ROKUJOUMA NO SHINRYAKUSHA?!
JILID 1 BAB 4
JILID 1 BAB 4
HMM... MEMULAI INVASI?
Koutarou menguap dengan keras.
“Kau terlihat mengantuk, Satomi-kun.”
“Aku tidak bisa tidur banyak kemarin.”
“Tidak biasanya kau begitu, Kou.”
Koutarou, Kenji dan Shizuka sedang
berjalan ke sekolah bersama-sama.
Ketiganya mengenakan seragam baru mereka.
Dan mereka semua akan mengikuti upacara
penerimaan SMA Kitsushouharukaze.
“Ya, kemarin ada sesuatu.”
“Apa ada sesuatu yang terjadi,
Satomi-kun?”
Nada bicara Shizuka bukan nada bicara ibu
kos, melainkan nada bicara seorang teman.
Nada bicara Shizuka sudah berubah sejak
dia mengubah panggilannya pada Koutarou menjadi Satomi-kun kemarin.
Koutarou, yang tidak nyaman dengan
formalitas, menyambut baik perubahan itu.
“Sebenarnya, Ibu kos-san, hal itu muncul.”
“Muncul? Yang kau maksud...”
“Hantu itu muncul!?”
“Ya. Pada awalnya aku juga tidak
mempercayainya, tapi tidak salah lagi itu adalah hantu.”
Shizuka dan Kenji merasa heran mendengar
jawaban Koutarou.
“Jadi karena hal itu kemarin terdengar
sedikit keributan...”
“Jadi... Jadi apa kau baik-baik saja,
Kou!?”
“Tenanglah, Mackenzie. Ini bukan masalah
yang besar. Sesosok hantu muncul dan beberapa fenomena paranormal terjadi, itu
saja."
“O-oh... Yah, jika kau bilang begitu...”
Kenji menghembuskan nafas lega setelah
melihat Koutarou bertingkah seperti tidak ada yang terjadi.
Kenji tidak menyukai cerita seram.
“Jadi apa kau tidak apa-apa, Satomi-kun?
Apa kau pikir kau masih bisa tinggal disana?”
Sebagai ibu kos Rumah Corona, Shizuka
tidak hanya memiliki rasa khawatir seperti Kenji; dia juga memiliki rasa
khawatir lain.
Jika Koutarou keluar sekarang, reputasi
Rumah Corona akan jatuh lebih jauh lagi.
“Tidak apa-apa, Ibu kos-san, ini bukan
masalah besar. Masalah ini akan selesai dalam beberapa hari.”
“Begitu. Kau sangat bisa diandalkan,
Satomi-kun.”
“Serahkan saja padaku. Aku akan
mengatasinya!”
Koutarou menepuk dadanya sambil menerima
tugas itu, dan Shizuka menunjukkan senyuman lega.
Menatap senyuman Shizuka, Koutarou
meneguhkan keputusannya untuk tidak akan pernah pergi dari kamarnya.
“Tapi tak disangka hantu itu benar-benar
ada...”
“Aku juga ter – ha?”
Saat Koutarou tersenyum kecut ke arah
Kenji, dia menyadari bayangan seseorang yang sedang mengintip mereka dari
belakang tiang lampu di depan mereka.
“Ada apa?”
“Lihat kesana. Ada seorang gadis yang
menatap kita...”
“Kau benar, tapi pakaian itu pastinya
mencolok...”
“Aku biasanya bukanlah orang yang akan
bicara hal ini, tapi... Apa dia tidak merasa malu berkeliaran memakai pakaian
itu?”
Dia adalah seorang gadis yang sepertinya
sebaya dengan Koutarou.
Walaupun sebagian besar tubuhnya tertutupi
tiang lampu, tiang itu tidak cukup untuk menutupi bajunya yang mencolok.
Gadis itu mengenakan pakaian yang berenda
dan penuh warna yang terlihat seperti pakaian yang dimiliki oleh heroin anime.
“Ah.”
Walaupun suaranya tidak terdengar
Koutarou, cara mulutnya bergerak mengesankan kalau itulah yang gadis itu
katakan.
Segera setelah itu, gadis itu berbalik dan
kabur, menghilang di sekitar belokan terdekat.
“Apa-apaan itu?”
“Siapa yang tahu...”
Saat Koutarou dan Kenji menatap dalam
kebingungan, mereka bisa mendengar suara tabrakan dari belokan yang dilalui
gadis itu.
“Kyaa!?”
“Dasar bodoh! Jangan meloncat ke depan
sepedaku secara tiba-tiba!”
“Aku minta maaf! Aku minta maaf! Aku tidak
sengaja!”
“Dan apa-apaan pakaian itu!? Jika kau akan
bermain, lakukan di tempat lain!”
“Aku minta maaf! Aku minta maaf! Aku bukan
bermain! Ini bagian pekerjaanku!”
Sebuah percekcokan dapat didengar dari
belokan tersebut.
“Apa-apaan itu?”
“Siapa yang tahu...”
“Aku penasaran apakah itu gadis tadi.”
Ketiganya mendekati belokan tersebut.
“...Siapa yang tahu apa yang para remaja
pikirkan akhir-akhir ini...”
Namun, saat mereka menengok belokan
tersebut, apa yang mereka lihat hanyalah seorang pria paruh baya yang
mengangkat sepedanya.
Gadis tadi tidak kelihatan sama sekali.
“Gadis tadi mungkin meloncat dan tertabrak
sepeda itu...”
Kenji menyimpulkan hal itu saat dia
mengintip belokan itu.
“Begitu. Aku penasaran apa dia baik-baik
aja, sih...”
Koutarou menoleh kembali ke arah belokan
itu yang semakin jauh.
“Aku yakin dia baik-baik saja, Satomi-kun.
Jika tidak, dia akan terbaring disana.”
“Benar juga.”
Koutarou, yang merasa khawatir, sedikit
tersenyum setelah mendengar kata-kata Shizuka.
“Tapi gadis itu sangat aneh, ya...”
“Sekarang musim semi sih..”
“Setelah kau bilang begitu, orang-orang
aneh banyak muncul saat musim semi, kan.”
Dan ketiganya pergi menuju sekolah seakan
tidak da yang terjadi.
Setelah mengikuti upacara penerimaan dan
pelajaran, Koutarou pergi ke tempat kerjanya.
Dia kemudian bekerja sampai malam dengan
total sekitar tujuh jam.
Karena itu, baik Koutarou maupun Kenji
sangat kelelahan saat mereka sampai di Rumah Corona.
“Aku akan cepat-cepat pulang dan tidur.”
“Aku berharap aku bisa melakukan hal yang
sama...”
Koutarou menghela nafas di sebelah Kenji,
yang sedang duduk di sepedanya.
“Pastikan kau cukup tidur, oke? Kau
ketiduran saat upacara penerimaan, dan kau tidak mau melakukan hal yang sama
saat di kelas!”
“Ya, baiklah. Sampai jumpa, Mackenzie.”
“Ya.”
Koutarou dan Kenji melambaikan tangan
dengan ringan satu sama lain dan pergi ke tujuan mereka masing-masing. Koutarou
menuju kamarnya dan Kenji menuju stasiun.
“...Baiklah, Saatnya menyelesaikan urusan
ini.”
Koutarou menoleh ke arah Kenji dan menepuk
pipinya dengan kedua tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.
“Apa-apaan!?”
Apa yang dilihat mata Koutarou saat dia
membuka matanya adalah sebuah gunung yang dibuat dari barang-barangnya,
bertumpukan di depan pintu.
“Aku membantumu berkemas sekaligus
membangun benteng pertahanan untuk melindungi diriku dari penjajah!”
Kata Sanae tersenyum saat dia menunjukkan
kepalanya melalui gundukan barang-barang.
“Terserah, minggir.”
“Oh ayolah!”
Namun, Koutarou menujukkan tasnya pada
Sanae dan Sanae menghilang menuju ruangan kamarnya. Maneki Neko dan
jimat-jimatnya masih ada disana.
“Kekanak-kanakan sekali sampai... Benar
juga, kau memang anak-anak.”
Koutarou melepaskan sepatunya dan bergumam
sambil menaiki barang-barang itu.
Karena barang-barang itu hanya untuk kamar
berukuran 6 tikar tatami, barangnya memang tidak banyak.
“Jika kau tidak mau hal kekanak-kanakan
terjadi padamu, datanglah lebih awal! Menunggu saja itu membosankan! Selain itu,
kau bilang kau hanya mengikuti upacara penerimaan! Mengapa kau pulang
terlambat!?”
“Maaf, aku harus bekerja setelah upacara
penerimaan. Tidak sepertimu, aku harus mencari uangku sendiri. Aku tidak ingin
membebani orang tuaku.”
Koutarou mulai merapihkan kamar dengan
membawa TV kembali ke ruangan itu.
“Hmm... Jadi kau juga sedang dalam sedikit
kesulitan.”
“Karena itu aku tidak akan meninggalkan
kamar murah ini!”
“Tapi aku akan membuatmu pergi!”
Ruangan itu benar-benar kosong.
Koutarou menghela nafas sambil menurunkan
TV di dekat tempat antena.
“Baiklah, selanjutnya adalah...”
Setelah meletakkan TV, Koutarou melewati
Sanae yang sedang menunggu dan pergi ke pintu masuk untuk memindahkan
barang-barang lainnya.
“Stop! Kau bisa melakukan itu nanti, kan?
Bagaimana denganku? Selain itu, toh kau mungkin akan pergi.”
“Hantu, daripada berbicara terus, bantu
aku memindahkan barang-barang ini kembali. Aku tidak akan menghiraukanmu sampai
semuanya kembali seperti semula.”
“Baiklah, apa boleh buat...”
Dan Sanae dengan enggan mengikuti
Koutarou.
''Dia kadang-kadang bisa cukup
menurut...''
Melihat Sanae dengan enggan membantunya,
Koutarou merasakan beberapa perasaan positif terhadap Sanae untuk pertama
kalinya.
“Apa masih ada lagi?”
“Tidak ada, ini yang terakhir.”
Sanae menggelengkan kepalanya dan menjawab
pertanyaan Koutarou saat dia menerbangkan kardus di udara.
“Oke.”
Mendengar hal itu, Koutarou berhenti
bergerak menuju pintu masuk.
“Baiklah, serahkan kardus itu, Sanae.”
“Sanae... ?”
Koutarou mengulurkan tangannya untuk
mengambil kardus itu tapi Sanae menatap heran pada Koutaroo dengan ekspresi
terkejut.
Air mata mulai terbentuk di mata Sanae.
“Ada apa?”
Koutarou bertanya saat dia menyadari hal
itu dan Sanae dengan cepat menyeka matanya.
“Bukan apa-apa! Hanya debu masuk ke
mataku”
“Begitu”
Karena Sanae adalah hantu, tidak mungkin
debu akan masuk ke dalam matanya, tapi Koutarou yang tidak memikirkan hal itu,
percaya pada Sanae.
“Ayolah, berikan itu padaku, Sanae”
“N-nih!”
Sanae menerbangkan kardus itu ke tangan
Koutarou, yang kemudian berjalan menuju lemari.
“Dia memanggilku Sanae...”
Sanae berbisik sambil menatap punggung
Koutarou.
Tidak ada orang yang memanggil Sanae
dengan namanya sejak dia menjadi hantu beberapa tahun lalu.
Karena itu Sanae tidak menyerang Koutarou
yang kedua tangannya sedang memegang kardus dan memunggunginya, melainkan Sanae
menatap punggung Koutarou dengan emosi misterius yang mengembang.
“Dan selesai”
Menutup lemarinya, Koutarou berbalik ke
arah Sanae.
“Hm, Ada apa?”
Koutarou melihat Sanae yang tidak
bergerak.
“Bu-bukan apa-apa! Benar juga, kita masih
harus menyelesaikan urusan kita!”
“Ya, kita harus menyelesaikannya.”
Koutarou hampir saja melupakan hal itu
setelah dia dan Sanae memindahkan kembali barang-barangnya.
“Aku tidak berniat meninggalkan kamar i–”
Kalimat Koutarou dipotong oleh suara
jendela yang pecah.
“Kyaa!?”
“Apa!?”
Koutarou dan Sanae yang terkejut, melihat
ke arah jendela, dan di saat yang sama, sesuatu yang telah memecahkan jendela
itu terbang ke dalam ruangan.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”
Sesuatu itu jatuh dengan wajah terlebih
dahulu dan berguling di tikar sambil berteriak.
Dia menabrak dinding dengan wajahnya
kemudian berhenti.
“A-apa yang baru saja terjadi!?”
“Si-siapa yang tahu...”
Koutarou dan Sanae saling berpandangan
sebentar dan menoleh ke arah sesuatu yang telah melayang ke dalam ruangan.
“Itu sepertinya manusia...”
“Ya...”
Dia adalah seorang gadis yang sepertinya
sebaya dengan Koutarou. Dia memiliki benjolan besar di bagian atas kepalanya.
“Tapi apa-apaan pakaian mencolok ini?”
”Apa dia tidak merasa malu berkeliaran
mengenakan pakaian itu? Kau hampir bisa melihat payudaranya dari posisi ini.”
Apa yang Koutarou dan Sanae rasa aneh
adalah pakaiannya.
Pakaian itu terlihat seperti sebuah gaun
yang dihiasi penuh oleh benda seperti jumbai-jumbai dan renda. Desain penuh
warnanya menggunakan banyak warna merah muda dan warna primer, dan gaun itu
sendiri cukup terbuka.
Seperti yang Sanae katakan, payudara berbentuk
bagus gadis itu terlihat seperti hampir keluar.
Dan benda yang paling mencolok adalah sapu
yang dia tunggangi.
Itu adalah sebuah sapu, tidak salah lagi,
tapi sapu itu tidak didesain untuk membersihkan.
Sapu itu juga penuh warna dan dihias, dan
sepertinya lebih mementingkan desain daripada fungsinya.
“Dia terlihat seperti gadis dari dongeng,
seperti penyihir tua yang membagikan apel beracun... Yang berbeda adalah gadis
ini lebih imut.”
“Dia memang memiliki aura penyihir, tapi
bukannya pakaiannya itu terlihat seperti pakaian yang dikenakan oleh heroin
anime?”
“Jadi ini cosplay...”
“Itu dia!”
Keduanya sampai pada kesimpulan itu, dan
saat kau memikirkannya sebagai cosplay, maka akan terlihat wajar.
“Tapi mengapa seorang cosplayer datang terbang
melalui jendela?”
“Siapa yang tahu... Mungkin karena
sekarang itu musim semi?”
“Musim semi... Ah!”
Di titik itu, Koutarou mengingat kejadian
pagi ini.
“Kupikir gadis ini adalah gadis yang
kulihat tadi pagi!”
“Pagi?”
“Aku melihatnya saat aku berjalan ke
sekolah! Dia bersembunyi di belakang tiang lampu jadi aku tidak yakin, tapi
akan aneh jika beberapa orang berkeliaran dengan pakaian seperti ini. Orang ini
pasti gadis itu!”
“Yang berarti dia sudah berkeliaran dengan
pakaian ini sejak tadi pagi?”
“...Orang yang benar-benar aneh...”
“Ya...”
Dengan gadis maniak di depan mereka,
keduanya tidak sengaja saling menatap dengan ekspresi heran.
“Jadi apa yang kita lakukan dengan gadis
ini?”
Sanae mencolek gadis yang terbaring
pingsan di dekat kakinya berulang kali. Namun, gadis tersebut tidak merespons
sama sekali.
Benjolan besar di bagian atas kepalanya
dan mulut yang terbuka lebar membuatnya terlihat menyedihkan.
“Kita tidak bisa meninggalkannya seperti ini.
Aku akan mengeluarkan futon, kau ambilkan air."
“Oke, aku mengerti.”
Keduanya lupa mengenai situasi mereka dan
mulai merawat gadis yang pingsan itu.
Gadis yang bersangkutan terbangun setelah
Koutarou mengganti kain yang mereka gunakan untuk mendinginkan dahi gadis itu
untuk keempat kalinya.
Lebih dari tiga jam berlalu, dan sekarang
sudah jam 11 malam.
“N-nnnn...”
“Hei, sepertinya dia mulai sadar.”
“Benarkah?”
Sanae berlari ke arah futon Koutarou tepat
di saat gadis itu mengedipkan matanya berulang kali.
“E-Eh?”
Dan saat penglihatannya mulai fokus
kembali, dia dapat melihat wajah Koutarou dan Sanae.
“Hei.”
“Selamat pagi!”
Gadis itu berkedip sekali lagi.
“Eh? Uhm... Eh?”
Gadis itu tidak mampu untuk memahami
situasi ini.
“Dengarkan. Beberapa waktu lalu kau
terbang melalui jendelaku, menabrak dinding, dan pingsan.”
Koutarou menunjuk ke arah jendela yang
ditutupi koran dan kemudian ke arah dinding.
“Dan kami berdua merawatmu dan membereskan
kaca yang pecah itu.”
Mendengar penjelasan Sanae, mata gadis itu
terbelalak saat dia mulai menyadarinya.
“Ahhhh! Ma-maafkan aku! Maafkan aku!”
Gadis itu buru-buru bangun dan membungkuk
berulang kali.
“Aku tidak sengaja!”
Mendengar permintaan maafnya, Koutarou
menjadi yakin kalau gadis ini adalah gadis tadi pagi. Suaranya terdengar sama
seperti sebelumnya.
“Kalau kau sengaja, kami pasti sudah
mengusirmu... Itu bukan masalah, sih. Kau yang membayar biaya perbaikannya.”
“Maafkan aku, Maafkan aku! Aku tidak punya
uang sama sekali!”
“Kalau begitu masuklah melalui pintu!
Mengapa kau masuk dengan memecahkan jendela!?”
“Maafkan aku, aku sedang buru-buru!”
Diserang oleh Sanae sejak momen dia
terbangun, gadis itu terlihat seperti hampir menangis.
Melihat hal itu, Koutarou memutuskan untuk
memberikan bantuan.
“Jangan menyudutkannya terus, Sanae. Dia
mungkin punya alasan melakukan hal itu."
“Tapi dia memecahkan jendelaku, tahu?”
“Kau bisa merasa marah nanti. Sebaiknya
kita mulai dengan mendengarkan ceritanya.”
“Kau bahkan tidak mau mendengarkan
cerita’’ku’’!”
Sanae terlihat seperti mau meletus.
“Ah... Pokoknya, kita dengarkan dulu apa
yang akan dia katakan!”
“Baiklah, tapi jangan pikir kalau ini
sudah selesai...”
Sanae akhirnya menyerah setelah dibujuk
dengan gigih, dan keduanya menatap gadis itu.
“Jadi, apa keperluanmu masuk ke kamar ini?
Atau kau ini kecelakaan atau semacamnya?”
“Uh-uhm...”
Gadis itu tersentak saat keduanya menatap
ke arahnya.
“...Bukannya itu hanya hobinya?”
“Kau diam saja, Sanae.”
“Hmph!”
Saat Sanae membalikkan wajah cemberutnya
dari Koutarou, gadis itu menepuk pipinya untuk menyemangati dirinya sendiri.
“Berjuang! Yurika Berjuang!
-
Sebenarnya, kamar ini dalam bahaya”
Suara dan tatapannya lebih serius daripada
sebelumnya, dan bisa dilihat dari ekspresi tajamnya.
“Bahaya? Bahaya apa?”
“Jelaskan dengan benar!”
“Ada orang-orang yang mencoba untuk
mencoba untuk menguasai kamar ini untuk mereka sendiri!”
“Menguasai kamar ini untuk mereka
sendiri?”
“Itu...”
Koutarou dan Sanae saling menunjuk dan
berkata bersamaan:
“Apa yang kau maksud itu Sanae?”
“Apa yang kau maksud itu Koutarou?”
“Bukan aku! Ini adalah kamar''ku''!”
“Apa yang kau katakan!? ''Akulah'' orang
yang tinggal disini!”
Saat keduanya mulai bertengkar, gadis itu
menggelengkan kepalanya.
“Tidak, bukan salah satu dari kalian.”
“Bukan?”
“Eh? Bukan Koutarou?”
“Ya. Ini adalah grup yang benar-benar
berbeda.”
Gadis itu berkata demikian sambil
mengangguk.
“Siapa mereka!? Apa mereka juga mengincar
kamar murah ini!?”
“A-atau mereka ingin memiliki hantu cantik
ini!?”
“...Itu tidak akan terjadi, selamanya.”
“Mengapa tidak!? Jangan tidak sopan
begitu!”
“Bukan keduanya. Mereka mengincar kekuatan
abnormal yang terkonsentrasi di kamar ini, jadi tolong cepatlah pergi dari
sini! Disini berbahaya! Mereka pasti akan muncul dalam beberapa hari!”
“Kekuatan? Bahaya?”
“Apa maksudnya itu?”
Mendengar penjelasan gadis itu, keduanya
terlihat keheranan. Bagi mereka, kata-kata itu hanyalah omong kosong belaka.
“Tolong jelaskan dengan benar. Walaupun
kau menyuruhku untuk pergi, tentu saja aku tidak akan berkemas dan pergi begitu
saja.”
“Ya. Untuk awalnya, kekuatan apa yang kau
bicarakan?”
“Aku juga ingin tahu!”
Saat keduanya meminta jawaban dari gadis
itu, pandangan gadis itu mulai tidak fokus.
“Uh-uhm... Kau bisa menyebutnya sebuah
kekuatan melimpah yang alami, atau erm... kekuatan supernatural...”
Tingkah meyakinkannya mulai menghilang dan
kata-katanya mulai tersendat.
Keringat mulai terbentuk di dahinya dan
dia memaksa dirinya untuk tersenyum.
“Aha, aha, ahahaha...”
''Apa? Apa aku tidak boleh bertanya?''
Senyum palsu gadis itu memberi kesan
seperti itu pada Koutarou.
“Aku tidak mengerti apapun dari penjelasan
seperti itu! Jangan gunakan kata-kata samar seperti kekuatan dan beritahu aku
apa sebenarnya itu!”
“A-Apa aku harus melakukannya?”
“Tolong beritahu kami. Mungkin sulit
bagimu untuk mengatakannya, tapi aku siap untuk menerima sebagian besar hal
aneh hari ini.”
“Tapi kau tidak mau mendengarkanku kan...”
“Karena aku mempercayaimu sekarang, aku
ingin mendengar cerita gadis ini dari awal.”
“Ja-jangan berpikir kalau aku gila atau
sedang bercanda, oke?”
Pandangan gelisah gadis itu mengarah ke
wajah Koutarou dan Sanae beberapa kali.
“Jangan khawatir.”
“Baiklah, aku berjanji.”
“O-oke, kalau begitu aku akan memberitahu
kalian...”
Gadis itu mengangguk dan menelan ludahnya.
Dan setelah menatap wajah Koutarou dan
Sanae sekali lagi, gadis itu akhirnya membuka mulutnya.
“...Sebenarnya, kekuatan di kamar ini
adalah.......”
Walaupun gadis itu mulai menjelaskan,
suaranya dengan cepat menjadi semakin mengecil dan mengecil, dan bagian
pentingnya tidak bisa didengar.
“Kekuatannya adalah apa?”
“Aku tidak bisa mendengarmu!”
“A-aku bilang, kekuatan yang memenuhi
kamar ini adalah si...”
Dia benar-benar tidak ingin mengatakannya.
Kata-katanya menghilang untuk kedua kali.
Dan wajahnya menjadi memerah.
“Jangan khawatir. Kami tidak akan
menertawaimu, jadi beritahu kami.”
“Dia benar. Jika kau tidak memberitahu
kami apapun, tidak akan ada yang terjadi.”
Mendengar kata-kata Koutarou dan Sanae,
gadis itu menyemangati dirinya sendiri sekali lagi.
“Yurika Berjuang! Yurika Berjuang!”
Dia kemudian menatap lurus ke arah
Koutarou dan Sanae.
Dan mulai menjelaskan dengan sikap yang
berlebihan.
“Kalian berdua, tolong dengarkan! Sebenarnya,
sejumlah besar kekuatan sihir telah berkumpul di kamar ini!”
“Eh?”
“Si-sihir!?”
“Jika kekuatan sihir ini terus berkumpul
dengan kecepatan ini, gadis penyihir jahat yang berencana untuk menyalahgunakan
kekuatan ini akan segera muncul! Dan tempat ini akan menjadi medan perang! Jadi
tolong pergilah sekarang kalau mungkin!”
Gadis itu mengumumkan hal itu dengan keras
sambil memegang sapu di tangannya dan mulai memutar sapu itu.
“Aku adalah putri cinta dan keberanian,
Gadis Penyihir Yurika! Aku akan melindungi kedamaian di kota ini!”
Dengan pose yang anehnya sempurna dan
suara cantik yang kokoh, Koutarou dan Sanae terbengong untuk sesaat.
“Ah, apa yang bisa kau katakan... Benar
kan, Sanae?”
“Aku tahu sekali apa yang ingin kau
katakan. Ini pasti perkembangan terburuk yang mungkin terjadi.”
“Sekarang musim semi sih...”
“Pasti karena itu.”
Saat Kotarou dan Sanae tersadar dari
keheranan mereka, hal pertama yang mereka lakukan adalah saling menatap dan
menghela nafas panjang.
“Eh? Eh? Apa? Apa yang kalian bicarakan!?”
“Tidak, bukan apa-apa. Kami hanya bicara
mengenai cuacanya yang lebih hangat sekarang karena musim semi, sungguh.”
“Dia benar.”
Berkata begitu, Koutarou memegang gadis
itu, Yurika, gadis yang mengenakan pakaian mencolok.
“Apa? Mengapa kau memegangiku?”
“Tidak ada alasan apapun, tidak ada alasan
apapun."
Koutarou tersenyum ke arah Yurika dan
berjalan langsung menuju pintu masuk.
“Itu benar, tidak ada alasan apapun, tidak
ada alasan apapun.”
Sanae juga tersenyum, menggunakan Poltergeistnya
untuk mengangkat sapu Yurika.
“Eh? Apa? Kemana kita pergi?”
“Terserah padamuuuuuu!”
Membuka pintu depan, Koutarou melempar
Yurika keluar.
“Kyaaaaaa!?”
Yurika terjatuh dengan wajahnya terlebih
dahulu dan mulai berguling sampai dia mencapai dinding beton Rumah Corona.
“Ini, kau lupa benda ini.”
Sanae melanjutkannya dengan melemparkan
sapu itu ke arah Yurika.
“Kyan.”
Sapu itu mengenai kepala Yurika. Namun,
baik Koutarou maupun Sanae tidak sudi untuk melihat hal itu.
“Fu...”
“Ada-ada saja.”
Setelah menutup pintu dengan cepat,
Koutarou dan Sanae menghela nafas.
“Sekarang musim semi, sih...”
“Bukannya karena musim dingin tahun
kemarin itu dingin?”
“Kau benar. Cuacanya menjadi hangat secara
tiba-tiba...”
Koutarou dan Sanae yakin kalau Yurika
adalah cosplayer dengan imajinasi yang bagus.
Walaupun dia sudah menerima fenomena
paranormalnya Sanae, sihir dan gadis sihir itu benar-benar ada di tingkatan
yang berbeda.
Ada batasan hal yang bisa dipercaya
seseorang.
“Permisi, tolong buka pintunya! Tolong
dengarkan apa yang harus kukatakan! Dan mengapa kau melemparku keluar sih!?”
Suara protes yang kuat dapat terdengar
dari sisi lain pintu bersama dengan ketukan yang hebat.
Yurika tidak pergi seperti apa yang
diharapkan Koutarou dan Sanae.
“Jangan berisik, wanita cosplay! Jika kau
ingin mengadakan pesta cosplay, lakukan di tempat lain!”
“Kau dengar dia! Karena orang-orang
sepertimu yang tidak menghiraukan sekeliling dan mengganggu orang-orang di
sekitar mereka sehingga reputasi semua cosplayer menjadi rusak! Bagaimana kalau
kau memikirkan perbuatanmu saja!”
Mendengar kata-kata itu, Yurika mengetuk
sangat lemah sekali lagi dan terdiam. Mereka malah mulai mendengar tangisan
Yurika.
“Uuu... Auuuu, ka-kalian tidak perlu
mengatakannya seperti itu! Kalian ingin aku mengatakannya dan kalian bilang
kalian akan mempercayaiku, jadi aku memberitahu kalian walaupun aku tidak mau!
Tolong percaya padaku!”
“Siapa yang akan mempercayaimu saat kau
berkeliaran dengan pakaian seperti itu, bicara mengenai sihir!”
“A-aku tahu itu! Aku juga tidak mau
begini! Saat aku berubah ke pakaian ini, semua pria menatapku! Pakaian ini
tidak cukup untuk menutupi dada atau pantatku!”
Dan daripada sebuah ketukan, sebuah
cakaran bisa didengar.
“Tapi, negara sihir bilang padaku untuk
mengenakan pakaian ini dan bertingkah berani atau aku akan menerima respon
buruk dari masyarakat, jadi aku tidak punya pilihan!”
Suara rengekan itu secara bertahap menjadi
semakin keras.
“Aku sudah tahu! Kalau aku tidak cocok
untuk pekerjaan ini dan tidak ada orang yang akan mempercayaiku! Aku tidak
gila! Fueeeeeeeeeeee!”
Suara rengekan Yurika telah berubah
menjadi suara tangisan yang keras.
“Uwaaaaaaaa! Ini terlalu kejam! Uwaaaaaaa!
Buka pintunya! Ini tidak adil! Tolong percayalah! Fueeeeeeeeeeee!”
Walaupun ada daun pintu diantara mereka,
suara tangisan itu seakan terdengar dari sebelah mereka.
“Haa...”
Dan Koutarou, akhirnya menyerah,
meletakkan tangannya di gagang pintu.
“Koutarou, apa kau benar-benar percaya
dengan cerita idiot ini?”
“Tidak peduli aku percaya padanya atau
tidak. Kalau terus begini, dia akan mengganggu tetangga.”
Jika Koutarou bisa mendengar suaranya
sejelas ini, semua kamar lain mungkin juga bisa mendengarnya. Selain itu,
sekarang sudah tengah malam. Jika terus begini, dia akan diusir.
“Aku tidak ikut-ikutan dalam hal ini.”
“Apa boleh buat...”
Dan Koutarou menghela nafas sekali lagi
sambil membuka pintu.
“A-aku tidak berbohong, aku memang gadis
sihir!”
“Aku mengerti, oke? Jadi tolong
berhentilah menangis.”
“Itu benar, Yurika. Keyakinanmu baik
sekali; tidak banyak orang yang bisa bertahan sepertimu.”
Bahkan di dalam kamar, Yurika tidak
berhenti menangis.
Koutarou dan Sanae mencoba menenangkannya,
tapi tidak berhasil.
“A-Apa ini berarti kalau kalian
mempercayaiku? Bahwa tempat ini dalam bahaya? Dan sihir itu ada?”
“I-itu sedikit...”
“Aku tahu kau tidak mempercayaiku! Kalian
cuma asal bicara! Fueeeeeeee! Kalian berpikir kalau aku hanya orang mesum!”
“Dasar bodoh, Sanae! Pada saat seperti
ini, bilang kalau kau mempercayainya, walaupun itu bohong!”
“Itu karena dia bicara mengenai sihir!
Tidak peduli sebanyak apapun ketidaknormalan yang kau tambahkan, sihir itu
tidak mungkin!”
“Uaaaaaa! Kalian benar-benar tidak
mempercayaiku! Kalian Cuma mencobba untuk menipuku!”
“Lihat apa yang kau lakukan karena
kata-kata yang tak perlu itu!”
“Ini bukan hanya kesalahanku!”
Di tengah ruangan, Yurika sedang menangis.
Koutarou dan Sanae kebingungan, dan situasinya menjadi semakin buruk setiap
menitnya.
“Ini, Yurika, seka air matamu dengan ini.
Oke?”
Sanae menggunakan Poltergeistnya untuk
menerbangkan handuk terdekat ke arah Yurika yang menangis.
Melihat handuknya terbang ke arahnya,
Yurika tiba-tiba berhenti menangis dan matanya terbelalak.
“Si-sihir!? Kau bisa menggunakannya
juga!?”
“Eh? Aku?”
“Ya! Ini sihir, kan!? Mengapa kau tidak
mau percaya padaku saat kau bisa menggunakannya juga!?”
Wajah Yurika kembali bersinar dalam
sekejap. Dia merasa senang telah menemukan pengguna sihir lain.
“Ah, ini? Ini bukan sihir.”
Namun, Sanae dengan jelas menyangkalnya.
“Ini bukan... sihir?”
Yurika menunjukkan wajah terkejut dan
berkedip berulang kali, kemudian air mata mulai terbentuk lagi.
“Ini cuma fenomena paranormal.”
“Fenomena... paranormal?
“Ya. Aku kan hantu. Lihat”
Sanae melebarkan handuk itu di udara dan
terbang melewatinya.
“Eeeeeeee!?”
Ini membuat Yurika tidak bisa
berkata-kata.
“Apa kau benar-benar ha-ha-hantu?”
“Ya, seperti yang kau lihat. Ini
handukmu.”
Sanae mendarat dengan punggungnya ke arah
Yurika dan memberinya handuk itu.
Handuk itu terbang melewati tubuh Sanae
dan terbang di depan Yurika.
“...”
“Apa?”
Sanae menatap ke arah Yurika, yang matanya
terbelalak, dan berhenti bergerak.
“A-Aaa, auuu...”
Yurika berkedip dua kali.
“Apa kau tidak apa-apa?”
Dan saat Koutarou yang khawatir mulai
mendekati Yurika, dia mulai bergerak.
“Kyaaaaaaaaaa! Tidaaaaaaaaak! Ha-hantu!
Jangan sesosok hantu!!”
Yurika tiba-tiba bangun, mengambil
sapunya, dan mengamari ruangan ini. Dia kemudian berlari ke arah lemari.
“A-Apa!?”
“H-Hei, ada apa?”
“Jangan merasukiku kumohon! Aku mohon! Aku
takut pada hantu! Jika kau akan merasuki seseorang, rasuki dia saja!”
Yurika melompat ke dalam lemari dan
menutup pintu gesernya dengan buru-buru.
“Jangan mendekatiku! Jangan merasukiku!
Tidak ada hal bagus kalau kau membunuhku! Tolong ambil nyawa orang energik disana
saja, kumohon!”
Permohonan yang menyedihkan dapat didengar
dari lemari.
“Apa-apaan itu?”
“Si-siapa yang tahu... Tapi mungkin dia
takut padamu.”
Koutarou dan Sanae, yang sudah
ditinggalkan, menatap ke arah lemari dengan penuh heran.
“Be-benar. Biasanya saat seseorang bertemu
dengan hantu, mereka bertingkah seperti itu. Setelah menghabiskan waktu
bersamamu, aku benar-benar lupa.”
“Apa semua penyewa sebelumnya juga
begitu?”
“Ya, hampir sama sih.”
Sanae menoleh ke arah Koutarou dan
mengangguk.
“Tapi apa tidak apa-apa bagi seorang gadis
sihir cinta dan keberanian untuk kabur seperti itu? Dia bahkan meninggalkanmu
untuk menggantikannya sebagai korban.”
“Yah, dia cuma seorang cosplayer. Walaupun
dia ingin berakting sebagai gadis sihir sungguhan, dia tidak bisa”
“Kau benar juga.”
Keduanya terus menatap lemari itu dengan
tatapan dingin.
“Maafkan aku! Aku sungguh minta maaf! Kau
tidak perlu percaya dengan sihir lagi! Tolong jangan merasukiku saja!”
Tidak menyadari perasaan Koutarou dan
Sanae, Yurika dengan mati-matian memohon memohon keselamatannya.
“Jadi apa yang harus kita lakukan dengan
itu?”
“Apa lagi? Kita hanya perlu membuatnya
keluar.”
“...Ya.”
Koutarou dan Sanae saling menatap dan
menghela nafas sekali lagi.
1 Comments
otsukaresama
BalasHapusPosting Komentar