RAKUDAI
KISHI NO EIYUU-TAN
JILID 1 BAB
1
KSATRIA
JENIUS DAN KSATRIA GAGAL
Bagian 7
Stella, setelah
ditinggal, melihat ke kasur bagian atas dan melihat orang yang mengalahkannya.
Aku… tentunya tidak lemah.
Dia tidak
selancang itu untuk berpikir dia paling kuat di dunia, tetapi dia tidak pernah
kalah melawan orang dengan kemampuan biasa. Ikki kuat, dan dia penasaran dari
mana kekuatan itu. Dia mau tahu bagaimana Ikki terus percaya dirinya, tidak
pernah tunduk dari semua perlakuan tidak adil itu.
"…Kurogane.
Ikki."
Sambil
menyebutkan nama itu, sesuatu misterius yang rasanya manis membuat jantungnya
berdetak sedikit lebih kencang. Bagi Stella, ini pertama kalinya dia mau tahu
mengenai orang lain seperti ini. Dia tidak dapat menahan hasrat untuk
mempelajari orang yang sedang tidur ini, dan menunggu dia pulih akan cukup
lama. Karena itu, setelah dikalahkan oleh rasa penasaran dalam dirinya, dia
memanjat tangga kasur.
Ikki masih
tertidur. Dia mungkin berpindah posisi ketika tidur, tetapi sekarang dia
berbaring tengkurap, dan Stella tidak bisa melihat wajahnya. Stella masih bisa
mendengar napas pelan yang sesuai dengan gerakan lembut dari punggungnya yang
terbentuk dengan baik, jadi dia pasti sudah cukup pulih dibanding beberapa saat
lalu, karena perasaan bahwa dia tidak akan bangun lagi sudah tidak ada di sana.
Stella sedikit lega melihat itu.
"…Ikki."
Dia memanggil
namanya, tetapi mengabaikan Stella, dia tidak terbangun dari tidurnya. Apa
boleh buat. Dia tertidur dengan nyenyak, jadi tidak sopan untuk membangunkannya
dengan paksa. Karena kegelisahannya belum reda, Stella memutuskan dia akan
berjalan-jalan di luar dan kembali lagi nanti.
Ya, sambil
memikirkan itu―dia tidak sengaja melihat celah yang terbuka di antara baju dan
tengkuk Ikki. Dia mempunyai punggung yang besar, dan pemandangan itu mempunyai
pengaruh yang besar yang tidak bisa terbayangkan dari senyumannya yang pemalu.
Tidak, badannya
tidak begitu berotot. Bahkan bisa dibilang kurus, tetapi kekuatan seperti baja
di sana membuat punggungnya terlihat jauh lebih berisi dari pada aslinya.
…Cu-Cuma sedikit, tidak apa-apa, kan? Dia
melihat ke arah sana juga.
Setelah
berunding dengan orang tidak terlihat di dalam hatinya, Stella menjulurkan
tangannya ke punggung Ikki, dan dengan pelan mulai menyentuhnya.
"W-Wow…."
*Deg Deg*
Ketika Stella
menyentuhnya dengan telapak tangannya, sensasi dari aliran darah Ikki
meresapinya. Kuat, dan panas membara, tetapi badannya terasa berbeda dari baja,
dan seperti panasnya dari energi kehidupannya.
Jadi ini punggung… laki-laki.
Ini pertama
kalinya bagi Stella menyentuh laki-laki, dan dia merasa seperti bermimpi.
"M…hm…."
"Kyaa…!"
Ikki tiba-tiba
berputar, dan menghadap atas. Karena itu, tangan kanan Stella tertimpa dan terjebak
di bagian bawah badannya.
Tidak!
Kalau Ikki
bangun sekarang, Stella tidak dapat memberikan alasan. Badannya lebih berat
dari dugaan, jadi Stella tidak dapat menarik tangannya dan pergi. Dia mampu
menarik paksa, tetapi Ikki bisa terbangung, dan jatuh dari tangga karena
menarik terlalu besar bisa berbahaya.
…Apa yang harus aku lakukan?
Stella menahan
napas dan semakin memanjat tangga. Berlutut sambil berhati-hati tidak
menyentuhnya, dia menggunakan tangan kirinya untuk mengangkat pinggang Ikki perlahan…
pelan… sangat pelan.
"Uun…n!
…Kuh."
Nya-nyaris saja!
Stella
merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia berhasil mengangkat pinggang Ikki
dengan tangan yang kosong dan… setelah mencoba dia berhasil menarik keluar
tangannya yang terjebak. Sukses! Tetapi… meskipun demikian, Stella tetap
melihat Ikki yang tertidur di bawahnya.
"Orang ini
sama sekali tidak terbangun."
Yah, karena dia
kelelahan, Stella dapat mengerti mengapa dia tertidur nyenyak. Melihat Ikki
tidak bergerak, Stella menelan ludah. Sekarang dia sudah berbalik, Stella
melihat perutnya yang sedikit terbuka.
Perut laki-laki….
Meskipun dia
pernah melihatnya sebelum ini, dia tidak pernah menyentuhnya. Seperti apa
rasanya?
"A-Apa
yang kamu pikirkan, Stella!? Tidak bagus! Bagiku yang masih belum menikah, dan
seorang putri, tertarik pada badan laki-laki yang bahkan bukan ke-ke-kekasihku
atau sejenisnya… itu tidak terhormat!"
Tunggu, tidak
seburuk itu, bukan? Tidak seperti dia memiliki pemikiran kotor atau sejenisnya.
Ikki Kurogane, lawan pertama yang mampu mengalahkannya―dia mau memahami lebih
jauh mengenai ksatria yang harus dia hadapi lagi di masa depan, hanya karena
penasaran.
Hanya seperti
itu. Mungkin. Kurang lebih.
"Ba-bagaimanapun
dia melihatku telanjang duluan, jadi ini adil, kan…?"
Itu cara
berpikir yang menyesatkan, tetapi Stella nampak sudah membenarkan hal itu.
Terdorong oleh rasa penasarannya kepada ksatria pertama yang mengalahkannya,
dia menjulurkan tangannya lagi menuju perut Ikki, dan meletakkannya di
sela-sela bajunya. Dia menyentuh ulu hatinya dan …perlahan mengangkat bajunya.
"…Ini…
badan… laki-laki…."
Ketika Ikki
tiba-tiba buka baju ketika pertama kali mereka bertemu, dia tidak begitu
memerhatikannya karena kekacauan yang terjadi, tetapi sekarang dia sudah
merangkak sedekat ini, dia dapat mengatakan badannya luar biasa terlatih.
Bayangan kecil terletak di badannya benar-benar berbeda dari miliknya sebagai
perempuan. Tentu saja, sentuhannya juga berbeda
"Haa…
haa…."
Otak Stella
mulai mendidih karena perasaan yang teramat sangat untuk menyentuh. Kepalanya
berputar seperti orang sakit, dan napasnya menjadi berat dan tidak teratur. Dia
tidak mampu lagi menghentikan dirinya.
"…Oke."
Dengan tangan
yang bergetar, dia menyentuh perut Ikki, dan ketika dia menyentuhnya, sensasi
seperti listrik menyengat dirinya melalui tekstur kulit dan otot Ikki. Kuat
tetapi fleksible, sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, tetapi dia
paham kekuatan yang terdapat di dalamnya.
"Luar
biasa…."
Itu bukan badan
dari ksatria yang terjatuh dalam kegelapan, tetapi badan orang yang terus
menuju cita-citanya. Stella selalu mengatakan pada dirinya sendiri untuk
menjadi ksatria sebelum menjadi wanita. Dia paham bagaimana sulitnya untuk
melatih tubuh sejauh ini, dan bagaimana menjaga hasil latihan ini.
Dia tidak lagi
meragukan Kurono. Ikki tentu tidak pernah menyerah dalam keputus asaan.
Badannya, sekeras tekadnya, membuktikan itu.
Tetapi karena
Kurono tidak berlebihan, keinginan Stella untuk mempelajari Ikki semakin besar.
Semakin dia tahu, semakin dia penasaran. Keinginan ini semakin kuat, bahkan
mencekiknya. Dia terpesona, mabuk tanpa sebab atau logika, tetapi yang semakin
membuat dia terkejut, ini terasa menyenangkan.
"Haa… Aku
heran apa yang aku lakukan…."
Sambil
mengikuti jejak di perutnya dengan jari-jarinya yang lembut, dia bertanya
kepada orang yang tidak terlihat di hatinya, terdengar seperti mengigau, tetapi
kemudian―
"Eeh, aku
juga mau menanyakan hal itu. Stella-san, apa yang kamu lakukan?"
Kepada Stella
yang sedang mengangkangi pinggulnya dan menyentuh kulitnya di sini dan di sana,
Ikku mengulang pertanyaan itu dengan muka dia tidak tahu apa yang sedang
terjadi.
"A-Aieeeeeeeeeeeee!?"
Stella segera
menjerit ketakutan dan berdiri dari Ikki.
"Tunggu!
Kalau kamu melompat sekuat itu kamu akan―"
Peringatan Ikki
sia-sia. Setelah bangkit dengan cepat, kepala Stella menabrak langit-langit
dengan kekuatan yang mampu membelah bumi dan dia jatuh dari kasur bagian atas,
dengan pekikan, ke atas lantai.
"S-Stella-saaaaaan!?
Apa kamu baik-baik saja!? Kepalamu terlihat seperti―!"
"A-A-A-A-Aku
baik-baik saja! Aku hanya terjatuh dan menumpahkan sedikit jus tomat di
kepalaku, hanya seperti itu!"
"Tidak!
Karena just tomat itu keluar dari dalam kepalamu! Duduk diam untuk sementara!
Aku akan memberikan pertolongan pertama jadi duduk di sana!"
0 Comments
Posting Komentar