DIARY
Guiliastes :
Seorang jenus dengan IQ 200, dia memasuki universitas pada umur lima belas tahun. Dia lulus pada usia delapan belas tahun, menerima gelar doktor pada usia dua puluh dua tahun. Kemudian, melanjutkan studinya di luar negeri, dia kembali dengan gelar doktor lainnya pada usia dua puluh lima tahun.
Pada usia dua puluh enam tahun, universitas-universitas kelas atas negara ini berlomba-lomba untuk mempekerjakan dia sebagai seorang profesor.
Aku melihat tumpukan surat penerimaan tenaga kerja di atas meja. Universitas mana yang seharusnya kuambil? Pikirku, menggelengkan kepala atas kekonyolan situasi.
Aku bahkan tidak perlu waktu sepuluh menit untuk mengkalkulasikan universitas mana yang paling menguntungkan untukku, jadi apa ada yang perlu dipusingkan? Tepat — tidak ada yang perlu dikhawatirkan!
Masih dalam keadaan kesal, aku mengumpulkan semua surat penerimaan tenaga kerja dan dengan kasar melemparkannya ke langit-langit. Helaian-helaian kertas jatuh, berserakan di seluruh lantai, kecuali satu lembar yang mendarat di meja.
"Kau kalau begitu!" Aku mengambil surat tersebut, dan hampir-hampir tidak melirik nama universitasnya sebelum menggoreskan tanda tanganku di kertas itu. Menyambar helmku, aku pergi keluar untuk mengirimkan dokumen tersebut.
Aku berurusan dengan tatapan tergila-gila si petugas kantor pos dengan berpura-pura menyunggingkan senyum hangat. Setelah itu, aku pergi ke jalanan yang dipenuhi dengan toko-toko elektronik, dengan pikiran mengupgrade komputerku.
Si pemilik toko, yang baru saja mendapat untung besar dariku, tersenyum lebar dan bertanya, "Dengan upgrade komputer sebagus itu, apakah kau berencana untuk mulai bermain 'Second Life' dan mengalahkan orang lain?"
"'Second Life'?" Alisku mengerut. Apa itu?
"Kau tidak tahu tentang 'Second Life'? Itu adalah sebuah game virtual reality yang baru saja diluncurkan dua hari yang lalu! Level realisme game itu 99%, level tertinggi yang pernah dicapai!"
Aku memelototi helm game yang si pemilik toko berkeras berikan padaku, berpikir, apa menariknya game virtual reality? Hanya memegang pedang untuk menebas, dan tebas, dan tebas?
Tetap saja, aku sudah selesai membaca panduan instruksi manualnya ….
Aku benar-benar membenci kecenderunganku untuk membaca apapun yang memiliki huruf-huruf karena kebiasaan. Sekarang otakku penuh dengan informasi tentang bagaimana memainkan game ini …, Oh, lupakan saja—aku sebaiknya mencobanya! Aku tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan lagipula.
Pertama-tama, aku harus menentukan ras dan classnya …, di mana dadu yang kupakai terakhir kali?
Begitu online, aku lumayan kebingungan harus berbuat apa.
Aku berdiri di rebirth point, bertanya-tanya, aku memutuskan untuk menjadi seorang bard demon berdasarkan kocokan dadu, tapi sebenarnya bagaimana seorang bardberlatih? Hanya ada sehelai kemeja, celana panjang, dan sebuah suling kayu di kantung suplainya—jangan bilang kalau aku harus mengalahkan monster-monster itu dengan sebuah suling? Apakah semua game sekarang seaneh ini?
Setelah hampir sebulan berlatih, aku menemukan diriku semakin dan semakin menyukai gaya hidup santai seorang bard. Aku mengembara ke mana-mana dengan guqinkesayanganku, kebanyakan berlatih, dan kadang-kadang memasuki kota dan menyanyi di jalanan.
Aku menyibakkan rambut dengan jari-jariku. Kenapa aku selalu merasa ada sesuatu yang tidak lengkap? Apa yang kulewatkan? Oh, lupakan saja—aku hanya akan terus menyanyikan laguku.
Saat aku sedang menyanyi, sepertinya ada sedikit keributan pada kerumunan di depanku. Petikan senarku berhenti saat aku mengangkat kepala untuk menemukan sumber dari keributan itu.
Seorang pria muda yang begitu tampan — cukup menarik perhatian untuk mengundang helaan nafas — muncul di hadapanku. Dia … sedang memandangiku dengan ekspresi tergila-gila? Apakah dia seorang homo?
Menarik! Untuk alasan yang misterius, aku merasakan dorongan yang tak dapat dijelaskan untuk menggoda anak muda yang tampan ini. Untuk sesaat, kami berdua saling menatap. Kemudian, aku berjalan ke arahnya … dan — bersikap seakan dia adalah seorang putri — meminta izinnya untuk mencium tangannya.
Tak disangka, pemuda itu ternyata menerima kecupanku, begitu merona.
Apa yang seharusnya kulakukan berikutnya? Sial, aku sama sekali tidak ada rencana berikutnya. Bagaimana caranya aku keluar dari situasi yang memalukan ini? Kenapa aku memikirkannya dalam-dalam sebelum melibatkan diriku dalam keadaan ini?
Pemuda itu dan aku saling menatap dengan kikuk ….
"Umm, kau pasti tahu aku adalah seorang laki-laki, ya 'kan?" Pemuda itu tiba-tiba bertanya, nada suaranya terdengar cemas.
Kesempatan lain untuk mempermainkannya!
Aku tersenyum dan menaruh satu jari di bawah dagunya, mengangkat wajah pemuda itu. Berjuang untuk mempertahankan ekspresi memikat saat melihatnya, aku berkata, "Tentu saja aku tahu. Kau memancarkan aura bersemangat seperti itu, bagaimana mungkin aku salah mengira dirimu dengan seorang gadis kecil lemah?"
Saat mendengar jawabanku, wajah pemuda itu sepertinya menjadi kaku.
Aneh … kenapa pemuda ini bereaksi seperti ini? Tetap saja, ekspresi membekunya benar-benar menghibur, pikirku, tertawa dalam hati saat sebuah rencana terbentuk dalam pikiranku.
Aku memeluk pemuda itu dengan lenganku, dan dengan sebuah helaan yang disengaja, aku menambahkan, "Laki-laki adalah yang terbaik. Dengan otot-otot sekekar ini … rasanya leeeeebih baik daripada memeluk gadis-gadis lembut dan lembek itu."
Pemuda itu akhirnya tersenyum. Seperti yang kuduga, dia benar-benar seorang homoseksual, pikirku. Sangat disayangkan wajahnya itu, yang bisa mempesona perempuan manapun antara umur lima sampai lima puluh tahun.
Dalam sedetik, walau begitu, aku sadar bahwa aku salah ….
Tak disangka, pemuda itu sangatlah kuat. Dengan "Nine-headed Dragon Strike!" dia membuatku merasakan kematian yang pertama kali dalam game ini.
Saat aku muncul dari rebirth point, aku berpikir, aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kepala pemuda itu? Tindakannya sama sekali tidak ada logikanya sedikit pun!
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar di dalam pikiranku, aku mencoba untuk memikirkan sebuah penjelasan yang memuaskan tentang tindakannya itu. Akan tetapi, tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, semuanya tidak masuk akal ….
Oh, lupakan. Aku kembali berlatih saja! Bagaimanapun juga, aku ragu aku akan bertemu dengannya lagi.
Tapi kenapa pikiran itu membuatku merasa entah bagaimana … sangat kecewa?
Karena bergerak dengan lamban, zombie adalah monster favoritku untuk berlatih. Ini membuatku dapat dengan santai berjalan-jalan di sekitar mereka sambil melancarkanSupersonic Soul-Chasing Arrow dan perlahan-lahan mengurangi HP mereka.
"Bertahanlah, Lolidragon!" Sebuah teriakan memecahkan pikiranku dan aku melihatnya ….
Pemuda itu lagi!
Aku menyaksikan saat dia berteriak pada seorang thief, yang sedang berlari semakin dan semakin jauh. Aku paham dengan situasinya saat itu juga, dan memutuskan untuk membantu mereka.
"Supersonic Soul-Chasing Arrow!"
Aku melihat si pemuda itu, sebuah rasa penasaran yang tak ada habisnya dalam hatiku.
"Aku akan sangat senang bergabung dengan tim kalian." Untuk seseorang yang selalu menjadi penyendiri, aku keheranan dengan kata-kata yang tidak pernah terpikir akan kukatakan.
Pada akhirnya, pemuda itu bernama Prince — sebuah nama yang sangat sesuai untuknya.
Untuk membuatnya lebih menarik, Prince sepertinya mengira bahwa aku mengincar kesuciannya. Hehe, mengira aku adalah seorang homoseksual? Itu pertama kalinya! Menarik …, kalau begitu aku akan berpura-pura seperti itu, hanya untukmu!
Sejak saat itu, sikapku terhadap Prince bahkan sampai tingkat di mana aku sendiri merasa jijik. Aku bahkan memasak sup XX naga untuknya — yang mana, sayangnya untukku, malah menjadi pertama kalinya aku dihajar habis-habisan dan bahkan diinjak ….
Cukup aneh, untuk beberapa alasan yang bisa kuingat hanyalah ekspresi pucat karena marah di wajah Prince.
Pertama kalinya aku melihat air mata Prince adalah saat dia ditendang di bagian bawahnya oleh seorang gadis brengsek. Aku merasa amat marah.
Tidak ada seorang pun yang boleh melakukan hal semacam itu padanya, apalagi membuatnya menangis! Wajah Prince cocok untuk tertawa, untuk bertingkah brutal yang keren, untuk marah, tapi sama sekali tidak untuk menangis ….
Itulah saat pertama kalinya aku menampar seorang wanita, meskipun terbukti nantinya bahwa dia sama sekali bukanlah seorang wanita.
Hari ini, Lolidragon menanyakan sebuah pertanyaan kepadaku: dia ingin tahu dengan jelas perasaanku terhadap Prince, karena dia menyadari bahwa aku hanya berpura-pura menjadi seorang gay.
Aku membalas bahwa aku hanya berpikiran kalau rasanya cukup menghibur melihat reaksinya …, tapi sial, begitu perkataan itu meluncur dari mulutku, aku mulai meragukan diriku sendiri.
Apakah benar-benar karena aku merasa senang membiarkan Prince menghajarku, meninjuku?
Aku tidak dapat memastikannya.
Hari ini, aku bertemu seseorang di kampus yang amat sangat mirip dengan Prince.
Apakah itu dia? Aku merasa sangat tidak yakin, karena dia sangat mirip dengan Prince dalam beberapa hal, tapi mau tidak mau aku merasa sedikit kecewa. Mungkinkah dia benar-benar Prince?
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk tidak mempedulikan identitas Prince yang sebenarnya. Bagaimanapun juga, Prince yang kukenal di dalam game adalah orang yang kusukai.
Kusukai…? Sialan, pikiran macam apa itu?
Lolidragon mendatangiku dengan pertanyaan yang sama lagi.
Alih-alih menjawabnya, aku menimpali — dengan cukup cemburu — dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan padaku: memangnya apa hubungan antara dia dengan Prince? Kenapa dia begitu perhatian soal Prince? Ditambah lagi, Prince sepertinya sangat dekat dengannya juga.
Lolidragon tidak menjawabku; dia hanya melihatku dengan seulas senyuman.
Senyuman itu … seakan berkata bahwa dia tahu tentang diriku lebih baik daripada diriku sendiri, sialan.
Banyak hal terjadi hari ini. Hal pertama yang kutemukan adalah aku telah salah mengira tentang Wu Qing dan Prince — jadi Feng Yang Ming bukanlah Prince sama sekali.
Hal kedua adalah Prince sedang jatuh dalam masalah. Saat suaranya yang kesakitan muncul di team channel, aku dapat merasakan bagian dalam tubuhku memelintir juga.
Aku benci mendengar suaranya yang menderita, pikirku sambil berlarian ke sana kemari seperti orang gila. Akan tetapi, aku tetap saja gagal menemukan jejaknya …, begitulah, sampai aku melihatnya berada dalam rengkuhan lengan Wicked.
Aku mengulurkan tangan untuk menggendongnya, tapi Wicked hanya berjalan melewatiku, kemarahan melintas di matanya. Itu membuatku merasa tidak nyaman ….
Kenapa? Kenapa Prince harus berekspresi seperti itu saat dia dan Wicked saling menatap? Aku tidak suka perasaan ini, aku benar-benar tidak suka!
"Lolidragon, apakah Prince menyukai Wicked?" tanyaku kebingungan, seakan aku jadi menggila.
"Eh? Aku tidak tahu, tapi aku tahu bahwa Wicked menyukai Prince …." Lolidragon melihatku.
"Tapi aku menyukainya juga!" seruku, tidak lagi peduli dengan konsekuensinya.
Lolidragon membalas, "Kau berada dalam posisi yang tidak menguntungkan."
Tidak menguntungkan?
"Kenapa? Aku mengenal Prince lebih lama. Wicked … Wicked baru bertemu dia beberapa kali." Jadi kenapa aku yang berada dalam posisi tidak menguntungkan? Apakah Prince benar-benar lebih menyukai Wicked?
"Kalau begitu, kau benar-benar mencintai Prince? Apakah kau pernah memikirkan soal jenis kelaminnya?"
Seulas senyum perih dan sedih tersungging di wajahku. "Aku pernah memikirkannya, tapi … dibanding dengan senyumannya, jenis kelaminnya sama sekali tidak penting. Aku hanya ingin melindungi senyumannya. Aku tidak peduli dengan jenis kelaminnya."
"Perasaanmu terhadap Prince benar-benar dalam."
"Ya. Aku akan selalu menjaganya, mendukungnya dalam setiap usahanya, menerima segala kekurangannya, dan berbagi segenap penderitaanya. Aku bersumpah untuk ini."
Aku bersumpah, dengan segenap hatiku, untuk melindungi senyum itu, selama-lamanya. Prince, kau adalah cinta sejatiku. (TL: Waow … mimin sampai senyum malu-malu nerjemahinnya …, ini sih, 'three points shoot' XD )
Wicked:
Pertama kali aku melihatnya, dia sedang mengenakan sehelai baju rok terusan warna merah muda dan rambutnya dikuncir dua dengan simpul pita kecil. Dia memiliki mata besar yang jernih, dan rasanya kau dapat mengerti segalanya tentang dirinya hanya dengan menatap kedua mata itu.
"Apakah kau akan menjadi tetangga kami?" tanyanya, dengan mata lebar.
"Yep, itu benar. Siapa namamu?" tanyaku penasaran.
"Feng Lan, tapi Ayah dan Ibu memanggilku Xiao Lan."
Aku tersenyum. Nama yang sangat manis. Itu sangat cocok untuknya.
"Aku Zhuo Ling Bin, tapi kau bisa memanggilku Zhuo-gēge. Xiao Lan, apakah kau mau masuk dan meminum segelas jus?"
"Ya!" Xiao Lan membalas dengan senang.
"Zhuo-gēge, maukah kau menikah denganku saat dewasa nanti?" Xiao Lan bertanya padaku dengan penuh harap.
Aku menghela nafas. Apakah semua gadis berusia dua belas tahun akhir-akhir ini sedewasa ini?
"Ya, tentu saja." Bagaimana mungkin aku berkata tidak padamu, saat kau menatapku dengan ekspresi penuh harap seperti itu.
Aku telah menjaga Xiao Lan sejak dia masih kecil, dan sekarang dia sudah berusia dua belas tahun dan pada usia di mana dia meminta orang untuk menikahinya! Aku mengelus kepala Xiao Lan dengan rasa sayang.
Menikahi Xiao Lan? Sepertinya itu adalah ide yang sangat bagus.
"Zhuo-gēge, kau akan pindah? Kenapa?" Xiao Lan bertanya padaku, menangis.
Jangan menangis, itu tidak cocok untukmu.
"I … itu karena pekerjaan ayahku. Jangan khawatir, aku pasti akan datang kembali dan menemukanmu. Aku pasti melakukannya, pasti."
Dengan hati yang perih, aku menyeka air mata Xiao Lan. Aku diam-diam bersumpah dalam hati bahwa aku pasti akan kembali, dan aku tidak akan pernah membuat Xiao Lan menangis lagi.
Di 'The World' ONLINE ….
Xiao Lan? Aku menatap bingung pada orang yang ada di depanku, pada mata yang tak terhitung berapa kali kulihat di dalam mimpi — mata yang tidak akan pernah kulupakan. Ini dia, 'kan? Gadis konyol yang dengan polosnya memintaku untuk menikahinya ….
Mungkinkah Xiao Lan telah melupakan Zhuo-gēge? Zhuo-gēge yang pernah berjanji untuk menikahinya? Jantungku berdetak liar di dalam dadaku.
Aku berjalan ke arahya dan bertanya, "Maukah kau menjadi istriku dalam game?"
Dia melihatku dengan cukup terkejut, dan kemudian melemparkan pertanyaan konyol padaku. "Apakah kau akan merawatku?"
Gadis bodoh ini, bukankah dia ingat bahwa dia memiliki seorang Zhuo-gēge? Aku merasa sedikit khawatir bahwa dia benar-benar sudah melupakanku, meskipun aku tidak pernah melupakan dirinya.
"Yep!"
"Baiklah kalau begitu." Dia tertawa riang, dan kemudian bertanya, "Kenapa kau memilih bermain sebagai seorang beastman?"
"Ohhh. Tapi mereka sangat jelek!"
Dia benar-benar gadis yang bodoh … tidak heran dia tidak berhenti untuk memikirkannya dulu sebelum setuju menjadi istriku dalam game. Aku berani bertaruh bahwa dia terlalu terus terang dan menakuti semua laki-laki, jadi dia tidak dapat menemukan seorang suami.
Meskipun itulah yang kupikirkan, aku diam-diam merasa sangat senang.
Aku membaca surat dalam genggaman tanganku, merasa tak berdaya. Xiao Lan, kau pergi untuk bermain 'Second Life'? Pilihan apa yang kumiliki?
Karena itulah, aku berganti game memainkan 'Second Life' juga …, tapi di mana kau, Xiao Lan?
Tanpa henti, aku terus mem-PM Feng Xiao Xiao, tapi sistem mengindikasikan bahwa tidak ada player dengan nama seperti itu.
Xiao Lan, di manakah kau berada? Apakah kau tidak mengingatku sama sekali?
Apakah kau tidak mempedulikanku sama sekali? Rasa pahit yang kurasakan …, aku hampir dapat merasakannya dalam mulutku.
Aku sulit mempercayai mataku. Bukankah gadis yang baru saja lewat itu Xiao Lan? Selama ini, Xiao Lan belajar di universitas yang sama denganku?
Aku merencanakan untuk menempatkan diriku berada di jalur langkahnya, berharap dia akan mengenaliku, tapi … Dia tidak mengingatku sama sekali, aku menyadarinya. Rasa sakit di hatiku terasa meluap.
Malam itu, aku log in ke dalam 'Second Life', suasana hatiku berantakan. Ming Bin sedang membuat keributan lagi. Aku nyaris tidak ada niat untuk memperhatikannya, tapi sepertinya dia telah membuat kesal tim yang ada di hadapan kami ini. Odd Squad? Nama yang aneh.
Hmph! Kalau kau ingin sebuah pertarungan, akan kuberikan. Aku sedang dalam suasanan hati yang buruk bagaimanapun juga.
Sial, aku tidak bisa menahannya lagi, pikirku, memutuskan untuk pergi ke rumah Xiao Lan secara pribadi.
Kebetulan, aku berpapasan dengan Xiao Lan di pemberhentian bis. Kali ini, ekspresinya berubah begitu melihatku, dan terus menatapku ….
Apakah akhirnya dia mengenaliku? Begitukah? Aku berjuang begitu keras untuk mengendalikan senyumku.
Begitu kami turun dari bis, dia masih tidak mengatakan apapun padaku, jadi kuputuskan untuk berbicara dengannya.
"Xiao Lan … kau adalah Xiao Lan, 'kan?" aku berpura-pura terkejut melihatnya.
Tak disangka, dia hanya menatapiku, ternganga. Jadi dia benar-benar tidak mengenaliku. Hatiku yang perih terpuntir sakit karena pikiran itu.
"Apakah kau lupa padaku? Aku Zhuo Ling Bin. Zhuo-gēge, ingat?" aku memaksakan diriku untuk tersenyum.
Setidaknya dia mengingatku … aku masih bisa sedikit terhibur dengan kenyataan itu, pikirku, mengejek diriku sendiri dalam hati.
Aku mengikuti Xiao Lan kembali ke rumahnya. Yang mengejutkan, aku mengetahui bahwa Feng Wu Qing sebenarnya adalah Feng Yang Ming.
Jadi bukan hanya Xiao Lan yang kesulitan mengenali orang, pikirku dengan senyum miris.
"Banci?" aku kesulitan untuk mempercayai telingaku sendiri. Xiao Lan ternyata menjadi seorang banci di dalam game? Jadi karena itulah dia tidak menggunakan nicknameFeng Xiao Xiao ….
Akan tetapi, dia menolak untuk memberitahukan padaku nama karakternya di 'Second Life', dan bahkan Yang Ming sendiri tidak tahu.
Aku merasa sedikit kecewa, tapi itu tidak penting. Bagaimanapun juga, aku akhirnya dapat berbicara dengannya secara terbuka di kampus, dan menghadiri kelas yang sama dengannya saat aku memiliki waktu luang. Dengan riang, aku membayangkan diriku mengikuti kelas dengan Xiao Lan.
Untuk meningkatkan kesempatan selamat kami dalam kompetisi, aku memutuskan sebagai perwakilan tim untuk membentuk sebuah aliansi dengan Odd Squad, meskipun Ming Bin mengomel tanpa henti ….
Odd Squad benar-benar aneh (odd). Mereka ternyata mengirimkan satu-satunya warrior mereka, Prince menjadi umpan untuk memancing monster menjauh? Tidakkah mereka khawatir bahwa Prince mungkin tewas?
Prince tidak tewas. Akan tetapi, dari apa yang kudengar, dia terjatuh dari sebuah tebing—nasib yang benar-benar lebih buruk daripada kematian.
Pada prinsipnya, kami — Tim Dark Emperor — harus membantu mereka. Aku mencoba memperkirakan ke arah mana Prince pergi tadi … dan segera menemukan dia tergeletak sekarat di kubangan darah.
Aku berjalan mendekatinya dan menyuapkan sebotol health potion. Dia bahkan bertanya apakah aku adalah Gui.
Jadi Ming Bin tidak mengada-ada saat dia berkata bahwa Gui dan Prince memiliki hubungan yang aneh, pikirku, merasa geli.
"Oh, jadi ini Zhuo-gēge!" Prince bergumam sendiri.
Zhuo-gÄ“ge! Aku membeku. Hanya Xiao Lan yang memanggilku begitu … dan kalau aku menambahkan fakta bahwa Xiao Lan bermain sebagai karakter laki-laki … aku menatap tajam wajah Prince dengan cermat.
Sepasang mata itu … Xiao Lan! Brengsek, bagaimana aku bisa begitu bodoh! Prince adalah Xiao Lan, dan yang lebih penting lagi, dia sedang terbaring dalam kubangan darah dan kesakitan!
Tepat kemudian, Gui muncul pada saat itu, dan aku dipenuhi dengan rasa amarah.
Bagaimana mungkin mereka membiarkan Xiao Lan mengalami penyiksaan yang bukan main ini? Dia seharusnya dijaga dan dilindungi baik-baik. Terlebih lagi, Gui ternyata berani mengulurkan tangannya untuk merampas Xiao Lan dariku? Dan Ming Bin bahkan berkata bahwa mereka memiliki semacam hubungan yang aneh?
Aku memelototi Gui dan berjalan melewatinya.
Pada akhirnya, Xiao Lan memintaku untuk tidak mengatakan pada siapapun kenyataan tentang dirinya.
Tidak akan, terutama tidak untuk Profesor Min! Dia tidak layak untuk bersama Xiao Lan, tidak saat dia sama sekali tidak mampu untuk melindunginya.
"Aku akan melindungimu dengan seluruh kekuatanku. Aku akan selalu berdiri di hadapanmu, melindungimu dari bahaya apapun. Aku tidak akan pernah membiarkanmu mengalami rasa sakit atau kesedihan, Xiao Lan-ku."
Aku bersumpah tidak akan pernah membiarkan kesedihan mengisi mata itu lagi …, Xiao Lan, gadis yang paling kusayang dan kucintai.
[ ½ Prince Jilid 2 Bab Ekstra End]
1 Comments
Lanjut! Cerita na lbh seru dari SAO!
BalasHapusPosting Komentar