hmm kalo dilihat selain shiina dan mashiro sepertinya Hauhau bisa jadi pilihan best girl juga :^), dan utk reader yg setia menunggu, saya mohon maaf utk rilisan selanjutnya bakalan lama....tapi tenang gk di drop :')
SAKURASOU NO PET NA KANOJO JILID 7.5
BAB 1
Hauhau, Gadisnya si Ketua OSIS (Part 1)
Setiap orang sedang jatuh cinta.
Kalau sekarang dipikir kembali, mungkin itu yang namanya cinta pada pandangan pertama.
Melaksanakan festival budaya pertama sejak masuk ke Universitas Suimei Jurusan Seni.
Dan merasa tenang berdiri di panggung ruang musik Universitas.
Bagian 1
Para murid yang keluar dari kelas ketika jam istirahat, sedang berisik didepan papan pengumuman yang ada dikoridor.
Disana terdengar suara seperti ‘pertama kali masuk dalam 50 besar, ada namaku disana’ , ‘buruk sekali’ , atau ‘ini tidak ada hubungan denganku’.
Ketua OSIS Tatebayashi Souichirou menjaga jarak dengan murid-murid yang sedang melihat papan pengumuman, dan melihat namanya dipapan pengumuman dengan ekspresi yang tidak puas.
Peringkat ke-9.
Itu bukan peringkat yang buruk. Di Suimei yang dalam setahun hanya ada 300 murid, itu sudah sangat bagus.
Walaupun begitu, ekspresinya tetap tidak terlihat senang. Karena bagi dia ini adalah peringkat terendah yang pernah ia dapat. Dari masuk sekolah….. Sampai pada ulangan umum semester ke-2 tahun ke-2 selalu dapat peringkat 2……… Tapi kali ini malah dapat peringkat 9.
Dan orang yang peringkat pertama itu wajar saja, membuat orang lain menerima kekalahannya.
Kamiigusa Misaki.
Tempat itu tidak pernah berganti namanya, dia adalah raja yang selalu memimpin diposisi teratas.
“Peringkat 9 ya, kali ini kau kalah drastis…….”
Yang berbicara tadi adalah orang yang berdiri disamping Souichirou, dia adalah seorang murid laki-laki yang ganteng. Raut wajah yang bagus, dan kacamatanya sangat cocok dengannya. Dia adalah Mitaka Jin yang sudah sekelas dengan Souichirou selama 2 tahun.
“Hanya karena keadaan kali ini kurang bagus.”
“Apa ketua OSIS tahu alasan kenapa keadaan kali ini kurang bagus?”
Jin dengan santai menaruh tangannya diatas bahu Souichirou.
“Karena aku terlalu keras kepala ingin menang melawan Kamiigusa. Belajar itu sejak awal bukan untuk menang melawan orang lain tetapi belajar itu untuk diri sendiri.”
“Memang sebuah jawaban dengan gaya ketua OSIS.”
Jin tidak tahan menghela napas karena reaksinya Souichirou.
Souichirou langsung memindahkan tangannya Jin.
“Dingin sekali~~”
Walau Jin omong begitu, dia tetap diam-diam senyum.
Sejujurnya, Souichirou sangat benci sama Jin, teman sekelasnya ini. Sudah pagi sering terlambat, juga pernah saat siang baru datang ke sekolah. Bahkan, di lehernya ada bekas ciuman seseorang……..
Bagi Souichirou yang sangat menaati peraturan yang bahkan tidak pernah berlari dikoridor, Jin memiliki caranya sendiri untuk bersantai. Dan juga tidak pernah melihat dia serius belajar tetapi selalu bisa mendapat peringkat yang baik, ini membuat Souichirou semakin benci dengan Jin.
Kali ini juga, nama Jin ada diperingkat 39.
Termasuk kepintarannya, cara dia mengganggu orang juga sangat hebat, rasanya kesal. Saat ini juga.
“Apa ruginya belajar model jawaban?”
“Di dalam dunia ini ada beberapa soal yang tidak bisa diselesaikan dengan buku pelajaran.”
“Kenapa aku harus mendengar Mitaka omong itu dengan seperti sangat mengerti?”
“Karena aku lebih tahu isi dalam hatimu daripada kau sendiri.”
“Kalau begitu coba kau katakan apa yang ada di dalam hatiku.”
“Yakin tidak menyesal?”
“Aku benci sikap kau yang seperti itu, cepat katakan saja.”
“Kalau begitu maaf jika kurang sopan.”
Jin tetap tersenyum, dia tetap bertahan dengan sikap sekarang.
“Jangan-jangan ketua OSIS akhir-akhir ini sedang terlibat sebuah ‘hubungan’ dengan seseorang?”
Jin dengan santai mengatakannya.
“Apa?!”
Souichirou yang masih ingin protes itu terkejut oleh perkataannya Jin, dan yang muncul dalam otaknya saat ini adalah seorang murid perempuan. Dia selalu menggunakan headphone dikepalanya dan merupakan murid jurusan musik…….
Jin semakin yakin dengan tebakannya setelah melihat reaksi Souichirou itu.
“A-aku tidak sedang memikirkan Himemiya!”
“Aku tidak bilang orangnya kok?”
Souichirou baru sadar dia sedang menggali kuburnya sendiri, sekejap telinganya memerah.
“Ah! Tidak, bukan, kubilang bukan!”
Padahal sudah tahu sekarang sudah terlambat untuk menjelaskan, tapi tetap secara tidak sengaja mengatakannya.
“Ah sudah, sudah cukup dengan cinta tak terbalasnya, jangan sampai mempengaruhi belajarmu.”
“……… A-aku tahu. Aku tahu sendiri aku tidak pantas untuknya.”
“Huh? Maksudku tadi adalah menyuruhmu ‘menembaknya’, lalu mulai berpacaran lho.”
“Kau ini, apa mengejekku benar-benar menyenangkan?!”
“Kalau ketua OSIS mau berpacaran sambil belajar mungkin tidak akan berat.”
“Apa yang kau katakan?”
“Maksudku, sudah setahun lebih, bukankah sudah saatnya untuk memberitahu perasaanmu?”
“Ke-kenapa kau bisa tahu?”
Tidak terpikir akan diketahui oleh orang lain.
“Itu karena pada festival budaya tahun lalu, seseorang sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama pada seorang murid perempuan yang berdiri di atas panggung ruang musik.”
“…….”
Sudah tidak bisa menjelaskan lagi, perasaan malu sudah mencapai batas, hanya merasa terkejut.
“Ketua OSIS masih ingat saat itu aku duduk disamping mu ’kan?”
“Ah, hn.”
“Apa kau tidak ingat waktu itu aku memanggilmu entah sudah berapa kali?”
“…….. Hn.”
“Pokoknya begitulah.”
“………”
Souichirou masih ingat tentang hari itu. Tapi yang ada di dalam ingatannya hanya ada bayangan seorang murid perempuan yang bermain musik.
Setahun yang lalu…….. Waktu itu masih kelas 1.
Bagian 2
Memasuki festival budaya Suimei yang pertama, dengan kesan yang sangat sibuk akhirnya sampai pada hari terakhir festivalnya.
Souichirou sebagai Komite Eksekutif festival budaya, berlari kesana sini untuk persiapannya, walau sedang istirahat, dia selalu diminta menjaga stand dan lain-lain, dan dia tidak puya waktu untuk menikmati festival itu.
Mungkin karena tidak ada waktu untuk bermain, tapi rasanya sangat puas bisa membantu banyak.
Dan pada hari terakhirnya, akhirnya ada waktu bebas. Souichirou mengamati festival budaya dari atas di loteng.
“Festival budaya Suimei memang sangat mengejutkan.”
Tidak hanya bekerja sama dengan Universitas kesenian yang lain, juga bekerja sama dengan distrik perbelanjaan, jadi festival budaya Suimei adalah sebuah festival yang wajib pada setiap tahun, dan berlangsung selama seminggu.
Jumlah pengunjung bertambah tiap tahunnya, selain pengunjung dari sekolahnya sendiri , juga banyak pengunjung dari tempat lain.
Yang terlihat dari atas adalah tim boneka muppet yang sedang mengelilingi sekolah, bahkan terlihat seorang murid berwajah badut sedang menghibur para pengunjung. Sekolah dipenuhi keramaian orang-orang, yang terlihat dimana-mana adalah senyuman dan suara tawa para pengunjung.
Karena pemandangan inilah Souichirou memutuskan untuk masuk ke Suimei, dan saat ini dia merasa puas dengan pencapaiannya itu.
Ekspresi ia akhirnya menjadi santai lagi.
Dan saat ini ada seseorang dibelakang Souichirou dan orang itu memanggilnya.
“Hoi, wakil ketua.”
Tidak perlu memutar kepala, sudah bisa dipastikan itu adalah Mitaka Jin yang sekelas dengannya.
“Aku belum menjadi wakil ketua.”
Souichirou menjawabnya sambil memutar badannya menghadap Jin.
Pemilihan ketua OSIS Suimei dipilih saat ada kegiatan besar-besaran seperti saat ini, festival budaya. Hasilnya akan ditetapkan pada hari terakhir festival budaya. Setelah itu, ketua dan wakil ketua yang baru akan bekerja sama untuk memimpin sekolah ini.
Kira-kira masih sekitar setengah jam lagi……… Sore jam 3, tahun ini Souichirou mengikuti pemilihan wakil ketua OSIS, hasilnya akan diumumkan sebentar lagi. Karena itu, Souichirou tidak bisa tenang dan datang ke loteng untuk menenangkan diri.
Dan tidak terpikir Jin sekarang ada disampingnya, mendekat dengan wajah seolah tidak terjadi apa-apa.
“Mitaka, dasi harus dipasang dengan benar.”
Setelah melihat dasinya yang longgar itu, Souichirou menegurnya.
“Wakil ketua ternyata tidak berubah sama sekali, keras sekali kepalanya. Seperti yang diharapkan dari orang yang dijuluki ‘otak berlian’ oleh Misaki.”
Jin sepertinya teringat hal itu, dan tertawa.
“Aku menghabiskan waktu 3 hari untuk menghilangkan julukan itu, jangan membahasnya lagi.”
“Lawannya Misaki dan bisa bertahan selama 3 hari, patut dipuji, wakil ketua.”
“Tadi sudah ku bilang, aku belum menjadi wakil ketua.”
“Kalau begitu, aku memanggilmu Souichirou seperti biasa saja?”
“Sejak kapan hubunganku sebaik itu dengan Mitaka sampai memanggil ‘Souichirou’?”
“Kata-kata mu membuatku tersakiti.”
Walau dia bilang begitu, dia tidak terlihat tersakiti sedikitpun.
“Mitaka, kenapa kau selalu mengikuti ku?”
“Kau ingin bilang orang yang santai sepertiku tidak akan cocok berteman dengan wakil ketua?”
Souichirou tidak pandai menangani Jin. Walau tidak bilang dengan jelas, Jin selalu bisa menebak maksud kata-katanya yang sebenarnya, seperti isi dalam hatinya semua diketahui oleh Jin, rasanya kurang nyaman.
Mungkin sadar suasana hatinya Souichirou sedang tidak baik, dia memindahkan pandangannya ke lapangan yang ramai karena festival budaya.
“Masih ada sedikit bekasnya.”
Jin tertawa pahit saat melihatnya, itu adalah lukisan yang dilukis Misaki. Saat itu adalah hari pertama festival budaya, Misaki tanpa izin sembarang melukis gambar beruang diatas lapangan itu kurang lebih panjangnya 50 meter dan lebarnya 80 meter.
Tanpa rencana sedikitpun, Misaki berhasil lolos dari Komite Eksekutif dan guru-guru yang mengejarnya. Souichirou sebagai anggota Komite Eksekutif juga mencoba menghentikannya, tapi ditengah sadar ternyata dia sedang melukis, dan akhirnya cuma melihatnya dari samping.
Karya yang membutuhkan sekitar 1 jam untuk selesai, bisa dibilang sebuah mahakarya, menarik banyak perhatian, Misaki juga dipuji dan diberi tepuk tangan. Misaki mempunyai kekuatan untuk menarik orang disekitarnya, entah kenapa.
“Ada apa dengan teman masa kecilmu itu?”
Sampai saat SMP, tidak ada orang seperti Misaki yang tidak pernah mendengar kata orang lain. Tidak hanya tidak mendengar kata orang lain, dia juga sangat pandai, dan bisa masuk ke Suimei karena peringkat terbaik di jurusan seni, dan karena saat belajar selalu sibuk membuat anime, haknya seperti direbut……….Juga ternyata dia lebih pandai belajar daripada Souichirou, sungguh makhluk yang mengerikan.
“Kalau aku bilang dia adalah alien, apa kau terima?”
“Itu lebih mudah dipercaya daripada percaya dia ada seorang manusia yang normal.”
“Haha, aku juga berpikir begitu.”
Jin tertawa dengan suara yang besar.
Setelah terdiam sejenak, percakapan dihentikan.
2 orang berdiri dekat pagar, melihat bekas lukisan itu.
“Aku merasa aku cocok dengan orang seperti wakil ketua.”
Jin tiba-tiba omong begitu.
Souichirou sesaat tidak tahu apa yang Jin omongkan, tapi sepertinya itu adalah jawaban dari pertanyaannya yang tadi.
“Cocok dari mananya?”
Souichirou tertarik untuk bertanya lagi. Bagaimanapun, paling Jin menjawab tidak serius……..
Soal Souichirou, Jin dengan serius mengatakan :
“Seperti melihat teman laki-laki sekelas ‘seperti anak kecil saja’.”
Souichirou terkejut, jantungnya dengan kuat berdetak sekali.
“………….”
Tubuhnya selalu memberikan reaksi, dan dia dengan kesal menatap Jin.
“Jangan menunjukan ekspresi yang menyeramkan gitu.”
“Kenapa kau berpikir begitu?”
“Haiya, kau tidak mengakuinya ya?”
“Sekarang aku sedang bertanya.”
“Tidak ada alasan yang spesial. Dengan melihat saja sudah tahu, wakil ketua melihat sesuatu dari ‘atas’kan? Juga karena begitulah, serasa melihat diri sendiri dari sudut lain.”
“………”
“Dengan kata lain, kau itu orang yang hidup dengan ‘harga’, jadi hanya bisa menjawab sesuai dengan jawaban yang ada dibuku pelajaran, merupakan seorang murid teladan. Tapi karena begitulah, dilihat dari situasi wakil ketua, tidak peduli ngobrol sejauh manapun, tidak akan membiarkan orang lain terlalu ‘masuk kedalamnya’ dan berakhir tidak tahu yang mana merupakan kalimat yang berasal dari isi hatinya sendiri.”
“Tidak dapat melihat isi hatinya itu, aku kembalikan padamu.”
“Jadi bukankah sudah kubilang, aku cocok dengan wakil ketua.”
Jin menunjukan senyuman yang bangga itu.
“Jangan panggil aku wakil ketua lagi.”
Seperti ingin mengubah topik, Souichirou mengatakan untuk ketiga kalinya.
“Tunggu sekitar setengah jam lagi hasilnya akan keluar, tidak masalah’kan aku memanggilmu wakil ketua?”
“Alasan macam apa itu? Ada kemungkinan tidak terpilih’kan.”
“Aku sudah memilihmu, tidak mungkin kau akan tidak terpilih.”
“Kau memilihku?”
Sejujurnya ini diluar dugaan. Daripada Jin memilihku, tidak disangka dia akan pergi mencoblos untukku………….
“Sebagai teman, harus pilih dong.”
“Aku tidak menganggap Mitaka sebagai seorang teman.”
“Yang kau bilang tadi itu rasanya membuat orang menjadi tidak semangat.”
Terbalik dengan yang dikatakannya tadi, Jin tertawa.
“Tapi disaat kau terpilih, bisa tidak menggunakan posisi wakil ketua itu untuk mencabut larangan tidak boleh meninggalkan asrama pada malam hari?”
“Kau selalu melanggar aturannya, wajar saja kau dipindahkan ke Sakurasou, dan bukannya sudah terlambat untuk itu?”
“Benar juga.”
“Mitaka, apa kau datang ke sini hanya untuk membicarakan hal yang membosankan?”
“Tidak, aku ada tujuan lain.”
“Bilang saja.”
“Aku mengundang wakil ketua untuk kencan denganku.”
Seperti dugaan, Jin mengatakan hal yang tidak-tidak, tentu saja Souichirou membalasnya dengan tatapan yang ‘tajam’.
Tempat yang dibawa oleh Jin, adalah ruang konser yang ada disekitar Universitas Suimei.
Paling banyak bisa muat sekitar 600 orang, rumor fasilitas musiknya mencapai tingkat nasional, juga sering dipakai untuk pertunjukan musik, merupakan salah satu fasilitas yang dibanggakan Suimei.
Disaat Souichirou masuk ke dalam, tempat duduk sudah diduduk sekitar 80%, suara ngobrol dan napas orang-orang membuat udara terasa tidak enak.
“Hoi, Mitaka.”
Saat Souichirou memanggil, Jin seperti sedang mencari seseorang.
“Ah, ketemu.”
“Ketemu siapa?”
“Misaki’lah.”
Jin yang menjawab dengan tentu saja, berjalan dengan cepat.
“Kamiigusa dimana…….”
Lingkungan ini bukan tempat yang bisa menemukan orang yang dicari semudah itu, saat ini ada sekitar lebih dari 500 orang di sini.
Souichirou terpaksa, hanya bisa mengikuti Jin. Berjalan ke depan, dan ketemu Misaki.
Dia duduk dibarisan ke 3 dari depan.
“Misaki.”
Jin berteriak, Misaki putar kepalanya dan dengan kuat melambaikan tangannya.
“Sini! Sini!”
Sepertinya dia sudah bantu mengambil tempat dulu.
3 orang dari Misaki, Jin sampai Souichirou duduk berurutan.
Ngomong-ngomong, bisa ketemu Misaki dalam keramaian seperti ini dengan cepat memang sesuatu si Jin.
“Kenapa?”
Jin bertanya.
“Tidak ada.”
“Oh, benarkah?”
“Dibandingkan itu, sudah saatnya kau beritahu alasan kenapa kau membawa aku ke sini.”
“Itu Hauhau lho, wakil ketua!”
Yang jawab itu adalah Misaki.
“Kau juga gitu, Kamiigusa. Aku sudah bilang sama Jin, aku belum menjadi wakil ketua.”
“Ayo semangat, wakil ketua!”
Sama sekali tidak didengarnya.
“Kau pasti akan terpilih~~!”
“Apa kau ada bukti……..”
“Aku sudah memilih wakil ketua lho.”
Misaki dengan percaya diri mengatakannya.
“Tunggu saat kau terpilih, gunakanlah posisimu sebagai wakil ketua ubah sekolah ini jadi robot ya~~!”
“Yang kutanya padahal bukti. Juga, kenapa robot………”
Sampai anak kecil sekarang sudah tidak ngomongin soal robot lagi. Dan berkat ini, Souichirou menjadi semakin lelah.
Sama sekali tidak mengerti pola pikirnya Misaki, dia terlalu ‘liar’. Tidak peduli penilaian orang lain, tidak takut semua hal yang ada didunia ini, merupakanmakhluk yang sama sekali berbeda dengan Souichirou, membuat orang pusing.
“Pokoknya begitu, dia Hauhau lho. Wakil ketua!”
Soal wakil ketua biarkan saja. Kalau benar-benar tidak terpilih akan buruk sekali, juga Souichirou tidak punya tenaga lagi untuk mengurus Misaki.
Sebaliknya, lumayan penasaran apa maksud ‘Hauhau’ itu. Karena sifatnya sendiri kalau ketemu sesuatu yang tidak dapat dimengerti akan menjadi tidak bisa tenang.
“Mitaka, tolong terjemahkan kalimat Kamiigusa tadi ke dalam bahasa jepang. Apa itu ‘Hauhau’?”
“Kau akan segera tahu nanti.”
Sepertinya Jin juga merasa Souichirou yang dipermainkan Misaki itu sangat menarik, jadi sama sekali tidak bisa diandalkan.
Seperti yang Jin bilang, jawabannya segera muncul.
------ Selanjutnya, dilomba musik tingkat nasional yang diadakan bulan lalu, Himemiya Saori kelas 1 jurusan musik yang mendapatkan juara ke-3 dengan permainan pianonya, pertunjukannya akan segera dimulai.
“Itu Hauhau!”
Misaki memajukan badannya.
Suara tepuk tangan yang bagaikan suara petir. Tapi dengan segera juga berhenti, setelah 10 detik ruangan itu menjadi sunyi sepenuhnya.
Sangat diam.
Perasaan tegang memenuhi ruangan itu.
Disaat seperti ini, terdengar suara langkah kaki.
Bersuara ‘teg teg teg’ dan menuju ke depan.
Yang berjalan dipanggung itu adalah seorang murid perempuan yang memakai gaun hitam. Rambut pendeknya yang halus dan lembut itu terlihat seperti baru bangun tidur dan terlihat lucu. Juga, dia berdiri dengan tegap, ekspresinya terlihat dewasa, juga cantik. Awalnya kira umurnya lebih tua tapi ternyata dia jugamurid kelas 1, seangkatan dengan Souichirou. Juga seangkatan dengan Misaki dan Jin.
Tidak dapat dipercaya, karena murid yang seangkatan memakai gaun, dan sosoknya yang berdiri dipanggung tanpa takut dan berani itu, membuat Souichirouterkejut.
Dia berdiri disamping piano, dengan anggun memberi salam.
Lalu mengatur posisi kursinya, dan duduk di depan piano.
Baru melihatnya menaruh jarinya diatas piano, tanpa sinyal ataupun persiapan, dia mulai bermain melodi yang indah nan menarik.
Souichirou yang belum bersiap mendengar, merasa terkejut dengan cara dia memulai permainannya ini.
Itu adalah sebuah lagu yang bahkan Souichirou tahu yang berasal dari musik klasik. Walau tidak ingat judulnya, tapi ini adalah lagunya Chopard.
Setiap melodi menunjukan keberadaannya, dan melodinya diatur sangat kompak.
Otak cuma bekerja sampai sini.
Semua konsentrasi terpacu pada lagunya, melodi yang dia mainkan dari hatinya.
Dengan perasaan penuh seperti sedang bernyanyi, dia selesai bermain lagu pertama.
Para penonton bertepuk tangan untuk pertunjukannya.
Souichirou juga seolah tangannya bergerak dengan sendiri memberikan tepuk tangan. Walau Jin yang ada disamping sedang mengatakan sesuatu, tapi Souichirou tidak memasukkannya ke telinga.
Dan pada saat ini, semua kesadaran Souichirou seperti dibawa oleh gadis yang ada diatas panggung itu.
Pertunjukannya selesai setelah bermain 3 lagu. Setelah selesai Souichirou baru tahu, semua lagu yang dimainkan ini sepertinya adalah lagu yang ditentukan dalam lomba.
Setelah pertunjukan selesai, Souichirou masih sedikit melamun, lagunya masih ada dalam otaknya, dalam matanya melihat bayangan gadis itu semakin jauh.
“Bagaimana, wakil ketua! Hauhau sangat hebat’kan!”
Misaki seperti sedang membicarakan diri sendiri dan bangga.
“Kenapa Kamiigusa yang merasa bangga?”
“Karena Hauhau adalah temanku!”
Misaki yang omong tanpa ragu dan sambil tersenyum itu membuat Souichirou terkejut dan tidak bisa omong apapun.
Tapi, menarik juga, orang seperti apa yang akan berteman dengan Misaki? Seperti apakah orangnya?
“Kalau begitu, ayo pergi.”
Jin tidak peduli tampilannya masih berlangsung dan berdiri.
“Mau pergi kemana?”
“Tentu saja pergi ke ruang istirahatnya lah!”
Misaki menjawab dengan kuat.
Souichirou dibawa selangkah demi selangkah ke bagian belakang ruang konser. Dikoridor yang menuju panggung ada beberapa kamar, itu merupakan ruang istirahat para penampil.
Ruang istirahat Saori paling dalam. Dipintunya selain tertempel jadwal tampil, juga tertempel nama penampil. Misaki membuka pintunya tanpa mengetuk, dan masuk ke dalam tanpa bilang apa-apa.
“Permisi~~!”
“Uwa! Misaki? Se-sekarang tidak boleh! Jangan memelukku!”
Di dalam ruang istirahat terdengar suara yang sangat besar.
Souichirou yang berdiri depan pintu merasa tertarik, dan melihat ke dalam ruang istirahat, pemandangan yang diluar dugaan ini terlihat oleh Souchirou.
Saori sepertinya sedang mengganti baju, diseluruh tubuhnya hanya memakai pakaian dalam. Dia terdorong oleh Misaki sampai jatuh ke lantai.
“Warna hitam ya.”
Jin yang disamping mengamati seluruh ruangan itu.
“Pakai yang warna hitam karena kalau pakai warna yang tidak cocok dengan gaunnya, akan tampak dari luar nanti!”
Saori sepertinya sedang menjelaskan.
“Kalian mau lihat sampai kapan!”
Souichirou dengan segera menarik lengan Jin dan pergi dari tempat itu, sebelum pergi dia juga menutup pintunya.
Setelah sesaat, terdengar suara pintu dikunci.
“Setelah pertunjukan yang menarik, masih bisa lihat pemandangan yang indah, sesuatu banget yah.”
“Apa yang kau katakan?”
Souichirou tidak memedulikan Jin yang meminta setuju dengan pendapatnya, dalam hatinya masih tidak bisa melupakan yang tadi, jantung berdetak dengan cepat sekali.
“Kau tidak melihatnya? Sayang sekali. Tadi itu adalah tubuh telanjang perempuan cantik yang jarang sekali kita bisa lihat.”
“Ma-masih memakai celana dalam kali!”
Souichirou dengan alami membalas begitu, Jin sedang terawa.
Tatapan mata Souichirou dengan segera menjadi tajam.
“Jangan marah sampai segitu dong.”
“Aku hanya tidak tahan dengan sikapmu itu.”
Saat ini, pintu ruang istirahat terbuka.
Saori yang habis mengganti pakaiannya dari gaun menjadi seragam merasa kesal karena perbuatan Misaki yang tadi. Dileher Saori ada headphone yang besar, ada tulisan ‘HAUHAU’ diatasnya. Sepertinya inilah asal dari julukannya itu.
Mungkin karena sadar, tatapan Souichirou dan Saori bertemu untuk pertama kalinya.
“Ee~~ ehm-ehm………”
Dia sengaja menyegarkan kembali tenggorokannya. Lalu------
“Mungkin ini pertama kalinya kita bertemu, namaku Himemiya Saori, aku adalah murid jurusan musik.”
Saori sambil omong dan mengulurkan tangannya untuk meminta bersalaman.
“Ah, hn.”
“Panggil dia Hauhau ya!”
Saat ini, Misaki datang mengganggu Souichirou yang sedang bersalaman dengan Saori. Saori seperti repot dan menyingkirkan Misaki dan berkata :
“Kalau panggil lagi julukanku itu, aku tidak akan pedulikan kau lagi, aku akan berusaha untuk tidak peduli dengan kau.”
Sepertinya dia tidak begitu suka dengan julukan itu. Tapi itu tidak penting bagi Souichirou. Setelah melihatnya mengganti pakaian tadi, apa harus meminta maaf………. Tidak, tidak, sebaiknya jangan membicarakan ini dulu…….. Souichirou berpikir begitu.
“A-aku akan mengingatnya. Namaku Tatebayashi Souichirou, merupakan teman sekelas Mitaka.”
“Hn, aku tahu tentang kau.”
“Benarkah?”
Souichirou bertanya.
“Sering melihat namamu dipapan pengumuman, selalu dapat peringkat yang bagus, apalagi merupakan wakil ketua selanjutnya.”
Saori menjawab begitu.
“A-aku belum terpilih……..”
Topik ini juga, entah sudah berapa kali hari ini.
“Ya benar juga, pertama kali bertemu sudah membuatmu melihat hal yang tidak pantas, kalau kau bisa melupakannya aku akan sangat senang.”
“Ah, tidak……..”
Souichirou tidak tahu harus bereaksi seperti apa setelah melihat siswi sedang mengganti pakaian. Walau sudah berpikir, tetapi tidak dapat kesimpulannya, tidak bisa membalas dengan jawaban yang memuaskan dan akhirnya terdiam.
“Kalau ingin dia melupakannya tidak mungkin lho. Hauhau menganggap murid laki-laki SMA sebagai apa? Benar ‘kan, wakil ketua?”
“Jangan samakan aku denganmu.”
“Walau omong begitu, aku melihatmu saat memikirkan kembali hal itu wajah mu menjadi merah lho.”
“Kalau aku benar-benar memerah wajahnya, itu pasti karena aku marah sama Mitaka!”
“Wakil ketua punya perasaan sedalam itu denganku, rasanya malu sekali.”
“Ku tinju kau.”
Souichirou mengepalkan tangannya, Jin dengan lebay mundur beberapa langkah.
“Hubungan kalian berdua baik juga ya.”
“Lumayanlah.”
“Mananya yang baik?”
Jin dan Souichirou mengatakan pada saat yang sama.
“Hoi, hoi, apa kau coba main-main denganku?”
“Jangan bilang hal seperti itu, buat aku merinding saja.”
“Ah dingin sekali. Ya sudah, anggap saja aku sedang memikirkanmu sekarang.”
“Hal seperti ini juga tidak boleh bilang.”
“Benaran, hubungan kalian baik ya.”
Saori tertawa.
“Semua gara-gara kau kita ditertawakan.”
“Bisa membuatmu senang merupakan sebuah kehormatan bagiku.”
“Aku dengan Hauhau adalah teman baik lho!”
Misaki memeluk Saori, dan memegang dadanya.
“Ah……….ah! Misaki, jangan membuatku mengeluarkan suara yang aneh.”
Sekali lagi Saori menyingkirkan Misaki darinya.
“Hari ini aku belum dapat nutrisi dari Hauhau lho!”
“Jangan sembarang buat nutrisi yang aneh itu. Memanglah…….”
Soal perempuan, memang susah dimengerti.
“Kalau begitu, aku ingin makan taiyaki!”
Walaupun tidak mengerti dari mana kata ‘kalau begitu’ itu keluar, tapi Misaki menggenggam tangan Saori.
“Tu-tunggu bentar, Misaki! Lari seperti ini bahaya!”
Misaki sama sekali tidak mendengar apa yang Saori katakan, dengan kecepatan yang luar biasa berlari keluar, dengan cepat tidak melihat mereka berdua lagi, bahkan suara teriakan Saori juga tidak terdengar lagi.
“Kalau begitu, ayo kita pergi juga.”
“Pergi ke mana?”
“Tentu saja pergi makan taiyaki.”
“Kenapa aku juga harus pergi.”
“Daripada tidak tenang sendiri saat di loteng.”
“………”
Tidak kali.
“Apa karena inilah kau datang mencariku?”
Tapi, Jin tidak menjawab.
“Kalau tidak cepat, nanti taiyakinya dihabiskan semua oleh Misaki lho.”
Dia omong begitu, dan dengan cepat berjalan menyusul Misaki.
Saat ini juga tidak boleh menghilang begitu saja, Souichirou mengejar Jin dibelakangnya.
Melewati jalan yang dipenuhi orang-orang. Jalannya seperti saat pasar malam, terdiri banyak tenda yang menjual makanan, takoyaki, taiyaki, mie,okonomiyaki, manisan buah, dan permen kapas. Berbagai makanan lengkap, pembeli yang terus berdatangan, membuat tempat ini lebih ramai daripada tempat lain.
Karena keadaan yang maju aja susah, jadi bersusah payah untuk mendapatkan taiyakinya.
Dengan susah payah setelah mendapat taiyaki, mereka meninggalkan tempat itu.
“Punya Hauhau rasa apa?”
“Punyaku rasa kacang merah yang biasa.”
Souichirou juga sama, punya Misaki rasa krim, dan punya Jin rasa matcha kacang merah.
“Hauhau, minta 1 gigitan.”
“Aku tidak keberatan……. Misaki, hanya 1 gigitan ya? 1 gigitan saja ya?”
Belum juga selesai bicara, Misaki sudah memakan taiyakinya Saori.
“Ah, tunggu! Misaki!”
Setelah Misaki selesai makan taiyakinya Saori, yang tinggal di tangan Saori hanyalah ekornya saja. Kacang merahnya dimakan habis Misaki tanpa tersisa sedikitpun.
“Taiyakiku……..”
Saori dengan tatapan membenci melihat Misaki. Ekspresinya saat ini sama sekali berbeda dengan saat dipanggung, itu menarik Souichirou untuk menatapnya.
“Kalau tidak keberatan mau tidak makan punyaku? Aku belum memakannya.”
Souichirou mengatakan itu sambil memberikan taiyakinya.
“Benarkah?!”
Dengan sekejap ekspresi Saori kembali membaik.
“Tidak, tapi, kalau aku ambil……, kau tidak bisa……..”
Lalu berkomat kamit sendiri.
“Kalau begitu, setengah saja.”
Souichirou menggunakan tangannya membagikan taiyakinya itu, memberikan bagian kepala yang penuh dengan kacang merah pada Saori.
“Terima kasih.”
“Tidak, tidak, ini bukan apa-apa.”
Saori berkomat kamit omong ‘enak sekali’, sambil tersenyum bahagia. Melihatnya saja Souichirou juga merasa bahagia.
“Tatebayashi-kun orangnya baik juga.”
“Semoga tidak ada maksud lain saja.”
Jin yang berjalan dibelakang mengejek Souichirou.
“Maksud lain?”
Saori memiringkan kepalanya.
“Mitaka, jangan samakan aku denganmu.”
Souichirou dengan ekspresi tidak tahan menatap Jin, dan Jin hanya tersenyum saja.
“Sepertinya belum sadar juga.”
“Apa maksudmu?”
“Tidak, cuma omong sendiri.”
“Selanjutnya makan takoyaki lho! Aku akan memakan semua makan yang ada disini~~!”
Misaki berlari sendiri, Jin juga menyusulnya dibelakang, jadi Souchirou tidak bisa tanya maksud kalimat Jin yang tadi.
Saori disamping Souichirou, sedang menikmati taiyakinya.
Mungkin karena Souichirou melihatnya terus, tatapan mata mereka berdua saling bertemu.
“Ah, hn, tidak ada apa-apa.”
Souichirou menjawab dengan buru-buru padahal tidak ada yang bertanya. Entah kenapa, dia merasa gugup dan detak jantung lebih cepat dari biasanya. Bukan karena khawatir hasil pemilihan wakil ketua…….. Kalau memang benar begitu, jangan-jangan perasaan ini adalah………
Souichirou melihat Saori seperti sedang mengintip sesuatu, dan tatapan mata mereka berdua saling bertemu lagi.
“Ah, hn……….”
Dia menjelaskan lagi seperti yang tadi, lalu dengan buru-buru Souichirou menutup mulutnya.
Untuk keluar dari suasana yang aneh ini, dia lanjut mengatakan :
“Pe-permainanmu…………… Hari ini bagus sekali.”
Setelah makan habis taiyakinya, Saori menunjukan ekspresi yang puas.
“Terima kasih.”
“Walau aku masih bisa dibilang orang asing di dunia musik, tapi aku merasa permainanmu hari ini bagus sekali.”
“Mungkin karena di ruang konser, jadi melodinya terdengar bagus.”
Saori omong begitu, dan memakan habis taiyakinya sendiri yang tadi dimakan Misaki yang hanya sisa bagian ekornya.
“Aku merasakan bakatmu…….. Bisa mendapat juara 3, itu hebat sekali ‘kan ?”
“Kurang tahu juga.”
“Bukankah?”
“Karena dunia ini masih banyak orang yang bisa bermain sepertiku juga.”
“………”
Souichirou seketika tak tahu harus menjawab apa.
Karena Saori terlalu santai, dia omong seperti biasanya……..
Dunia.
Bagi Souichirou, itu seperti tinggal dilayar TV.
Tapi, karena begitulah.
Di ruang konser yang tidak tersisa tempat duduk kosong, Saori bisa bermain dengan santai tanpa gugup. Jadi permainannya hari ini, sepertinya tidak begitu spesial baginya.
“………”
“……..”
Setelah percakapannya putus, tersisa sebuah suasana yang kurang nyaman. Ini bukan karena menyesal karena mengatakan kalimat yang tadi, tapi ini karena hanya berduaan dengan seorang gadis, jadi tidak tahu mau omong apa.
Sekali sadar, perasaan yang ingin melanjutkan pembicaraan, terus memaksa diri.
“Ah, ya…… Hubungan Himemiya dan Kamiigusa baik ya.”
Dengan susah payah dia memindahkan topic ke tentang teman.
“Kau sendiri juga terlihat baik dengan dia?”
“Aku tidak begitu pandai menangani Kamiigusa.”
Setelah Souichirou ngomong dengan jujur, Saori tertawa secara alami.
“Aku pikir, mungkin tidak ada orang yang pandai menanganinya.”
Lalu omong tanpa belas kasihan.
“Karena Misaki sangat jujur dengan ‘cinta’nya sendiri.”
Saori seperti mencari Misaki yang hilang di keramaian orang itu sambil mengatakannya.
“Dia selalu mengejar ‘cinta’nya, jadi dia selalu lebih ‘langsung’ daripada orang lain, dan begitu berbinar-binar dimata orang lain.”
“Berbinar-binar?”
“Aku akan bilang orang lain itu ‘baik’ karena aku merasa dia ‘baik’. Tapi Misaki tidak begitu. Tidak peduli hal apapun yang ada di dalam hatinya, dia selalumelihat dunia dengan hatinya sendiri, seperti tokoh utama dalam sebuah cerita.”
Setelah mendengar kata-kata Saori, Souichirou tiba-tiba teringat percakapannya dengan Jin di atas loteng, dia mulai mengerti apa maksud Jin tadi.
“Misaki tidak melihat sekelilingnya, juga tidak peduli apa pandangan orang lain terhadapnya. Tapi karena begitulah dia selalu cocok dengan semua hal.”
“Aku merasa kalau ingin bertahan di dunia masyarakat, cocok dengan orang lain sangat penting. Juga perlu belajar agar tidak membuat ‘percikan api’, kalau tidak akan menjadi rugi bagi sendiri. Dan yang namanya sekolah itu tidak hanya belajar, harusnya kita juga bisa belajar hal-hal lain yang seperti itu.”
“Aku juga merasa begitu. Bukan untuk menang melawan orang lain, tapi dengan melihat, merasakannya, memedulikan perasaan orangnya juga sangat penting. Walau begitu, melihat Misaki yang sekarang masih sedikit ragu-ragu, mungkin karena benci melihat diri sendiri yang sekarang ini kali ya?”
“Terdengar seperti kau ingin menjadi Kamiigusa saja.”
“Apa kau tidak pernah membayangkannya? Rasa saat kita menjadi tokoh utama itu.”
Souichirou berpikir sejenak dan menjawab :
“…….. Sampai saat ini tidak ada, aku sudah puas dengan hanya menjadi ‘pengamat’.”
“Kalau aku kadang-kadang. Soalnya biasa kalau bermain piano karena pemintaan orang lain, rasanya tidak bebas.”
“……..”
Melihat wajah sampingnya yang sedang menatap langit, terlihat sedang tidak semangat, Souichirou baru sadar sudah salah membicarakan topik, dan suasananya menjadi sedikit berat.
“Hn. Percakapan yang tadi bantu aku rahasiakan ya, kalau sampai didengar guru pianoku, aku pasti akan kena marah.”
Seperti ingin memperbaiki suasananya, Saori tersenyum.
Saat ini, Misaki dan Jin yang pergi membeli takoyaki kembali.
“Aku sudah kembali~~!”
“Kau kembali, Misaki.”
Bagian Saori dan Souichirou juga dibelinya.
“Ambillah, wakil ketua.”
Jin memberikan takoyaki kepada Souichirou.
“Ah, oh.”
Souichirou menerima dengan sedikit melamun.
“Hn? Apa kau dibully Hauhau?”
“Mengapa aku membullynya? Tatebayashi-kun memuji permainanku hari ini kok.”
“Oh, gaun itu memang mantap si~~!”
“Mitaka, dengarlah dengan jelas, yang kubilang itu permainannya dan memandang kemana kau.”
Saori melirik Jin.
“Tentu saja melihat Hauhau lah? Postur tubuhnya memang sangat bagus, sangat menarik perhatian……….. Sakit! Wakil ketua, kenapa kau menginjak kakiku?!”
“Maaf, tidak sengaja.”
“Ah~~ sudah, tidak masalah.”
Walau Jin bilang begitu, dia tetap menahan sakit.
“Jangan banyak omong, Mitaka.”
Melihat percakapan mereka berdua Saori merasa puas.
“Hoho, akhirnya Mitaka dapat teman juga. Kalau begitu aku sudah tenang.”
“Hauhau anggap aku sebagai apa?”
“Musuh seluruh perempuan.”
“Aku memihak perempuan lho?”
“Kata-kata yang terucap dari mulutmu itu sudah merupakan musuh perempuan.”
Saori menegaskannya lagi.
“Haiya, tegas sekali. Ah, ya, Hauhau, lomba selanjutnya bukannya sudah dekat?”
Mungkin karena Jin merasa tidak bisa menang melawan Hauhau, dia memindahkan topik.
“Dimulai akhir bulan ini, seleksi akan berlangsung selama 2 minggu, kalau lolos seleksi, setelah 2 minggu baru final.”
“Aku pasti akan mendukungmu nanti.”
Mulut Misaki dipenuhi dengan takoyaki yang dia makan.
“Kalau kau datang aku akan sangat senang, tapi jangan membuat keributan disana ya.”
Mungkin karena sebelumnya pernah terjadi keributan, ekspresi Saori sedikit khawatir.
“Juga sudah mau ulangan lagi, capek juga.”
1 kalimat yang diucap tanpa sadar oleh Souichirou, membuat Saori menghela napas.
“Lomba masih mending…….. Kalau ulangan umum rasanya membuat pusing sekali……….”
Ekspresinya menjadi tidak semangat kembali.
“Karena Hauhau itu bodoh. Ulangan umum semester pertama, dia dengan mudahnya mendapat nilai merah yang banyak.”
“I-itu jangan bilang Mitaka! Aku cuma sedikit tidak mengerti tentang pelajarannya!”
“Begitu ya, sedikit saja.”
“Kertas ulangan itu yang mendapatkan nilai 5 adalah nilai yang kulihat pertama kali sejak aku lahir lho!”
“Ah! Memanglah! Misaki juga begitu!”
Mungkin karena tidak ingin rahasianya diketahui oleh orang lain, dia menjadi tidak semangat dan menundukkan kepalanya.
“Sepertinya memang tidak pandai.”
“Apa perlu sampai membullyku seperti ini?”
Saori dengan tidak suka melirik ke sini. Gerakan ini terlalu imut. Souichirou karena malu, lalu memindahkan pandangannya.
“Aku tidak mengerti sama sekali kenapa kalian pada mengerti semua. Aku minta teman sekelas ajarkan saja masih tidak begitu mengerti.”
Saori berkomat kamit dan protes.
“Minta Kamiigusa mengajarimu akan menyelesaikan masalahnya bukan?”
Bagaimanapun Misaki itu peringkat pertama, Souichirou saja sampai kalah.
“Ulangan umum sebelumnya sudah kucoba………. Tapi setelah mendengar penjelasan Misaki malah menjadi semakin tidak mengerti. Dan demi harga diriku, aku tidak akan pernah meminta bantuan Mitaka.”
“Kalau begitu minta wakil ketua ajarkan saja.”
Jin seperti sedang mengobrol dan mengatakan itu dengan santai.
“Huh?!”
Perkataan Jin tadi membuat Souichirou terkejut.
“Merupakan peringkat ke-2, sifatnya juga serius, merupakan sebuah benda yang bagus lho?”
Jin sambil omong sambil menaruh tangannya diatas bahu Souichirou.
“Tidak, tapi, ini akan menjadi masalah bagi Tatebayasahi-kun ‘kan?”
“Tidak begitu masalah sih…….. Lagian mengajari orang lain sama dengan belajar sendiri juga.”
Souichirou omong begitu, dan mulai membayangkan saat dia sedang belajar dengan Saori diperpustakaan. Perpustakaan saat sore, 2 orang duduk bersebelahan untuk membahas soal, bahu yang hampir tersentuh. Saori bertanya, Souichirou menjawab…….. Setelah memikir sampai sini, Soichirou menyadarkan diri, dan berhenti membayangkannya.
“Wakil ketua juga sudah bilang tidak masalah kok.”
“Hn~~…….. Kalau begitu, mohon bantunnya ya.”
“Huh? Ah, hn.”
Sama sekali tidak berpikir akan berakhir seperti ini, jadi tidak bisa menyembunyikan keraguaan dalam hatinya. Tapi di dalam hati Souichirou ada perasaan yang lebih besar, sadar bahwa dia sedang bersikap menang didalam otaknya. Lalu, entah karena apa, Souichiou semakin khawatir. Walau mencoba untuk menenangkan diri, malah rasanya semakin khawatir saja.
Kalau begitu, kenapa kalian tidak saling tukar nomor telepon masing-masing?”
Jin dengan santai omong, dan membimbing Saori dan Souichirou.
“Benar juga.”
Saori tanpa ragu mengeluarkan ponselnya, gantungan kunci ponsel bermodel kucing imut bergantung diatas ponselnya. Dibandingkan dengan Saori yang terlihat dewasa, ini rasanya tidak begitu cocok.
“Ini namanya ‘kucing gigit~~’, merupakan teman ‘beruang gigit’ yang paling kusukai!”
Kucin gigit~~ mungkin maksudnya kucing yang berasal dari gunung ya? Memang memberikan kesan sedikit liar.
“Ini Misaki yang pasangkan, bukan aku yang mau.”
Mungkin karena sadar pandangan matanya Souichirou, Saori menjelaskan. Souichirou tidak mau membalas bagaimana, lalu langsung mengeluarkan ponselnya, dan bertukar nomor.
“Aku mengirimnya duluan bolehkan?”
“Hn.”
Menggunakan inframerah untuk bertukar nomor ponsel. Souichirou yang sedang memegang ponselnya sedikit gemetaran. Souichirou coba berpikir, sepertinya ini pertama kalinya dia bertukar nomor ponsel dengan perempuan.
Jin melihat Souichirou seperti sedang memandang sesuatu, Souichirou berusaha menangkan dirinya supaya terlihat biasa.
Setelah selesai bertukar nomor, segera mendapat sebuah email dari Saori.
------ Mohon bantuannya.
Dibelakang juga ada emoticon kucing yang imut.
------ Sama-sama.
Souichirou membalas dengan sederhana.
“Kaku sekali ya, wakil ketua.”
Jin yang mengintip layar ponsel Souichirou dari samping, menunjukan sikapnya yang tidak tahan.
“Jangan mengintip ponsel orang lain.”
“Maaf, tadi tidak sengaja.”
Disaat percapakan mereka berlangsung, terdengar sebuah pengumuman.
------ Selanjutnya akan mengumumkan hasil pemilihan anggota OSIS Suimei, staff yang berkaitan mohon segera berkumpul.
“Kumpul dilapangan gih!”
Misaki melahap habis sisa takoyaki dan pergi duluan.
“Ah! Takoyaki ku!”
“Hauhau, cepat sedikit! cepat sedikit!”
“Dia pasati merasa tidak peduli……. Karena tidak ada hubungan dengannya.”
“Itu adalah kelebihan Misaki.”
Takoyakinya juga direbut, Saori berjalan dengan menundukkan kepalanya karena kecewa. Tapi dengan segera berhenti lagi, dan menghadap ke Souichirou.
“Tenang, pasti tidak ada masalah, kau pasti terpilih.”
“Datang darimana kepercayaanmu itu.”
“Karena aku memilihmu.”
Setelah selesai omong, Saori tersenyum.”
Percakapan seperti ini, sudah ke 3 kali dalam hari ini. Tapi, Souichirou percaya dengan kali ke 3 nya.
“Kalau aku terpilih karena Himemiya memilihku, apa yang harus kulakukan?”
“Hn~~….. Ah, ya. Aku berharap setelah pulang sekolah tetap dapat pergi loteng sekolah.”
“Himemiya suka tempat yang tinggi?”
“Aku bukan karena bodoh jadi suka tempat yang tinggi ya.” (Perhatian : dalam bahasa jepang ada istilah ‘orang bodoh tidak takut tinggi’, itu maksudnya orang bodoh tidak takut dengan bahayanya sebuah tempat yang tinggi.)
Saori melirik dengan tajam.
“Aku belum omong apa-apa juga.”
“Kalau begitu baguslah……. Karena rasanya sangat nyaman, aku suka. Seperti saat latihan sudah ada hasilnya, aku ingin pergi ke loteng.”
“Begitu ya.”
Mereka berdua sambil mengobrol, dan berjalan ke lapangan.
Lalu, setelah 10 menit kemudian--------
------- Orang yang terpilih sebagai wakil ketua OSIS tahun ini adalah Tatebayashi Souichirou kelas 1-1!
Suaranya terdengar di seluruh sekolah.
Bagian 3
Karena sekarang telah melewati 1 tahun itu, jadi sangat jelas, festival budaya tahun lalu………. Pada hari itu, keberadaan Himemiya Saori, melekat dengan erat di dalam hati Souichirou.
Setelah hari itu, terjadi banyak hal.
Tahun pertama selesai, tahun ke-2 juga sekelas dengan Jin, melewati festival budaya yang ke-2, juga menantang pemilihan ketua OSIS, dan dengan mulusterpilih, sekarang menjadi ketua OSIS.
Saat seperti itu, benih yang ada di dalam hati sudah tertumbuh dengan pelan-pelan.
Seperti saat upacara pembukaan atau penutupan, Souichirou selalu memperhatikan kejurusan musik, dan mencari keberadaannya.
Siang juga pergi ke kantin, untuk mencari keberadaan Saori.
Seperti janji di hari itu, setiap ulangan akhir semester ataupun tengah semester selau belajar bersama-sama di perpustakaan, dan terkadang melihatnya sampai melamun.
Walau cuma tumbuh dengan sedikit, tapi saat ini sudah tumbuh sampai menjadi sebuah bunga besar yang indah.
Sudah tak bisa tidak memedulikannya lagi. Walau tidak mau, dia mulai menyadari perasaannya terhadap Saori.
Terlebih lagi kali ini peringkat turun dengan drastis, menunjukan perasaannya. Padahal nilai Saori jelas-jelas naik dengan baik, waktu itu juga dapat peringkat 50…….
Daftar peringkat yang tertempel di papan pengumuan itu dilihat sekali lagi olehnya.
Tidak peduli melihat berapa kali, Souichirou yang di posisi peringkat 9 tetap tidak berubah.
Karena gadis yang disukainya berada disamping, dia tidak bisa belajar dengan konsentrasi penuh, awalnya ia pikir kejadian seperti ini hanya akan muncul di cerita, tidak disangka sendiri juga menjadi seperti itu……..
Bisa dibilang sangat tidak berguna, atau terlihat jelek…… Suasana hati yang sangat tidak tenang.
Disaat Souichirou merasa benci pada diri sendiri, belakangnya terdengar suara yang memanggilnya :
“Bagaimana hasil kali ini?”
Souichirou tiba-tiba tersadar, ternyata itu adalah suara yang tidak asing lagi baginya. Dengan hanya mendengar suara akan merasa bahagia, yang memanggilnya tadi adalah Saori.
“Te-ternyata Himemiya ya.”
“Aku kan hanya berbicara padamu, tak perlu terkejut sampai segitunya kali?”
“Tidak, cuma kebetulan tadi sedang memikirkan sesuatu.”
“Memikirkan sesuatu?”
Saori memiringkan kepalanya untuk berpikir. Gerakannya yang sangat feminim membuat Souichirou hampir tersenyum lebar, dan dengan segera Souichiroukembali seriuskan ekspresinya lagi.
“Bukan sesuatu yang penting.”
Bagaimanapun tidak boleh bilang sedang memikirkan pertemuan pertama kalinya dengan Saori. Dan tenggelam dalam kenangan, Souichirou sekejap merasa sedikit bersalah dan mengalihkan pandangannya, akhirnya malah memancing Saori lebih penasaran lagi dan seperti bertanya : ‘apa benar?’
Walau ingin pindah topik, tapi tidak tahu apa yang harus dibicarakan.
Saat ini, Jin yang berada disampingnya bertanya pada Saori :
“Hauhau tidak tanya hasilku kali ini?”
“Aku tidak tertarik pada Mitaka.”
Saori omong dengan serius.
“Dengan kata lain, hanya tertarik dengan ketua OSIS ‘kan ~~”
Jin melihat ke arah Souichirou, dan Souichirou pura-pura tidak melihat. Dan Saori malah sedang mengecek papan pengumuman.
“Heh…….”
Lalu mengeluarkan suara terkejut. Sepertinya dia terkejut dengan peringkat yang didapatkan Souichirou kali ini.
“Kali ini peringkat 9.”
Souichirou seperti ingin menjelaskan, tapi Saori langsung bertanya lagi.
“Apa karena tidak enak badan?”
Kedua matanya Saori terlihat sedang mencemaskan Souichirou.
“Bu-bukan begitu…….”
Tidak peduli mulut akan disobekpun Souichirou tidak akan mengatakan alasan yang sebenarnya.
“Apa karena hal yang kau pikirkan tadi?”
Tidak diduga Saori malah semakin bertanya.
“Ah, bu-bukan. Itu…….. cuma karena kurang konsentrasi.”
Souichirou berkeringat dengan banyak.
“Gegara hal yang kau pikirkan tadi? Kalau tidak keberatan, bisa curhat denganku kok.”
Pandangan matanya Saori sangat serius, ini membuat Souichirou ragu.
Bagaimanapun tidak boleh membahas ini dengannya, hanya inilah satu-satunya masalah Souichirou yang tidak boleh dibicarakan, apalagi Saori adalah orang yang disukainya. Kalau menjawab karena memikirkan Saori terus menerus menjadi tidak fokus belajar, itu sama saja dengan menyatakan cinta padanya.
“Jarang-jarang ada kesempatan seperti ini, coba diskusikan ini dengan Hauhau aja? Dan juga mungkin hal ini berkatian dengannya.”
“Hn? Apa begitu?”
“Mitaka, jangan banyak omong!”
Tapi, Jin tidak akan diam hanya karena begitu.
“Penyebab kenapa nilai ketua OSIS turun, pasti karena Hauhau.”
Dan terus menerus berkomentar yang ‘tajam’.
“Penyebabnya adalah aku?”
Mungkin karena tidak terpikir, Saori terkejut.
“Bu-bukan begitu, Himemiya! Himemiya sama sekali tidak bersalah!”
Walau segera memutuskannya, Saori memasuki mode berpikir. Lalu seperti terpikirkan sesuatu, dan bertanya dengan hati-hati pada Souichirou.
“Begitu ya…….. Benar juga. Karena sebelum UAS, aku memintamu untuk mengajariku ‘kan ?”
“Sudah kubilang bukan.”
“Maaf, Tatebayashi-kun, wajar saja, karena aku menyita sebagian waktu belajarmu. Maaf sekali.”
“Jangan minta maaf, bukan karena begitu. Waktu ku untuk belajar sangat banyak, ini bukan salah Himemiya.”
Walaupun begitu Saori tetap tidak begitu terima, karena Souichirou tidak mengatakan alasan yang sebenarnya.
“……….. Kalau bukan begitu, lalu apa penyebabnya?”
Saori tanpa ragu langsung menanyakannya.
“Itu………..”
Walaupun begitu, tetapi tidak boleh menjawab pertanyaannya.
“Boleh diketahui Mitaka, tapi aku tidak boleh?”
“Tidak, itu karena………….”
“Apa keberadaanku lebih tidak berharga dibanding Mitaka?”
“Hauhau, rasanya ini tidak begitu sopan.”
“Kenapa sih?”
Saori tidak memedulikan Jin, dan terus bertanya.
“Intinya tidak ada orang yang mau mendengarku bicara.”
“Tutup mulutmu Mitaka.”
“Ya ,ya. Aku ke toilet dulu.”
Jin persiapakan diri dan benaran meninggalkan mereka berdua.
“Ah, hoi, Mitaka, jangan kabur!”
Bakalan ketahuan kalau sekarang berduaan dengan Saori, apalagi tadi Jin memberikan komentar yang tidak perlu itu.
Tapi, Jin tidak pedulikan soal itu.
“Semua yang kubilang benar’kan?”
Dengan santai meninggalkan kata-kata itu, dan berjalan menuju ke toilet.
Yang dia bilang semuanya benar. Benar begitu. Tapi ini bukan permainan kata-kata, soal tidak bisa fokus belajar karena Saori memang benar.
“Apa itu sebuah hal yang tidak boleh bilang padaku?”
“………… Iya.”
Juga tidak boleh membiarkannya begitu saja, Souichirou menjawab dengan serius.
“Kau tidak begitu memberitahuku hal-hal tentang kau sendiri.”
“…………..”
Saat ini ,terdengar suara bel yang menandakan bel masuk kelas.
“Aku pergi dulu.”
“Hn.”
Saori yang memutar badannya, berjalan kembali ke kelasnya.
Souichirou ingin menghentikannya, tapi disaat ingin memanggilnya, tubuhnya tidak mendengar perintahnya. Terpaksa, walau ingin menghentikannya, tapi tidak bisa mengatakan apapun.
Segera akan memulai pelajaran, harus segera kembali ke kelas. Souichirou memutuskannya, dia membalikkan badannya, dan berjalan ke arah yang terbalik dan menuju ke kelasnya.
Souichirou pusing sekali mengenai kejadian hari ini.
Bagian 4
Tidak menerima email.
Upacara wisuda sudah selesai, 3 hari lagi akan diadakan UAS semester ke-3 yang terakhir. Saat ini bulan maret, sepulang sekolah, Souichirou di dalam ruangan ketua OSIS.
Walau UAS nya sudah dekat, tapi sebagai ketua OSIS tetap ada beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan.
Dan kerjaan yang paling berat adalah, sebentar lagi akan diadakan sebuah orientasi. Harus memeriksa berbagai pemintaan kegiatan klub yang akan diadakan,harus membalasnya boleh atau tidak sebelum UAS nya dimulai. Ditambah masing-masing penjelasan dan promosi dari komite-komite yang ada……….. Sertaperlu mengadakan sebuah promosi untuk siswa kelas 1. Sekarang lagi sangat banyak kerjaan.
Tapi, jujur saja Souichirou tidak begitu fokus.
“Hoh~~~”
Dan mengeluarkan suara yang sedang menguap.
Souchirou yang sedang galau, mengecek ponselnya berkali-kali.
Tetap belum menerima email.
Kalau biasanya, seminggu sebelum ulangan diadakan, Saori pasti akan mengirim email sepert ini.
----- Ayo belajar bersama.
Tapi hanya kali ini, sisa 3 hari sebelum ulangan dimulai, tetap tidak ada kabar sedikitpun.
Sebenarnya Souichirou sudah tahu alasannya.
Itu karena ulangan yang dulu…… UAS semester ke dua, pengaruh turunnya nilai Souichirou.
Saori percaya dia akan merepotkan Souichirou, jadi kali ini tidak ingin menggangunya dan tidak mengirimkan email.
Tidak hanya itu, 2 minggu terakhir ini juga tidak bertemu dan berbicara.
Souichirou yang galau menunggu email, hari demi hari suasana hatinya semakin kacau.
Mengecek ponselnya untuk ketiga kalinya, tetap tidak ada balasan sedikitpun.
Dari tadi, setiap 1 menit dia selalu mengecek ponselnya.
Souichirou menyadar tingkahnya sendiri. Dan menaruh ponselnya ditepi, memulai kerjaannya sebagai ketua OSIS, membuka laptop yang ada dimeja, dan seperti biasanya, mengklik sebuah file.
Dan saat ini, wakil ketua yang merupakan siswa kelas 1. Tiba-tiba baring dimeja.
“Ketua~~”
Ekspresi yang manja, dan mengeluarkan suara yang terdengar manis. Jujur saja, rasanya menjijikan karena dia laki-laki.
Wakil ketua menempel mukanya dimeja, dan menunjukkan sikap yang sudah tidak kuat.
“Ketua~~ jangan cuekkan aku dong~~~”
“Ada apa? Wakil ketua?”
Kalau tidak membalasnya, entah akan sampai kapan dia begitu terus. Dengan terpaksa Souichirou menjawab.
“Aku ingin membahas sesuatu denganmu.”
“Apa itu sikap untuk membahas sesuatu dengan orang lain.”
“Tolonglah, dengarkan aku sekali saja.”
“Iya, cepat omong.”
Sangat merepotkan, Souichirou menyuruh wakil ketua untuk cepat mengatakannya, tapi pandangan matanya tetap fokus ke layar laptop.
“Aku ingin berpacaran.”
“Kau salah mencari orang untuk mendiskusikan ini.”
“Kalau begitu pindah topik saja, aku ingin mengobrol dengan perempuan.”
“Pindahnya terlalu jauh kali.”
Wakil ketua menghela napas dan berdiri. Dan mengatakan sesuatu.
“Awalnya, kukira bergabung dengan OSIS, didalamnya akan ada perempuan, dan disaat mempersiapkan sebuah acara sepertinya bisa menumbuhkan sebuah perasaan, dan berkembang menjadi sebuah cinta. Namun ternyata ketua OSIS, sekretaris, bendahara semuanya laki-laki, ini mah namanya penipuan! Sekolah ini bukan sekolah khusus laki-laki!”
“Kalau begitu dengan teman perempuan yang sekelas aja.”
Souichirou membalas dengan asal.
“Bagaimana caranya agar bisa akrab dengan teman perempuan yang sekelas!”
Tidak diduga wakil ketua tidak bisa melihat situasi, dan bertanya terus.
“Mana mungkin aku tahu caranya? Kalau kau ada waktu untuk mengobrol, lebih baik cepat rapikan surat permohonan dari klub-klub.”
“Semua itu sudah aku rapikan!”
Wakil ketua mengeluarkan 2 tumpukan kertas. Klip warna hijau berarti diizinkan, klip warna merah berarti tidak. Masing-masing setengah bagian.
“Kalau sudah dirapikan, pulang saja untuk mempersiapkan UAS. Walau belum resmi, kau tahu seluruh anggota OSIS setidaknya harus mendapat peringkat dalam 50 besar’kan?”
“Makanya aku tidak pulang, dan belajar di sini.”
Yang omong itu adalah sekretaris yang duduk berhadapan dengan Souichirou. Sampai musim panas tahun lalu, dia masih mengikuti klub kasti, tapi sepertinya karena cedera, dia memutuskan untuk masuk ke dalam anggota OSIS. Karena kegemarannya terhadap kasti, model rambutnya masih botak. Tubuhnya gagah, walau terlihat sangat pandai untuk menghitung sesuatu, tetapi sepertinya kurang cocok dengannya. Sama-sama siswa kelas 2 seperti Souichirou. Anggota OSIS terdiri dari 3 siswa kelas 1 dan 2 siswa kelas 2.
“Kalau disini, bisa bertanya soal yang tidak mengerti pada ketua. Jadi beruntung sekali.”
Bendahara dan 2 siswa kelas 1 lain sepertinya sama-sama setuju dan mengangguk-anggukan kepala.
“Aku tidak berencana menjadi guru kalian.”
“Ketua buat iri saja~~ tidak hanya nilai bagus, juga akrab dengan perempuan.”
“Maksudmu yang tadi siapa itu?”
“Bukannya kau sering mengobrol dengan Kamiigusa senpai?”
Apa itu bisa dianggap ‘ngobrol’? Alien itu hanya ingin orang lain mendengarnya berbicara tapi tidak pernah mendengar orang lain bicara.
Beberapa hari yang lalu juga, saat sedang istirahat tiba-tiba masuk ke kelas dan mengatakan sesuatu yang aneh seperti :
“Aku tidak mau kare potongan daging!”
“Kalau begitu harusnya sejak awal kau memesan kare yang normal dan masalahnya akan selesai dengan cepat.”
Souichirou menjawab dengan begitu, tetapi Misaki tidak mendengar omongannya dan langsung keluar dari kelas dengan berlari.
“Ah~~ orang itu sangat imut. Dia adalah tipeku.”
Siswa kelas 1 yang awalnya bekerja dengan diam akhirnya mengikuti obrolan ini. Dia dan wakil ketua merupakan penghibur bagi OSIS.
Lalu-----
“Saat aku pertama kali bertemu dengannya juga jantungku berdetak dengan cepat.”
Sekretaris yang sifatnya jujur dan polos juga ikut dalam obrolan ini. Wajahnya terlihat sangat mudah, bilang dia masih murid SMP biasanya orang-orang juga akan percaya.
“Kalau itu tidak kusarankan. Dia sangat memusingkan orang.”
Yang terakhir ngomong tadi adalah bendahara.
“Tapi, dia merupakan perempuan tercantik disekolah ini!”
Wakil ketua mulai sedikit semangat.
“Aku pilih Asaka senpai dari klub renang. Dadanya luar biasa! Sangat sexy!”
Sekretaris sendiri bilang begitu.
“Tidak, tidak, kalian tidak mengerti. Bagaimanapun, Koharu-sensei tetap yang terbaik.”
Bendahara bilang begitu.
“Itu dia! Senpai memang lebih suka yang lebih tua dari senpai sendiri.”
Entah sejak kapan, di ruangan OSIS mulai jadi “boys talk”.
“Aku suka Himemiya senpai yang di jurusan musik.”
Dan akhirnya, sekretaris juga ikutan ngomong.
“”Ah~~ wajar saja, aku mengerti.”
“Perasaan yang keren? Terasa sangat hebat!”
3 orang siswa kelas 1 bersamaan mengangguk kepala. Bergaul dengan baik itu merupakan hal yang baik.
“Kalian berani juga. Orang cantik seperti mereka pasti memiliki aura, aku saja sampai gugup tidak berani menatap mereka.”
Bendahara tertawa.
“Aku juga sama. Walau ingin bermain musik dengannya, tapi sama sekali tidak bisa mengatakannya, dari awal sampai akhir diam terus, seperti orang bodoh.”
Wakil ketua berbicara seperti orang bodoh. Membuat semuanya tertawa.
“Untung ada ketua, aku baru tertolong……. Dan ngomong-ngomong, sepertinya hubungan ketua dan Himemiya senpai lumayan baik?
“Tidak ada………. Biasa-biasa saja.”
Dilihat dari situasi sekarang, mungkin bisa dibilang sedang bertengkar. Dan juga email yang tak kunjung masuk.
“Dan kesampingkan semua hal itu. Kalau kalian ingin mengobrol, pulang saja.”
Souichirou berbicara dengan nada yang sangat tegas. Dan mereka semua terdiam lagi mengurus pekerjaan masing-masing.
Dan saat ini, sebenarnya Souichirou menghela napas di dalam hatinya. Apa yang dia lakukan, ini sama sekali seperti anak kecil. Setiap muncul pembicaraan tentang Saori, terasa tidak bisa tenang.
Pandangannya seperti ditarik, dan memandang menuju ponsel yang ada di tepi.
Masalahnya bukan karena tidak menerima email, bukan soal nilai menurun. Masalahnya ada pada suasana antara dia dan Saori memburuk.
Jangan-jangan ini tidak dianggap sebagai sebuah masalah.
Tapi sangat sederhana. Souichirou hanya menyukai Saori secara tidak sengaja, dan dipermainkan oleh situasi saat ini.
Ini sangat merepotkan.
Bagaimana caranya agar masalah yang ada di dalam hati bisa selesai?
Tiba-tiba terpikir untuk menyatakan cinta padanya, bukankah setelah menyatakan cinta padanya semuanya akan selesai? Tidak, sangat mustahil untuknya untuk mengucapkan ‘aku menyukaimu’ di depan Saori.
Walaupun bisa mengucapkannya, itu juga paling hanya sebuah kecelakaan.
“Huftt~~”
“Tak disangka ketua OSIS juga bisa menghela napas, apa yang ketua kerjakan daritadi?”
Wakil ketua membawa ekpresi yang penasaran dan mengintip ke layar laptop.
Yang muncul dilayar adalah sebuah berkas.
Tertulis ‘apakah loteng sekolah tetap bisa digunakan setelah sepulang sekolah’. Ini adalah sebuah permintaan dari seluruh murid, dan sebuah permintaan untuk meminta para guru menyetujuinya.
“Ah~~ tentang loteng sekolah ya.”
Setelah mendengar itu, sekretaris mengangkat kepalanya.
Yang paling bersemangat sepertinya klub olahraga. Ingin menjadikan loteng sekolah sebagai tempat umum, jadi banyak sekali permintaan tentang itu. Selain itu juga ada banyak murid jurusan seni yang ingin menjadikannya sebagai tempat umum untuk bisa melukis pemandangan yang ada disana. Dan juga ada murid yang ingin menjadikannya sebagai tempat umum karena ingin bermain musik disana.
“Hal itu tahun lalu sudah pernah di diskusikan dengan sekolah, tapi sepertinya ditolak.”
Souichirou mulai penasaran. Ketua OSIS yang baru pensiun beberapa hari yang lalu pernah mati-matian untuk meminta kepala sekolah menyetujuinya, tapi tetap saja ditolak.
“Sekolah mengira keamanannya bahaya, setelah dibuka pasti akan menjadi bahaya. Sebelum masuk ke sekolah ini, aku pernah dengar………… Kira-kira 4 tahun yang lalu, loteng sekolah yang masih merupakan tempat umum. Tapi karena sering banyak yang bermain kasti dan voli disana, akhirnya dianggap berbahaya dan ditutup.”
“Wah~~ bermain kasti diloteng sekolah~~ kalau memang sudah menjadi tempat umum, memang pingin bermain kasti disana sih.”
Yang memotong pembicaraan adalah bendahara yang dulunya pernah ikut klub kasti.
“Karena ada murid yang ceroboh sepertimu makanya ditolak.”
“Jadi itu salahku?”
“Tapi, dengan kata lain, itu berarti kalau terjadi sesuatu, siapapun tidak ingin untuk menanggung resikonya ‘kan ?”
Pengurus yang duduk dikursi, menggigit pensil ketiknya.
“Kalau kasar sedikit, sepertinya itulah alasannya.”
“Bukannya ini adalah hal yang paling membuat repot orang dewasa?”
Wakil ketua omong seperti dia sangat mengerti masalah ini, jujur saja itu sangat tidak cocok dengan wajahnya itu.
“Apa ketua ingin mengajukan permintaan ini?”
Ekspresi sekretaris sedikit tegang, dan dia bertanya.
“Ini seperti sekretaris menolaknya.”
“Walau bukan tidak boleh……… Tapi sepertinya karena ini, hubungan antara ketua OSIS yang dulu dengan guru jadi tidak begitu baik. Jadi agak sedikit…………”
“Begitu ya pendapatmu.”
Tidak perlu sengaja untuk membuat sebuah hubungan yang buruk, ini dapat dimengerti.
Dalam hati berpikir ini adalah sebuah kesempatan, Souichirou seperti ingin meminta pendapat dan memandang ke seluruh anggota OSIS.
Saat ini, wakil ketua menjawab duluan :
“Aku juga menolak. Kalau dipikirkan masih banyak permintaan yang masih belum selesai diurus, kalau hubungan menjadi buruk hanya karena sebuah permintaan yang dulu sudah pernah ditolak, akan gawat jadinya. Bisa jadi permintaan lain juga tidak akan disetujui. Ini membuat situasi menjadi sangat buruk, juga tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi, dan OSIS akan kehilangan gunanya.”
“Aku setuju dengan wakil ketua.”
Pengurus yang lain juga mengangkat tangan, menyetujui pendapat wakil ketua.
Yang belum menjawab tersisa bendahara.
“Aku sih terserah, hanya saja kalau memikirkan aku dan ketua yang sudah mau tamat sekolah, tersisa kalian anak kelas 1, kalau masih ingin menjalankan OSIS, kurasa tidak perlu untuk mempermasalahkan ini lagi. Bagi wakil kepala sekolah, OSIS yang dulu sebenarnya sudah bubar, jadi sudah pasti dia tidak ingin mengurus masalah ini lagi, kalau dipermasalahkan kembali, aku rasa itu akan semakin memperburuk situasi.”
“Begitu ya, terima kasih atas pendapatnya. Aku juga bukan karena ingin segera mengirim permintaan ini jadi sedang bersiap-siap.”
“Kalau begitu kenapa masih mengurus soal ini?”
Semua pandangan tertuju pada Souichirou.
“Kalian juga tahu, dari sekian banyak permintaan yang ada, ini yang paling banyak diminta oleh sisiwa. Jadi setidaknya perlu bersiap.”
“Benar juga~~ karena begitulah, aku rasa kalau sampai disetujui, OSIS akan menjadi keren sekali.”
Wakil ketua sepertinya sudah mengerti, tapi Souichirou tidak percaya dirinya mengatakan ini.
Alasan kenapa dia masih ingin ini disetujui hanya 1.
------- Aku berharap setelah pulang sekolah tetap bisa datang ke loteng sekolah.
Itu permintaan Saori sebelumnya.
Kalau tidak ada kenangan ini. Souichirou tidak akan keras kepala untuk mengurus soal ini, dan tunggu pada saat sudah akan pensiun baru mengurusnya.
Dan sebelum itu, mempertahankan hubungan yang baik dengan para guru merupakan sebuah ide yang baik, karena segala urusan akan menjadi lancar. Dilihat dari sekarang, para guru sangat mempercayai Souichirou yang nilainya baik, bersikap dewasa, bahkan sebelum pemilihan ketua dimulai, ada beberapa guru yang mengatakan ‘aku akan tenang apabila Souichirou yang menjadi ketuanya’. Dan sekarang Souichirou telah memenuhi harapan itu.
Juga, tentang menjadikan loteng sekolah sebagai temapt umum, dia mengerti kesulitan sekolah. Kalau benaran terjadi seorang murid meloncat dari atas loteng sekolah, tidak ada orang bisa menanggung jawabkan itu. Perlu berpikir dengan hati-hati sebelum memutuskannya.
Kalau Jin, dia pasti akan terserah pada hal ini. Tapi untuk melewati masa SMA yang tenang, kita tetap perlu menaati aturan-aturan yang ada.
“Permintaan ini tidak akan diserahkan.”
Souichirou kembali mengatakan ini.
Lalu, para anggota yang sedang belajar dan yang sedang mengurus pekerjaan OSIS, bubar sekitar setelah 30 menitan.
Souichirou yang pulang terkahir, setelah mengunci pintu ruangan OSIS dia berjalan ke koridor.
Setelah melewati pintu keluar, dia bertemu dengan Jin.
“Bisa bertemu ditempat dan disaat seperti ini, memang takdir ya.”
“Cepatlah kau pergi ke rumah sakit dengan kedua kakimu itu.”
“Dingin sekali, padahal Ketua OSIS.”
“Ini khusus untuk kau, Mitaka.”
“Kalau begitu terima kasih banyak atas perlakuan khususmu ini.”
“………..”
“………. Sepertinya hari ini kau tidak begitu senang?”
“Tidak juga.”
“Jangan-jangan bertengkar dengan Hauhau?”
“…………..”
Souichirou ingin memberi pandangan tajam yang menyuruh Jin segera diam, tetapi Jin malah menghindarinya.
“Tadi aku pergi cek ke perpustakaan bentar, ketemu Hauhau yang sedang kesepian belajar sendiri lho? Hampir saja aku ingin menggodanya.”
“Kau kira kau siapa.”
“Terdengar sepertinya karena aku.”
“Tidak perlu menambah sepertinya, semua ini terjadi karena mulutmu yang kebanyakan omong itu.”
“Apa karena kalimat ‘alasan nilai ketua OSIS turun drastis karena Hauhau’?”
“Benar.”
“Pantas saja dia merasa bertanggung jawab, maaf~~, apa bisa membantuku menjelaskan ini pada Hauhau? Hauhau pasti salah paham~~”
“Kau pergi minta maaf sendiri sana, dan menjelasakan kesalahpahaman ini.”
“Aku ini tidak dapat dipercaya lho. Hauhau pasti tidak percaya padaku. Dan juga, apa boleh kukatakan? ‘Alasan kenapa nilai ketua OSIS turun drastis karena selalu memikirkan Hauhau, jadi tidak bisa fokus belajar.’?”
“Kalau kau ngomong seperti itu terus, ku tinju kau nanti.”
Jin dengan lebay menunjukan sikap menyerah.
Tapi itu juga hanya akting, dia tidak berencana untuk diam.
“Aku pikir tidak kubilang kau juga tahu, tidak peduli perlu atau tidak kubilang pada Hauhau, dia tetap akan menyalahkan dirinya sendiri.”
“……… Jadi kau ingin bilang ini bukan salahmu?”
“Jujur saja, ini memang salahku, salahkan saja aku, dan kau akan merasa lebih santai’kan?”
“………….”
“Pokoknya begitu, masalah Hauhau kuserahkan pada ketua OSIS.”
“Kenapa aku harus membantu mu menyelesaikan masalah ini?”
“Yang benar saja, keras kepala juga harus ada batasnya dong. Apa masih perlu kubilang? Tentu saja karena Hauhau ingin belajar bersama denganmu, bukandengan aku, ketua OSIS.”
“………..! A-aku tidak……….!”
Hati Souichirou menjadi kacau hanya karena 1 kalimat yang diucapkan Jin.
“Dan juga, orang yang ditunggu Hauhau bukan aku lho, tapi ketua OSIS? Ketua OSIS yang teladan, bukankah kau sangat pandai dalam membalas harapan orang lain?”
“………..”
Walau Jin mengatakannya dengan santai, tapi kata-kata itu seperti menusuk Souichirou saja.
“Kalau ingin mengabaikan dunia ini, tidak masalah hanya menjadi seorang pengamat, tapi kalau hanya karena begitu dan sampai melukai orang yang ada disekitar, itu sama saja dengan aku yang dibenci oleh ketua OSIS.”
Pandangan matanya Jin seperti mengatakan ‘kalau tidak ingin begitu, selesaikan sendiri sana’.
“Sekali-sekali coba jadi tokoh utama, dan bilang pada Hauhau ‘UAS kali ini aku akan mendapatkan peringkat pertama, jadi kau tidak perlu khawatir.’ Dia pasti akan sangat senang.”
“Jangan menganggap seolah ini sangat gampang untuk dikatakan.”
“Karena aku tidak terlibat dalam masalah ini makanya bisa mengatakan ini dengan gampang.”
“Bagi Mitaka yang selalu lari dari Kamiigusa, bukankah setidaknya ada terlibat sedikit?”
Karena selalu dipermainkan oleh Jin, Souichirou kini membalas.
“Karena kita berdua saling mengetahui masalah masing-masing, itulah alasan kita sangat cocok, ketua OSIS.”
Saat Jin selesai mengatakan itu, dia pergi dan melambai-lambaikan tangannya.
Setelah Jin pergi, sebuah perasaan yang ‘panas’ membuat Souichirou marah, dan membenturkan tangannya ke dinding. Perasaan ini membuat dia merasa sangat tidak sudi.
“Ingin mengatakan apa ya langsung katakan saja……..”
Perkataan Jin masih terus dipikirkannya. Walau tidak sudi, tapi seperti yang Jin bilang, ini memang masalah Souichirou sendiri.
“Tapi, meski begitu, apa yang harus aku lakukan!”
Souichirou dengan erat mengepalkan tangannya yang masih menempel di dinding. Sebenarnya dia sudah tahu, sudah tahu jawabannya sejak dulu, hanya saja masih kurang keberanian untuk mengungkapkannya.
“Sial!”
Meskipun begitu, pada akhirnya Souichirou tetap mengalahkan keras kepalanya itu.
Dia pergi berbalik dari arah yang tadi, dan menuju ke perpustakaan.
Souichirou yang datang ke perpustakaan, tanpa rapu memandang ke suatu tempat.
Meja yang paling jauh dari pintu keluar. Itu adalah tempat yang ia selalu dipakai untuk belajar bersama dengan Saori ketika ada ulangan tengah semester atau ulangan akhir semester.
Melewati belakang lemari buku, seperti yang diduga Saori sedang belajar disana. Dengan ekspresi serius yang hampir berasap, dia bertarung melawan soal di buku pelajaran.
Sepertinya dia sama sekali tidak menyadari ada Souichirou.
Mungkin karena sambil mendengar music sambil belajar.
Walau tidak melihat headphone yang biasa dipakainya, tapi terlihat sebuah kabel MP3 yang tersambung di MP3 yang ada dimeja.
Walau sudah berada disampingnya, dia tetap tidak sadar.
Kesadarannya seperti sedang tertuju pada angka-angka.
Souichirou mengintip catatannya, dan ternyata itu adalah soal diferensial dan kalkulus integral.
“Ubah dulu rumusnya, baru mengerjakannya seperti yang ada di buku pelajaran.”
Souichirou menunjukan soal yang ada dibuku pelajaran, Saori yang terkejut mengangkat kepalanya, di dalam matanya hanya terlihat bayangan Souichirou.
Setelah itu Saori memindahkan wajahnya lagi karena malu.
“Ternyata kau ya……..”
“Kalau perhitungannya dari awal susah, rapikan saja dulu soalnya dan ubah rumusnya.”
Souichirou sambil mengatakannya, dan duduk disamping Saori.
Saori melakukan seperti yang dibilang Souichirou, menulis rumusnya di buku catatan, dan mengerjakannya dengan diam, setelah tidak lama kemudianakhirnya dapat jawabannya juga.
“Sudah selesai dihitung.”
Dia bilang begitu, dan menghadapkan wajahnya yang ceria itu ke Souichirou.
Tapi kali ini seperti teringat sesuatu, menarik kembali ekspresi cerianya, dan menghadap wajahnya ke tempat lain.
Lalu seperti tidak menganggap keberadaan Souichirou dan kembali mengerjakan soal lagi.
“Kau sedang mendengar apa?”
Souichiruo menunjuk MP3nya itu.
Saori yang melihat Souichirou dengan miring terlihat sedikit pusing, dan dia memberikan bagian kanan headsetnya pada Souichirou.
Dia menerima headetsetnya dan memasang pada telinganya.
Yang terdengar adalah musik klasik. Wawasan Saori terhadap musik klasik sangat luas, selain musik populer, musik metal dan lain-lain ,bahkan musik anime atau game juga dia dengar. Jadi jujur saja kalau ingin mengobrol soal musik dengannya sama sekali tidak mudah.
Mereka berdua terdiam dan mendengar musik sejenak.
Dengan kesempatan ini Saori menyelesaikan 2 soal lagi.
Disaat dia menyelesaikan soal dengan tepat, Souichirou mengatakan :
“Apa ini adalah Mozart?”
Saori mengeluarkan ekspresi yang terkejut, mungkin karena dia tidak sangka Souichirou tahu tentang Mozart.
“Tidak ku sangka ternyata kau tahu, padahal lagu ini tidak begitu terkenal.”
“Karena aku sudah mempersiapkan diri duluan.”
“Heh?”
“Itu…….. Supaya bisa mengobrol lancar denganmu.”
“………… Be-begitu ya.”
“Hn, hn.”
“Apa…….. Maksudmu itu?”
Saori yang menundukkan kepalanya dan wajahnya sedikit memerah.
Tapi Souichirou tidak punya tenaga untuk menikmati wajahnya yang memerah itu. Seharusnya terlihat lebih merah.
“Maksudku, itu………..”
“Maksudmu?”
“A-aku…………”
“………..”
Terasa Saori sedang menahan napasnya.
Detak jantung berdetak dengan sangat cepat dan kuat, sampai terasa sakit, bahkan hampir terdengar suara detakan jantung.
“Yang ingin kubilang adalah, aku tidak ada masalah!”
“Huh?”
Saori sekejap mengeluarkan ekspresi yang terkejut.
“Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal nilai aku yang turun dengan drastis. Jangan khawatir, dan aku juga ingin belajar bersama seperti dulu. Tidak akan ada masalah lagi.”
Saat ini percakapannya terputus.
“Ulangan selanjutnya, aku pasti akan mendapatkan peringkat ke-2!”
Lalu, Souichirou dengan yakin mengatakannya.
“Aku yakin. Kalau ingin aku berjanji juga tidak masalah.”
Lalu menambahkannya lagi.
“………..”
Saori tidak mengatakan apapun……… Baru berpikir begitu, lalu Saori tertawa denga suara yang keras.
“Ke-kenapa kau tertawa?”
“Karena dari perkataanmu yang tadi, ku kira kau akan bilang mendapatkan peringkat 1.”
Suara tertawa Saori tetap tidak menghilang. Walau Jin juga menyarankan ngomong seperti itu, tapi ini tidak menarik. Juga menurut sifat Souichirou, dia tidak akan berjanji pada sesuatu yang dia tidak yakin.
“Aku omong dulu, orang normal tidak bisa menang melawan Kamiigusa.”
“Benar juga, karena kau tidak bisa menang melawannya.”
Saori masih tertawa, dan dia membersihkan air mata dengan jarinya.
“Tidak perlu tertawa sampai seperti itu kali.”
“Maaf.”
Akhirnya, Saori tertawa lagi.
Setelah itu, mereka berdua mendengarkan musik yang sama, dan belajar sekitar 1 jam, lalu pulang bersama.
Saat meninggalkan perpustakaan, Souichirou sadar ada kotak musik di barang bawaan Saori.
Sepertinya dalamnya adalah biola. Walau keahlian Saori bermain piano, tapi disaat seluruh murid jurusan musik bermain orkestra bersama-sama, Saori menggunakan biola. Meski dia sendiri yang bilang kurang pandai memainkannya, tapi saat mendengarnya main di festival budaya atau upacara perpisahan itu sangat hebat, Souichirou tidak mengerti kenapa masih dibilang ‘kurang pandai’. Sosoknya yang anggun bermain biola itu, bagaikan sebuah lukisan.
“Setelah pulang masih ada latihan?”
“Hn? Oh, maksudmu ini?”
Saori menunjukan biolanya.
“Untuk memindahkan suasan hati kupikir. Walau aku suka musik, tapi disaat tidak bisa bermain piano dengan santai, tidak sengaja aku akan serius. Tapi walau kurang pandai dalam bermain biola, aku sangat menikmatinya, juga bermain dengan santai………. Aku juga sangat suka melodinya.”
Mereka berdua sambil mengobrol sambil berjalan bersama dikoridor.
Setelah sampai ditangga, Souichirou yang berjalan didepan, seperti menangkap sesuatu, lalu terkejut, menghentikan langkahnya dan menempel didinding dekat tangga.
“Ada apa?”
Saori yang siap turun lewat tangga itu bertanya dan segera ditarik Souichirou.
“Kenapa tiba-tiba begitu?”
Souichirou menyuruh Saori diam dengan menaruh jarinya diatas bibirnya.
“Hn?”
Saori tidak mengerti apa yang terjadi, tapi Souichirou hanya menunjuk arah turun lewat tangga. Saori mengintip dari suatu sudut, lalu terkejut mengatakan ‘ah’, akhirnya dia mengerti.
Yang berada disudut belok tangga adalah sebuah pasangan. Dari pakaiannya sepertinya itu adalah murid klub kasti dan managernya. Dengan tidak sengaja mereka melihat pasangan itu berciuman.
Souichirou menempel badannya dekat dinding dan menarik napas berat-berat, juga memaksa Saori menempel didinding bersamanya, wajahnya memerah dan mengatakan : “uwa~~!”
“Memanglah~~ kan sudah janji, tunggu sudah menang pertandingan dulu baru berciuman.”
Terdengar suara dari sudut belok tangga itu.
“Pokoknya sekali lagi saja.”
“Ti~~daak~~~ boleh napasmu sangat cepat, terasa seperti aku akan dilecehkan saja.”
Suara langkah kaki yang turun dari tangga, suara mereka berdua juga semakin jauh.
“Kalau begitu, setelah menang pertandingannya nanti………….”
“Hn, akan dipertimbangkan.”
“Hn! Serius?”
“Yang kubilang hanya berciuman lho.”
“Ah, ku kira apa~~”
“Kalau sikapmu seperti itu, tak akan kubiarkan kau cium.”
“Tadi cuma bercanda, jangan dianggap serius.”
Percakapan selanjutnya karena semakin jauh, jadi tidak terdengar.
Mungkin karena marasa lega, Souichirou dan Saori menghela napas bersama-sama.
“Aku telah melihat suatu pemandangan yang sangat mengejutkan.”
“Iya……..”
“……………”
“…………….”
“Eh, itu, ayo pulang.”
“Be-benar juga.”
Mereka berdua dengan langkah yang kaku menuruni tangga.
“………….”
“……………”
Mungkin karena dipengaruhi oleh pemandangan tadi, ingin mengubah topik , jadi tidak tahu apa yang harus dibicarakan.
Tidak hanya itu, Saori yang sedang menggali kuburannya sendiri bertanya :
“I-itu………. Apa Tatebayashi-kun sudah berpengalaman dalam berciuman?”
Tidak bisa mengubah suasana yang tegang dan gugup ini, dan malah semakin menginjak ke dalam.
“Te-tenju saja tidak ada! Aku’kan bukan Mitaka!”
“Meski kau berbeda dengan Mitaka, tapi aku merasa kalau pernahpun itu biasa-biasa saja. Ki-kita kan sudah SMA juga………..”
“Ka-kalau kau sendiri bilang begitu, bagaimana dengamu?”
“A-aku? Aku yang bakalan tidak akan pernah. I-itu……… Karena, bahkan pengalaman untuk berpacaranpun aku tidak ada.”
“Itu sedikit mengejutkan, padahal kau sangat populer dikalangan laki-laki. Hari ini juga, tadi diruangan OSIS ada anggota OSIS yang ingin berpacaran dengan perempuan cantik sepertimu.”
“Ku pikir apa yang tiap hari kalian ngomongin di ruangan OSIS, ternyata tentang begituan?”
Saori menatap Souichirou dengan tajam.
“Bukan, bukan aku yang memulainya!”
“Melarikan diri itu tidak baik.”
“………. Eh, memang benar, aku akan merenungkannya. Tapi serius, bukan aku yang memulai percakapan itu.”
Saori tersenyum manis. Sepertinya dia sedang bercanda dengan Souichirou.
Setelah turun dari tangga, mengganti sepatu di lemari sepatu.
Berjalan keluar, yang menyambut Souichirou dan Saori adalah pemandangan sore yang indah.
“Sungguh sebuah pemandangan matahari terbenam yang indah.”
“Iya.”
Souichirou juga merasa begitu, tapi yang dia lihat bukanlah pemandangan matahari terbenamnya, itu adalah bagian samping wajah Saori yang disinari oleh matahari terbenam. Pemandangan matahari terbenamnya membaut Saori terlihat lebih dewasa.
“Kalau dilihat dari loteng, kurasa akan lebih indah.”
Dengan tidak sengaja Saori berbisik-bisik sendiri.
Tapi, kalimat ini dengan aneh mengingatkan sesuatu pada Souichirou.
“Loteng ya………”
Souichirou dengan tidak sengaja mengatakannya.
“Ayo pulang.”
Saori yang duluan melangkahkan kakinya.
Tapi, Souichirou tidak bergerak. Saori merasa bingung, menghentikan langkahnya dan melihat ke Souichirou.
“Tatebayashi-kun?”
“Maaf. Aku tiba-tiba terpikir masih ada beberapa hal yang harusku urus.”
“Heh?”
“Kau pulang saja dulu.”
“Ah, hn. Kalau begitu sampai ketemu besok.”
“Hn, sampai ketemu besok.”
Souichirou melambaikan tangan pada Saori yang pergi semakin jauh, sampai tidak terlihat bayangannya lagi.
“Kalau begitu, saatnya mulai kerja.”
Kalau pada saat ini, mungkin wakil kepala sekolah masih di kantor guru.
Dia mengganti sepatunya, dengan buru-buru kembali ke ruangan OSIS, menabrak seorang guru, dan ditegur, itu adalah pertama kalinya dia ditegur karena berlari di koridor, walaupun begitu, dia tetap berlari.
Setalah beberapa menit, dia pun sampai dikantor guru.
“Wakil kepala sekolah.”
“Hn? Oh, ternyata kamu, ada apa?”
“Ada sebuah permintaan dari anggota OSIS.”
Dia omong begitu, dan menunjukkan permintaan ‘tentang loteng sekolah yang masih bisa digunakan sepulang sekolah’.
Bagian 5
UAS terakhir pada semester ke-3, seperti yang ia janjikan pada Saori, Souichirou mendapatkan peringkat ke-2.
“Peringkat 1 juga tidak apa-apa.”
Saori yang berkata begitu didepan papan pengumuman.
“Kalau peringkat pertama itu berarti melanggar janji.”
Souichirou menjawab begitu.
“Mau bilang kau taat aturan apa keras kepala ya?”
Saori tertawa.
Setelah selesai semester ke-3 ini adalah liburan musim semi yang pendek, tahun ajaran yang baru akan datang. Souichirou dan Saori, Jin dan Misaki menanti tahun terkahir kehidupan SMA mereka, mereka akan segera menjadi murid kelas 3, dan bersamaan akan ada banyak murid baru.
Murid kelas 1 yang baru tentu saja tidak perlu dibilang, bahkan murid kelas 2 atau 3 juga tidak begitu terbiasa dengan kelas baru dan lingkungan baru, sekolah dikelilingi suasana yang aneh.
Di tahun ini juga ada sebuah pembicaraan yang hangat. Dia adalah murid kelas 2 perempuan cantik yang dipindahkan ke jurusan seni. Sepertinya dia adalah pelukis profesional yang bahkan sudah diakui oleh seluruh dunia. Dan juga, dia tinggal diasrama yang dipenuhi oleh siswa bermasalah------- Sakurasou, wajar saja menjadi bahan pembicaraan.
Termasuk hal tadi, dan SMA Suimei begitu kacau, setelah seminggu, 2 minggu……… Mulai tenang kembali, sampai selesai Golden Week, setiap orang serasa seperti menghabiskan tiap hari yang sama.
Tidak terkecuali Souichirou, meski sudah bulan Mei, tetap dalam keseharian yang biasa.
Dengan begitu, pada hari minggu akhir bulan Mei.
Untuk mengurus pekerjaan OSIS, Souichirou datang ke sekolah setelah siang. Cuaca agak buruk, sedang hujan. Karena begitulah, siswa yang datang untuk mengikuti kegiatan klub sangat sedikit, di dalam sekolah terasa sangat tenang.
Walaupun begitu, anggota OSIS tetap terkumpul semua.
Kira-kira tahun lalu saat seperti inilah, mulai mempersiapkan festival budaya musim gugur.
Belum lama ini baru memutuskan pekerjaan masing-masing, dan sekarang sedang mengecek berkas dulu, masing-masing memikirkan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan.
Anggota yang membaca berkas lama kadang mengeluarkan suara ‘uwa, masih banyak yang harus dibereskan’ atau ‘ini juga pekerjaan OSIS’ dan juga ’akhirnya aku tahu alasan kenapa ketua OSIS menyuruh kami mempersiapkan diri mulai sekarang……..’ , suasana tidak begitu enak.
Yang tenang dan santai hanya Souichirou, karena tahun lalu dia sudah pernah berpartisipasi sebagai wakil ketua, kalau memulainya dengan normal, harusnya tidak akan ada masalah.
Yang masalah itu belum menemukan solusi untuk beberapa kasus.
Pandangan mata ditarik sebuah berkas yang ada dimeja. Diatas tertulis ‘mengenai loteng sekolah masih bisa digunakan sepulang sekolah’.
Karena waktu itu tidak berpikir dengan bijak jadi langsung meminta persetujuan pada wakil kepala sekolah, kira-kira sudah lewat 2 bulan sejak itu.
Setelah permintaan waktu itu, hubungan antara OSIS dan guru terasa ada suasana yang tidak begitu enak.
Lalu setelah seminggu, semua berpura-pura seolah tidak terjadi apapun.
Penyebabnya karena sikap Souichirou.
Tahun lalu, mantan ketua OSIS untuk meyakinkan wakil ketua kepala sekolah, jadi dia berusaha keras sekali, dan terus memperingatkan soal berbahaya pada siswa yang menggunakan loteng, dan Souichirou yang terus mengamati sebagai wakil ketua saat itu, memutuskan untuk memakai cara yang berbeda dari mantan ketua OSIS yang dulu.
“Karena ini merupakan harapan dari para murid, mohon dipertimbangkan lagi.”
Hanya meminta terus dan tidak menyerah.
Sejak permintaan waktu itu, Souichirou tiap hari selalu datang ke kantor guru untuk memohon.
Ini juga lumayan berefek, karena sekitar 2 minggu yang lalu dikatakan ‘akan dibahaskan pada rapat guru berikutnya nanti’.
Tapi Souichirou merasa masalah yang sebenarnya baru akan mulai.
Kalau hanya dibahas itu tidak berguna, karena ujung-ujungnya tetap akan dibatalkan. Meskipun begitu, tetap hanya bisa diam dan menunggu hasilnya…….
“Ketua OSIS~~”
Wakil ketua yang berbaring dimeja memanggilnya.
“Ada apa? Wakil ketua?”
“Aku ingin mencoba berciuman.”
“Ah, aku juga.”
Yang membalasnya tadi adalah pengurus OSIS.
“Ah bagus sekali, wakil ketua. Sudah dapat lawan untuk berciuman.”
Souichirou seperti tidak begitu peduli dan omong, mereka berdua menatap Souichirou.
“Kenapa melihatku seperti itu.”
“Kau juga.”
Sepertinya suasana saat ini menjadi sedikit unik. Baru berpikir begitu-------
“Huft~~”
“Huftt~~”
Merka berdua mungkin sedikit terkejut, mungkin karena sedang membayangkan apa rasanya ketika berciuman.
Souichirou berpikir ini mungkin akan membuat mereka diam sejenak, ternyata tidak, dengan cepat wakil ketua kembali bangkit lagi.
“Ketua OSIS.”
“Ada apa lagi?”
“Kenapa kau mengajukan permintaan loteng ini sendirian?”
Souichirou yang sedang mengecek berkas, berhenti.
“Soal itu, sudah kuminta maaf berkali-kali pada kalian…….”
“Kalau ingin mengajukannya, aku juga ingin ikut.”
“Aku juga, aku juga.”
“Aku juga. Tak disangka ketua OSIS juga berpikir begitu.”
Setelah wakil ketua selesai omong, sekretaris dan pengurus OSIS yang lain juga ikutan.
“Maaf banget, lain kali kalau mau mengajukan sesuatu, aku pasti akan mengajak kalian untuk mengikutinya.”
Padahal 2 bulan yang lalu, semua anggota pada menentang keputusan ini, tapi semua hanya menyalahkan kenapa Souichirou pergi sendiri untuk mengajukannya.
Bagi Souichirou, tentu saja ‘kalau ada pertengkaran dengan pihak sekolah, cukup aku sendiri yang disalahkan’ , dengan berpikir begitu dia bergerak, tapi semuanya tidak membolehkannya.
Saat ini, Souichirou baru sadar kepercayaan semua anggota OSIS padanya.
“Ketua OSIS juga harus memercayai kamilah~~”
Sebaliknya, ditegur seperti itu, membuat Souichirou merasa sangat terkejut.
“Kami tahu ketua OSIS sangat elit, tapi kalau melakukan semua hal sendirian, apa yang akan kami kerjakan nanti?”
Wakil ketua yang tidak menyerah, terus omong soal ini, walau sudah lewat 2 bulan, ia tetap memprotesnya.
“Maaf banget ya.”
Souichirou meminta maaf seperti biasanya, dan akhirnya wakil ketua menerimanya, dan duduk kembali mengurus soal berkas festival budaya.
Souichirou menghela napas dalam hati. Percakapan terputus, disaat menjadi tenang, terdengar suara biola dari jendela yang setengah terbuka. Tidak tahu siapa yang sedang bermain, jangan-jangan Saori datang ke sekolah untuk latihan. Souichirou berpikir kalau memang begitu, baguslah, dan saat ini ada seseorang mengetuk pintu ruangan OSIS.
“Silahkan masuk.”
Setelah membalas, pintupun terbuka.
Yang masuk adalah wali kelas Souichirou, Takatsu-sensei. Dia adalah seorang guru laki-laki yang sudah berumur 30 tahunan, setelah kawin 3 tahun, hubungannya dengan istrinya sedikti memburuk.
“Oh, ada kalian ya.”
“Ada apa? Takatsu-sensei?”
“Cuma ingin memberitahu kalian hasil rapat gurunya.”
Termasuk Souichirou, semua pandangan anggota OSIS tertuju pada Takatsu-sensei yang berdiri didepan pintu.
“Lolos lho. Bulan depan, tanggal 1 Juni, loteng tetap bisa dipakai sepulang sekolah.”
Anggota OSIS saling melihat mata masing-masing, lalu mengetik matanya masing-masing 2, 3 kali.
Setelah sesaat----------
“Bagus sekali~~!”
Wakil ketua meloncat kegirangan, pengurus yang lain juga. Sekretaris menepuk tangan dengan senang, dan bendahara dengan puas menunjukkan pose kemenangan.
Dan yang paling penting, Souichirou tetap tidak begitu memahaminya.
“Benarkah?”
“Mana mungkin bapak berbohong. Tapi, ya, begitulah. Usaha Tatebayashi-kun membuat para guru menyadarinya. Ah, ini adalah kunci pintu loteng, OSIS harusmenjaganya dengan baik ya.”
Takatsu-sensei yang berjalan ke dalam ruangan OSIS, memberikan kuncinya pada Souichirou.
“Dan juga mengenai detailnya………….”
Pengurus mencoba menghentikan Takastu-sensei yang mulai menjelaskan.
“Ketua OSIS, kita harus merayakannya! Aku pergi beli jus dulu!”
Dia omong begitu dan dengan cepat berlari keluar.
“Kalau begitu, kantin! Kalau ingin membuat pesta, juga perlu snack dan yang lain-lain bukan?”
Wakil ketua juga berlari keluar.
“Ah, hoi! Hari ini hari minggu, kantin tidak buka lho!”
“Kalau begitu aku akan pergi ke toko serba ada yang ada disekitar sini!”
“Bagaimanapun dengar bapak berbicara dululah…….”
Takatsu-sensei menjadi sedikit kecewa.
Dan saat ini, Souichirou masih sedikit melamun.
“Hoi, ketua OSIS. Kuatkan dirimu.”
Bendahara melempar gulungan kertas yang membentuk bola ke kepala Souichirou, dan berhasil mengenai kepalanya Souichirou.
Dengan sopan dia memungut gulungan kertas itu, dan membuang ke tong sampah.
“Tidak ada. Hanya merasa sedikit aneh.”
“Apanya yang aneh? Ini adalah hasil kerja kerasmu tiap hari datang ke kantor guru lho. Bersenang-senanglah sedikit.”
“Maksudku bukan itu…….. Aku tidak menyangka kalian akan sampai sesenang itu.”
Bendara dengan terkejut melebarkan matanya, tapi setelah itu kembali tersenyum lagi.
“Mungkin karena kau berpikir kami tidak begitu suka pekerjaan OSIS kali.”
“Begitu ya. Itu sungguh……. Sungguh, terima kasih banyak.”
Souichirou juga dengan alami tersenyum.
Pengurus dan wakil ketua yang baru saja kembali membawa 2 kantong yang berisi snack dan jus, dan mereka merayakannya bersama Takatsu-sensei juga.
Mereka bubar sekitar jam 5, dan sekarang sudah jam 5 lewat.
Mereka merapikan ruangan OSIS yang kacau, dan menaruh sisa jus ke dalam kulkas, dan sisa snack dibagikan secara rata.
Dan saat sedang bersiap pulang, Souichirou sendiri datang ke kantor guru, dan berterima kasih.
“Saya sangat berterima kasih.”
Setelah meninggalkan kantor guru, Souichirou berjalan menuju arah lemari sepatu.
Berjalan di sekolah yang sedang sunyi seperti ini, Souichirou sadar perasaan ini sangat tidak coock dengan rasa semangatnya yang sekarang.
Ada sebuah keinginan untuk berlari dikoridor.
Tapi, kenyataannya dia tidak berlari dikoridor, karena itu melanggar peraturan.
Dia turun lewat tangga, dan saat ini terdengar suara seseorang sedang memanggilnya.
“Tatebayashi-kun.”
Membalikkan kepala, dibelakang terlihat Saori sedang mengejar dari belakang.
Mereka berdua bertemu ditengah tangga.
“Apa ada pekerjaan OSIS?”
“Hn, iya.”
Sepertinya Saori datang untuk latihan. Melihatnya membawa kotak biola. Melodi biola yang didengar tadi, jangan-jangan itu Saori.
“……..”
Entah kenapa, Saori dengan penasaran melihat wajah Souichirou.
“A-ada apa?”
“Apa terjadi suatau hal yang bagus?”
“Huh?”
“Karena kau terlihat sedang tersenyum.”
Souichirou dengan gugup mengkakukan wajahnya.
“Sayang sekali. Padahal tadi itu ekspresi yang bagus sekali.”
Saori sepertinya merasa sayang sekali.
“Himemiya, apa sekarang kau ada waktu?”
Belum juga berpikir, sudah langsung mengatakannya.
“Hn, latihan sudah selesai, tinggal pulang saja, dan tidak ada hal lain yang mesti dilakukan.”
“Kalau begitu, bisa menemaniku sebentar? Akan kutunjukkan sesuatu.”
“Ingin menunjukkan sesuatu padaku?”
“Ikut aku.”
Souichirou dengan senang menjawab, dan diam-diam naik lewat tangga.
Kembali ke lantai 2, dan naik ke lantai 3. Belum berhenti.
“Kalau naik lagi, sudah sampai loteng lho?”
“Aku tahu.”
“Sekarang sudah dikunci sepertinya.”
Saat ini, mereka berdua sudah sampai didepan pintu loteng sekolah.
“Tiap tahun selalu ada banyak permintaan untuk loteng sekolah, agar sepulang sekolah tetap bisa dipakai, tahun ini juga OSIS membahas ini dengan paraguru.”
“Begitu ya? Kau sama sekali tidak pernah membahas ini denganku.”
“Karena kalau boleh, aku ingin memberi kejutan…….. Lalu, hari ini aku mendapatkan izinnya. Mulai bulan depan…….. Bulan juni tanggal 1, loteng sekolah akan tetap dibuka meskipun sudah pulang sekolah.”
“Kalau begitu, hari ini kan baru bulan mei tanggal 23.”
“Aku punya ini.”
Souichirou mengeluarkan kunci warna perak dari kantongnya, dan memperlihatkannya pada Saori.
“Apa ketua OSIS yang adil dan serius itu akan melanggar peraturan? Ini termasuk menggunakan kekuasaan dengan sembarang lho.”
Saori menegur begitu, tapi dia terlihat senang.
“Walaupun libur, aku tetap datang ke sekolah untuk mengurus pekerjaan OSIS. Sesekali melanggar aturan mungkin tidak apa?”
“Meski begitu, Tatebayashi-kun tetap tidak cocok untuk melanggar peraturan.”
“Tentu. Karena aku tidak pernah melakukan kejahatan apapun, tanganku sekarang gemetaran.”
Dia menggunakan tangannya yang masih gemetar itu, memasukkan kunci ke lubang pintu, dan disaat ingin membukanya-----
“Tunggu sebentar.”
Saori menghentikannya.
Souichirou ingin bertanya kenapa , dan sekarang Saori sedang memegang tangan Souichirou yang sedang memegang kunci itu.
“Kalau begini kan berarti kita sama-sama melanggar aturan.”
Mereka berdua memutar kuncinya secara bersama.
Terasa ada perasaan pintu terbuka dari jari mereka.
Souichirou dan Saori saling menatap, dan saling mengangguk anggukkan kepala.
Dengan pelan-pelan memutar pegangan pintu, dan membuka pintu yang terhubung dengan loteng sekolah bersama-sama.
Kalau diwaktu sepertinya ini, bisa melihat matahari terbenam dengan warna merah……… Awalnya berpikir begitu, tapi ternyata tidak.
“Ah.”
Souichirou tidak tahan mengeluarkan suara yang kecewa.
Langit dipenuhi oleh awan yang berwarna abu-abu, dan hujan membuat segalanya menghilang.
“………. Hari ini hujan.”
Disaat Souichirou menundukkan kepala dengan menyalahkan dirinya, Saori berlari keluar. Mengangkat kepala untuk melihat, dan terlihat bayangan Saori yang berlari keluar tanpa takut kebasahan.
“Bagus! Luar biasa!”
Dia mengeluarkan suara yang sangat senang.
Memutar kepalanya dan tersenyum dengan bahagia.
“Tatebayashi-kun juga ke sini dong.”
Souichirou menerima undangannya, berjalan keluar, dan mengeluarkan payung dari tasnya.
Berjalan ke sekitar Saori, membantunya memegang payung supaya tidak basah kena hujan. Karena begitulah, badan Souichirou setengah diluar. Saori melihat Souichirou yang bahunya yang basah itu.
“Tatebayashi-kun lembut sekali.”
“Kenapa kau tiba-tiba mengatakan ini.”
“Aku benar-benar merasa begitu.”
Wajah Saori terlihat sangat senang sekarang.
“Saat pertama kali kau mengobrol denganku, kau juga memberikan setengah taiyaki mu padaku.”
“Waktu itu…….. Karena taiyakimu dimakan oleh Misaki sampai hampir habis, dan kau terlihat sangat sedih. Aku hanya merasa kasihan.”
“Apa aku sesedih itu pada waktu itu?”
“Seperti ekspresi anak-anak yang mainannya direbut.”
“Ti-tidak sampai seperti itu juga kali.”
Saori menunjukan ekspresi seperti anak-anak, dan menghadapkan wajahnya ketempat lain.
“Dan juga, seperti menemaniku belajar.”
“Hn?”
Souichirou berpikir apa yang dikatakan Saori, tapi ternyata dia melanjutkan percakapan yang tadi.
“Membantuku mengangkat alat musik, dan juga menemaniku untuk mencari partitur.”
“Itu bukan apa-apa.”
“Seperti sekarang juga, memegang payung untukku dan tidak membiarkanku basah.”
Saori dengan puas mengangkat kepalanya dan melihat ke Souichirou.
“Dan juga, jangan-jangan kau masih ingat soal waktu itu? Saat di loteng?”
Bahu bagian kiri Souichirou yang diluar payung, menjadi semakin berat dan basah.
------ Aku berharap sepulang sekolah nanti tetap bisa datang ke loteng.
Tentu saja ingat.
“Jadi, Tatebayashi-kun orangnya benar-benar lemah lembut.”
Perkataan Saori tiba-tiba membuat Souichirou gugup.
Dia merasa sedikit susah untuk bernapas.
Ini pasti karena Saori salah paham. Karena dia tidak sadar. Saat Souichirou berpikir begitu, suasana hati yang aneh, dan perasaan yang tidak jujur ini memenuhi hatinya, dan dengan alami menjawab :
“Himemiya pasti salah.”
“Aku ?”
“Aku sama sekali tidak lemah lembut.”
“Apa kau ada dengar perkataanku yang tadi?”
“Bukan itu.”
“Apanya yang bukan?”
“Aku tidak memperlakukan setiap orang seperti itu.”
“………..”
“Tidak peduli itu taiyaki atau membantu mengangkat alat musik. Dan juga, membantumu memegang payung, dan soal loteng sekolah tetap bisa digunakan sepulang sekolah………… Katanya itu permintaan seluruh murid, tapi semua itu hanya alasan!”
“Ta-tatebayashi-kun?”
Perkataan Souichirou membuat Saori ragu. Saori sudah tahu apa yang akan dikatakan Souichirou selanjutnya. Meskipun sekarang sudah tidak bisa menghentikannya lagi.
“Karena Himemiyalah.”
“……….”
“Karena Himemiyalah, aku melakukan sampai seperti ini.”
“……….”
“Semuanya demi Himemiya………. Jadi, jangan menganggap aku orang sangat lemah lembut!”
“Hn, hn.”
“Aku menyukai Himemiya.”
“…………”
Dikatakan. Sudah dikatakan. Sekarang otak serasa kosong, tidak bisa memikirkan apapun. Souichirou tidak tahu harus bagaimana setelah mengatakannya, juga tidak bisa memutuskan akan melakukan apa.
Tak disangka akan menyatakan cinta disini……… Yang paling terkejut adalah Souichirou sendiri.
“………”
“……….”
2 orang terdiam sekitar 1 menit.
Tapi, Souichirou tidak bisa menahan lagi, dan mencoba ngomong dengan Saori :
“A-ayo kita pulang.”
“Hn, hn…………”
Mereka berdua turun bersama ke bawah dari loteng.
Lalu menuruni tangga tanpa mengatakan sepatah katapun, dan berjalan menuju lemari sepatu.
Saat Souichirou sudah mengganti sepatu, dan sedang menunggu Saori yang tidak membawa payung, terdengar suara seperti ini :
“A-aku juga menyukaimu.”
“Huh?!”
Dia dengan sangat terkejut membalikkan kepalanya, terlihat Saori yang sedang berdiri dan menundukkan kepala karena malu, 2 pipinya sedikit memerah, dan menatap ke Souichirou.
“Eh………”
Sebaiknya melakukan apa saat berada disituasi seperti ini? Ini merupakan sebuah masalah yang bahkan tidak bisa dipecahkan oleh Souichirou yang merupakan murid paling teladan.
“Tadi kau bilang apa?”
“Kalau kau tidak ngomong duluan sekali lagi, aku tidak akan mengatakannya.”
Karena malu dan perasaan yang baru saja bertumbuh, otak sama sekali tidak bisa berjalan.
“Ah, aku, aku…………. Aku menyukai Himemiya!”
“Aku juga menyukaimu.”
Semakin ingin melakukan sesuatu, rasanya semakin cemas dan gugup, Souichirou berkeringat dengan cepat sekali.
Dan sebuah kesimpulan yang Souichirou simpulkan dengan susah payah.
“Be………..”
“Be?”
“Sampai bertemu besok lagi!”
Setelah mengatakan ini Souichirou memberikan payung pada Saori , dan berlari keluar.
“Ah, tunggu sebentar!”
Dia tidak berencana untuk menghentikan langkahnya, tetapi suara Saori yang memanggilnya membuat tubuhnya kaku.
“Sampai bertemu besok.”
Dia membalikkan kepalanya, terlihat Saori yang sedang melambaikan tangan.
Diberi salam oleh Saori yang begitu imut, Souichirou berlari keluar dengan lebih cepat lagi.
Setelah sadar, entah kenapa ia berteriak sendiri dengan keras. Dan setiap melihat genangan air, akan menginjaknya dengan kuat, dan air yang beterbangan rasanya membuat puas sekali.
Badan terasa ringan. Walau ingin tetap seperti biasa, tapi badan serasa sedang meloncat-loncat, dalam hati merasa sangat senang.
Pemandangan yang seharusnya tidak asing lagi, seketika menjadi seperti sebuah dunia yang baru.
Walau sekarang masih hujan, tapi itu sama sekali tidak penting.
Sekarang, dunia serasa sedang bersinar-sinar.
0 Comments
Posting Komentar