ELANG HITAM YANG MURUNG
Empat
hari berlalu sejak Yozora terbiasa untuk keluar masuk ruang OSIS, Kobato yang
memutuskan untuk berperan sebagai pemain utama wanita, dan Sena yang berusaha
untuk menaikkan popularitasnya dengan cara apapun. Sekarang jam makan siang di hari Jum’at.
Biasanya,
aku dan Rika makan bersama di mejanya
untuk makan bento yang kubuat tadi pagi.
Dia
jadi sangat marah setelah dari ruang klub setelah mendengar penjelasan Sena,
tapi kelihatannya marahnya itu terus berlanjut sampai sekarang. Sekarang, dia jadi
terus berada dilab sejak saat belajar, bagaimana untuk “Meningkatkan perbedaan
diantara dada yang ada diseluruh dunia. ~Meskipun faktanya kau berada di puncak
Olympus, semua jurang dan pegunungan terlihat sama~
Anggota
yang memang datang ke ruang klub setiap hari itu hanyalah Sena. Disisi lain,
aku jadi sering dipanggil untuk membantu pekerjaan OSIS, dan Kate meminta
bantuan untuk membeli perlengkapan Natal, jadi aku sangat jarang menghabiskan
waktu didalam klub.
Dari
apa yang kudengar dari dirinya sendiri dan dari rumor yang beredar, rencana
Sena untuk lebih populer kelihatannya jadimengambil langkah maju dan mundur.
Tapi,
kelihatannya orang-orang yang memuja Sena meningkat pesat, jadi mungkin bukan
masalah kalau bilang dia mendapatkan hasilnya.
Popularitasnya
Sena diantara para anak cowok mengalami peningkatan pesat.
Kehilangan
perilaku yang terlihat baik dengan orang (hanya didepan saja) dan bersikap
lembut saat berinteraksi dengan yang lain (sekali lagi, hanya didepan saja),
mengubah Sena menjadi cewek cantik yang ideal dalam bagi para anak cowok.
“Bagaimana
kalau dia yang cantik dan seorang tuan putri itu menjadilebih sedikit.....” Dia
sudah lebih dulu mendapat dukungan dari mereka,dan penggemar masokisnya Sena yang
asli juga mengatakan hal demikian, “Suatu kehormatan bagiku bisa bekerjasamadengan
tuan putri Sena!” tanpa adanya sedikitpun keraguan dari mereka.
Tapi,
perilaku barunya ini menghilang dengan adanya kebencian dari murid-murid perempuan
yang menganggap kalau itu tak lebih dari “menggoda para anak cowok” dan itu
membuat popularitasnya dengan mereka semakin menurun. Dan selama dia terus
diawasi oleh para anak cewek, ditambah lagi dengan sebutan ‘insting cewek’, mungkin
mereka melihat dari tindakannya itu.
Disisi
lain, reputasinya Yozora dengan para anak cewek pun meningkat.
Sama
halnya dengan aura yang membuat Karin langsung jatuh, penampilan Yozora yang
bak “cewek-cowok” justru selalu terlihat lebih keren bagi para anak cewek dan
semenjak dia sekarang jadi lebihsering terlihat bersama Akane-san, sikap
“tomboy” mereka malahterlihat seperti sedang memainkan drama yang keren itu,sangat
enak untuk dilihat.
Sikapnya
saat berbicara itu keren dan agak kasar tapi dia juga sangat peduli dengan
orang lain, belum lagi kerjanya yang bagus tanpa banyak bicara.
Sekarang
kalau Yozora mulai melakukan pekerjaan birokratis untuk menggantikan
Hinata-san, yang agak buruk dalam hal itu, sekarang kerjaan OSIS jadi lebih
efisien. Melihat cara kerja Yozora yang gesit, membuat Aoi tekagum-kagum---
“Hinata-san
tidak terlalu menginginkan Mikadzuki-san untuk menjadi ketua kami sekarang
ini!”
Bahkan
Yukimura, yang sebelumnya menunjukkan wajah mengecewakan terhadap Yozora, sikapnya
mulai berubah, “Kelihatannya aku sudah salah menilai kak Yozora.”
Tak
ada yang tahu bagaimana ini bisa bocor, tapi rumor yang mulai tersebar diantara
para murid kalau Mikadzuki Yozora sebenarnya adalah adik kandungnya Hidaka
Hinata. Membuat popularitasnya Hinata, yang terkenal diseluruh kalangan, langsung
bergeser kearah Yozora.
Keberadaan
Sena yang diidolakan oleh para anak cowok.
Lalu
keberadaan Yozora, yang terlihat seperti cewekdewasa dan popularitas yang
langsung melejitsejauh ini disekolah.
“........Semua
yang kulakukanseharusnya tak beda jauhdari Sena maupun Yozora. Jadi, kenapa
hanya aku saja yang tak bisa jadi lebih populer......”
Aku
punmengeluhpada Rika.
Berusaha
untuk membantu persiapan misa Natal dan perjamuan, membantu pekerjaan OSIS
bersama Akane-san dan Aoi dengan sebaik mungkin....... Kelihatannya usaha itupun
selalu saja disalahartikan. Reputasiku sebagai anak nakal belum juga hilang.
Semenjak
aku kabur dari Klub Tetangga dan mulai membantu OSIS hingga sekarang, cerita
kerennya akan jadi seperti “Mereka pastisering menasehatinya dan sekarangmalah
jadi membantu OSIS untuk mengubah reputasinya.” Atau hal yang semacam itu.
“Kau
tadi fertanya kenafa, fukannya kau fudah tahu?”
Rika
bertanya dengan mulut yang masih penuh dengan telur goreng dan telur ikan, sambil
melihat kearahku.
“Apaan
tuh?” itulah yang tidak kukatakan, jadi aku tetaplah diam.
Setelah
dia selesai makan, Rika pun langsung berkata,
“Kau
sudah tahu, kan? Kalau ada yang berbeda antara Yozora-senpai dan Sena-senpai
dan Kodaka.”
“........”
“Pe-nam-pi-lan.”
Aku
memasukkan ayam goreng kedalam mulutku dan memakannya. Seperti yang
kubayangkan, ini sangat lezat.
“.......Biarkan
aku berbicara sebagai seorang teman. Seorang anak lelaki yang luar biasa, tak
hanya bisa memasak tapi juga mengerjakan pekerjaan rumah, belum lagi dia orang
yang peduli, catatan kehadiran yang sangat bagus dan sangatseriussaat dikelas,
ditambah lagi kemampuan akademik dan olahraganya tak bisa diremehkan, Hasegawa
Kodaka seorang anak umur 17 tahun yang punya hobi membaca, meninggalkan daya
tariknya sebagai cowok kece, bisa kupastikan kalau alasan diaselalu menghindar
dari orang banyak itu bukan karena kepribadiannya. Aku sangat suka dengan
selera humornya yang seperti DADA MANA YANG KAU SEBUT DAGINGKECIL HAH?! MAU
MATI KAU.....?! Oh maaf, sepertinya kita keluar dari topik.”
......’Meninggalkan
daya tariknya sebagai cowok kece’. Rasanya dadaku jadi agak sakit setelah
mendengar hal itu, tapi aku memilih untuk mengabaikannya saja.
“Rambut
dan raut wajah yang seperti itu...... terutama rambutnya. Meskipuntak masalahjika
sekolah ini tidak terlalu ketat, tapi memiliki gaya rambut seperti itu
disekolah agama seperti ini—yang biasa dipakai oleh anak-anak cewek
populer—sudah pasti ini kesalahan fatal. Saat kau melihat seperti apa para
aktor keren dengan rambut pirang disekolah, tapi karena kau bukan artis jadi
pastinya kau sering dapat masalah, kan?”
“Enggak
kok, aku tak pernah menganggap kalau aku ini mirip Seo-ku-----“
“Jangan
coba-coba memaksakan dirimu, bocah! Kau pikir orang sepertimu terlihat mirip
dengan mantan anggotanya Inago Rider yang keren itu?! Bodoh!”
Rika
mengalihkan pandangannya dengan “huuh....” Kelihatannya
dia penggemar dari Seo-kun. Jadi dia bukan hanya penggemar anime mecha tapi
juga film Tokusatsu.
“Cu-Cuma
bercanda kok.... Jangan terlalu diambil hati. Sebenarnya aku tidak terlalu
menganggap aku ini mirip..... Tapi aku juga nggak mau merasa mereka mirip
dengan penampilanku jadi itu cuma pemikiranku saja......”
“Aku
sangat mengerti perasaanmu, tapi kalau kau mengatakan isi pikiranmu itu lalu apa
yang kau pikirkan tentang mereka yang punya ketertarikantentang hal itu. Sudah
pasti penampilannya itu hal yang penting baginya. Kalau aku mau memberi contoh
dari novel ringan, kita bisa menyebut salah satu contohnya sesukamu dan pasti pikiranmu
akan jadi seperti, “Ah! Aku jadi ingin sekali membaca itu.” Lalu kau pasti akan
mencari buku lain yang pengarangnya berbeda dengan tema yang sama, dan ternyata
hanya latar belakang pengarangnya saja yang mirip. Gaya bahasa dan isinya
sangat berbeda.”
“Bagaimana
dengan [BunGe-bu] yang tidak seperti [Oregairu] atau [OreJigoku] apa mungkin
mereka itu punya kemiripan?”[1]
“Yap.”
Jadi
kau lebih memilihtampilan daripada isinya, ya.......? Aku tak mau membahasnya
sih tapi itu kan beda jauh.
Terkadang
saat aku melihat-lihat sampul novel ringan sambil mencari sesuatu yang bisa
bikin klop, aku tak pernah mengingat nama pengarangnya tuh. Hanya saja saat aku
mau membeli buku yang baru rilis di ‘Amazonees’ aku melihat nama pengarangnya
dulu, dan jugasaatkupikir “Bukannya ini pengarang dari buku yang kubaca
sebelumnya?”
“.........Bahkan
saat ada manga atau novel ringan yang diadaptasi, sebenarnya semua desainnya
memang samasaja dengan sumber aslinya, kan....?”
“Yah,
kira-kira seperti itulah yang biasanya, jadi tolak ukur bagaimana menghargai
karya asli untuk dijadikan karya visual, dengan syarat kau tidak benar-benar
menganggap alur karya aslinyasama.”
Rika-san
dengan tenang menjelaskan intinya.
“Makanya
daripada memaksakan diri untuk ikut acara cosplay atau semacamnya, lebih baik
membaca karyanya saja, maksudku mereka punya daya tarik tersendiri untuk
disimak, tapi.... eng, kita mau bicara apa lagi yah?”
“Padahal
aku sudah mengambil beberapa perumpamaan dan mulai menyampaikan pendapat tak
berguna yang sudah kucari di internet......... Um, sebenarnya, kita
membicarakan hal itu karena kau sangat ingin menjadi orang populer, dan juga
kau sama sekali tak punya pilihan lain lagi selain mengubah penampilanmu.
“Aku
tahu...... Tapi sebenarnya..... kalau aku mengubah penampilanku yang sekarang,
rasanya seperti aku menipu semua orang......”
“......Meskipun
Kodaka sudah menilai wanita biasa hanya dari ukuran dada mereka.”
“Bu-Bukan
hanya soal dada mereka! Dada itu hanya salah satunya saja.”
“Bokong.....
mungkin.....”
“Bokong,
mungkin..... Yang benar saja, dasar bodoh.....”
Lupakan
tentang hal bodoh ini-----
Aku
sudah egois mengeluh disaat seperti ini, jadi aku memutuskan untuk bilang pada
Rika tentang hal yang pernah kukatakan pada Sena sebelumnya.
Inilah
aku, yang memang terlihat seperti orang Jepang, dengan rambut seperti ibuku yang
orang Inggris dan itu satu-satunyawarisan darinya.
Jadi
aku merasa kalau ada orang yang menolak rambutku ini yang kuwarisi darinya sama
saja aku memotong hubunganku dengan mendiang ibuku, jadi aku selalu meyakinkan
diriku untuk tidak pernah melakukan hal itu.
Setelah
mendengar apa yang kukatakan. Rika kemudian tersenyum lembut dan berkata,
“.......Sebenarnya,
aku tidak tahu seberapa besar kamu percaya pada Rika, kecuali untuk mereka yang
kedua orang tuanya masih ada, tapi..... Tapi kalau yang barusan kau katakan itu
memberimu saat-saat yang tidak menyenangkan karena kau yang ingin menjaga
hubunganmu dengan mendiang ibumu, kurasa itu hal yang bagus kok. Kupikir hal
yang kau yakini itu tak boleh hilang darimu. Suatu hal yang memang layak kau
hargai. Tapi, kau harus tahu......”
Rika
tiba-tiba menyorotkan matanya.
“Kalau
kau ingin dihargai seperti Yozora-senpai dan Sena-senpai setelah mereka
berubah, tapi gengsimu itu tak mau berubah sedikitpun dari dalam dirimu.....
jujur, aku merasa kau itu sangatlah egois.”
Ujung
bibirnya Rika agak naik seperti tersenyum sinis; Membuatku jadi tak bisa
merespon apapun.
‘Kalau kau ingin jadi
seperti orang lain, danhal yang bisa kau lakukan itu hanyalah mengubah dirimu.’
Hanya
sedikit orang yang bisa benar-benar memahamisiapa diriku sebenarnya, jadi dengan
dibentuknya Klub Tetangga itu membuatku jadi senang.
“Bagi
Rika, mungkin Kodaka sudah berusaha yang terbaik sejauh ini. Aku percaya Kodaka
harus apa. Kita seharusnya tetap menikmati saat-saat menyenangkan dimana kita
menjadi teman. Bukankah kau pikir itu lebih baik? Setidaknya Rika, tidak menganggap
bahwadiaingin Kodaka berubah saat ini.”
“..........Aku
pun bahagia kok.”
Sebuah
senyum polos pun mengembang.
“..........Tapi,
membiarkan kesalahpahaman itutidak baik. Aku berusaha untuk selalu bersikap
jujur, meskipun aku bekerja keras untuk membantu OSIS, tapi yang kudapat
hanyalah capek. Tapi, kau tahu...... saat aku mengeluh dengan ‘tak ada seorangpun
yang bisa memahamiku,’ kata-kata penghibur itu membuatku jadi terus menutup
diri. Meskipun hanya sedikit dari mereka yang bisa melihat diriku yang
sebenarnya, harusnya itu sudah cukup untuk membuat hatiku senang.......
mungkin.”
Rika
mendengar penjelasanku dengan ekspresi lembut yang terpancar dari wajahnya.
Klub
Tetangga---- Tempat dimana kita bisa katakan ‘kau bebas menjadi dirimu sendiri’
sudah pasti itu membuatku jadi merasa nyaman, jadi sebagai gantinya aku ingin
terus menjaganya. Kenyataan itu masih ada dan belum juga berubah.
“.......Tapi,
kau tahu...... Mereka yang sudah mengenalku, punya masalah masing-masing......
Kau juga salah satunya sejak bergabung dengan Klub Tetangga selalu berusaha
keras, selain itu juga ada Maria, Kobato, Yukimura, Yozora dan.......
bahkan...... sebelum aku menyadarinya...... Sena pun sudah berubah.”
Rika
pun tersenyum manis.
“Itu
bagus, kan? Semua orang pasti merasakannya, jadi tak ada alasan untuk membenci
dirimu sendiri. Aku yakin semuanya tak akan mungkin meninggalkan Kodaka.
Sebaliknya, kupikir mereka justru akan bersikap lebih ramah dan baik padamu. Meskipun
Kodaka jadi bahan celaan, biarkan kami anggota Klub Tetangga yang memaafkan
mereka, ya?”
Memaafkan?
.......... ------ Ah, aku tahu sekarang.
Akhirnya
kutemukan juga kata-kata yang bisa menggambarkan selama ini.
“.......
Kalau saja, Aku takkan mau memaafkan
mereka, selalu ada dalam pikiranku.”
Tanpa
harus kukatakan lagi, Klub Tetangga memang sangatmenganggumkan.
Bagiku
itu seperti sebuah keajaiban karena mereka yang juga seperti diriku ini bisa
menerimaku apa adanya.
Meskipun,
aku yang menjengkelkan ini bisa menerima keajaiban itu, tapi jangan kau pikir
aku ini adalah orang yang pantas.
Kalau
boleh jujur-----Sering kali aku merasa, ’Kenapa aku bisa menghabiskan waktu bersamayang
lainnya dengan keadaan seperti ini?’.
Aku
tak bermaksud untuk menjauh. Tapi, nyatanya apapun yang kulakukan tak ada
artinya. Hanya dengan ‘Akan kulakukan yang terbaik’ sebagai hal yang terpaksa kulakukan
setiap saat. Aku tak pernah bisa benar-benar berubah dari kondisiku yang
seperti itu.
Dan
sampai saat ini aku masih nyaman dengan hal seperti ‘Mereka itu orang-orang
yangmenyedihkan,berarti tak masalah bagiku karena aku juga bagian dari mereka?’,
aku selalu menggunakan kata-kata itu untuk membuat diriku jadi merasa lebih
baik.
Tapi...... Sekarang mereka
bukan lagi orang-orang yang menyedihkan.
Meskipun tak banyak
yang bisa kulakukan, aku harus tetap melakukan yang terbaik supaya aku bukan lagi
orang yang menyedihkan.
Mikadzuki
Yozora dan bahkan Kashiwazaki Sena sudah bisa berubah. Diantara mereka itu, aku
hanyalah orang yang tidak bisa berusaha keras. Dan karena hal itu, aku jadi
tidak bisa memaafkan diriku sendiri.
“Bukannya
orang bodoh selalu membanggakannya.Anak laki-laki memang keras kepala, ya?
Meskipun kau menjalani hidup dengan damai, kau tetap memilih untuk terus
menghadapi rintangan itu.”
Kata-kata
Rika menggerakkan hatiku.
Aku
tersenyum tipis. “Mungkin memang begitu,” itulah yang kupikirkan.
“Tapi,
biasanya laki-laki yang tidak egois, tak ada gunanya menyebut dirinya itu
menyedihkan........ itu hanyalah sekumpulan orang bodoh.”
Sama
seperti tadi, aku tidak merespon.
“........Kodaka,
apa kau mau berubah?”
Kelihatannya
pertanyaan Rika ini seperti menunjukkan ‘Jawaban terakhirmu?’ Dan aku pun
menjawab----
“Aku
mau berubah.”
Dengan
agak spontan, kujawab pertanyaan itu.
Agar
aku bisa membusungkan dadaku dengan bangga dan berdiri berdampinganbersama
Yozora, Sena, Rika, Yukimura, Kobato dan Maria, yang sudah jadi lebih dewasa.
Dengan
begitu, aku bisa menjadi orang yang lebih pantas diantara mereka.
“Hm.
Baiklah. Biar kubantu kau nanti.”
Karena
memandang ‘Kita ini adalah teman, jadi melakukan hal yang seperti itu adalah hal
yang wajar,’ Rika pun setuju untuk membantuku tanpa mengelak sedikitpun.
☺
Setelah
pembicaraan itu,hari pun terus berlanjut sampai pada hari Sabtu siang.
Aku
bertemu dengan Rika dan kami pun pergi ke salon kecantikan langganannya yang
tak jauh dari sekolah.
Sebuah
salon kecantikan yang mungkin akan membuatmu mengira bahwa itu adalah semacam kafetaria
atau tempat dimana Rika memang sengaja datang setiap hari, untuk menambah bahasa
gaulnya.
Mungkinkah ini tempat
dimanawarna rambutku ini akan berakhir.......
“Kenapa
mundur-mundur? Ayo, masuk kedalam. Masuk, masuk.”
Sambil
aku mengenggam tanganku yang dingin karena gugup didepan pintu masuk, Rika
mendorongku masuk kedalam salon.
Tak
ada sama sekali pelanggan yang mengantre didalam, hanya ada seorang pegawai
laki-laki yang menyambut.
Dia
jauh dari kesan seorang ‘penata rias’. Tingginya sekitar 2 meter, ototnya maco.
Tubuhnyaberisi layaknya seorangangkatan khususdan memiliki wajah yangpas dengan
kepala plontos. Kau pasti jarang menemukan orang yang seperti ini, jadi sulit
untuk memperkirakan umurnya, tapi kurasa umurnya sekitar 40 tahun-an.
“Oh,
selamat datang.”
Suaranya
berat seperti yang kukira.
“Hai,”
jawab Rika.
Dia
mengalihkan pandangannya padaku, dengan sorotan mata yang tajam.
“Hoo.........
Inikah temanmu, Rika? Tak kusangka dia ternyata imut.”
I-Imut.........?!
Ini
pertama kalinya bagiku ada orang yang memberikan kesan seperti itu.
Kalau
dilihat dari sudut pandang lain, kita berdua ini seperti anak buah yang sedang
berhadapan dengan atasan sebelum turun ke medan perang.
Ah, tunggu sebentar.......
Apa dia ini beneran seorang penata rias.......?
Rika
yangmelihat kegelisahanku langsung mengomel.
“Ya
ampun, kalian seharusnya tahu kalau menilai seseorang dari penampilan mereka
itu bukan hal yang pantas, tahu.”
“I-Iya.......
Benar juga......”
Dia
memang blak-blakan. Aku memang memahaminya lebih daripada siapapun. Karena itu,
aku takkan bermaksud lari dari anggapan tentang penampilan bawaanku. Sekali
lagi, aku baru sadar seberapa pentingnya penampilan itu.
“Jangan
khawatir, Kodaka. Goloh-san si aktor besar ini; yang takkan bisa kau perkirakan
hanya dari penampilannya, tapi sikap
tangannya yang gemulai itu membuat lelaki manapun pasti terganggu.”
Jauh
dari perasaan tenang, dan fakta itupun membuat sensor bahayaku sampai memasuki
zona merah.
“Goloh-san,
bisa kau persiapkan itu?
“Yep.
Akan aku persiapkan barangnya.”
Goloh-san
memperlihatkan mata dan giginya yang tajam sambil menunjukkan senyum ganas yang
mengingatkanku pada seorangpria mata keranjang.
Eh.......? Apa yang
mau dia lakukan........?!
“Hari
ini, kita mempersiapkan sesuatu yang spesial hanya untukmu Kodaka.”
“A-Aku
masih punya urusan lain yang mendesak!”
“Baiklah~,
sudahlah ayo kita mulai saja, Kodaka-kun.”
Saat
aku berusaha untuk kabur, Goloh-san mengenggam erat pundakku dan menyeretku
kembali. Ke-Kekuatan macam apa ini?! Mana
bisa aku sanggup melawannya..........!
Dia
membuatku duduk diatas kursi.
Kulihat
pantulan diriku dicermin besar yang ada dihadapanku; gigiku menggertak
ketakutan.
“Jangan
tegang begitu, Kodaka-kun. Kalau kau memang mau melupakan masa lalu, aku akan
membukakan gerbang menuju dunia yang baru untukmu!”
“A-Aku
sama sekali tak butuh dunia yang baru!”
“Kau
mau berubah, kan, Kodaka?” Rika berkata sambil menyeringai.
“I-Itu
memang benar, tapi------!”
“Tapi
apa? Kau pasti merasa sedikit tertekan dan pasti agak sulit awalnya, tapi
sekali kau terbiasa semuanya akan baik-baik saja.”
“TERTEKAN?! SULIT?!”
Entah seperti apa aku
mendengarnya, itu bukanlah kata-kata yang mestinya kau gunakan saat mewarnai
rambut seseorang!
“Baiklah~.
Mari kita coba yang ini dulu.”
“HIIIIIIIII!”
Aku
langsung merinding ketakutan saat Goloh-san membungkuk dan mengeluarkan----sebuah
wig.
“........Eh?
Itu.......”
Goloh-san
memakaikan wig keatas kepalaku.
Aku
memang merasa agak tertekan. Diatas
kepalaku.
Kulihat
diriku yang —berambut hitam— dicermin.
Gaya rambutnya memang tidak terlalu jauh beda dengan milikku.
“Bagus,
sangat cocok untukmu.”
Rika
berkata sambil tetap berada dibelakangku, dia seolah sedang memandang diri
sendiri.
“Rika,
ini apa.........”
Saat
aku menengok untuk menanyakannya, Rika menunjukkan senyum nakalnya.
“Ini
adalah hubunganmu dengan ibumu, itulah kenapa kau tak ingin mengubah warna rambutmu,
kan? Jadi, kita kesini untuk berkompromi. Lebih bagus lagi jika kau terbiasa
memakainya disekolah, ‘kan?”
“Rika..........!”
Tak
kusangka Rika mengatakan hal yang begitu dalam; Membuatku mataku jadi
berkaca-kaca.
Perhatian sekali!
Kalau kita ini bukan teman; Aku akan langsung berlutut dihadapanmu dan
menggenggam tanganmu sekarang juga!
“Kita
memang bermaksud hanya untuk mengganti warnanya. Tapi sekarang karena kita
sudah sejauh ini, mungkin kita harus mencoba gaya rambut lainnya juga.
Goloh-san sudah menyiapkan berbagai jenis wig untukmu.”
“Baiklah,
lakukan saja......!”
Setelah
itu, mereka punmenjajalkan banyak macam wig padaku.
Model
seperti: rambut panjang, belah dua, potongan pria mata keranjang, rambut lepek,
rambut berandalan dan setelah itu mereka memakaikan wig gaya rambut yang
aneh-aneh juga, seperti: wig yang rambutnya menyembul keatas, botak, gaya
rambut pejabat, kribo, kuncir dua, keriting. Dan akhirnya mereka lebih suka wig
dengan gaya rambut yang mirip denganku hanya saja warnanya yang berbeda,
berhubung karena potongan rambutku sudah pendek jadi tak akan dipotong dari
bawah.
Ngomong-ngomong,
tekniknya Goloh-san memang sangat hebat; hanya saja aku masih agak takut-takut pada
suara jari-jarinya yang membelai rambutku.
☺
Akhirnya setelah selesai dari salon, Rika mengajakku
ke toko lain.
Sekarang
adalah optik.
Inilah
tempat dimana Rika biasa membeli kacamatayang selalu dipakainya dulu. Karena
sekarang dia memakai lensa kontak.
“Hmm. Mau
beli kacamata baru?”
“Yap. Buat
Kodaka kok.”
“Aku?!”
Rika pun
mulai menjelaskan keherananku.
“Kita cuma
menghitamkan warna rambutmu, kan? Kita juga harus melakukan sesuatu pada
wajahmu. Sudah pasti kalau untuk operasi plastik jangan ditanya lagi.Makanya
kita akan menggantinya dengan kacamata untuk penampilanmu.”
“..........Memangnya
memakai kacamata itu ada pengaruhnya?”
“Kau jangan
coba-coba meremehkan kekuatan dari kacamata. Didalam novel ringan maupun anime,
popularitas akan berubah drastis saat kau memakai atau tidaknya kacamata itu,
seandainya mereka memberi ciri khas pada karakter dengan jas lab putih atau
rambut ekor kuda. Pada akhirnya, kacamata memanglah benda yang penuh dengan
pengkhianatan! Keajaiban yang bahkan bisa mengubah ketua geng nakaldengan imej
wajah yang sok menjadi karakter murid jenius terhormat dengan hanya menambahkan
kacamata padanya!”
“Haha, kau
itu terlalu berlebihan.”
Aku
menanggapi lelucon Rika dan tertawa.
-------Mungkin
sebelumnya, aku sudah meremehkan
kekuatan dari kacamata.
Sama
seperti disalon kecantikan, Rika dan perlayan toko wanita (yang kelihatannya
seperti kenalan dari Rika) memandangiku, menyuruhku untuk mencoba banyak kacamata
hitam, kacamata satu lensa dan sisanya untuk senang-senang. Kami saling
memakaikankacamata dari model yang paling besar, persegi panjang, hitam sampai
kacamata yang harganya justru lebih menggelikan daripadamodelnya.
Entah apa
yang mesti kulakukan dengan rambut hitam danberkacamata agar terlihat seperti
anak SMA yangrajin, penurut dan selalu ada disetiap sudut sekolah.
“Apa
itu..... aku....?”
Setelah
imejku berubah drastis rasanya jadi canggung sekali, tapi tidak buruk juga.
Dengan
seperti ini, aku hanya perlu membaca buku diperpustakaan dan semua orang yang
melihatku pun akan jadi seperti, “Sedang apa orang itu disini?” Pastidengan begitu, perpustakaan akan dianggapseperti
rumah keduaku.
“.........Bagus........”
Rika
bergumam, sambil menatap wajahku dengan bingung.
“O-Oh.......
Sudah kuduga.”
Ditatap seperti ini
membuatku jadi malu.
“Bagus......
Bagus...... Baguusss..... Huhuhuhu ┌(┌
^o^)┐”
Nafas
Rika pun jadi tersenggal-senggal.
“He-Hei,
Rika?!”
“Aura
yang berat ini sangat luar biasa ┌(┌
^o^)┐! Rika ingin mengawetkannya supaya bisa melihatmu didalam
kaca┌(┌ ^o^)┐! Setelah
itu jadian dengan ketua OSIS yang berambut panjang dengan seragam putih atau
mungkin dengan guru matematika yang terlihat lembut luarnya namun sebenarnya dia
tipe orang yang sangat sadis ┌(┌ ^o^)┐ ......... Tidak, tunggu! Sebaiknya
diputusin saja ketua OSIS yang cantik itu atau guru matematika itu, tapi alur
ini akan jadi lebih sulit dimana seorang lelaki berkacamata yang masih bingung
karena baru saja dipindahkan dari Tokyo ini tiba-tiba nimbrung dengan
perkumpulan para cowok maco yang dipimpin Goloh-san dan jadi rebutan para
cewek-cewek ┌(┌ ^o^)┐!
“Aku tidak mau!”
“Eh........... Apa kau yakin tidak mau
punya gebetan atau jangan-jangan kau malah menyukai Goloh-san ┌(┌ ^o^)┐.......?
“Sudah bicaranya.........? YA ENGGAKLAH,
DASAR BODOH! Kenapa kau bicara seolah aku ini main belakang dengan Goloh-san?!”
“Jadi......
kau tidak mau......?”
Rika
menundukkan kepalanya sambil memandangiku dengan tatapan mata seekor anak anjing
yang imut, dan hampir sajaaku goyah, tapi.......
“TIDAK
AKAN PERNAH!!”
Aku
langsung membentengi diri dengan kata-kata itu.
☺
“Dengan
begini, kita sudah hampir selesai mengubah imej-mu, kan?”
Rika berbincang
denganku, sementara kita meninggalkan optik.
“Apa masih
ada lagi? Jujur, akumerasa seperti boneka mainan yang sudah siap diubah
sedemikian rupa.”
“Itu hanya
terlihat dari luarnya saja, kan? Sekarang ayo kita lakukan sesukamu.”
“Sesukaku.......?!”
“Kita
harus melihat anggapan orang lain terhadapmu ini bisa mengancam orang lain atau
tidak, ‘kan?”
“Haa?!
Untuk apa........?!”
Akutidak
mengerti apa maunya.
“Lihat,
saat matamu menatap itu seperti predator yang sedang kelaparan dan mulai
menakut-nakuti sekitar---- seperti yang
kau lakukan saat ini.”
“......Ugh.....
Aku sama sekali tak bermaksud untuk menakut-nakuti orang lain, kok......”
“Dan
kau jadi semakin menakutkan sekarang, karena gerutuanmu sendiriitu suaranya
terlalu dalam.”
Apa barusan suaraku
benar-benar mengerikan......?
“Berat
banget, kan? Makanyasekarang---- ayo kita coba mulai dari nadamu.”
“Nada?”
“Kita
harus tetap bernada sopan bukan hanya didepan kakak kelas dan orang dewasa,
tapi juga teman sekelas dan adik kelas. Dan kita akan menggantinya jadi “boku”[2]
mulai sekarang.”
“Bo-Boku.......?!”
“Sudahlah
lakukan saja, aku yakinkesanmu akan berubah jadi lebih baik. Dengan penampilan sekarang,
kurasa itu gaya yang cocok denganmu.”
“Kau
siap........?!”
“Coba
katakan lagi.”
“.........Apa
kau siap?”
Coba
katakan lagi........ Tidak, saat aku mengulang perkataanku lagi, Rika
mengangguk dengan wajah yang serius seolah berkata, “Sudah cukup.”
Sambil
aku menatap pantulan diriku dijendela toko, aku mencoba untuk berlatih sedikit.
Aku
membetulkan kacamataku.
“.........Pe-Perkenalkan
namaku Hasegawa Kodaka........”
“Pffftt----!”
Rika
menahan tawanya.
“I-Ini
seperti penindasan...... Kuku, pfft.....!”
“A-Aku
melakukannya karena kau yang minta, kan?! ...... Sudah pasti aku melakukan apa
yang kau katakan, apa aku salah?”
“I-Istirahat
dulu sebentar...... Huu...... Nafasku jadi berat...... Huuhaa---!”
Aku
melihat kearah Rika yang pucat karena berusaha untuk menahan tawa.
☺
Kemudian,
aku berjalan-jalan melewati bermacam toko game dan toko buku bersama Rika
dengan tetap menggunakan gaya lelaki berambut hitam dan berkacamata yang lugu.
Meskipun
penampilanku begini, aku bermasalah dalam hal berbicara sopan dan menyebut
diriku dengan sebutan yang lebih sopan. Makanya aku akan berusaha untuk
melakukannya pada orang yang tak kukenal seperti disekolah.
Tak
terasa, matahari sudah mulai terbenam dan kami memutuskan untuk pulang.
“Baiklah,
sampai ketemu disekolah nanti,” Aku mengatakannya dengan nada biasa.
“Yep,”
Rika mengangguk dengan senyum yang sumringah.
“Sebenarnya,
ini pertama kalinya aku menghabiskan waktu seharian bersama teman.”
“Benarkah?”
“Yep.
Dan sangat menyenangkan.”
Melihat
kepuasan yang terpancar dari wajahnya itu pun membuatku jadi bahagia.
“Baiklah.
Kalau begitu kapan-kapan ayo kita jalan-jalan lagi. Hari ini semuanya untukku.
Lain kali, kita akan melakukan sesuatu untuk kita.”
“Yep,”
Rika mengangguk dan---- menunjukkan senyum tipis.
“.......Kodaka.......”
“Hm?”
“Kita
ini teman selamanya, kan?”
“..................I-Iya.
Teman selamanya.”
Tak
butuh waktu lama aku menjawab itu, seolah aku tahu apa yang Rika maksud.
Disaat
yang bersamaan,entah kenapa dadaku ini terasa sesak.
☺
Sudah
lebih dari satu jam sejak aku berpisah dengan Rika.
Sesampainya
dirumah, aku masih memakai wig-ku dan kacamata bohongan ini, lalu menyapa
Kobato.
“Aku
pulang, Kobato-san. Aku kakakmu.”
“HUUUUUUAAAAAAAAA!!!!!
BU-BU-BUUUUULLLLIIIIIAAAANNNNNYYYYYAAA AN-CHAN!!!”
“Hei,
tenanglah. Aku nggak dibuli.”
“ENGGGAAAAAAKKK KKUUUUAAAAAAATTTTTTT!!!
KYYYYAAAAAAAAAAAAA!! KYAAAAA, SELAMATKAN AKUUUUUUUUUU!!!!”
“Sudah
kubilang tenanglah, Kobato! Ini aku!”
.........Aku
berusaha untuk menenangkan Kobato yang histeris sebelum dia melakukan sambungan
telepon luar negeri kepada ayah kami yang ada di Amerika, tapi sudah terlanjur.
Catatan penerjemah
dan referensi
[1] Ada tiga novel ringan yang dimaksud
disini, yaitu [Klub Novel Ringan], [Masa muda komedi romantisku bla bla bla]
dan [Neraka-ku] secara berturut-turut. Mereka semua menulis dengan cara yang sedikit
berbeda dari biasanya. Dan Google jadi bisa beristirahat sejenak.
[2] Biasanya dia menggunakan bahasa yang kasar/ala cowok berandal
seperti “ore” saat memanggil dirinya sendiri, kemudian menggantinya dengan sebutan
yang lebih sopan seperti “boku”.
0 Comments
Posting Komentar