Info dari penerjemah:
Dengan postingan ini jilid 1
selesai. Seharusnya sudah sekalian “epilog”
dan “Kata penutup dari penulis” Tapi
kebijakan posting di Web+FP bukan di aku :’3 Hohoho~ Silakan hantuin Mimim Mesato
atau Hikari Tanggal rilis bab ini, sesuai permintaan Kak (pembaca) Hamdi Rahman. Dan aku mau minta
tolong, karena ini panjang banget (sekitar 85 halaman A4), terlalu
lelah buat cek ulang sampai 3x. Jadi tolong komen kalau ada kesalahan ketik atau EYD, ya.
OWARI NO
SERAPH JILID 1
BAB 7
IMPIAN YANG
DILIHAT MAHIRU
Hari berikutnya.
Di lapangan latihan, Ujian Seleksi
Sihir masih berlanjut.
Sama seperti sebelumnya, di lapangan
itu ramai oleh suara-suara para murid yang memberi semangat, atau berteriak
kesenangan.
Kelas tempat Guren berada, yaitu kelas
1-9, ternyata tidak hanya merupakan kelas di mana orang-orang elit banyak
berkumpul. Mereka adalah orang-orang yang kuat. Rata-rata murid dari kelas itu
telah berhasil menjatuhkan lawannya, dan melanjutkan kemenangannya.
Kemungkinan besar, hari besok ataupun
hari lusa, akan mulai terjadi pertandingan antar murid sesama kelas.
Tetapi, sebelum saat itu tiba, mereka
masihlah kawan dan bukan lawan.
Selama waktu ujian berlangsung, yaitu
kemarin dan hari ini, para murid yang berada di kelas yang sama terlihat
menjadi sangat akrab.
“ .... Yah, aku pengecualian, sih”
Guren tersenyum kecil. Dia lalu
memandang langit di atas lapangan latihan seorang diri.
Hari-hari belakangan ini, langit
selalulah cerah. Hari ini pun, langit biru nan cerah, terbentang dengan
luasnya.
Langit tanpa satu pun awan.
Lalu, di bawah langit yang indah
itulah, para murid, melakukan ujian di mana mereka akan saling membunuh satu
sama lain.
Memang, ini tidak seburuk percobaan
pada tubuh manusia. Tetapi, pada ujian ini ini, dalam 2 atau 3 tahun,
setidaknya ada satu orang yang tewas.
Kalau begitu, ini sama artinya
percobaan pada tubuh manusia.
“Apa beda ini dengan Gereja Hyakuya
....?
Ya, tentu saja, Ichinose pun memiliki
latihan yang serupa, jadi Guren tidak bermaksud untuk mengkritik hal itu.
Lalu, terdengar suara dari sampingnya.
“Hei, Guren” Itu suara Shinya.
“Apa? Bukannya kau sudah tidak mau
berbicara lagi denganku, ya?”
Shinya tertawa mendengar hal itu, dan
berkata.
“Ah, iya, sih ... aku berkata seperti
itu. Yah, habisnya aku benar-benar kecewa padamu, sih”
“Kalau begitu, jangan ajak aku bicara”
“Tapi, kau ini terlalu lemah. Karena
itu, aku mau membantumu”
“Hah? Apa maksudnya?”
“Aku akan membantumu di pertandingan
hari ini. Jadi mundurlah”
Mendengar itu, Guren pun menatap
Shinya.
“Mundur? Apa sebenarnya maksudmu?”
Shinya lalu menjawab.
“Aku dengar cerita tentang kejadian
kemarin. Pelayanmu yang bernama ... siapa, ya?”
“Hanayori Sayuri”
“Iya benar. Anak itu. Dia dirawat inap
di rumah sakit, kan? Ujar Shinya.
Memang, luka Sayuri sangat parah.
Begitu pertandingan Sayuri lawan Seishirou berakhir, Sayuri langsung dirawat
inap. Hari ini pun Guren menyuruh Shigure untuk berada di rumah sakit menemani
Sayuri. Karena itu, kedua pelayannya tersebut tidak ada di sekolah.
“Bagaimana lukanya?” Shinya
melanjutkan bertanya.
Guren mengalihkan pandangannya dari
Shinya, dan kembali melihat ke depan. Seraya menatap teman sekelasnya yang
pertarung, Guren berkata.
“ ..... biasa saja. Tidak ada masalah.
Pelayanku itu sudah dilatih untuk menghadapi hal-hal semacam itu”
“Hahaha, karena Tuannya lemah, kan?”
“ .....ya, benar”
“Ngomong-ngomong, ya .... apa kau
benar-benar tidak merasa malu karena hal itu?”
Guren lantas menatap mata Shinya,
namun Guren tidak memberikan jawaban apapun.
Dan tanpa merasa peduli akan sikap
Guren, Shinya melanjutkan.
“Biasanya, kalau pelayannya dihajar
sampai seperti itu, walaupun tahu akan kalah, apa kau tidak dipenuhi rasa kesal
seperti----‘aku pasti akan mengalahkan Seishirou’, dan semacamnya?
Ujar Shinya panjang lebar. Guren yang
mendengar perkataan itu, hanya tertawa getir.
“Hah ...” Guren menghela nafas. “Kalau
kesal dan situasiku seperti itu, aku harus bagaimana?”
“Situasimu seperti apa ...?”
“Kekuatan dia dan kekuatanku berbeda
jauh, kan? Aku punya prinsip untuk tidak melawan hal yang tidak mungkin
dilawan”
“Ah~ ....”
“Tentu saja, para pelayanku ... Sayuri,
tidak mengharapkan hal itu. Tidak mengharapkan aku terluka karena hal bodoh
semacam---“
Namun, belum selesai Guren berkata, Shinya
sudah menyela. Dia mengibaskan telapak tangannya, menyuruh Guren berhenti
berbicara, dan berkata,
“Ya, ya ... sudah cukup. Aku sudah
paham alasanmu. Itu artinya, kau memang benar-benar seorang pecundang, kan?”
“ ..........”
“Yah, yang jelas penilaianku benar.
Kalau saja, kau berkata merasa ingin membalas dendam bagaimanapun caranya, aku
mau memberitahumu kelemahan Seishirou. Tapi, sudahlah. Kau mundur saja. Kalau
kau maju dengan sikap seperti itu, kau pasti akan terbunuh di sana”
“ ..........”
“Seishirou itu, tipe yang seperti itu.
Mempermainkanmu, lalu membunuhmu. Para guru pasti tidak akan menghentikan hal
itu. Dan meskipun Seishirou membunuhmu, penilaian terhadapnya tidak akan
berkurang. Karena itu—“
“Kau menyuruhku mundur?”
“Ya”
“Menyuruhku melarikan diri tanpa
melawan?”
“Ya, benar. Bukannya kau sangat ahli
dalam hal seperti itu, ya?” Ujar Shinya.
Guren lalu berpikir. Berpikir mengenai hal apa yang sebaiknya
dilakukannya. Tetapi, sejujurnya, Guren ingin mencoba sedikit saja, untuk
bertarung dengan Seishirou. Ada perasaan di mana dia ingin merasakan langsung
dengan tubuhnya, seberapa cepat dan pesat perkembangan jurus sihir dari
Hiiragi.
Namun, situasinya kini berubah.
Setelah Guren melihat kondisi tubuh
Sayuri yang seperti itu, Guren tidak tahu lagi, apakah dia masih bisa menahan
diri.
Guren berencana utuk berpura-pura jika
dirinya lemah seperti biasa, lalu dia akan mengamati sihir yang digunakan oleh
lawannya dengan bertubi-tubi kepadanya, kerena lawannya merasa berada di atas
angin, dan kemudian Guren akan terlihat kalah dengan sempurna------
Namun, Guren merasa bahwa dia bukanlah
orang dewasa yang bisa menahan semua itu. Kemarahan yang dipendamnya di dalam
dada mulai bergejolak.
Harga diri.
Menjadi pusat perhatian.
Dan semua itu, adalah gangguan
baginya, untuk mendapatkan kekuatan ditangannya. Lalu hanya untuk kesenangan
yang sesaat saja, akan bisa membuatnya kehilangan semua masa depannya.
Karena itulah Guren mengatakan hal ini
pada dirinya. Tahanlah. Tahan
keinginanmu. Tidak ada hal yang ingin kau dapatkan, di tempat ini.
Tidak ada di tempat ini, di mana bocah-bocah dengan kelakuan rendah macam
mereka berkumpul. Ujarnya dalam hati.
Karena itu, Guren mengangkat
pandangannya, menatap Shinya, dan berkata.
“Kalau begitu, apa kau mau membantuku
mengundurkan diri?”
Shinya lantas menatap Guren dengan
tatap mata yang dingin, dan penuh rasa kesal di wajahnya.
“ ..... dasar sampah!”
“Kau yang bilang supaya aku mundur,
kan ...?”
Shinya mengacuhkan Guren, dan terlihat
sedikit kecewa.
“Sial, kalau begini, Mahiru ....”
Namun, Shinya tidak melanjutkan
kata-katanya. Dia lantas menatap Guren, dan menepuk bahu Guren.
“Baiklah. Akan kubuat kau bisa
mengundurkan diri”
Dan Shinya kemudian, pergi melangkah
ke depan begitu saja.
Saat ini di lapangan latihan,
pertandingan dari dua murid yang berhadapan baru saja selesai.
Wasit pun kemudian, memanggil nama
murid yang akan maju di pertandingan selanjutnya.
“Kelas 1-4, Hiiragi Seishirou, maju!”
Dan Seishirou pun maju ke lapangan
latihan yang merupakan lapangan pertandingan.
Selanjutnya, disebutlah nama yang akan
menjadi lawan Seishirou.
“Kelas 1-9. Ichinose Guren, maju!”
Namun, Guren tidak bergerak. Dan
sebagai gantinya Shinya yang pergi ke hadapan Seishirou.
Melihat hal itu, para murid pun
menjadi gaduh.
Goshi dan Mito yang berada di dekat
Guren pun menatap ke arahnya, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi.
Mito bertanya.
“Sebenarnya, apa yang terjadi?”
Goshi pun ikut berkata.
“Kenapa Tuan Shinya yang maju?”
Guren pun menjawab dengan memberikan
senyum yang seakan-akan dia mengejek dirinya sendiri.
“ ..... anu, aku mengundurkan diri
dari pertandingan”
“Eh?”
“Itu karena, aku tidak mungkin menang
dari Tuan Hiiragi Seishirou”
Goshi terbelalak dan berkata.
“Apa? Kau serius mengatakan itu?”
Dan Mito pun ikut menatap sinis Guren
dan berkata.
“Oi, bukankah sikapmu itu keterlaluan?
Kemarin, pelayanmu diperlakukan seperti itu, dan kau tidak merasakan apapun?”
“Ya, benar. Karena tidak mungkin
menang, lalu kau mundur? Apa-apaan itu? Padahal pelayanmu bertarung mati-matian
hingga seperti itu .... dan kau yang jadi Tuannya, justru melarikan diri? Aku
tidak akan mengizinkannya. Walaupun tidak mungkin memang, setidaknya kau harus
tetap maju bertanding”
“Benar! Meskipun nanti kau akan kalah,
kami akan mencegah Tuan Seishirou membunuhmu .... Kalau tidak, kau tidak sopan
terhadap para pelayanmu yang sudah berusaha keras demi diri—“
Namun, Guren menyela dan berkata.
“Aa, sial. Berisik sekali kalian.
Kenapa kalian memberiku perintah? Sudah kubilang, aku ini mengundurkan diri,
kan. Lagipula, aku ini lebih lemah daripada Sayuri, kan? Itu artinya, dari awal
juga enggak ada gunanya aku maju dipertandingan ini, kan?”
Mendengar itu, Mito langsung
kehilangan kata-kata. Dia menatap Guren dengan wajah yang seakan berkata bahwa
dia tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan Guren.
Goshi pun menatap sinis Guren
seakan-akan dia melihat mahkluk yang sangat kotor dan menjijikkan.
Seishirou yang telah maju ke
pertandingan, pada akhirnya mendapatkan penjelasan dari Shinya mengenai apa
yang terjadi.
“Hahahaha, apa-apaan itu? Mengundurkan
diri? Keren sekali, tuh. Padahal wanitanya dihajar habis-habisan seperti itu,
dan dia melarikan diri? Keren sekali. Itu baru si sampah Ichinose, kan!”
Ujar Seishirou sambil tertawa.
Berita bahwa Guren mundur dari
pertandingan pun menyebar ke seluruh murid. Segeralah terdengar suara gelak
tawa. Tawa yang menertawainya. Tawa yang mencaci makinya. Sekeliling Guren
dipenuhi oleh suara-suara yang menghinanya dari berbagai penjuru tempat.
Namun, Guren tidak peduli hal itu.
“ ..........”
Guren diam tak bergerak. Matanya
berusaha tidak melihat dan menatap siapapun, dan ia pun melepaskan padangannya
menatap langit di atasnya.
Tentu saja, suara-suara itu tetap terdengar
oleh Guren.
“Jangan-jangan dia ketakutan sekali
sampai enggak bisa gerak?”
“Benar-benar pengecut sekali, ya”
“Dia itu orang yang pelayannya di
hajar habis-habisan itu, kan? Kok, dia berani datang ke sekolah setelah
mengundurkan diri begitu, ya?”
Ada suara-suara berkomentar seperti
itu.
Tapi, yang jelas terdengar adalah,
suara gelak tawa itu.
Yang menertawakan Guren yang lemah.
Dan Guren pun akhirnya ikut menertawai
dirinya sendiri.
Dia membuat wajah ‘sampah pecundang’
seperti yang dikatakan padanya.
Wajah dari seorang sampah pecundang,
yang takmemiliki harga diri. Tidak pula berusaha apapun. Dan tidak juga
memiliki kekuatan apapun.
Guren pun hanya bisa menunggu
murid-murid lainnya merasa bosan menertawainya. Semua perhatian yang ada
tertuju padanya. Namun, Guren justru menunggu. Menunggu semua perhatian itu
pergi darinya.
Seperti yang biasa dilakukannya.
Dengan wajah sampah pecundang yang
harus terus dimainkannya, selama tiga tahun ke depan nantinya.
---------Namun, saat itulah tiba-tiba,
situasinya berubah.
“ ....... apa?”
Tiba-tiba saja, Guren merasakan hawa
tidak menyenangkan yang sangat kuat, sehingga tanpa sadar Guren bereaksi
terhadap hawa itu. Dan hawa itu, memanglah hawa yang menurutnya harus
dihadapinya.
Guren melihat ke arah dimana hawa
tidak menyenangkan itu berasal.
Arahnya berasal dari langit.
Di sanalah terlihat cahaya merah.
Dan cahaya merah itu mengarah ke
arahnya. Mengarah dengan melepaskan satu serangan langsung yang bagaikan
tembakan laser. Guren bermaksud menghindarinya.
Guren berusaha untuk menghindar dengan
melompat satu langkah ke samping.
Namun, pada saat itulah ia melihat sosok
perempuan yang berada di sampingnya.
Juujou Mito dan Goshi Norito. Guren
menyadari bahwa mereka berada tepat di arah serangan cahaya merah itu.
Mereka berdua tidak menyadari serangan
itu.
Benar-benar sama sekali tidak
menyadari hal itu.
Ah, tidak! Di saat seperti ini, orang biasa pasti tidak akan bisa menyadari
hal ini, kan? Batin Guren dalam hati.
Itu artinya, jika Guren tidak
menyelamatkan mereka berdua, maka kedua orang itu pastilah akan mati.
“Sial!”
Guren pun akhirnya memiringkan
kepalanya.
Diulurkan tangannya.
Dia mendorong bahu Mito, seakan-akan
memukulnya.
“Ap--?!”
Mito yang tiba-tiba dipukul seperti
itu, menjadi terkejut. Dan Mito pun kehilangan keseimbangan, menabrak Goshi
yang berada di belakangnya.
“Uwah! Ada apa?!”
Goshi yang terkejut melihat ke arah
Guren.
Dan sambil terjatuh ke tanah, Mito
berteriak,
“Kau! Apa yang sebenarnya kau laku—“
namun, kata-kata Mito itu terhenti.
Serangan cahaya merah itu telah
sampai.
Melesat melalui pandangan mata Mito. Menjatuhkan
beberapa murid yang tadinya berada di belakang Mito. Menghantam permukaan tanah,
menyelimutinya. Lalu meledak dan meluluh latakkannya.
Untung saja, skala ledakkan itu
tidaklah besar. Kemungkinan besar, tujuan utama dari serangan itu bukanlah
untuk membunuh atau melukai.
Namun, hanya dengan ledakan berskala
kecil itu saja, beberapa orang telah mati.
Beberapa murid mati.
Ditambah lagi, serangan cahaya merah
itu ternyata tidak hanya satu saja.
Lebih dari sepuluh serangan cahaya
menghujani halaman sekolah. Menumbangkan para murid-murid yang ada.
Ledakan terjadi.
Permukaan tanah terguncang.
Suara gemuruh bergema.
Lalu setelah itu, terjadi situasi diam
hening beberapa saat, sebelum akhirnya,
“Kyaaaaaaaaaa!”
“A-pa?! Sebenarnya apa yang terjadi!”
“Lenganku, lenganku!?”
“Ma-mati! Mereka semua mati!?”
Halaman sekolah dipenuhi oleh
jeritan-jeritan.
Murid-murid menangis.
Terdengar suara-suara yang bergetar
karena rasa takut.
Namun, ini bukanlah saatnya untuk
menangis.
Sekolah ini jelas-jelas baru saja
mendapatkan serangan entah dari siapa.
Guren, sekali lagi, kembali melihat
langit.
Dan pada saat itulah, satu per satu
pria berpakaian serba hitam, sudah terbang turung dari langit.
Ya, benar.
Peperangannya, sudah dimulai.
Peperangan antara Gereja Hyakuya
dengan keluarga Hiiragi, sudah dimulai.
Perkataan Saitou, yang katanya akan
memulai peperangan sepuluh hari kemudian, sekarang terlihat bagai sebuah kebohongan
belaka. Itu karena, hari ini, barulah berlalu dua hari, dari saat Saitou
mengatakan hal itu.
Tentu saja, Guren tidak mempercayai
perkataan itu. Tetapi,
“Ini, sih, terlalu cepat!” keluhnya
seraya memastikan kondisi di sekitarnya.
Tetapi Guren masih belum bisa memberi
tanggapan yang tepat. Mereka kemudian tiba-tiba menerima serangan bom. Di
tambah lagi, ledakan bom tersebut menghasilkan asap putih, yang membuat daya
pandang mereka terganggu. Sepertinya cahaya laser merah yang ditembakkan sebelumnya,
adalah senjata yang digunakan untuk mengambil daya panjang lawannya.
Guren sudah tidak lagi bisa melihat
sosok Mito dan Goshi. Yang dibisa terlihat dari jarak padangan Guren hanyalah
Shinya dan Seishirou.
Namun, Guren bisa mendengar suara
pekikkan teriak.
Guren mendengar suara teriak-teriakkan
dari para murid di dalam asap ini.
“Jangan bunuh aku! Kumohon,
jangan------tidaaaaaaaaaaak!”
“Ka-kau ini siapa ...? Jangan kira
kalian bisa dimaafkan karena telah berbuat hal semacam ini! Di sini, di sini adalah
sekolah di bawah kekuasaan Mikado no Oni!
Apa kalian ta---------- aaaaaaaaah!?”
Musuh dengan persiapan matang dan juga
senjata yang sempurna, menyerang murid yang tidak berdaya karena selama ini
hidup dengan tenangnya.
“Kalau begini, yang terparah, mereka
akan membunuh semuanya ....”
Guren lantas menyentuhkan tangannya ke
pedang yang sarungkan pada pinggangnya.
Lalu di tengah-tengah halaman sekolah
yang untuk sementara di jadikan lapangan pertandingan, di mana sebelumnya
diadakan pertandingan, turunlah sesosok pria dengan mengenakan pakaian setelan
hitam.
Dan lagi orang itu adalah orang yang
wajahnya Guren kenal.
Orang yang baru saja ditemuinya 2 hari
lalu.
Pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya.
Orang yang bernama Saitou.
Orang yang bernama Saitou itu pun lalu
mengamati kondisi tempat yang baru saja dipijaknya. Dia lalu mengemakan tawa.
“Bagus! Apakah saat ini, semuanya
sudah mati?”
Dia lalu merentangkan kedua tangannya.
Shinya meresponnya.
“Siapa dia?”
Seishirou pun lantas melihat Saitou,
dan berkata.
“Brengsek! Jangan main-main ...! Kau
pikir, kau bisa selamat dan diampuni jika berani melawan Keluarga Hiiragi ...?”
“Ya, aku pikir begitu, kok. Lagipula
aku ini, benci sekali bocah berisik” Ujar Saitou.
Dan tiba-tiba, rantai keluar dari
tubuh Saitou. Rantai yang berjumlah banyak itu, salah satunya mengicar ke arah
Seishirou.
Seishirou menghidar dari serangan
rantai itu.
Satu, dua, tiga ... buah rantai.
“Hehehe. Kalian berani sekali
menyerang dengan senjata lemah macam ini!” Ujar Seishirou dengan tertawa.
Namun, serangan itu hanyalah
perangkap.
Rantai-rantai yang dihindari Seishirou
itu mengarahkannya menuju arah yang inginkan Saitou.
Ditambah lagi, rantai Saitou semakin
cepat. Sangat-sangat cepat.
“Nah, skakmat. Laporkanlah ke Dewa di
kahyangan kalau ‘aku mati karena kesombonganku’, ya”
Dan sebuah rantai yang sangat cepat
menerjang ke arah Seishirou.
Namun, Seishisrou tidak
menghindarinya. Gerakkannya berhenti tepat di tempat yang diarahkan Saitou, dan
dia tidak bisa bergerak. Bahkan meskipun di sekelilingnya tidak dipasang
perangkap pun, mungkin Seishirou tidak akan bisa menghindari kecepatan dari
gerakkan rantai Saitou.
Itulah betapa kuatnya Saitou.
“Tunggu! Kau---“
Wajah Seishirou terlihat terkejut dan
ketakutan. Seshirou lantas berteriak. Melihat Seishirou yang seperti itu,
“ ..... menghidar, oi! Bodoh!”
Dari belakang Seishirou, Guren melopat
terbang dan sekuat tenaga menendang Seishirou.
“Urrrrgh”
Tubuh Seishirou terpental terbang,
menuju ke luar dari asap putih yang dihasilkan oleh ledakkan pertama. Kemudian
sosoknya tak terlihat.
Namun, meskipun Seishirou sudah tidak
terlihat lagi, serangan dari Saitou tidaklah terhenti. Sekali lagi,
dilesatkannya rantai-rantai yang telah dilepaskan sebelumnya.
Semua rantai itu, kini berubah dengan
kecepatan tertinggi mereka, yang mana tidak bisa dihindari oleh Seishirou
sebelumnya. Semua rantai yang berjumlah 8 buah itu, terbang dengan bebasnya,
dengan arah yang berbeda-beda dan menerjang menyerang ke arah Guren,
dan----------
“ ..........”
Namun, Guren tidak melihatnya.
Guren tidak melihat satu per satu
rantai-rantai itu.
Jika Guren harus menghadapi
rantai-rantai itu satu per satu, maka dia tidak akan bisa menangkap semua pergerakkan
rantai-rantai tersebut. Karena itu, Guren hanya memandang terjangan
rantai-rantai itu dengan tenangnya, dan tepat saat rantai-rantai itu memasuki
batas penglihatannya, dia menarik katana
yang terletak dipinggangnya.
Katana itu telah dilengkapi mantra sihir. Mantra
sihir yang dengan cepat melengkapi seluruh sarung pedangnya. Mantra sihir untuk
meningkatkan kemampuan memotong. Mantra sihir yang mengutuk apa yang
dipotongnya.
Itu adalah mantra sihir yang sangat
banyak sehingga tidak mungkin dapat diaktifkan dalam waktu yang bersamaan.
Namun, Guren dapat memotong keseluruhan rantai-rantai itu hanya dalam waktu
singkat.
Lalu setelah semua hal itu
terjadi---------
Dari belakang punggungnya, terdengar
suara.
Suara dari Shinya.
“ .....ka-kau?! Kekuatanmu itu ....”
Guren lantas melirik ke belakang. Dia
menatap Shinya yang melihat ke arahnya dengan ekspresi sangat terkejut.
“ ...... Sial! Kemampuanku terlihat
oleh orang yang aku paling tidak ingin dia melihatnya!”
“Kau! Kalau kau punya kekuatan sebesar
itu, kenapa selama ini—“
Namun, Guren memotong perkataan Shinya
dan berkata,
“Diam kau. Atau kubunuh kau. Aku tidak
bisa percaya ke orang yang dengan gampangnya ceplas-ceplos tentang ambisinya”
“ ....Ah!”
“Namun, situasinya saat ini berbeda.
Jawab pertanyaanku! Apa kau benar-benar mau menghancurkan keluarga Hiiragi?”
“ .........”
“Kalau itu hanya bohong belaka, maka
aku akan membunuhmu, yang sudah melihat kekuatanku, sekarang juga!”
Guren kemudian mengayuhkan katana-nya. Di arahkannya katana itu ke leher Shinya. Shinya tidak
bisa menghindari hal itu. Lebih tepatnya, Guren mengayuhkan katana-nya dengan kecepatan yang tidak
memberikan Shinya kesempatan untuk menghindar.
“Urgh!”
Dengan wajah yang masih terlihat
tekejut, Shinya melihat ke arah Guren.
Guren yang melihat ekspresi wajah itu
pun tertawa dan berkata,
“Tapi, jika kau benar-benar benci
dengan Hiiragi, aku tidak keberatan kalau kau jadi bawahanku. Bagaimana? Apa
kau mau jadi bawahanku, dan berkerja sama menghabisi si hitam itu?”
Ditanya seperti itu, Shinya lalu
melihat katana yang di arahkan ke lehernya.
Dan entah karena alasan apa, Shinya justru tertawa dengan wajah yang nampak
bahagia.
“ .... haha ... apa-apaan, sih, ini?
Sikapmu itu seakan-akan, dibandingkan kau, aku ini jauh lebih—“
“Lemah? Jelas saja!”
“Hah? Jangan meremehkan—“
Namun kata-kata Shinya terhenti sampai
di situ.
Karena serangan dari rantai Saitou
datang menerjang.
Guren menghindari serangan itu. Dia
melompat pergi dari tempat itu. Rantai Saitou sangat cepat. Dan tadi, Seishirou
tidak bisa menghindari serangan rantai itu.
Dan orang yang tidak bisa merespon
serangan itu, pasti akan mati seketika. Beberapa rantai melesat ke arah Shinya.
Jika Shinya adalah sampah yang tidak berguna bagi Guren, maka Guren tidak akan
perlu repot-repot mengerakkan tangannya untuk mengirim Shinya ke dunia
kematian---
Namun, saat itu,
“Lalu? Mau kita bunuh seperti apa si
hitam itu?”
Terdengar suara Shinya dari arah
belakang Guren.
Saat Guren melihat ke arah tersebut,
Shinya telah berhasil menyegel jatuh rantai-rantai tersebut ke tanah dengan
menggunakan mantra sihir. Sepertinya, yang selama ini menyembunyikan kekekuatan
sebenarnya yang dimiliki, bukan hanya Guren saja.
Mengetahui hal itu, Guren justru
berkata,
“Huh! Aku jauh lebih kuat”
“Ooh, apa mau kita buktikan siapa yang
lebih kuat?”
Ujar Shinya seraya melihat ke arah
Guren.
Melihat hal itu Saitou pun berkata.
“Waduh~ Kenapa tempat yang harus kuurus itu tempat ini, sih. Ini, sih, tempat yang
paling menyebalkan. Di sekolah ini, tuh, ada 7 orang yang harus kuwaspadai, dan
saat ini aku harus melawan 2 diantaranya sekaligus ...?”
Mendengar itu, pandangan Guren segera
beralih ke Saitou dan segera bekata,
“Oh begitu. Itu artinya, kau menyelidiki aku dan juga Shinya, kan, Saitou?”
“Ya, tentu saja. Kalau kami tidak
mencari tahu, tidak mungkin kami berperang melawan Hiiragi, dong”
Mendapati situasi itu, Shinya jadi
bertanya,
“Oi, Guren. Kau tahu siapa--”
Namun, sebelum Shinya mengakhiri
perkataanya, Guren sudah lebih dulu berkata,
“Gereja Hyakuya. Katanya mereka mau
menghancurkan Hiiragi lewat perang. Jadi dia juga mengundangku untuk membantu
mereka”
Mendengar pernyataan itu, Shinya tidak
terkejut sama sekali. Dia hanya menatap Saitou dengan sebelah matanya dan
berkata,
“Aa~ begitu, ya. Jadi situasinya seperti itu .... Hem, yah, kalau dipikir-pikir
itu hal yang bisa dimengerti, sih. Yang bisa secara langsung melawan Hiiragi
itu memang ....”
“ ... hanya Gereja Hyakuya” Guren
meneruskan apa yang ingin Shinya katakan. “Tapi, kalau kau sampai berpikir
seperti itu, artinya kau itu adalah si monyet frustasi”
“Aha~ kubunuh kau, nih?”
“Kau, sih, mustahil membunuhku”
“Hahaha”
Shinya tertawa dan kemudian langsung
berkata,
“Nah, terus ... situasi macam apa yang
sedang kita hadapi, nih?”
Tanya Shinya, seraya mengamati kondisi
di sekitar mereka. Saat itulah Guren menjelaskan.
“Gampangnya, sih ... disekitar kita
diselimuti oleh asap, agar orang lain, murid-murid lain, dan juga guru-guru,
tidak bisa melihatnya ...”
Guren memastikan hal itu hanya dengan
pandangan matanya saja.
Asap yang ada menyelimuti mereka
bagaikan mengisolasi mereka dari yang lainnya.
Dari luar selimutan asap ini, bisa
terdengar suara-suara teriakkan ketakutan. Suara-suara ledakan. Dan juga,
suara-suara pertarungan yang sengit.
Shinya lanjut bicara.
“Jadi yang ada di dalam asap ini hanya
ada aku dan Guren, yang sepertinya memang sudah diincar dari awal. Hanya kita
bedua, yang sepertinya sangat dan sangat membenci Hiiragi. Yah kalau
dipikir-pikir sih, sepertinya dia mau---“
Dan pada saat Shinya berkata seperti
itu, Saitou menjawab sambil tertawa cengengesan.
“Wah~ menyenangkan sekali rasanya
kalau bicara dengan orang yang cerdas, ya. Tentu saja, aku mau mengundang
kalian”
“Heeem. Lalu?”
“ ... apakah mau bersama-sama
menghancurkan Hiiragi? Jika kita bisa menghancurkan Hiiragi sekarang juga,
kalian akan segera mendapat kedudukan untuk memimpin Hiiragi, lo”
Mendengar berkataan itu, Shinya
berkata dengan penuh rasa tertarik.
“O~ho~~ Nah, terus ... kalau begitu,
antara aku dan Guren, siapa yang akan jadi pemimpinnya, ya?
Saitou kemudian,
“Itu adalah urusan kalian. Karena itu
putuskan sendiri walau harus saling berkelahi” Jawabnya.
Shinya lantas melihat ke arah Guren.
“Tuh, katanya. Lalu, kau mau
bagaimana?”
“..........”
“Lagipula jangan-jangan kau sudah
menerimanya, ya? Kau menerima dengan syarat apa? Jangan-jangan kau sudah jadi
anggota dari Gereja Hyakuya?” Tanya Shinya panjang lebar.
Dicecar pertanyaan panjang lebar
seperti itu, Guren hanya melirik ke arah Shinya, lantas menjawab.
“Kau ini, ya! Dulu sudah kubilang
kalau kau ini ‘blah-blah-blah’ ‘bleh-bleh-bleh’, berisik sekali, kan. Kalau mau
terima tawarannya, ya, terima saja. Mau jadi pemimpin dari Hiiragi setelah
mengalahkannya juga, terserah kau saja”
“Eh? Kalau begitu--”
Tetapi Guren memotong perkataan Shinya
dan berkata,
“Tetapi, maaf sekali aku tidak sudi
jadi bawahan Gereja Hyakuya. Aku sudah bosan beralasan tidak memiliki kekuatan
karena berada dibawah kekuasaan seseorang. Karena itu ....”
Dan pada saat itulah Guren melompat.
Ditebaskan katana-nya menebas udara dari
atas ke bawah, dan menyeru,
“Aku, akan menebas mati, semua orang
yang ada di atasku!”
Di lacarkannya serangan katana itu ke arah Saitou.
Serangan yang bukan untuk menebas.
Namun sebuah kekuatan ayuhan katana
yang bisa menghilangkan keberadaan dari lawannya.
Saitou melihat serangan katana itu.
“Aduh, bukannya kau sudah pernah
mencoba melawanku sebelumnya? Serangan fisik tidak akan mempan tehadapku. Kalau
begini, aku hanya menerima serangan yang sama lagi”
Seraya berkata demikian, sekali lagi
Saitou melepaskan serangan rantainya. Ditambah lagi, Saitou kini berusaha
mencerai-berai badannya.
Benar.
Sepertinya lelaki bernama Saitou ini
tidak mempunyai tubuh yang sebenarnya.
Kemungkinan besar, sosok manusia dari
pria bernama Saitou ini hanyalah sosok sementara. Kabut hitam yang dilindungi
oleh rantai--------kemungkinan itulah struktur tubuh dari Saitou.
Namun, tanpa memperdulikan hal itu,
Guren menebaskan katana-nya ke bawah.
Saitou mengarahkan rantainya, berusaha
melindungi dirinya dengan rantai tersebut, tetapi,
“Aah, ternyata memang kalau hanya
dengan rantai saja, tidak akan bisa menghentikan—“
Dan katana Guren pun berhasil membelah rantai milik Saitou.
Guren langsung menebas Saitou melalui
bahunya.
Namun, Saitou masih bisa tertawa. Dia
masih bisa tertawa haha-hehe dengan
santainya.
“Nah, kan ... sudah kubilang tidak
mempan—“
Tetapi Guren tidak berhenti begitu
saja. Diambilnya kertas mantra yang dibawanya dan disembunyikan di lengan
bajunya. Guren kemudian melengkapi katana-nya
dengan mantra sihir dari kertas mantra tersebut.
Dan dalam waktu singkat, katana Guren menjadi merah. Benar-benar
berwarna merah darah. Katana-nya
melahirkan api berwana merah bagaikan sebuah darah,
“Bergeliatlah, Kujyakumaru”
Dan katana itu menghasilkan ledakan.
Kutukkan yang bersemayam di dalam katana milik Guren, meledak di dalam
tubuh Saitou dan membuatnya menjadi takkaruan.
Kujyakumaru yang dimiliki Guren,
adalah katana yang diwariskan secara
turun temurun dari generasi ke generasi keluarga Ichinose. Katanya, seluruh
kebencian dari orang-orang yang telah dipotong oleh katana itu tersegel dan menjadi mantra kutukkan di katana tersebut.
Lalu dengan sebuah jimat, Guren melepaskan
segel tersebut.
“Gaaaah, ah! Apa ini? I-ini ... tubuhku
tidak mau ... mendengar ... perkataan—“
Dengan wajah yang terkejut Saitou
melihat ke arah Guren.
Lalu,
“Seharusnya tu-tubuhku, dibuat agar
tidak mempan dengan ilmu sihir yang digunakan oleh Hiiragi—“
Namun, Guren hanya melirik dengan
pandangan remeh ke Saitou.
“Aku bukan Hiiragi, tahu!” Ujar Guren
seraya membuang ludah.
Kutukkan yang ada, secara
berlahan-lahan mulai memakan tubuh Saitou. Memakan dagingnya dan
menghancurkannya. Mengerogoti tubuhnya yang berusaha menjadi asap. Rantai yang
ada satu per satu berubah menjadi bongkan berwarna merah, dan kemudian menjadi
debu.
Seraya memberikan senyum iblis, Guren
berkata,
“Hei, Saitou. Apa kau tahu, kenapa tubuhmu
menjadi berwarna merah? Itu karena kau berubah menjadi makanan pedang ini,
dengan kutukkan yang ada di pedang ini. Kau yang dikutuk, akan menjadi makanan
pedang ini. Begitu kau habis dimakan, maka seumur hidup kau akan hidup
menggeliat kesakitan selamanya di dalam pedang ini”
Mendengar itu, Saitou memandang Guren
dengan wajah ketakutan,
“He-henti—“
“Kalau kau ingin aku berhenti,
jawablah pertanyaanku! Kenapa kau menyerang tempat ini? Kenapa kau menyerang
sekolah yang isinya hanya anak-anak tidak memiliki kekuatan? Pemimpin dari
keluarga Hiiragi, tidak ada di sini, kan? Lalu kenapa bedebah macam kalian
menyerang tempat ini?”
Tanya Guren demikian.
Saat itu, jeritan-jeritan ketakutan
masih terus terdengar.
Jeritan-jeritan dari para murid.
Jeritan-jeritan ketakutan dari para
murid yang pada beberapa saat lalu, masih membodoh-bodohi Guren dan
menertawainya dengan wajah yang bergembira.
“I-itu karena—“
“Kalau kau bohong, akan langsung
kubunuh. Dan kalau aku merasa bahwa kau berbohong, aku juga akan langsung
membunuhmu. Karena itu, kalau kau mau menjawab, jawablah setelah kau siap-siap
memberikan jawaban! Kenapa kalian datang ke tempat ini?”
Lalu Saitou mendongakkan padangannya
menatap Guren,
“Kalau begini, apa boleh buat, ya”
Ujar Saitou dengan wajah kebingungan.
Kemudian dia memejamkan sebelah matanya. Dan setelah wajahnya berubah
menujukkan sebuah ekspresi kesiapan yang matang, dibukanya mata itu.
Dan begitu mata Saitou itu terbuka,
pada iris mata Saitou tergambar simbol yang menyerupai ular.
Kutukkan.
Di dalam mata Saitou bersemayam
kutukkan.
Guren langsung merespon dengan
bermaksud untuk melompat mundur ke belakang, namun,
“Kau tidak perlu mundur, kok”
Terdengar suara Shinya berkata
demikian. Kemudian pada bola mata Saitou, sudah terpasang semacam jimat.
“Nah, tersegel, deh”
“Aaa ....”
Satou kemudian bersuara
bagaikan orang bodoh.
Memandang Saitou yang
terjatuh, Shinya berkata,
“Rasanya aku juga
tertarik, deh. Yah, walau aku peduli murid-murid dari Hiiragi mau jadi seperti
apa, sih ........ Tapi tidak ada alasan buat kalian menyerang tempat ini. Kalau
kalian datang dengan jumlah pasukkan yang hanya segini, begitu Pasukkan Unit Pusat
Mikado no Oni datang, kalian pasti
akan langsung dibereskan, kan? Lalu, buat apa sebenarnya kalian datang ke sini?”
Tanya Shinya
demikian.
Saitou pun kali ini
kembali menunjukkan wajah kebingungan dan,
“Waaah, walau kalian
masih anak-anak, kekuatan kalian luar biasa, ya ..... Makanya kubilang juga
apa! Sudah kubilang ke atasan, mustahil aku melawan dua orang ini sendiri—“
Namun Guren menyela
perkataan itu, dengan menusukkan katana-nya
seacara kuat.
“Urgh” Pekik Saitou
kesakitan.
Setelah memastikan
ekspresi kesakitan itu, Guren berkata.
“Diamlah! Jangan
bicara hal takpenting! Jawab saja pertanyaaku!”
“..........”
“Kenapa kalian datang
ke sini?”
Dan akhirnya Saitou
menjawab dengan jujur.
“Karena ada yang kami
inginkan di sini”
“Yang diinginkan?”
“Ya”
“Apa yang kalian
inginkan itu?”
Saitou menjawab
pertanyaan itu, dengan berkata,
“Bahan penelitian”
“Bahan penelitian?
Itu .....”
“Wah, kalau harus
dijelaskan dengan gampang, sih, ada murid di sini, yang berkhianat kepada Hiiragi
dan menjual rahasia metode yang ada, ke Gereja Hyakuya .... Dan itu adalah
penelitian yang berkembang dan dilakukan bersama dengan orang tersebut”
Tawa terdengar dari
Guren yang mendengar pernyataan itu.
Sepertinya, Hiiragi
mempunyai banyak musuh lebih dari yang Guren sendiri perkirakan. Dan
sepertinya, kedudukan dari Hiiragi sendiri, tidak sesolid yang terlihat.
Tidak peduli mau
sebesar apapun suatu organisasi, akan ada organisasi lain yang berusaha untuk
menghancurkan organisasi tersebut.
Meskipun tidak
menyukainya, ada orang yang berkhianat.
Dan Guren berpikir,
jangan-jangan,
“ .....jangan-jangan,
orang yang menjual informasi itu adalah, kau?”
Guren bertanya itu,
kepada Shinya yang menyegel mata Saitou dengan jimat dan berada tepat
disebelahnya.
Shinya pun hanya
mengangkat bahunya, dan menjawab.
“Nah, ini yang
membuatku shock. Kenapa Gereja Hyakuya sama sekali belum pernah menghubungiku, ya?
Kenapa ya---------kalian tidak menghubungiku?”
Mendengar pertanyaan
Shinya, senyum bergulir di bibir Saitou.
“Karena ada orang
yang lebih ‘hebat’ yang menjual informasinya”
“Uwa, rasanya aku
dianggap seperti tidak punya kekuatan. Eh, ya, abaikan saja itu. Tapi ... lebih
hebat, ya. Kalau begitu, anak dari kelas tiga mungkin, ya? Apakah dia Hiiragi
Kureto yang jadi ketua Osis?”
Tetapi, Saitou hanya
menggelengkan kepalanya dengan ringan.
“Bukan. Dia lebih
kuat darinya, dan juga orang yang jauh lebih membenci Hiiragi, kok”
Guren tidak bisa
menduga siapakah orang itu, dari perkataan Saitou. Itu hal yang wajar, karena
Guren tidak begitu paham mengenai keluarga Hiiragi. Dan lagi, Ichinose tidak
mempunyai kekuatan ataupun struktur organisasi yang bisa sampai menyelidiki tentang
Hiiragi.
Kondisinya Ichinose
saat ini adalah: seraya mengamati dengan bergantung pada suatu tingkatan,
orang-orang pengikut Ichinose yaitu Mikado
no Tsuki, dibiarkan hidup dengan menjadikan Mikado no Oni yaitu Hiiragi sebagai tuan mereka.
Karena itu, yang bisa
mendapatkan informasi semacam itu dari Hiiragi, adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan setara atau lebih dari Mikado
no Oni, seperti Gereja Hyakuya.
Mungkin saja, orang
itu adalah orang dalam.
“..........”
Guren lalu memandang
ke arah Shinya.
Dan ekspresi wajah
Shinya pun berubah. Sepertinya, dia mengerti sesuatu.
“Apa kau tahu?” Tanya
Guren.
Shinya takmenjawab.
Namun, Guren tidak
perlu mendapat jawaban dari Shinya. Ada orang lainnya yang bisa ia tanyakan.
“Yah, tidak apa. Kau
yang jawab, Saitou. Sebenarnya, kau berhubungan dengan siapa?”
“ .....eh--- Padahal
Shinya-san sudah sadar, lo. Kenapa
saya harus repot-repot menja—“
Namun, Guren memotong
perkataan Saitou dengan menambah kekuatan pada katana-nya.
“Urgh”
Dan Saitou mengerang.
Guren memandang wajah
kesakitan Saitou, dan berkata.
“ ......sudahlah,
jawab saja! Atau kubunuh?”
“Ahahaha, menakutkan
sekali~ Tapi, yah, dibunuh pun tidak masalah”
“Hah?”
“Bisa dibilang,
tugasku sebentar lagi sudah akan berakhir. Tugas kami kali ini adalah
mengumpulkan bahan penelitian dan juga menjemput orang yang berkeja sama. Dan,
proses itu sudah akan selesai. Selama proses pengumpulan itulah, aku bertugas
untuk menahan dua orang yang sangat menganggu. Dan hal itu berhasil. Kalian
berdua terfokus padaku di sini, dengan sangat tenangnya, tanpa mengganggu
tujuan kami—“
Dan kemudian,
“Brengsek! Jadi itu
tujuanmu!”
Ekspresi Shinya
langsung berubah. Dia pun lantas berdiri, dan bergegas lari. Menuju balik asap.
Guren melihat hal
itu, dan sekali lagi dia menundukkan pandangannya, menatap Saitou.
Pada saat itu, Guren
sudah bisa memahami sebagian situasi yang ada.
Saat ini Guren sudah
mendapatkan semua informasi yang diperlukannya untuk mengerti apa yang terjadi
saat ini.
·
Orang dalam dari
Hiiragi dengan kekuatan luar biasa menjual informasi kepada Gereja Hyakuya, dan
dia mengetahui tentang penelitian yang entah apalah itu.
·
Dan orang dalam
Hiiragi dengan kekuatan luar biasa itu, sangat sangat membenci Hiiragi.
·
Dan untuk dapat menjemput
dalam arti ‘menculik’ orang dalam Hiiragi dengan kekuatan luar biasa itu, dua
orang yang dianggap paling menganggu, yaitu-----Guren dan Shinya harus ditahan.
Dengan informasi
seperti itu saja, orang bodoh sekalipun bisa mengerti, siapakah orang yang
berkhianat.
Karena itu, Guren
melontarkan nama itu dari mulutnya.
“ .....Mahiru, ya,
yang berkhianat?”
Saitou menatap Guren
dan menjawab.
“Wah, ternyata kau
jauh lebih tenang, dari yang kuduga, ya”
“Kenapa? Aku hanya
mengatakan apa yang kupahami”
“Itu karena, Mahiru-san adalah kekasihmu, kan?”
Namun, Guren hanya
tertawa mendengar pertanyaan itu.
“Aku bukanlah orang
bodoh yang akan menyebut seorang perempuan yang sudah 10 tahun tidak kutemui,
dengan sebutan ‘kekasih’”
“Ahahaha. Benar, kah?”
“Ya, benar”
“Tapi, masih ada rasa,
kan?”
“Tidak, tuh”
“Tidak, tidak, masih
ada, kok. Kekuatanmu itu-------dengan usiamu yang semuda ini, tidak mungkin
didapatkan. Dan kekuatan ilmu sihirmu itu, adalah demi merebut kembali Mahiru-san dari Hiiragi, kan—“
Namun, Guren menusukkan
katana-nya ke dada Saitou, dan
berkata.
“Kubilang tidak ada,
kan!!”
“Hahaha, masa iya,
sih. Yah, terserah saja. Tapi, dari sisi Mahiru-san sendiri, masih suka kepadamu, lo?”
“..........”
“Demi bisa kembali
berada di sisimu, dia berusaha mendapatkan kekuatan, dan menjual keluarganya.
Benar-benar perjuangan yang sangat heroik, ya. Dengan segenap hatinya, dia
ingin bertemu denganmu. Dan selama sepuluh tahun ini, dia terus menerus
berjuang mati-matian”
“..........”
“Dan bukankah,
sekarang ini, sudah saatnya kau bisa menerima semua itu? Aku yakin, Mahiru-san pasti juga ingin dipeluk olehmu, lo”
Ujar Saitou panjang
lebar.
Dan saat itulah,
Guren teringat tentang Mahiru yang beberapa hari lalu, ditemuinya di ruang UKS.
Wajah Mahiru yang
bergembira.
Setelah melihat Guren
yang tidak memiliki kekuatan, Mahiru yang berpikir-------jadi selama 10 tahun ini, hanya dirinya yang terus memiliki perasaan
yang sama? Wajah Mahiru yang kecewa.
Meskipun begitu,
wajahnya terlihat bahagia dan manis saat Guren memujinya kalau dirinya cantik.
“Lalu, apa itu
artinya Gereja Hyakuya akan membantu semua hal itu terwujud dengan baik?”
Saitou pun lantas
tetawa gembira, dan mengangguk.
“Ya! Benar begitu. Dengan
kekuatan luar biasa yang kalian miliki, kalian akan disambut dengan baik. Tapi
tentu saja------anggota lain dari Hiiragi dan Ichinose, akan kami ambil sebagai
bawahan Jenderal kami”
“..........”
“Tetapi, jika kita
bisa mengalahkan Hiiragi bersama-sama, tidak masalah jika kau dan Mahiru-san mau menjadi raja dan ratu yang
memimpin sisa-sisa dari Hiiragi. Kami tidak akan berkata bagaimana sebaiknya
kalian mengurus rumah kalian, atau bagimana kalian mengurus status kalian. Silakan
lakukan kisah cinta atau apalah itu, semau kalian”
Ujar Saitou panjang
lebar.
Guren menatap wajah
Saitou yang duduk terjatuh itu.
Dan seperti biasa,
Saitou tertawa cengengesan. Dengan dada yang robek terkoyak oleh katana, dan sebagian badan bagian
atasnya yang berubah menjadi bahan pengorbanan pun, Saitou masih bisa tertawa
dengan santainya.
Guren melihat wajah
tertawa itu,
“Itu artinya, tugasmu
hingga sekarang adalah?” tanya Guren.
Saitou pun menjawab
dengan tertawa seperti yang biasa dilakukannya.
“Ya, begitulah.
Mengajakmu untuk bergabung hingga di saat seperti ini adalah tugasku”
“Kalau begitu, yang
membuat Mahiru sampai berkhianat adalah ....”
“Aku. Mahiru-san bilang bahwa dia masih menyukaimu.
Katanya, dia ingin dunia di mana bisa berada berdua bersamamu. Demi hal itu,
dia akan melakukan apapun, walaupun dia harus menjual keluarganya sekalipun.
Begitulah katanya”
“..........”
“Nah, nah Tuan
Ichinose Guren yang terhormat. Apakah Anda bersedia? Bersedia ikut bersama
saya, dan pergi bersama-sama ke tempat Mahiru-san bera—“
Dan pada saat itulah
terdengar suara ledakan bergema dari luar asap yang mengelilingi Guren.
Pada saat yang
bersamaan suara teriakan dari para murid terdengar.
“Pasukkan Unit Pusat,
Mikado no Oni datang!”
“Ki-kita selamat!”
“Bunuh mereka! Bunuh
mereka semua, dan buat mereka menyesal sudah berani menganggu Mikado no Oni!”
Terdengar suara-suara
demikian.
Dan dari seberang
arah yang berbeda,
“No-Nona Mahiru! Nona
Mahiru tertangkap!”
“Se-selamatkan!
Meskipun harus mempertaruhkan nyawa kalian, selamatkan Nona Ma----
gyaaaaaarrh!?”
Dan sandiwara masih
terus berjalan.
Berjalan dengan
mulus, sesuai dengan skenario yang telah disiapkan oleh Gereja Hyakuya.
Sepertinya Mahiru
bermaksud untuk meninggalkan sekolah ini, selagi dia masih belum ketahuan
sebagai seorang pengkhianat. Dia tidak bermaksud menghilang sebagai seorang
pengkhianat, melainkan menghilang karena diculik. Dan mungkin saja, suatu hari
dia bermaksud untuk kembali lagi.
Saitou kemudian
berkata.
“Ah! Sudah tidak ada
waktu lagi. Mustahil melawan Pasukkan Unit Pusat Hiiragi tanpa ketahuan bahwa
Gereja Hyakuya melakukan sebuah manipulasi. Jadi biarkanlah saya mundur”
“Hah?! Apanya yang
tidak ketahuan? Bukankah kau sudah memberi tahu semuanya padaku—“
“Tidak. Karena kau
membenci Hiiragi, kau pasti tidak akan membocorkannya, kan?”
“..........”
“Atau jangan-jangan,
kau menyukai Mahiru-san ...... karena
itu kau tidak ingin mengatakan hal yang akan membuatnya susah?”
“..........”
“Karena itu, aku bisa
memberitahumu tempatnya. Tempat untuk bertemu Mahiru-san malam ini. Jika kau datang, maka Gereja Hyakuya akan
menyambutmu sebagai pahlawan yang akan mengalahkan Hiiragi”
“..........”
“Nah, kalau begitu,
apa kau bisa menarik pedang yang tertancap di dadaku? Kalau bisa, aku akan
mempersiapkan tempat di mana kau dan mahiru-san
akan kembali bertemu setelah sepuluh tahun lamanya”
Guren lalu hanya
menatap Saitou.
Dia menatap Saitou
yang tertawa cengengesan seperti biasanya. Dan di dalam benak Guren berkecamuk
beberapa pemikiran. Sekarang ini, bagaimana sikap yang harus ditunjukkannya? Bagimana
keputusan yang harus diputusukannya? Bagaimana kondisi saat ini, dan seberapa
besar dia bisa mempercayai perkataan Saitou?
Tidak ada waktu lagi.
Jika Guren menerima
perkataan Guren, itu berarti Guren harus melepaskan Saitou sekarang juga,
sebelum Pasukan Unit Pusat Mikado no Oni
datang. Dan jika Saitou tertangkap oleh Mikado
no Oni, maka tidak akan ada celah bagi keluarga Ichinose untuk masuk, kan.
Karena itu Guren
berpikir keras.
Jawaban apa yang
terbaik?
Tindak apa yang harus
dilakukannya?
Bukan itu.
Sebenarnya, apakah yang diinginkan dirinya?
Lalu Guren pun
berkata.
“Tapi, yah, ra~sa~nya~~
kok, enggak menyenangkan, ya. Rasanya seperti ini semua ada di atas telapak
tanganmu”
Guren lalu
mengelakkan tawa, dan semakin dalam menusukkan katana-nya.
“Urgh” Saitou kembali
menggerang kesakitan.
Namun, tanpa
memperdulikan itu, Guren melanjutkan.
“Karena itu, sudah
kuputuskan, aku tidak akan melepaskanmu. Aku akan menangkapmu di sini, dan
kubuat kau mengatakan semua informasi yang ada”
Mendengar hal itu,
Saitou pun berkata.
“Kalau begitu, kau
tidak akan tahu tempat keberadaan Mahiru-sa—“
“Kalau kuancam, kau
pasti akan mengatakannya!”
“Haha, walau kau
mengancamku, aku tidak akan mengatakannya. Karena aku sudah dilatih demikian. Lagipula,
saat aku seakan mau membocorkan informasi, otakku akan diprogram untuk mati”
“Oh, begitu, ya.
Kalau begitu, matilah”
Mendengar itu, wajah
Saitou terlihat sedikit panik. Saitou lantas mendongak melihat Guren dan,
“.....kalau begitu,
kau tidak akan bisa bertemu dengan Mahiru-san
la—“
“Tidak bertemu pun
tidak masalah. Sepertinya kau salah paham. Aku menjadi kuat bukanlah demi
bertemu dengan dia—“
Namun ditengah
perkataan Guren tersebut,
“Jangan berkata hal yang
membuatku kesepian semacam itu, dong”
Terdengar suara.
Suara dari seorang
wanita.
Dan pada saat itulah,
Guren melepaskan katana-nya dari dada
Saitou. Dan dia lantas mundur jauh ke belakang.
Alasannya adalah,
tepat di depannya, muncul sebuah aura membunuh yang luar biasa besarnya. Jika tidak mundur, pasti mati!
Demikianlah yang dirasakan Guren.
Namun, aura membunuh
itu mengikutinya. Mengikuti Guren yang telah mundur ke belakang, begitu saja.
Karena itulah, Guren
melepaskan hunusan pedangnya, ke arah aura membunuh itu berasal.
Dan, TRAAANG!
Terdengar bunyi suara
nyaring tinggi, yang dihasilkan dari benturan benda yang berbahan logam.
Dan Guren pun menatap
tajam ke depan.
Dihadapannya, entah
sejak kapan, berdiri sesosok gadis nan cantik.
Dengan rambut panjang
berwarna abu-abu yang indah dan berkilau.
Dan tatapan mata yang
dingin.
Serta bibir yang
berona merah muda.
Dialah Mahiru.
Hiiragi Mahiru, ada
di hadapannya.
Tangannya, mengenggam
pedang berwarna hitam pekat. Pedang Jepang.
Pedang Jepang
berwarna hitam pekat itu, mendorong Kujyakumaru Guren yang berwarna merah
darah, dan pada saat yang kritis terdengar benturan di antara keduanya.
Guren menatap wajah
dari pemilik katana tersebut.
“ ..... Mahiru, ya?”
Guren menyebut nama gadis itu.
Mendengar itu, Mahiru
tersenyum. Entah kenapa, wajahnya menunjukkan sedikit rasa senang, dan juga
ekspresi ceria.
“A, kau sudah tidak
memakainya ..... bahasa sopan, yang kau gunakan seperti saat di ruang UKS ....”
“Hah! Aku tidak perlu
bersandiwara di hadapan pengkhianat Hiiragi, kan? Lagipula kekuatanku yang sebenarnya
telah diketahui olehmu”
Dan Mahiru pun
menatap Guren dengan wajah senang. Mahiru kemudian menganggukan kepalanya.
“Ya, sepertinya
begitu ..... Lagipula sangat sedikit orang yang bisa menahan pedangku”
Mahiru pun kemudian
memberi tekanan pada pedangnya. Kekuatan yang takterpikirkan, akan dimiliki
oleh seorang gadis. Lebih tepatnya, kekuatan yang takterpikirkan, akan dimiliki
oleh seorang manusa. Mungkin itu karena mantra sihir yang ditambahkan, atau
mungkin saja itu berasal dari kekuatan yang lain. Guren yang tidak
mengetahuinya, tertawa kecil.
“Menarik sekali. Apa
kita mau coba bertarung untuk melihat siapa yang lebih kuat?”
Berkebalikan dengan
perkataanya, Guren justru mundur kebelakang.
Melepaskan pedang
Mahiru, dan setelah memasang kuda-kuda, Guren melepaskan serangan pedangnya.
Dan dalam waktu
singkat, dua pedang pun saling berbenturan beberapa kali.
Namun, serangan
pedang Mahiru sangatlah cepat.
Dan bahkan kekuatan
Mahiru lebih kuat daripada Guren. Pedangnya pun lebih cepat daripada Guren.
Tetapi, dalam hal
tehknik pedang, Guren lebih unggul. Karena itu, pertarungan ini berlangsung
dengan sengit.
Tetapi,
“Si—al .... yang
benar saja!”
Guren mulai terdesak.
Seraya saling
menyerang, Guren terdesak mundur ke belakang.
“Aha~ kenapa? Bukannya
tadi kau mau mencoba bertarung? Katanya kau mau memperlihatkan kekuatanmu, kan?”
“Brengsek! Jangan
belagu, kau!”
Dan Guren kembali
selangkah mundur ke belakang. Guren memasukkan tangan ke saku seragamnya, dan
berpura-pura mengeluarkan kertas mantra.
Mahiru pun merespon
hal tersebut.
“A, jadi kau mengakui
bahwa kau tidak akan bisa menang hanya dengan pedang sa—“
“Berisik, kau”
Namun, Guren tidak
mengeluarkan kertas mantra. Itu hanyalah sebuah gerakkan tipuan. Dan dengan
segenap kekuatannya, Guren justru mengunuskan pedangnya menembus udara.
“Uwawawa”
Mahiru pun panik. Dia
bermaksud untuk menangkis serangan tersebut, namun tidak sempat. Pedang Guren
langsung terhunus menuju ke dada Mahiru, tetapi,
“..........”
Sebelum pedannya itu
menusuk jatung Mahiru, gerakkanya terhenti.
Melihat itu, Mahiru
pun menatap tajam pedang yang terarah ke jantungnya, dan tetawa.
“Luar biasa ...... kau
benar-benar kuat sekali, ya, Guren. Jangan-jangan itu demi aku?”
Namun, Guren menarik
pedangnya, dan berkata.
“Bukan”
“Wah, bukan, ya?”
“Ya. Bukan. Jangan
buat aku mengatakannya berkali-kali, dong”
Mendengar itu, Mahiru
terlihat tidak puas, dan dia pun mengigit bibir bawahnya. Dan Guren tahu, apa
arti ekspresi yang ditunjukkan olehnya. Wajah yang berkali-kali dilihatnya
semasa anak-anak. Wajah kesal Mahiru, saat dia berkali-kali dan berkali-kali
bertanya pada Guren, apakah Guren
menyukainya. Namun Guren hanya menjawab bahwa itu menyebalkan.
Lalu Mahiru pun
menatap Guren.
“Begitu, ya ....
Padahal aku, menjadi kuat karena ingin bersamamu, Guren”
Ujar Mahiru, dengan
nada suara yang terdengar sedikit manis.
Guren pun menatap
tajam Gadis itu,
“Lalu, akhirnya, kau
bekerja sama dengan Gereja Hyakuya, dan memulai peperangan?” Tanya Guren
kemudian.
Pada saat itu,
suara-suara teriakan juga masih terdengar di sekitar mereka.
Suara dari peperangan
masih terus terdengar.
Masih terus terdengar
suara pertarungan antara Pasukkan Unit Pusat Mikado no Oni dengan para pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya.
Dan di tengah-tengah
pertempuran itu.
Di tengah-tengah suara
teriakkan dari para murid------Mahiru, tertawa gembira dengan kejamnya, dan
seakan menikmatinya.
“Fu, fufu .... yang
namanya kekuatan itu, begitu kita dapatkan, sangat menyenangkan. Tapi, kau juga
merasakan hal yang sama, kan, Guren? Untuk bisa membuat tubuh menjadi kuat
sampai seperti itu, pastinya, kalau kita tidak sangat sangat terobsesi dengan
kekuatan, itu akan mustahil, kan Guren~?
“..........”
“Tapi, batas tubuh
itu memang sampai situ, kan. Lebih dari ini, kita tidak bisa pergi ke daerah di
atas itu.
“ .....atas? Apaan
tuh?
Begitu Guren
menanyakan hal itu, Mahiru mengangkat pedang yang ada di tangan kanannya ke
langit, dan berkata.
Dengan mengecilkan
tatapan matanya, menatap serius.
“Kubilang, jauh lebih
di atas!”
Dan dia lantas
mengayuh jatuh pedangnya ke bawah.
Pedang itu kemudian
bersinar hitam. Dan di saat yang bersamaan, udara yang menjadi lintasan dari
ayuhan pedang Mahiru terlihat bagaikan terbelah. Di tambah lagi, permukaan
tanah pun menjadi terbelah. Terbelah tepat menjadi dua. Belahan yang seakan
dihasilkan karena tanah hancur oleh sesuatu yang terjadi, entah apa itu. Ujung
dari belahan ini, bahkan memanjang hingga ke seberang asap.
Kekuatan itu, sudah
bukan lagi kekuatan yang bisa dimiliki oleh manusia.
Jika saja Mahiru,
menggunakan kekuatannya saat ini sejak awal, kemungkinan besar, Guren sudah
mati di saat tebasan pertama Mahiru.
Mahiru pun melihat
Guren, dan tersenyum.
“A, kau terkejut? Ini
luar biasa, kan. Ini adalah senjata kutukan iblis yang disebut kiju. Ini adalah gabungan dari struktur
sihir Hiiragi dan Gereja Hyakuya. Dengan ini, kita akan bisa mengikat kontrak
dengan iblis yang selama ini berada di atas kita dan tidak tersentuh. Iblis itu
akan bersemayam di senjata ....”
Hanya segitu
penjelasan dari Mahiru, namun sudahlah cukup.
Itu karena Guren
sudah mengetahui istilah yang disebut “Kiju”
Di antara ilmu
kutukkan, “Kiju” adalah yang memiliki
tingkat pengendalian yang tersulit.
Secara langsung dapat
memanggil iblis dewa, yang disebut dengan shinki
atau kokki yang merupakan iblis
hitam. Memanggil dewa iblis, lalu menyegel di senjata dewa yang disebut jin’gi, dan lantas memanfaatkan mereka.
Senjata yang
digunakan untuk menyegelnya adalah senjata yang ada pada umumnya.
Pedang.
Kampak.
Panah dan lain
sejenisnya.
Senjata itu adalah
senjata yang disucikan dan disimpan di dalam tempat suci seperti kuil dan
sejenisnya selama bertahun-tahun, lalu menyegel iblis di dalamnya, dan kemudian
digunakan.
Namun katanya, hal
itu masih mustahil untuk diwujudkan di bidang ilmu sihir dewasa ini, meskipun
telah sempurna secara teori.
Lagipula, walaupun
hal itu memungkinkan, namun untuk dapat menyempurnakannya, seharusnya
diperlukan beribu-ribu, atau berpuluh-puluh ribu unit percobaan pada tubuh
manusia.
Dengan pengetahuan
ilmu sihir dewasa ini, belumlah mampu menyegel iblis di dalam senjata.
Sebaliknya, pengguna dari senjata tersebut akan dikuasai jiwa dan raganya oleh iblis,
dan akan membuat sekitarnya terjatuh dalam petaka.
Dan saat telah
menjadi iblis, mereka akan kehilangan inderanya sebagai manusia, juga akan
kehilangan ingatannya. Mereka hanya dan hanyalah akan menjadi monster yang
hanya akan merasa bahagia jika memakan manusia.
Oleh karena itulah,
struktur ilmu sihir yang disebut dengan kiju
ini, secara keseluruhan, dilarang diteliti, setidaknya di dalam Mikado no Tsuki yang dipimpin oleh
keluarga Ichinose. Tentu saja, Ichinose sendiri, tidak memiliki kekuatan
tekhnologi dan juga biaya yang dapat membuat mereka mampu melakukan penelitian
tersebut.
Namun,
“..........”
Dan sekarang, senjata
yang dibawa oleh gadis itu, katanya adalah senjata yang dilengkapi dengan kiju.
Namun, gadis itu
masih terlihat seperti manusia.
Karena itulah Guren
bertanya.
“.....apakah kalian
berhasil menyempurnakan kiju?”
Kemudian, Mahiru
tertawa riang gembira dan berkata.
“A, ternyata kamu
memang penasaran? Apa kau terpikat oleh kekuatan yang baru dan juga kuat?”
“Sudahlah, jawab saja”
“Oke, tidak masalah”
Mahiru pun mengangkat
pedang katana berwarna hitam pekat
miliknya, dan berkata kembali.
“Senjata ini, ya ... mungkin
tinggal sedikit~~lagi, akan menjadi sempurna, lo. Tapi, ya, Guren. Jika ada
senjata ini, kita sudah tidak perlu takut apapun lagi, kan?”
“..........”
“Bahkan kita tidak
perlu mengkhawatirkan Hiiragi atau siapapun itu”
“..........”
“Bahkan, jika ada
senjata ini, kita juga bisa membunuh para vampir itu, yang memperlakukan
manusia bagaikan hewan ternak. Jika senjata ini telah bisa disempurnakan,
selama ada sen—“
Namun Guren memotong
perkataan itu, dan berkata.
“Hah, jangan gila!
Lalu, sebenarnya sudah berapa orang yang kalian korbankan untuk itu? Sudah
berapa orang kalian persembahkan, untuk percobaan itu?”
Mendengar itu, Mahiru
pun lantas menatapkan pandangannya ke arah Guren dan berkata.
“Wah, kata-kata yang
indah sekali, ya? Kau ini berbicara, seakan-akan kau bisa sampai tahap ini,
tanpa mengorbankan apapun, lo ..... tapi, kau bercanda, kan? Aku rasa, kau
pasti juga mengorbankan sesuatu, sebagai ganti dari kekuatan yang kau punya,
kan?”
“..........”
“Lagipula, kita juga
sudah sama-sama mengetahuinya, kan. Pada hari itu. Di bawah langit biru itu, di
atas hamparan padang rumput. Kita tahu bahwa jika kita tidak memiliki kekuatan,
maka kita tidak akan bisa melindungi apapun. Kita tidak bisa melindungi orang
yang kita sukai. Kita tidak bisa melindungi apa yang berharga bagi kita. Karena
itu kita menginginkan kekuatan. Aku dan juga kamu .... Benar, kan, Guren.”
Gadis itu berkata
demikian seraya mengulurkan tangannya kepada Guren.
Dan lalu berkata
lagi.
“Maukah kau pergi
bersamaku? Jika kau pergi bersamaku, aku pun akan memberimu kekuatan. Apakah kau
mau bersama-sama denganku menyempurnakan kekua—ku .... kaku ... kekuat ....”
Namun, entah kenapa kata-kata
itu terbata-bata di tengah-tengah.
Dengan ekspresi yang
menderita, gadis itu tiba-tiba mencengkram bagian dada dari baju seragam sailor-nya.
Dan tiba-tiba, nada
suaranya berubah.
Lebih
kekanak-kanakan. Nada suara yang seakan, akan menangis.
“Kyaaaaa! Tidak,
Guren! Aku sudah ........ aku sudah, sudah dirasuki ......... Kiju itu, percobaan ini, gagal ......
aku ..... aku sudah ........ tidak lagi ada di ..... Diam! Diam! Aku tidak
dirasuki! Aku memiliki lebih banyak kekuatan ..... lebih, dan kekuatan yang
lebih .....”
Ujarnya demikian.
Dan kemudian lengan
kanan Mahiru bergetar.
Begetar gemetaran takkaruan.
Kamudian, dari katana hitam pekanya, bergeliat-geliat
pola hitam, yang berjalan berpindah ke lengan Mahiru.
Bagaikan sebuah
kutukkan.
Bagaikan sebuah
kutukkan yang mengutuk Mahiru, katana itu,
mulai menguasai lengan Mahiru. Dan kemudian, bentuk dari lengan Mahiru berubah.
Kuku jari-jarinya mulai memanjang, dan Mahiru mulai berubah bagaikan binatang
buas, kemudian,
“Ups, gawat!”
Saitou yang berada di
belakang punggung Mahiru berkata demikian. Dia kemudian melesatkan rantainya,
dan membelit-belit dengan sangat erat lengan kanan Mahiru.
“Sepertinya, kita
melebihi batas waktu, nih. Cukup sampai situ, Mahiru-san. Kau masih belum bisa memakai senjata itu, lebih dari ini”
Dengan kata-kata itu,
ekpresi wajah Mahiru kembali seperti semula.
Wajah yang tenang.
“ ...... ya,
sepertinya begitu. Ayo kita kembali”
Namun, melihat hal
itu, Guren manatap tajam Saitou dan berkata.
“Brengsek, apa yang
kau lakukan ke Mahiru?”
Dan Saitou pun
menjawab.
“Jika kau ingin tahu
lebih jelas, maka kau pun harus bergabung denga Gereja Hyaku—“
Namun, Guren
mengacuhkan hal itu, dan sekali lagi,
“Aku tanya! Apa yang
kau lakukan ke Mahiru!!”
Dan Guren pun
melompat. Menghunuskan katana merah
darahnya, bermaksud hendak menjatuhkan Saitou.
Namun, Mahiru
menganggu keinginannya tersebut.
Dia berdiri di depan
Saitou, seraya mengayuhkan pedangnya yang berwarna hitam itu.
Katana berwana merah dan katana berwarna hitam itu pun saling berbenturan.
Namun kali ini,
benturan itu tidaklah menghasilkan suara benturan dari dua benda yang terbuat
dari logam.
Pedang Guren---------Kujyakumaru, dengan mudahnya dipatahkan.
Dan katana hitam yang dilengkapi dengan kiju itu, terhunus di depan leher Guren,
dan terhenti.
Walaupun mudah
baginya menebas leher Guren, namun gadis itu menghentikan pedangnya, dan
berkata.
“ ....... dengan ini,
kita impas. Karena tadi kau tidak membunuhku. Yah, walaupun aku tidak akan mati
meskipun kau menusuk jantungku, sih”
Gadis itu berkata
demikian.
Meskipun jantunya
ditusuk, dia tidak akan mati------kalau seperti itu, dia sudah tidak lagi bisa
disebut dengan sebutan manusia.
Namun, Guren melihat
pedang yang terhunus ke arah lehernya itu, dan berkata,
“....... aku juga.
Walaupun kau menebas leherku, aku tidak akan mati”
“Ahaha, itu sih,
mustahil. Karena kau ini masih seorang manusia. Tapi, ternyata, Guren memang
manarik, ya”
“Aku ini enggak
menarik, oi”
“Fufufu. Em, Guren~~”
“Apa?”
“Aku sangat
menyukaimu”
Seraya berkata
demikian, gadis itu memeluk Guren. Dia menjijitkan tubuhnya yang mungil, meraih
leher Guren, dan melingkarkan tangannya. Gadis itu berada sangat dekat dengan
Guren, hingga Guren bisa mendengar suara napasnya. Hingga Guren bisa mendengar
suara detak jantungnya.
Dan suara yang
didengarnya itu, sama dengan suara yang pernah didengarnya, dahulu kala.
Di atas hijaunya
rerumputan itu.
Di bawah langit biru
yang luas tanpa satupun awan itu.
Namun saat ini, semua
kondisinya telah berubah.
Semuanya telah berubah,
hingga membuatnya merasa kesal.
Mahiru melepas
pelukkanya dari Guren, dan berkata.
Berkata dengan
tatapan lurus menatap Guren,
“Aku hanya akan
bertanya sekali lagi, Guren. Apakah kau mau pergi bersamaku?”
Dan Guren pun
menjawab pertanyaan itu.
“Wah, tidak, tuh”
“Kau akan mendapatkan
kekuatan, lo?”
“Aku tidak tertarik”
“Ahaha, apa
sepertinya aku, dibenci oleh Guren, ya .....”
Dan dengan wajah yang
terlihat bersedih, gadis itu berkata demikian.
Namun Guren membalas
perkataan tersebut dengan berkata,
“Bukan itu
masalahnya. Hanya saja, kekuatan yang ingin aku capai, dan kekuatan yang kau
inginkan itu berbeda”
“Sungguh?”
“Ya, sungguh”
“Oh, begitu .... Tapi,
di mana, ya, jalan yang kita tempuh jadi berbeda?”
Guren tidak lagi tahu
mengenai hal itu. Sudah sepuluh tahun berlalu. Dan selama sepuluh tahun
berlalu, mereka berdua, sama-sama mengalami banyak hal. Selama sepuluh tahun
ini, mungkin keputusan akan sesuatu, yang membuat jalan mereka berbeda.
Apakah berbedaan itu
adalah hal yang menyedihkan, ataukah justru hal yang harus disambut gembira,
Guren tidaklah mengetahuinya.
Namun, setidaknya
Guren mengerti wajah Mahiru yang terlihat sedikit bersedih.
Mahiru pun berkata,
“ .......... kalau
begitu Guren, akan kuberitahu kau satu hal yang bagus”
Mendengar itu, dengan
kondisi panik Saitou,
“Mahiru-san. Itu adalah ....”
Namun Mahiru
mengacuhkannya, dan melanjutkan perkataanya.
“Kuberitahu, ya.
Natal di tahun ini, ya ... dunia akan mengalami kehancuran untuk satu kalinya,
lo”
“Oh?”
“Sangkakala hari
kehancuran akan berbunyi, dan virus akan menyebar. Jika menjadi begitu, maka
pasti, dunia akan berubah menjadi dunia yang membutuhkan kekuatan, lebih dari kebutuhannya
yang dimintanya sekarang. Dan jika begitu, pasti ... dan pasti, akan muncul
keinginanmu terhadapku. Karena itu, ayo kita bertemu lagi pada waktu itu”
“Mahiru, kau ini,
sebenarnya apa yang kau ....”
Namun sepertinya,
Mahiru sudah tidak memiliki keinginan untuk menjawab apapun lebih dari ini. Hap, hap. Mahiru pun melangkah mundur
kebelakang, bagikan sedang menari.
Dan dengan senyum
manisnya, sekali lagi,
“Aku menyukaimu,
Guren”
Dia berkata demikian.
“Ini adalah
perasaanku yang sebenarnya. Karena itu, sampai kau menginginkanku .......
sampai hari dimana itu terjadi, aku akan menunggumu”
Dan kemudian gadis
itu, menghilang di balik asap.
Kemudian Saitou pun
dengan wajah yang terlihat sedikit kelelahan,
“Sepertinya kau jadi
paham sebagian besar yang terjadi. Yah, tapi itu hanya yang umum-umun saja,
sih. A, kalau kau mau menghubungi Gereja Hyakuya, sampaikanlah kepada Kepala
Panti Asuhan Hyakuya, yang merupakan tempat dari anak yang bersamaku saat kita
bertemu dua hari lalu itu. Panti asauhan Hyakuya-------pasti kau, tahu di mana
tempatnya, kan?
“..........”
“Dengan begitu, kau
akan terhubung denganku. Nah, kalau begitu, sudah saatnya aku pamit”
Saitou mundur seraya
berkata demikian.
Dan yang tersisa di
dalam selimutan asap itu, hanyalah Guren seorang.
Dia menatap tanpa
bergeming, asap di mana Mahiru menghilang. Dia menatap langsung tanpa
bergeming, ke arah di mana sosok Mahiru sudah tidak ada lagi. Kemudian,
dilihatnya katana yang patah, yang
dibawa tangannya.
Seharusnya, pedang kujyakumaru adalah pedang yang ditempa dengan
kutukkan yang kuat, dan terlahir dari teknik sihir dari raja ilmu gaib, yang
disebut dengan myo-ou. Seharusnya itu
bukanlah logam yang bisa dipatahkan dengan mudahnya.
Tetapi,
“Dipatahkan dengan
mudahnya ....... apa itu sebenarnya?”
Guren berguman dengan
wajah terkejut.
Dan lagi, sebenarnya,
saat ini dan di tempat ini, apakah yang sebenarnya terjadi, Guren tidak bisa
memahaminya.
Apa yang ingin Mahiru
perbuat?
Apa yang akan terjadi
saat natal?
Sebenarnya, seberapa
kuatkan kekuatan yang tersembunyi di dalam senjata yang disebut dengan kiju?
Guren dipenuhi dengan
hal-hal yang takbisa dimengerti olehnya.
“Sial! Menyebalkan!”
Bagaikan seorang anak
kecil, Guren menunjukkan wajah ketidakpuasannya.
Dan pada saat itulah,
dengan cepat asap mulai menipis. Sepertinya asap itu, adalah asap yang dibuat
menyelimuti dengan jurus sihir. Karena itu, bersamaan dengan mundurnya pasukkan
dari Gereja Hyakuya, maka asap itu pun mulai menghilang.
Lalu,
“..........”
Dan pemandangan yang terlihat
begitu asap itu menghilang adalah, neraka.
Lapangan yang luas,
diwarnai oleh darah.
Para murid yang
terluka.
Anak perempuan yang
hanya bisa menangis terisak-isak.
Anak laki-laki yang
tetap diam berdiri, seakan-akan dia tersesat.
Anak laki-laki yang
berusaha mati-matian memberikan napas pertolongan kepada kawannya, yang
jelas-jelas telah tewas.
Mayat dari pada
murid.
Mayat dari pada guru.
Dan juga, lautan
darah.
Di antara mayat-mayat
itu, tidak nampak orang yang berpakaian serba hitam. Para murid yang setiap
hari, dengan sombongnya membodoh-bodohi Guren hingga keterlaluan, apakah tidak
bisa membunuh satu orang pun pembunuh gelap dari Gereja Hyakuya?
Ataukah, agar
identitasnya tidak terungkap, maka orang-orang dari Gereja Hyakuya,
mengumpulkan jasad dari kawan-kawannya yang telah mati?
Tetapi, mau
bagaimanapun juga, pada peperangan pertama ini, Hiiragi telah kalah telak.
Hal itu karena,
Hiiragi tidak tahu sosok dari lawan yang menyerang mereka, dan musuh dengan
suksesnya melarikan diri. Ditambah lagi pemandangan ini,
“......... mereka,
kacau sekali, ya .....”
Guren berkata seakan
mengeluh. Dia lalu mengumpulan dan memasukkan kembali katana miliknya yang patah ke dalam sarung pedang yang ada di
pingganya.
Dan pada saat itulah,
“Ka-ka ..... kau,
masih hidup!?”
Tiba-tiba terdengar
suara anak perempuan.
Dan saat Guren
berbalik ke arah suara itu, Juujou Mito ada di sana. Tetapi, seluruh tubuh gadis
itu pun, dipenuhi dengan darah.
Entah apakah itu
adalah darah dari gadis itu sendiri, ataukan cipratan darah dari lawannya.
Guren melihat Mito,
dan berkata.
“Kau, darah ditubuhmu
itu ....”
Bukan darahmu sendiri, kan?
Guren bermaksud
berkata demikian. Tetapi, gadis itu mengacuhkannya, dan langsung melompat ke
arah Guren. Entah karena alasan apa, gadis itu melompat ke arah dada Guren
seraya menangis,
“Syu—syukurlah!
Syukurlah kau masih hidup!”
Mito menangis sambil
berteriak demikian. Gadis itu gemetaran. Badannya yang ramping itu, bergetar
hebat.
“Se-semuanya mati
.... padahal aku berusaha mati-matian menyelamatkan mereka, tetapi, me-mereka
semua ....”
Guren tidak tahu apa
yang harus dia perbuat pada saat itu, sehingga Guren pun menjadi sedikit
kebingungan. Kemudian, agar bisa membuat Mito berhenti gemetaran, Guren pun
memeluk pundak Mito dengan lembut.
Lalu, sepertinya,
gadis itu pun mulai dapat tenang sedikit. Guren kemudian berkata pada Mito yang
mulai tenang,
“Tenanglah. Yang
penting sekarang, jawablah pertanyaanku”
“Ya .......”
“Apakah kau terluka? Saat
ini, mungkin kau tidak merasakan sakit karena masih merasa terguncang, tetapi
....”
Namun, Mito
menggelengkan lehernya dengan kuat.
“A-aku tidak apa-apa.
Tidak ada luka fatal ....”
“Oh, begitu. Kalau
begitu, baguslah”
“Ta-tapi, semuanya
... teman sekelas kita, mereka ......... Selain itu, aku juga ..... aku juga.
Jika aku tidak didorong olehmu, aku pasti akan terkena ledakan itu dan ....”
Wajah gadis itu pun,
kembali diselimuti rasa takut. Dan dia masih berada di dalam pelukkan erat di dada
Guren.
Kemudian pada saat
itu,
“Astaga, kalian ini,
sejak kapan hubungan kalian menjadi seperti itu?”
Dan terdengarlah suara yang sepertinya
terkejut.
Itu suara dari Goshi.
Saat Guren melihat ke
arah suara itu, di sanalah terdapat sosok dari anak laki-laki dengan tatapan
mata liar dan rambut kuning, seperti biasanya.
Lalu, Mito pun
melihat Goshi.
“Goshi! Kau pun masih
hidup!”
Suaranya terdengar
bergembira.
Melihat itu, Goshi pun
merentangkan kedua tangannya,
“Ah, jadi dengan cara
ini kau memikat anak perempuan? Nah, kalau begitu, silakan, silakan, ayo”
Ujar Goshi. Namun,
entah kenapa, Mito tidaklah melompat ke dalam pelukkan dada Goshi.
Melihat hal itu,
Goshi pun melihat ke arah Guren dengan wajah yang tidak puas.
“Menurutmu, apa
maksud dari tindakan tidak adil ini, Guren?”
“Hem, kau sebut
namaku? Aku justru merasa penasaran kepada orang yang tiba-tiba ‘tidak’
memanggilku dengan nama marga lagi, sih”
Mendengar pernyataan
itu, Goshi tertawa dan berkata,
“Wah, ah~gimana, ya.
Jika aku tidak diselamatkan olehmu, aku pasti mati. Jadi, kau ini seperti
penyelamat nyawaku?”
“Lalu kau tidak lagi
memanggil penyelamat nyawamu dengan nama marga?”
“Karena temamu hanya
sedikit, kau pasti senang, kan?”
“Mati sana”
“Ahaha, yah, kita
sudahi dulu bercandanya. Sepertinya kondisi ini menjadi sangat kacau sekali, ya”
Goshi pun mengamati
sekelilingnya.
Mengamati mayat dari
kawan-kawannya.
Mengamati para murid
yang berlumuran darah.
Pada saat itu, Pasukkan
Unit Pusat yang datang dari Mikado no Oni,
mulai memberikan perawatan kepada yang terluka. Namun kekacauan yang ada
tidaklah berubah.
“Pemandangan i---ni,
tidak mungkin terpikirkan kalau ada di tengah-tengah kota Shibuya, kan”
Goshi berkata demikian.
Dia lalu memandang ke arah Guren dan berkata.
“Ngomong-ngomong, kau
ini, kan, benar-benar lemah, tapi masih bisa bertahan hidup, ya?”
Mendengar itu,
akhirnya Mito melepaskan dirinya dari pelukkan di dada Guren, dan
meangguk-angguk tanda setuju dengan pernyataan Goshi.
“Bagaimana caramu
menghindari serangan rantai dari si hitam-hitam itu?”
Dengan itu, maka
Guren pun mengerti bahwa di luar asap yang mengepung dirinya, orang-orang dari
Gereja Hyakuya juga mengamuk dengan ganas.
Guren pun menjawab
hal itu.
“.......itu, sih,
karena, a~, apa, ya. Itu karena aku terus
berjongkok”
“E?”
“Hah?”
“Hah?”
Ujar Mito dan Goshi.
Lalu Guren pun
memberikan penjelasan.
“Em, ya .... aku
terus saja berjongkok, dan semuanya telah selesai” Begitulah penjelasannya.
Mito pun melihat ke
arah Guren dengan wajah terkejut, lalu kemudian saling bepandang-padangan dengan
Goshi, dan akhirnya tertawa lepas kendali.
“Kau ini, benar-benar
ya ....”
“Tapi, kok, orang
sepertimu, bisa menyadari serangan pertama, ya?”
Guren lalu
menggerakkan bahunya, memberikan gerak isyarat yang menyatakan, entahlah dan berkata,
“Karena aku merasa
bosan, jadinya aku terus-terusan melihat langit, sih”
Dan kemudian keduanya
kembali tetawa.
Namun nada tertawa
dari mereka, bukanlah nada tawa yang membodoh-bodohi Guren. Melainkan tertawa
yang sepertinya menunjukkan bahwa rasa tegang mereka tiba-tiba mencair, dan
mulai merasa tenang.
Setelah puas tertawa
hingga air mata keluar, mereka bedua pun terdiam.
Setelah melihat para
murid yang terluka di sekitar mereka, Goshi berkata
“ ....tapi, sekarang
ini, bukan saatnya untuk tertawa, kan?”
Dan Mito pun kemudian
mengangguk.
“Yup!”
“Kawan-kawanku
terbunuh. Dan aku bukanlah orang yang dibesarkan untuk bisa tetap diam dan
tenang, saat melihat hal itu”
“ .......yup”
“Kita harus membalas
mereka”
Itulah yang dikatakan
Goshi. Dan Mito pun kembali berkata,
“Yup”
Seraya memberi
anggukkan kecil.
Guren melihat
tindakan mereka bedua, kemudian berpikir.
Membalas
mereka--------------tetapi, siapakah lawan sebenarnya, yang mereka harus balas
itu?
Apakah Gereja
Hyakuya?
Ataukan orang yang
ada di balik semua ini, yaitu Mahiru?
Dan pada saat itulah,
Guren tiba-tiba teringat kepada Mahiru, saat dia masih anak-anak. Wajah Mahiru
yang polos. Sifat dari anak-anak, dengan senyum yang salah memahami dan merasa,
semua yang ada di dunia, berada di tangannya.
---------------Hei,
Guren.
Mahiru, selalu
menyebut nama itu dengan nada gembira.
---------------Em ...
kita ini ... anu, kita ini, apa bisa kita menikah, ya ...?
Mahiru selalu berkata
demikian, dengan senangnya.
--------------- Yah,
seperti saat sekarang ini. Apa kita bisa selalu bersama, ya ...?
Guren mendongakkan
wajahnya.
Di tengah-tengah
halaman sekolah yang dibanjiri oleh darah, Guren menatap ke atas langit, yang
seperti biasa, selalu biru nan luas tanpa satupun awan.
Namun, perasaan Guren
sangatlah tidak enak.
Perasaan yang sangat
kesal karena segala sesuatu yang terjadi, hingga rasanya nafasnya serasa akan
terhenti.
“Guren”
Lalu, terdengar
suara.
Suara Shinya.
Sepertinya, Shinya
juga bisa bertahan hidup.
Dan Guren pun menatap
ke arah Shinya.
Seluruh tubuh Shinya,
dipenuhi oleh darah. Dia menatap Guren dengan wajah yang muram, dan berkata.
“Mahiru ... Mahiru
menghilang”
“..........” Guren
hanya terdiam.
“Sepertinya dia
diculik”
Meskipun Shinya tahu
bahwa yang menjadi pengkhianat adalah Mahiru, namun dia berkata demikian. Itu
artinya, Shinya benar-benar membenci Hiiragi. Sepertinya perkataannya bahwa dia
ingin menghancurkan Hiiragi, adalah sebuah hal yang jujur.
Lalu,
“Lalu setelah ini,
apa yang akan kita lakukan?”
Namun, pada saat itu,
Guren tidak bisa menjawabnya. Banyak hal yang terjadi. Dan saat ini, Guren sudah tidak lagi memiliki
kekuatan, untuk menjelaskan satu per satu hal yang terjadi.
Karena itu, Guren
bekata.
“Kenapa kamu
menanyakan soal tunanganmu, yaitu Nona Mahiru,
kepada saya?”
Mata Shinya pun terbuka
lebar karena terkejut mendengar itu. Kemudian Shinya menyadari keberadaan Mito
dan Goshi di tempat itu. Dan wajah
Shinya pun berubah ekspresi, seakan-akan hendak berkata kepada Guren apakah kau masih berniat melanjutkan
sandiwara bodohmu itu? Namun,
“ ......kau, ini ...”
hanya itulah yang bisa terucap oleh Shinya. Guren memberi tawa yang
mengesalkan, dan membalas.
“ .... mengesalkan,
ya?”
“ ........ kalau kau
tahu, maka hentikanlah!”
“Hahaha. Tapi, aku
sekarang kelelahan. Kita bicarakan ini nanti saja, ya”
Shinya pun menatap
Guren, dan berkata.
“Memangnya masih
sempat jika kita bicarakan nanti?”
Guren lalu menunjuk
sekelilingnya, yang dipenuhi oleh mayat-mayat.
“Bukannya masih
sempat, tapi sudah terlambat, kan”
Lebih tepatnya, jika sekarang kita mengejar musuh yang sudah berada lebih
jauh dari kita, pasti akan membutuhkan banyak waktu. Kita harus menggunakan
otak kita mati-matian, untuk mengumpulkan informasi, dan perlu persiapan yang
matang.
Dan lagi, saat ini Gereja Hyakuya dan Mahiru, sudah berada lebih jauh daripada
kita.
Jelas Guren kepada
Shinya.
Shinya pun
mengangguk.
“Kalau kau berpikir
begitu, maka baiklah” ujar Shinya.
Shinya lalu
membalikkan arah, dan pergi menghilang.
Melihat hal itu,
Goshi pun,
“Apa yang sebenarnya,
sedang kalian bicarakan tadi?”
Tanyanya kepada
Guren, namun Guren hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab,
“Apa, ya?”
“Ngomong-ngomong, apa
benar Nona Mahiru diculik, hah? Bukannya itu gawat, ya?”
Goshi menanyakan
hal-hal semacam itu, namun Guren tidak mendengarkannya.
Langit berwarna biru.
Benar-benar berwarna
biru yang indah.
Dan kemudian, dengan
tenang dan pelannya, sebuah awan kecil mulai datang berjalan.
Guren memadang hal
itu.
“.....perang, sudah
dimulai, ya?”
Guren menggumamkan
hal itu, dengan nada yang terdengar bosan.
0 Comments
Posting Komentar