ORC DAN GADIS
Setelah
beberapa menit.
Aku
bersembunyi di balik pohon rindang, sekitar 10 langkah dari orc dan sesosok
manusia agar bisa mengamati mereka.
Saat
aku tiba di sana, magic《Mighty Arm》sudah
kehilangan efeknya.
Tapi《Physical
Up》masih bisa digunakan.
Durasi
magic kasarnya sekitar 20 - 30 menit.
Nanti
saat aku mengunjungi White Room, aku harus menanyakan hal ini.
Orang
yang dipojokkan di bawah orc adalah seorang gadis.
Gadis
yang mengenakan seragam SMP dengan rambut hitam panjang yang mencapai pinggang.
Orc
bernafas berat bersiap-siap melakukan tindak kekerasan kepada si gadis.
Lalu
apa?
Mengapa
dia mencoba membuka kedua kaki si gadis?
Mengapa
dia melempar senjatanya jauh-jauh?
Mengapa
dia menghadapkan pantatnya ke arahku tanpa pertahanan apapun, sambil berpikir
memperkosa gadis itu?
Ini
jelas, dia
tidak memerdulikan sekelilingnya.
Ini
kesempatan bagus-- Itu yang aku pikirkan. Gadis itu menangis kencang dan
sepanjang aku mengendap untuk mendekat secara perlahan, maka orc seharusnya
tidak akan menyadariku. Lalu aku hanya tinggal menggunakan gadis itu sebagai
umpan.
Pada
saat ini, aku harus membunuh monster-monster seperti ini tanpa menggunakan
jebakan. Sekarang dengan situasi
yang seperti ini di hadapanku, bukan kah ini kesempatan yang
bagus untuk membuat langkah pertama?
Aku
menenangkan diri dan mengambil nafas dalam-dalam. Kemudian merapalkan magic
pada tombak bambu.
「《Keen
Weapon》.」
Tombak
bambu mulai perlahan mulai bersinar dan ujungnya mulai meruncing, kekuatan
menusuknya juga seharusnya sudah meningkat.
「《Mighty
Arm》, 《Physical
Up》.」
Lengan
dan kaku mulai bersinar. Karena efek dari《Physical
Up》belum lenyap, tapi supaya aman, aku tetap merapalkannya
lagi.
Dengan
cara ini, kedua tangan dan kakiku dalam kondisi diperkuat. Jika kondisi darurat
terjadi, aku hanya tinggal meninggalkan gadis ini dan kabur sendirian.
Setelah
menggunakan begitu banyak jenis magic, membuatku merasa sedikit pusing. Aku
harap level up
selanjutnya akan meningkatkan MP.
(TL Note: Kalau dihitung Gaya sudah menggunakan 7 magic setelah dia naik level ke level 1. MP akan habis total setelah 10x magic digunakan. Jadi pasti pusing.)
(TL Note: Kalau dihitung Gaya sudah menggunakan 7 magic setelah dia naik level ke level 1. MP akan habis total setelah 10x magic digunakan. Jadi pasti pusing.)
Namun
demikian, semua magic harus dirapalkan sebelum pertarungan.
Aku
rasa aku masih bisa menanganinya dan selanjutnya aku memanggil gagak yang aku
panggil dengan summon magic.
「《Mighty
Arm》, 《Physical
Up》, 《Keen
Weapon》.」
Aku
menggunakan magic untuk memperkuat kemampuan si gagak. Support magic bisa digunakan pada
pihak lain. Bisa dibilang bahwa support magic digunakan untuk pihak lain,
mendukung mereka.
(TL Note: Yap sudah 10 magic. Gaya bener-bener nekat
:o)
Aku
menggunakan 《Keen Weapon》
pada paruh gagak. Dengan begini, dia bisa melakukan perannya sebagai pengalih
terhadap Si Orc.
Aku
harap dia bisa memenuhi perannya. Tolong, tolong lindungi aku. Aku benar-benar takut
sendirian.
Masalah
yang bisa diselesaikan sekarang sudah diselesaikan.
Oke,
persiapan selesai.
Aku
memegang tombak bambu dan perlahan berjalan secara sunyi mendekat ke belakang
orc yang sedang memojokkan gadis di bawahnya.
Si
Orc melepaskan kain cawatnya, menampakkan pantat buruk rupanya.
Aku
pernah mendengar dari seorang tokoh hebat bahwa manusia sangat tidak terjaga
saat mereka buang air.
Coba
pikirkan secara seksama, ejakulasi juga bentuk dari mengeluarkan air. Posturnya
saat ini jelas sepenuhnya tidak terjaga.
Di
mana seharusnya aku menusuknya? Setelah berpikir, aku memutuskan untuk
mengarahkannya ke leher.
Jika
aku meleset, tusukannya akan melukai Si Gadis. Tapi meski begitu, aku akan memikirkannya bila
itu terjadi. Lagipula, gadis ini bukan siapa-siapanya aku.
Aku
memerintahkan gagak bahwa saat pertarungan dimulai, ambil pedang yang orc tadi
lempar jauh dan terbang lah menjauh.
Dengan
begitu, jika serangan kejutan gagal, musuh hanya bisa bertarung dengan tangan
kosong.
Aku
berjalan selangkah demi langkah mendekati punggung orc tersebut.
Hampir
sampai. Aku menelan air ludahku....
Mataku
bertemu dengan mata gadis yang dipojokkan di bawah.
Ini
tidak bagus.
Aku
mulai mengeluarkan keringat dingin. Jika dia melakukan tindakan mencurigakan
apapun itu sekarang, maka Si Orc mungkin bisa menyadari keberadaanku.
Aku
sangat marah, aku mau menyelamatkanmu sekarang. Tapi tentu saja itu hanya
sebuah kata-kata, karena sampai saat ini, aku hanya memikirkan gadis ini
sebagai umpan.
Aku
akan mengkhianati dia.
Aku
memikirkannya secara alami.
Ini
sama seperti saat itu. Itulah alasan mengapa aku ditargetkan oleh orang itu.
Ada
seseorang yang di-bully di kelasku dan karena aku ingin menolongnya, aku malah
membuatnya tidak bahagia.
Pada
akhirnya target pem-bully-an berubah dari orang itu ke diriku dan bahkan orang
itu yang awalnya di-bully juga ikut melakukan pem-bully-an kepadaku.
Aku
tidak akan pernah bisa melupakan, orang itu yang sebelumnya di-bully, memberikan senyuman kejam di
wajahnya saat melihatku terbaring di atas lantai.
Aku
juga tidak akan pernah bisa melupakan, saat dia menggunakan kain basah untuk
membersihkan toilet untuk mengelap wajahku, kedua mata itu penuh kebahagian.
Tindakanku sudah dikhianati oleh
dirinya yang melakukannya dengan sangat buruk.
Aku
ingin mencari keadilan dan akhirnya seperti ini. Aku ingin menolongnya dan
akhirnya seperti ini. Aku percaya setiap orang di dunia ini memiliki hati yang
ramah, tapi akhirnya seperti ini.
Jadi
aku tidak akan pernah memercayai siapapun lagi.
Aku
membuat sebuah rencana untuk membunuh orang itu sendirian dan juga menyiapkan
semuanya sendirian.
Untungnya
aku tidak punya banyak teman dan tidak ada seorang pun yang menaruh perhatian
padaku, makanya aku bisa melakukan tindakan ini dengan mudah.
Sejak
dulu sampai sekarang, semua yang kubutuhkan adalah diriku. Itu juga berlaku
untukku di masa depan pula.
Itu
benar, aku hanya membutuhkan diriku. Meski bila gadis di hadapanku mengkhianatiku,
itu tidak masalah juga.
Aku
akan membunuh orc ini dan mendapatkan experience. Itu saja.
Tinggal
beberapa langkah lagi dari si orc dan sekarang dalam satu kali sambaran....
Di
saat aku bertekad mengambil langkah--
"Tidak!
Berhenti, lari!"
Gadis
itu mulai menangis kencang.
Perilakunya
seolah-olah sedang berusaha untuk menarik perhatian orc itu.
Si
Gadis menggunakan tangannya untuk memukul otot dada si orc, sementara si orc dengan
tidak sabaran melihat ke bawah ke arah si gadis dan menampar ringan si gadis.
Bibir
si gadis robek dan mengeluarkan sedikit darah.
Meski
begitu, dia lanjut melawan. Si orc terlihat tidak senang dan itu sudah cukup.
Aku
berteriak dan menyerang orc tersebut.
Aku
menggunakan seluruh tenagaku dan menusukkan tombak ke dalam leher tebal Si Orc.
Darah
biru berpencaran ke mana-mana. Si orc menjerit dan berputar.
Dia
memiliki kekuatan yang besar,
tapi mana bisa aku langsung pergi begitu saja. Aku menggapai tombak bambu
dengan kedua tanganku erat dan menusuknya semakin keras.
Si orc
meninggalkan gadis tersebut dan oleng
ke samping. Tombak bambu yang
menusuk ke dalam tenggorokannya, aku lepas dari tanganku.
Si orc
dengan kasar menarik keluar tombak bambunya dan melemparnya jauh-jauh, dan
melihat sekitar, sedang mencari pedang berkarat miliknya.
Tapi
dia tidak bisa menemukannya.
Tentu
saja. Itu karena pedangnya....
Diambil
oleh si gagak di dalam paruhnya
dan membawanya ke arahku.
Mungkin
karena diperkuat oleh magic, si gagak bahkan
bisa membawa pedang yang lebih besar
dari tubuhnya dan si gagak masih bisa terbang dengan normal.
Bagus.
Aku menggenggam pedang si orc dan bersiap untuk pertarungan.
Aku
memerintahkan si gagak untuk menyerang mata si orc.
Setelah
si gagak yang setia padaku mengoak,
dia terbang ke arah si orc.
Si orc
mencoba menggunakan tangannya untuk menangkap si gagak agar pergi.
Tapi
si gagak yang aku panggil, dapat
bertahan menyerang wajah si orc.
Aku berteriak
dan bergegas menuju si orc.
Aku
memegang pedang dan memotong tubuhnya, darah biru memencar keluar dalam jumlah
yang banyak dan si orc terhuyung-huyung
ke belakang.
Aku
mengambil langkah maju dan mengayunkan pedang.
Tapi
si orc menggunakan tangannya untuk menahan seranganku. Benturan yang besar
membuat tanganku mati rasa.
Pedang
di tanganku terlempar jauh dan mendarat di dalam
hutan.
Seketika
itu juga, saat aku berpikir
"Sial!". Si Orc datang ke arahku.
Aku
dengan cepat menjauhkan diriku. Karena efek dari magic, tubuhku terasa sangat
ringan dan aku bisa memberi beberapa jarak antara kami beberapa saat.
Tapi,
dengan begini, aku juga kehilangan unsur kejutanku.
Masalah
yang lebih penting adalah tangan dan kakiku gemetaran.
Takut?
Tentu saja aku takut! Aku sangat ketakutan! Aku berharap bisa lepas dari
masalah ini dan kabur secepatnya!
Gigiku
membuat suara kachi kachi (TL Note: semacam
suara gemertak gigi) dan nafasku mulai merusuh tidak karuan.
Aku merasa terengah-engah lebih dari nafas si orc.
Jelasnya
aku tidak terluka sedikit pun, tapi aku tidak tahu mengapa aku jadi lebih
kelelahan.
Namun
si orc juga terhuyung-huyung.
Kelihatannya, tusukkan di lehernya sangat
efektif.
Hal
itu seharusnya menjadi luka
yang sangat serius bagi manusia, tapi orc ini terlihat secara mengejutkan kuat.
Ah, lagipula seluruh tubuhnya terbuat dari otot-otot....
Setelah
mengatakan itu, pedang tentu tidak berhasil.
Aku
mendadak menyadari tentang
tombak bambu yang sempat
berada di belakang orc. Tombak bambu itu secara jelas melukai si orc sampai
seperti itu. Tapi di dalam indra si orc, kelihatannya tidak memperlakukannya
sebagai sebuah senjata.
Makhluk
ini memang organisme bersel tunggal.
Tapi
pemikiran simpel ini adalah unsur yang paling aku sukai.
Biarkan
aku menggunakannya sebaik mungkin. Aku menyuruh si gagak terbang ke belakang
wajah orc.
Ini
sebuah pemastian. Seperti yang kuduga, si orc jatuh kebingungan oleh serangan
si gagak.
Aku
mengambil kesempatan untuk bergegas ke arah tombak bambu dan dengan cepat
mengambilnya.
Tidak,
itu bohong. Lebih tepatnya, aku lari ke tombaknya dengan limbung. Dan
karena tanganku gemetaran tak karuan, aku sempat
menjatuhkannya tombaknya dua kali. Baru pada
saat yang ketiga kalinya,
aku bisa mengatasinya dengan mengambil kain anti-slip yang aku punya.
Pada
saat ini, mata orc tengah dipatuki oleh si gagak dan dia sedang mengerang
kesakitan....
Aku
menggenggam tombak bambuku, sambil berteriak dan menghunuskannya ke arah itu.
Si orc
menggunakan kedua tangannya untuk menutup wajahnya dan dengan begitu tombak bambuku
menusuk tepat ke tubuhnya yang tidak berdaya.
Darah
biru bermuncratan keluar.
Lalu
dia menjerit.
Aku
lanjut menggunakan tombak bambu untuk menusuk si orc yang melawan lemah.
Si orc
jatuh dan tubuhnya menggeliat.
Aku tetap menusuknya sampai tubuhnya mulai transparan dan perlahan lenyap.
Musik terompet pembuka terdengar di telingaku.
"Kau
naik level!"
Aku
mendengar suara netral itu lagi dan kemudian pandanganku menjadi putih semua.
Saat
aku kembali mendapatkan kesadaran, aku sudah kembali ke White Room.
0 Comments
Posting Komentar