal!”
“Uu...”
Tahu kalau dialah yang paling ganjil, Sanae sedikit terhenyak.
“I-itu tidak penting! Karena sekarang kau bisa mendengarku, kita
bisa mulai menyelesaikan urusan kita!”
“Kaulah yang membahas hal itu...”
“Diam! Diam!”
“Dan, urusan apa?”
Sanae memperoleh ketenangannya kembali setelah mendengar kata-kata
Koutarou dan kemudian mebuka mulutnya.
“Sudah jelas! Ini rumahku, jadi pergilah!”
“Begitu... pernyataan yang berani.”
“Aku tidak berani sama sekali, hal ini sudah jelas.”
Di saat yang sama dengan dia mengatakan hal itu, beberapa fenomena
mirip petir kecil mulai bergemericik di sekitarnya, seakan dia sendiri yang
melepaskannya.
“Dan bagaimana kalau aku bilang tidak?”
“Aku hanya akan melakukan apa yang selalu kulakukan...”
Saat Sanae mengangkat tangannya ke arah Koutarou, energi
mencurigakan dapat terlihat terbentuk di ujung jarinya.
Itu adalah hal yang orang sebut sebagai will-o'-wisp[3];
namun, Koutarou tidak tahu hal itu.
''Gadis ini ingin bertarung, ya...''
Koutarou merasakan niat Sanae untuk bertarung, menurunkan tubuhnya
ke tanah, dan mengambil kuda-kuda.
“Hari ini aku dalam kondisi prima, jadi melemparimu dengan ini
tidak hanya akan membuatmu terkejut!”
Massa energi di ujung jari Sanae membesar. Benda itu tumbuh dari
sekecil lalat menjadi sebesar bola bisbol.
''Akan buruk kalau aku terkena benda itu...''
Koutarou tidak tahu cahaya apa itu, tapi dia merasakan bahaya
dengan instingnya dan menelan ludahnya.
''Walapun dia hantu, aku bisa menyentuhnya, jadi bukan berarti aku
tidak punya peluang.''
Koutarou, yang biasanya mudah terlibat dalam perkelahian,
menyiapkan tinjunya sambil menyiapkan tubuhnya.
“...Kebetulan, aku juga dalam kondisi prima hari ini.”
“Begitu, kebetulan sekali... Fufufu, ahahahaha!”
“Wahahahaha!”
Tawa dan ketegangan memenuhi kamar ini.
Pertarungannya hampir dimulai.
Suara truk pengangkut yang melewati apartemen digunakan sebagai
gongnya, dan keduanya mulai bergerak.
“Makan ini~!”
Sanae melemparkan bola bercahaya itu ke arah Koutarou.
“Uwah!?”
Namun, Koutarou dengan cepat merendahkan tubuhnya, dan bola itu
melewati area dimana wajahnya tadi berada.
Bola itu mengenai dinding dan menghilang, meninggalkan suara yang
mirip dengan tepuk tangan yang keras.
“Dasar bajingan yang lincah!”
“Dan bukan hanya itu saja!”
Koutarou berlari ke arah Sanae, dan karena ruangannya berukuran
kecil, dia dengan cepat mencapai Sanae.
Dia mengayunkan tangan kanannya.
“Kyaa!?”
Namun, Sanae menembus dinding di belakangnya dan menghindari
serangan Koutarou, caranya ini memang cara yang cocok bagi hantu untuk
menghindar.
Karena itu, yang bisa Koutarou sentuh hanyalah ujung rambutnya.
“Benar juga, kau itu hantu. Tapi aku mengenaimu, dan aku masih
bisa melakukan hal ini!”
Saat Koutarou memastikan sensasi memegang ujung rambutnya, Sanae
memasuki ruangan sekali lagi.
“Itu berbahaya tahu!”
“Kau tidak berhak bicara begitu!”
“Wajar bagi hantu untuk menyerang penghuni rumahnya! Balas melawan
itu melanggar peraturan!”
“Memangnya aku peduli!”
“Dipukuli atau pergi!”
“Tidak mungkin! Aku ahirnya menemukan tempat untuk tinggal!”
Koutarou tidak ingin membebani ayahnya, yang sudah membesarkannya
sendirian, lagi.
Dan karena biaya sewanya hanya 5.000, Koutarou bisa menjangkau
biaya itu hanya dengan kerja sampingannya.
Satu-satunya masalah adalah hantu yang sedang tertawa tepat di
depannya.
Koutarou tidak punya pilihan untuk pergi begitu saja.
“Memangnya aku akan pergi hanya karena satu hantu saja! Aku butuh
kamar ini untuk mengalami kehidupan SMA yang memuaskan!”
“Aku tidak peduli soal itu! Pergilah! Ini rumahku!”
Kedua tangan Sanae mulai bercahaya, dan sebuah bola cahaya
terbentuk di atas tangannya. Jelas sekali kalau dia berencana untuk melemparkan
kedua bola itu ke arah Koutarou.
“Jadi akhirnya kau mulai serius...”
Koutarou memasang kuda-kuda.
“Kali ini tidak akan sama seperti sebelumnya!”
Dua bola itu terbentuk di telapak tangan Sanae, dan kali ini
keduanya sdikit lebih besar daripada yang sebelumnya.
Menghindari kedua bola itu akan lebih sulit karena ukuran dan
kekuatannya.
Seperti yang Sanae katakan, tingkatan bahayanya sudah meningkat.
“Memangnya aku akan membiarkanmu!”
''Jika memang begitu, aku hanya harus mencegahnya menyerang!''
Koutarou dengan cepat mengambil keputusan dan berlari ke arah
Sanae, menjangkau Sanae dengan tangannya.
“Kyaa!?”
“Aku mendapatkanmuuuu!”
Tangan kanan Koutarou menangkap lengan kiri Sanae, menyebabkan
will-o'-wisp di tangan kirinya jatuh ke lantai.
Dan seperti sebelumnya, bola itu mengenai lantai dan menghilang,
membuat suara seperti tepuk tangan yang keras.
“Bola ini bukan hanya untuk dilempar!”
“Uwah!”
Saat Koutarou mengikuti bola yang jatuh, Sanae mendorong bola di
tangan kanannya ke arah Koutarou.
Koutarou mencoba untuk menghindar, tapi hindarannya tidak cukup.
“Guwah!?”
Saat bolanya menyentuh Koutarou, bola itu menghilang seperti dua
bola sebelumnya. Namun, kali ini bola itu sangat berdampak pada Koutarou.
Rasanya hampir seperti menerima kejutan listrik.
“Berhasil! Aku tidak tahu kenapa, tapi aku sedang dalam kondisi
puncak hari ini!”
“Ku!”
Koutarou terdorong ke belakang oleh tumbukan tadi dan terjerembab
ke lantai.
“Dan sekarang bagian serangan akhir!”
Di depan Koutarou yang terduduk, Sanae membentuk dua bola
bercahaya lagi.
“Kau akan masuk rumah sakit dengan kekalahan menghiasi wajahmu,
dan aku akan mengambil kembali kamarku!!”
“Da-dasar egois...!”
Koutarou masih terpengaruh oleh tumbukan tadi, tidak bisa
bergerak.
Di sisi lain, Sanae menggabungkan dua bola itu menjadi satu bola
besar.
Yang bisa Koutarou lakukan hanyalah menonton saja.
“Kalau saja kau pergi, situasinya tidak akan berakhir seperti ini ♪”
Bola yang dipegang oleh Sane semakin membesar, dan sekarang
berukuran hampir seperti bola dodgeball[4].
Jika bola sebelumnya sudah cukup untuk membuat Koutarou tidak bisa
bergerak, maka kekuatan bola ini tidak perlu dijelaskan lagi.
“Ini buruk! Aku akan terbunuh!”
Koutarou menguatkan dirinya, karena hanya itu yang bisa dia
lakukan untuk bersiap menghadapi serangan yang akan datang.
“Nyahaahaahaa!”
Namun, tawa kemenangan Sanae terpotong oleh ledakan kecil di
kakinya.
“Kyaa!”
Terlempar oleh ledakan itu, Sanae terjatuh, dengan hanya kepalanya
yang menembus dinding.
Di saat yang sama, will-o'-wisp yang dia buat bertubrukan dengan
dinding, meninggalkan suara bang yang keras.
Melihat hal itu, Koutarou merasakan hawa dingin mengalir di
punggungnya.
“Awawaw...”
Sanae menarik kepalanya dari dinding dan sedikit menggoyangkannya.
Kali ini, Sanaelah yang tertegun.
“...Apa yang dia injak?”
Koutarou melihat sesuatu meledak saat Sanae menginjaknya. Mencoba
mencari benda itu, Koutarou mendekati titik dimana Sanae berdiri sebelumnya..
“Begitu! Dia menginjak benda ini!”
'Selamat di Jalan' 'Belajar yang Sukses' 'Aman saat Berlalulintas'
Apa yang dia temukan adalah sekumpulan jimat keberuntungan yang
dia dapat dari neneknya.
Jimat-jimat itu sudah dikeluarkan dari kardus dan ditinggalkan di
lantai, dan Sanae sudah menginjaknya.
“Benar juga! Kau kan hantu, jadi kelemahanmu adalah jimat!”
Koutarou mengambil jimat-jimat itu.
“Wahaha, dengan ini, situasinya sudah berbalik!”
“Ku!”
Sanae berdiri dan memelototi jimat di tangan Koutarou.
“Tak kusangka kau punya benda seperi itu...”
“Aku punya banyak! Mulai dari penangkal sampai Maneki Neko[5],
tidak ada kekurangan benda keberuntungan di kamar ini!”
Koutarou tidak mendapat jimat saja dari neneknya.
Saat dia lulus ujian SMA, neneknya mengirimkan sejumlah besar
benda-benda keberuntungan seperti ini.
“Ku, seberapa barokah dirimu ini!?”
“Hahaha! Ini semua karena semua amal salehku! Tuhan sedang
melihat!”
Koutarou menyodorkan jimatnya ke arah Sanae sambil dia
mendekatinya sedikit demi sedikit.
Sanae, yang ada di sisi menyerang selama ini, secara bertahap
mundur ke arah pintu masuk dengan ekspresi pahit di wajahnya.
“Eii!”
Sanae melemparkan tiga will-o'-wisp ke arah Koutarou.
“Sia-sia saja!”
Namun, saat will-o'-wisp itu menyentuh jimat di tangan Koutarou,
bola-bola itu menghilang seakan bola itu mencair.
“Bola itu tidak bekerja!?”
“Bodoh, tidak mungkin jimat tidak bisa menahan serangan seorang
hantu. Jangan meremehkan jimat Keselamatan Keluarga!”
Koutarou menyeringai dan mulai bergerak lagi.
“Sekarang giliranmu untuk pergi, hantu!”
“Tidak mungkin aku pergi! Aku harus menunggu disini tidak peduli
alasannya!”
“Tapi, akulah pemenangnya!”
“Belum pasti!”
Dengan teriakan pendek Sanae, benda-benda disekitar sini mulai
melayang di udara.
Sebuah kardus, kamus, kotak berisi artikel-artikel kecil.
Benda-benda seperti itu mulai melayang di udara, berputar di
sekitar Sanae.
“Bagaimana dengan ini! Serangan Poltergeist[6]!”
“Gah!”
Benda-benda melayang di sekitar Sanae mulai menghujani Koutarou.
Jimat ini tidak berfungsi terhadap benda yang dilemparkan itu.
Koutarou menutupi kepalanya dan mencoba melepaskan diri, tapi
beberapa benda itu menabrak tubuhnya.
“Aw! Apa yang kau lakukan!?”
“Nyahahaha! Sepertinya serangan ini bekerja!”
“Jika kau mengenaiku langsung, aku akan mati!”
“Bodoh, itulah yang sedang kulakukan!”
“Sial!”
“Sekali lagi!”
Sanae mengangkat koper terdekat ke udara sekali lagi.
“Memangnya aku akan terkena serangan lagi!”
Koutarou mengambil tongkat pemukul berharganya yang kebetulan
tergeletak didepannya, bersiap untuk bertahan dari serangan Sanae.
“Di ruangan sempit ini, kau pikir seberapa lama kau akan bertahan
dari seranganku dengan benda itu!?”
Sanae mengirimkan beberapa benda melayang ke arah Koutarou.
“Hmph!”
Koutarou mengayunkan tongkat pemukulnya dan menahan serangan Sanae.
“Terlalu lambat, hantu! Benda-benda ini terasa seperti melayang
dalam gerak lambat!”
“Sialan kau!”
Sanae mengangkat beberapa benda lagi ke udara.
''5 lagi...''
Totalnya ada 5 benda melayang di udara, jumlah yang sama dengan
serangan terakhir Sanae.
''Sepertinya batasannya adalah 5 benda dalam waktu yang sama...''
Koutarou, tanpa menjadi ceroboh, menyiapkan dirinya menghadapi
serangan selanjutnya.
“Hm?”
Di saat itu, kamus yang melayang di sebelah kanan Sanae jatuh ke
tikar tatami.
“Itu...”
Di samping kamus yang jatuh itu, Koutarou melihat Maneki Neko yang
tergeletak di lantai.
Bagi Koutarou, itu terlihat seperti kamusnya terjatuh ketika kamus
itu melayang terlalu dekat.
''Kukira aku akan mencobanya.''
Saat Koutarou mengambil keputusannya, dia merobek salah satu jimat
yang dia pegang bersama dengan tongkat pemukulnya.
Jimat yang dia robek adalah ‘Selamat di Jalan’
“Ey!”
Koutarou kemudian melemparkan jimat itu ke arah Sanae.
“Owa!?”
Sanae mengatur benda-benda melayang di depannya untuk melindungi
dirinya.
Jimat itu mengenai perisai sementara itu dan jatuh ke tikar
tatami.
“Jangan mengejutkanku seperti itu!”
“Kau akan lebih terkejut lagi dengan ini!”
Koutarou sudah berlari untuk mengambil Maneki Neko.
“A-apa?”
“Orang ini!”
Koutarou menyodorkan Maneki Neko ke arah Sanae dan mata mereka
bertemu.
“Kucing?”
“Lihat sekelilingmu!”
“Ah!?”
Benda-benda yang mengelilingi Sanae jatuh ke lantai satu demi
satu.
“Sepertinya kau tidak bisa membuat benda melayang di dekat benda
ini.”
“Benda keberuntungan!?”
Sanae menggertakkan giginya dalam frustasi dan buru-buru berlari
ke arah pintu masuk, dan benda-benda mulai melayang di sekitarnya lagi.
“Bagaimana jika aku menyerangmu dari jarak ini!?”
Sanae melemparkan kotak tisu yang terbuat dari plastik ke arah
Koutarou.
Dia hanya melemparkan satu benda, tapi benda itu meluncur dengan
kecepatan tinggi.
“Sia-sia saja!”
Namun saat kotak tisu itu mendekati Koutarou, kotak tisu itu
berhenti dan jatuh ke lantai.
“Kenapa!?”
Saat kotak itu mendekati Maneki Neko, benda itu kehilangan
kekuatannya.
Saat kotak itu mencapai Koutarou, benda itu sudah kehilangan
sebagian besar momentumnya dan memantul darinya tanpa bahaya.
“Situasinya sudah berubah lagi, hantu!”
Koutarou tertawa, penuh percaya diri.
“A-apa!? Aku belum kalah!”
“Tidak ada seranganmu yang bisa mencapaiku, tapi aku masih bisa
menyerangmu!”
Koutarou memegang Maneki Neko dan jimat keberuntungan.
“Hmph! Selama aku tidak terlalu dekat, bukan masalah!”
“Namun, dengan begitu, kau tidak akan pernah bisa mengusirku tak
peduli seberapa keras kau mencoba. Ini kemenanganku, hantu!”
Koutarou mendeklarasikan kemenangannya dengan jaya.
“...Hei, kau tidak lagi punya peluang menang, jadi menyerahlah dan
pergi. Lebih bagus lagi kalau kau menyebrang ke alam baka.”
“Tidak mungkin! Kenapa aku harus melakukan sesuatu seperti itu?
Kau saja yang pergi!”
Koutarou merapatkan pertahanannya dengan Maneki Neko dan keduanya
berada dalam kebuntuan.
Keduanya tidak memiliki pukulan yang menentukan.
Semua serangan Sanae dicegah oleh Maneki Neko.
Dengan Serangan Poltergeistnya dia mungkin bisa mengenai Koutarou
dengan benda kecil, tapi pengaruhnya itu sangat kecil.
Benda besar dan berat akan dihentikan oleh Maneki Neko sebelum
benda itu dapat mengenainya.
Dan Sanae sendiri tidak bisa mendekati Maneki Neko, yang berarti
serangan langsung pada Koutarou itu tidak mungkin.
Di saat yang sama, Koutarou tidak bisa mengalahkan Sanae.
Dia bisa menyentuh dan memegangnya, dan dia melemparkan jimat dan
menerbangkannya juga.
Namun, Sanae bisa kabur menembus dinding, membuat serangan
Koutarou tidak efektif.
Dan karena Sanae tidak bisa mendekati Maneki Neko atau
jimat-jimatnya, dia akan bergerak lebih cepat.
Dan yang lebih penting, Koutarou tidak tahu cara apapun yang bisa
membuatnya menyebrang ke alam baka.
Tidak peduli seberapa banyak dia melemparnya keluar kamar atau
menerbangkannya dengan jimat, dia hanya akan kembali.
“Memangnya kenapa kau bersikeras untuk menghantui kamar ini!?”
“Apa bedanya! Pokoknya, aku tidak punya keinginan untuk pergi! Ini
rumahku!”
Sanae melemparkan kertas kusut ke arah Koutarou, tapi Koutarou
menangkap kertas itu tanpa kesulitan dan melemparkannya kemabli ke arah Sanae.
“Ya ampun, kau ini seperti anak kecil saja.”
“Kau tidak bisa menjadi hantu jika kau tidak kekanak-kanakan!”
“...Argumen yang mengagumkan.”
“Jangan memperlakukanku seperti orang idiot!”
“Kaulah yang mengatakan hal itu!”
Dan seperti itu, keduanya membagi dua ruangan dan melanjutkan
percekcokan mereka.
Kadang-kadang seseorang akan melemparkan kertas kusut ke arah yang
lainnya, tapi serangan sebenarnya sudah berhenti.
“Karena sudah begini, keadaannya menjadi tes semangat! Aku akan
menghantuimu sampai kau menyerah, dan aku tidak akan membiarkanmu tidur saat
malam hari!”
“Silakan dan lakukan saja jika kau bisa! Aku sudah ditempa oleh
bisbol, dan semangatku tidak bisa terkalahkan! Selain itu, tidak bisa tidur itu
sama bagi kedua pihak!”
“Kau ini tidak manis sama sekali!”
“Kau tidak berhak bicara begitu!”
Seperti ini keduanya saling menatap selama berjam-jam. Malam hari
sudah datang sejak lama.
Dan tanpa mereka sadari, bel pintu berdering.
“Hm?”
“Siapa sih, saat waktu sibuk begini!”
Ketukan keras yang terus-menerus terdengar setelah bel pintu.
“Bangunlah Kou! Kau akan telat untuk upacara penerimaan!”
Suara yang datang dari sisi lain pintu adalah teman masa kecil
Koutarou, Kenji.
“Itu Mackenzie!”
“Mackenzie? Oh, pria berkacamata itu.”
“Ah! Sekarang sudah pagi!?”
Melihat jam di dinding, mata Koutarou terbelalak.
Sudah jam 7:30 pagi.
Berjalan ke sekolah memakan waktu sekitar 20 menit, jadi Koutarou
harus pergi sekitar jam 8:00 supaya tidak terlambat.
Dan karena hari ini adalah upacara penerimaan, akan lebih baik
untuk samapi di sekolah lebih pagi.
“Aku tidak bisa duduk terus disini!”
“Hei, kau!”
“Kita akan melanjutkan ini saat aku kembali! Aku harus pergi ke
sekolah dulu!”
Koutarou membuka lemari pakaian dan menarik keluar seragam dan tas
sekolahnya.
“Hei Kou, apa kau sudah bangun?”
“Aku sudah bangun, Aku sudah bangun! Aku sedang bersiap-siap!”
“Oh, kau sudah bangun.”
Koutarou memasukkan Maneki Neko dan jimatnya ke dalam tas dan
mulai berganti pakaian.
“Tunggu, sebelum kau pergi ke sekolah, kita harus menyelesaikan
ini dulu, kan!?”
“Aku tidak punya waktu untuk itu, kita akan melakukannya nanti! Au
hanya tinggal disini supaya aku bisa pergi ke sekolah! Selain itu, siapa yang
akan mempercayaiku bila aku tidak pergi ke sekolah karena seorang hantu!”
“Eeeeeeeeeeeeeh!?”
Sanae yang ditolak penuh, menggembungkan pipinya dan memelototi
Koutarou.
“Jangan berulah saat aku pergi oke? Saat aku kembali kita akan
menyelesaikan masalah ini!”
“Aku mengerti. Aku juga tidak ingin membuat masalah disini.”
“...Kaulah masalahnya...”
“Justru kau yang menjadi masalahnya! Aku tidak punya masalah
sampai sekarang!”
“Aku mengerti, Aku mengerti. Aku mengerti jadi sampai aku kembali
duduk yang tenang, oke?”
Sanae mengangguk dengan enggan mendengar kata-kata Koutarou.
“Aku mengerti, jadi jangan buang waktu dan cepat kembali.”
“Ya!”
Dan seperti ini, perdamaian sementara antara keduanya akan
berlangsung sampai sore hari.
Catatan Penerjemah dan Referensi
[1] Baju wol berkancing
[2] Hantu biasanya digambarkan tidak punya kaki atau kakinya tembus
pandang di cerita rakyat Jepang
[3] Cahaya hantu yang biasanya dilihat oleh musafir di malam hari
[4] Sebuah permainan dimana pemain dalam suatu kelompok mencoba
melemparkan sebuah bola ke arah lawannya untuk membuat lawannya gugur/keluar
[5] Diterjemahkan secara literal menjadi kucing isyarat, benda ini
dianggap sebagai jimat keberuntungan yang dipercaya akan membawa keberuntungan
pada pemiliknya
[6] Hantu yang sering membuat benda-benda melayang dan membuat suara
keras di rumah-rumah
1 Comments
otsukaresama
BalasHapusPosting Komentar