11 AGUSTUS 2092 / OKINAWA – MEDAN PERANG
(Translater : Fulcrum)
Tatsuya, ditemani oleh angkatan udara Onna dibawah perintah Kazama, telah berhasil memukul mundur musuh hingga ke bibir pantai.
Seharusnya ‘Tatsuya menemani angkatan udara Onna’.
Namun penyihir kecil yang berdiri sendirian didepan seluruh pasukan itu, mengenakan helm yang menutupi seluruh wajahnya dan baju pelindung selagi sedang membunuh musuhnya, hanya terlihat seperti itu oleh teman dan musuh.
Medan perang itu berubah menjadi pembantaian satu pihak.
Tapi di saat yang sama, kejadian itu tidak memenuhi makna dari kata pembantaian itu sendiri.
Tidak ada sama sekali darah yang terpercik.
Tidak ada sisa-sisa mayat sama sekali.
Tidak ada bau dari tubuh yang terbakar, ataupun ledakan besar.
Seluruh medan perang didominasi oleh kesunyian yang luar biasa.
Peluru yang ditembakkan oleh musuh, granat mereka, roket portabel mereka; semuanya hancur di udara saat diarahkan kepada Tatsuya dan tentara yang lain. Proyektil, bom, dan misil; semua juga sama.
Pihak musuh masih dengan keras kepala menolak mundur, masih mencoba untuk menarik pelatuk dan berakhir menghilang terbunuh seorang demi seorang.
Semua tentara yang berada dibelakang Tatsuya bahkan sudah tidak perlu menembak lagi; mereka hanya perlu melihat pemandangan yang terjadi didepan mereka.
Melihat rekan-rekan mereka menghilang satu per satu, hal itu merupakan ejekan terbesar bagi mereka.
Rasa takut yang seharusnya muncul setelah melihat kematian seseorang tidak terstimulasi sama sekali pada diri mereka, dan meskipun mereka merasakan ketakutan yang luar biasa, tidak terbesit sekalipun dalam pikiran mereka untuk menyerah.
Itu tepat seperti yang diinginkan Tatsuya.
Jika musuh memiliki penyihir tingkat tinggi, mereka pasti tidak kan mundur terlebih dahulu. Hal itu tidak ada dampaknya bagi Jepang, tapi sebaliknya hal itu bisa dikatakan kecerobohan dari musuh setelah melakukan serangan pertama.
Tapi semua hal itu tidak ada gunanya bagi Tatsuya.
Saat ini, jiwanya sudah tidak terkendali.
Semua keraguannya untuk membunuh dan menghancurkan telah hilang.
Rasanya seolah-olah dia tidak ingat kalau membunuh itu adalah hal tabu.
Dia membunuh dan menghancurkan apapun yang ada dihadapannya.
Lebih parah lagi, dia memusnahkan mereka.
Bahkan dia bisa merasakan konflik dari dalam dirinya tentang pembantaian ini. Tapi konflik itu tidak cukup kuat untuk merubah keputusannya.
Pemandangan adiknya yang sedang ada di ambang kematian sangat berdampak kepada dirinya.
Jika orang itu telah mati, maka sihirnya pun tidak akan ada gunanya. Ini adalah pertama kalinya dia menggunakan ‘Regrowth’ kepada orang lain, tapi dari pengalaman sebelumnya dan dari apa yang diketahuinya kalau tubuhnya dan tubuh orang lain sama-sama merupakan ‘materi’ maka dia tahu kalau sihir itu bisa bekerja pada orang lain.
Tapi bahkan sihir ‘Regrowth’ pun tidak bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Hidup dan mati adalah siklus yang tak dapat diganggu, ‘hidup’ dan ‘mati’ murni tidak bisa dirubah. ‘Regrowth’ dapat mengembalikan bentuk tubuh dengan sempurna seperti sebelum terjadi apa-apa, tapi tidak bisa membangkitkan orang yang mati. Hal itu dipahami Tatsuya lebih dari siapapun.
Walaupun jantungnya sudah berhenti, otaknya sudah mati, tenggorokan terbuka, kalau luka-lukanya masih seperti itu maka ‘Regrowth’ masih bisa memulihkannya. Bahkan luka fatal sekalipun, kalau bisa disembuhkan hanya dengan memperbaiki tubuhnya atau peredaran darahnya saja, maka ‘Regrowth’nya masih bisa menyelamatkannya.
Tapi sekali orang tersebut sudah mati, maka tidak ada yang bisa dilakukannya.
Kalau saja dia terlambat…..ketakutannya itu sudah cukup untuk membuatnya panik. Bagi Tatsuya, kematiannya sendiri tidak menghasilkan ‘ketakutan’ bagi dirinya. Lebih tepatnya lagi, dia sudah kehilangan emosi seperti itu, ketakutan akan kehilangan Miyuki lebih besar daripada ketakutannya akan hal lain. Namun walaupun dia tampak tenang, sebenarnya dia sekarang sedang dipenuhi kemarahan.
Dengan hilangnya emosi-emosinya dia tampak tenang sekali, selagi membunuh orang tanpa ragu-ragu.
Jadi bisa dikatakan, kegilaannya itu rasional.
Kegilaan yang hanya disebabkan oleh satu hal.
Tidak membiarkan musuhnya menyerah, kegilaannya dengan kejam memangsa semua kehidupan yang ada didepan matanya.
Walaupun garis depan musuh sudah runtuh, perintah terhadap mereka masih belum berhenti.
Komandan musuh, berpikir kalau mereka sudah tidak bisa lagi menahan kekuatan mereka, sehingga memerintahkan semua pasukannya kembali ke laut.
Para penyerang masuk ke Jepang dengan jalur laut dan berlabuh di pantai.
Untuk menghindari cengkraman iblis yang bahkan sekarang masih berjalan kearah mereka.
Tapi mereka tidak tahu juga, kalau Dewa Kematian sudah menunggu mereka dengan sabit ditangannya.
Melihat musuh-musuhnya mundur dan tidak menyerang lagi, Tatsuya menghentikan langkahnya.
Mendadak mengingat kembali tugas mereka, para tentara angkatan udara Onna segera membentuk formasi dan bersiap-siap menembak.
Tapi lebih cepat dari perintah ‘Tembak!’ terdengar, Tatsuya menggunakan ‘kekuatannya’.
Bukannya tidak ada yang bisa menghentikannya.
Penyihir yang hebat tidak akan menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuannya lebih dari yang dibutuhkan tanpa perlu mengubah ‘dunia’, sementara seorang penyihir yang biasa-biasa saja akan melakukan hal-hal yang membuang waktu. Namun efek sampingnya murni secara fisik.
Para penyerang itu berlari menuju sebuah perahu amfibi kecil, tapi perahu-perahu itu tetap saja menghilang dan menguap ke udara. Distorsi yang terlihat disebabkan oleh evaporasi mendadak perahu tersebut, menghasilkan sebuah uap tebal yang menghalangi cahaya.
Para penyerang yang sudah bersiap untuk menaiki perahu selanjutnya seketika berhenti bergerak.
Senjata-senjata yang mereka lemparkan ke laut menghasil suara yang kecil.
Suara itu menyebar, seolah-olah sebuah rantai reaksi.
Bendera putih dikibarkan.
Selagi Great Asian Alliance mengibarkan bendera tersebut, mereka dengan jelas tidak ingin menjadi tahanan perang.
Dibelakang Tatsuya, daripada perintah untuk menembak, perintah itu untuk menghentikan tembakan yang mereka lakukan.
Melihat itu, Tatsuya mengangkat tangan kanannya mengarah pada bendera putih itu.
“Hentikan itu, dasar bodoh!”
Sebuah tangan muncul untuk menahannya disertai suara orang tersebut.
Untuk menghindari tangkapan tangan itu, Tatsuya menurunkan lengannya dan berputar.
Namun lengan kanannya, yang sudah lari dari tangkapan itu, berhasil ditangkap oleh tangan lain yang muncul dari arah samping kiri.
“Musuh sudah tidak ingin untuk bertarung lagi!”
Dia tahu hal itu dengan jelas walau tanpa diberitahu sekalipun.
Dia tidak bisa melihat wajah orang yang menahannya karena dia juga menggunakan helm yang menutupi wajahnya, tapi itu adalah suara yang belum pernah didengarnya sebelumnya.
Yang pasti, itu bukan Kapten Kazama ataupun Letnan Sanada.
Tidak peduli bagaimanapun nanti cara Kazama untuk menahannya, Tatsuya tetap tidak akan melepaskan mereka.
Jika musuh memang berencana untuk menyerah, membunuh musuh sebelum penyerahan formal masih tidak menyalahi aturan.
Untungnya, masih ada musuh yang tetap memegang senjata mereka ditangannya.
“Aku bilang berhenti!”
Tapi Tatsuya tidak bisa menarik pelatuk CADnya.
Tiba-tiba penglihatannya berputar-putar, dan dia kehilangan koordinat target dekomposisinya.
Dia merasakan ada tekanan kuat di punggungnya.
Dia sadar kalau dia sedang dipegangi.
Dia segera mencoba berdiri, dan secepat dia sadar kalau dirinya sedang dipegangi.
“Saat ini apa yang akan kau lakukan adalah pembunuhan. Tidak akan kubiarkan itu terjadi.”
Sebuah pistol ditodongkan di depan hidung helmnya.
“Tenangkan dirimu Letnan Khusus, Yanagi, turunkan pistolmu.”
Kali ini Tatsuya mengenali suara itu. Dia juga ingat dengan sebutan ‘Letnan Khusus’. Jika pengerahan warga sipil menuju medan perang memang dibutuhkan, maka orang tersebut akan diberi pangkat tersebut. Suara itu tidak lain adalah suara Kapten Kazama.
“Letnan Khusus, apa kau ingat syarat pengerahanmu?”
Sebenarnya, dia ingat hal itu.
Kepalanya, yang sebelumnya panas, mendingin perlahan-lahan.
Rasa haus perangnya menurun, hal itu juga diikuti menurunnya keinginannya untuk membunuh dan menghancukan.
“Saya mengerti.”
Dengan jawaban yang diberikannya dia melepaskan jarinya pada pelatuk CADnya, selagi Yanagi mengangkat lututnya yang digunakan untuk menekan punggung Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Dengan menyerahnya musuh dan pelucutan senjata mereka membuat kelegaan menyebar tidak hanya pada pasukan Kazama saja tapi pada seluruh tentara yang dikirim untuk menghentikan mereka; meskipun mereka tak terhentikan, tampaknya hal itu terbukti salah.
“Sebuah pesan dari pangkalan!”
Seorang petugas komunikasi berlari menghapiri Kazama. Wajahnya, dengan helmnya yang telah dilepas, dan wajahnya terlihat pucat.
“Detasemen musuh sedang mendekat dari Aguni! Dua penjajap berkecepatan tinggi, dan empat kapal perusak! Sudah terlambat untuk menghentikannya! Artileri mereka diperkirakan akan sampai dalam waktu 20 menit! Kita harus segera menjauh dari pantai secepat mungkin!”
Artikulasinya terdengar berlebihan, tapi hal itu bisa dimengerti melihat kondisi saat itu.
“Berikan aku komunikator.”
Sebaliknya, Kazama memberikan perintah dengan nada yang lembut.
“Siap!”
Suara tentara itu jauh lebih keras daripada yang seharusnya.
Tentara yang telah dilucuti itu, menahan nafasnya, melihat kearah kapten mereka. Melihat tidak ada satupun dari mereka yang memiliki ide membuat merasa Tatsuya kecewa. Mungkin karena rasa haus darahnya, tidak ada dari mereka yang merasa antusias untuk mengambil kesempatan itu.
“Ini Kazama. Apa bisa beberapa perahu torpedo……..tidak ada pesawat tempur yang tersedia juga? Kalau begitu apa yang harus kita lakukan terhadap para tahanan perang?.....Aku mengerti.”
Menaruh kembali komunikatornya, Kazama menarik nafas panjang.
“Dalam 20 menit, area ini akan jatuh dalam radius serangan musuh! Semua pasukan bertanggung jawab terhadap para tahanan, dan evakuasi secepatnya!”
Tatsuya tidak bisa percaya apa yang didengar telinganya.
Tanpa transportasi sama sekali, dan jumlah para tahanan yang melebihi jumlah mereka sendiri, memangnya bagaimana caranya untuk melakukan semuanya hanya dalam waktu 20 menit?
Wajah Kazama, dengan helmnya yang sudah dilepas, tidak menunjukkan agitasi sama sekali. Tekadnya sudah sekeras baja.
Namun walau tanpa ESP[1], itu sudah merupakan bukti kalau perintah itu harus ditelannya pahit-pahit.
“Letnan Khusus, untuk sekarang kembalilah ke pangkalan.”
Perintah singkat itu, diberikan dengan suara tak beremosi yang makin menguatkan kesimpulan Tatsuya.
Atau setidaknya, begitulah pikirnya.
Dia mengatakan ‘kembali’, tapi yang dimaksudnya adalah ‘melarikan diri’.
“Apa anda tahu posisi kapal-kapal musuh?”
Daripada menjawab perintah Kazama, Tatsuya memberikan pertanyaan dengan helmnya yang masih dipakainya.
“Kami mengetahuinya, tapi……Sanada!”
Tapi mengapa, Kazama tidak bertanya balik.
Sebaliknya, dia lagsung memanggil salah satu tentara yag membawa terminal informasi.
“Saya terhubung dengan radar maritim. Apa saya transferkan ini kepada visor Letnan Khusus?”
“Sebelum itu.”
Tatsuya memotong pertanyaan Sanada kepada Kazama.
“Apa anda membawa alat yang dapat memperpanjang jarak rangkaian sihir yang anda tunjukkan kepada saya hari itu?”
Sanada membuka visornya, dan bertukar pandang dengan Kazama.
Kazama mengangguk, dan Sanada melihat kembali Tatsuya.
“Aku tidak membawanya saat ini, tapi kalau dibawa dengan heli bisa sampai dalam waktu lima menit.”
“Tolong bawakan secepat mungkin.”
Sanada sebenarnya akan mengatakan, selambat-lambatnya, tapi Tatsuya segera memotongnya seperti seorang anak-anak.
Tatsuya lalu menghadap Kazama, mencabut kabel komunikasinya dari helmnya, dan memegangnya.
Kazama hanya mengangkat alisnya tapi tanpa berkata apapun dia memakai kembali helmnya, lalu memasangkan kabel komunikasi itu pada terminalnya.
“Saya punya cara untuk menghancurkan kapal-kapal itu.”
Pembicaraan rahasia ini sudah mencapai tingkat yang sangat mengejutkan.
“Namun, saya tidak ingin ada tentara yang melihatnya. Apa anda bisa meninggalkan alat Letnan Sanada disini, lalu memindahkan yang lain dari sini?”
Kazama tidak dapat mengetahui ekspresi Tatsuya.
Suara itu tidak terdengar jelas saat Kazama sedang mendengarkan komunikatornya.
Dia hanya bisa menilainya dari nada bicaranya saja dan hubungan pendeknya dengan Tatsuya.
“…..Baik kalau begitu. Tapi, aku dan Sanada akan tetap disini.”
“….Saya mengerti.”
Kalau begitu bagaimana caramu memerintahkan para tentara itu mundur? Pikir Tatsuya, tapi dia segera menyetujuinya.
Saat Kazama memberi perintah untuk mundur, dia memberikan perintah itu kepada tentara yang memegangi Tatsuya tadi, Tatsuya sekarang sedang menunggu kedatangan alat tersebut.
◊ ◊ ◊
Kesibukan dalam membubarkan para tentara dari tempat itu terlihat dengan jelas melalui layar di ruang komando pangkalan.
Saat ini, pemandangan itu sedang dilihat oleh Miyuki dan yang lainnya juga.
Saat para tentara mulai mundur bersama dengan para tahanan perang, ada tiga sosok yang tidak ikut mundur bersama yang lain.
Terdengar bisikan-bisikan di seluruh ruangan komando. ‘Siapa orang bodoh itu’, dan perkataan semacam itu bisa terdengar dengan jelas di dalam ruangan itu.
Melihat video itu kembali, Miyuki terkejut.
Salah satu diantara tidak lain adalah kakaknya.
Dia tahu tanpa perlu bertanya. Tanpa perlu mengecek IDnya. Walaupun wajahnya ditutupi visor, dia dapat mengetahuinya hanya melihat dari postur tubuhnya.
Operator di ruangan itu berkali-kali mengulangi perintah evakuasi itu melalui komunikator mereka. Seorang petugas yang mengenakan lencana berpangkat Mayor bahkan dengan putus asa meminta bantuan dari pangkalan lain, mungkin Kyushu, untuk datang membantu mereka.
Miyuki tahu apa yang dipikirkan Sakurai-san, hanya dengan melihatnya menggertakkan giginya saat melihat video itu dia sudah tahu apa yang ingin dilakukannya, apa yang ingin dikatakannya, dan apa penyebabnya.
Menurut Miyuki hal itu terasa menyedihkan.
Walaupun dia sudah berumur 12 tahun, dia tidak bisa menemukan kalimat yang ingin dikatakannya. Kalimat ‘pergi bantu kakakku’, kalimat yang biasanya akan keluar dari mulut semua orang egois.
Sakurai-san tidak tahu mengapa Tatsuya masih berada ditempat itu.
Namun, dia bisa menebaknya.
Dia mungkin mempunyai cara untuk menghadapi kapal-kapal musuh yang mendekat.
Bagi orang normal hal itu akan mustahil, tapi baginya, seorang penyihir yang merupakan keturunan langsung dari Yotsuba dan yang memiliki kemampuan khusus pada bidang tertentu, hal itu tidaklah mustahil lagi.
Karena walaupun dia tidak bisa menggunakan sihir normal, dia telah menunjukkan bahwa dirinya mampu menggunakan sihir-sihir luar biasa seperti sihir yang mampu memulihkan tubuh seseorang, walaupun itu tidak bukan sihir menurut Miya, dan telah mendemonstrasikannya juga terhadap Sakurai-san sendiri.
Walaupun dia memang kurang sebagai seorang ‘penyihir’. Jika dia menjadi penyihir petarung seperti saat ini, dia pasti akan bisa melewati batas yang tidak bisa dicapai oleh seorang penyihir normal.
Belum memperhitungkan bom dan peluru yang dihilangkannya tadi, baik secara individu atau terpisah, semuanya harus diidentifikasi terlebih dahulu dan mendorongnya ke batasnya hanya untuk melumpuhkan serangan musuh. Dia tidak tahu bagaimana, dan dia menganggapnya sebagai hal luar biasa tapi jika Tatsuya memang memiliki sihir yang dapat mencapai kapal-kapal musuh yang berjarak puluhan kilometer darinya, dan jika dia memang punya, sihirnya akan melebihi tingkat sihir kelas Strategis. Namun selama proses penggunaannya, dia tidak akan bisa melindungi dirinya diwaktu yang sama seperti sebelumnya.
“Nyonya, saya punya permintaan.”
Disaat dia sedang memikirkan hal itu, tanpa disadarinya, kalimat itu sudah keluar dari bibirnya terlebih dahulu.
“Apa itu?”
Meskipun hal ini terjadi mendadak, suara Miya tetap tidak terdengar terkejut.
Nadanya menunjukkan seolah-olah dia sudah tahu ‘permintaan’ Sakurai-san.
“Saya ingin pergi ke tempat Tatsuya-kun.”
Sampai beberapa saat yang lalu tatapan Miyuki masih terpaku pada layar itu; tapi saat ini dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk menolehkan kepalanya.
Matanya terbuka lebar, melihat Sakurai-san.
“Kau ingin pergi ke tempat itu, saat ini juga, ke tempat itu?”
Suara Miya tetap terdengar tenang.
Kemampuannya adalah membuat gangguan dalam mental, bukan membaca pikiran.
Apa mungkin…. Sakurai-san menghilangkan pikiran seperti itu dari kepalanya.
“Ya.”
“Walaupun kau adalah Guardianku, Honami?”
Maksud dari kalimat itu adalah, ‘dan kau tetap saja bermaksud untuk meninggalkanku?’.
Sakurai-san tidak menjawab pertanyaan Miya.
“…………Saya….”
“Ya, aku rasa itu tidak masalah.”
Sakurai-san sebenarnya bermaksud untuk mengatakan ‘saya minta maaf’, sebuah permintaan maaf yang bisa diartikan dengan makna yang lain, tapi sebelum itu terjadi Miya sudah mengangguk kepadanya.
“Kalau kapal-kapal musuh dibiarkan seperti itu, maka tidak tahu berapa lama lagi pangkalan ini masih akan tetap aman. Tatsuya berencana untuk melakukan sesuatu terhadap mereka, jadi pergilah bantu Tatsuya.”
“Huh?”
Kekagetan itu keluar dari mulutnya secara refleks.
Entah bagaimana, Miya seperti tahu apa yang akan dilakukan Tatsuya. Sekali lagi, mungkin itu karena dia adalah ibunya.
“Walaupun hal itu bisa dilakukan secara teori tapi hal itu belum pernah dicoba sama sekali, tapi itu adalah keputusannya. Lagipula kecerdasannya adalah salah satu nilai lebihnya.”
Namun saat kau memperhatikannya, itu adalah pujian.
Terlepas dari segalanya, seorang ibu akan tetap bisa membanggakan anaknya, pikir Sakurai-san.
“Terima kasih.”
Aku juga ingin percaya seperti itu, pikirnya, saat dia menunduk dengan sopan.
◊ ◊ ◊
Dalam perang dunia sebelumya yang berjalan selama dua decade, senjata utama setiap kapal perang telah berubah dari misil menjadi Fleming launcher. (Sebenarnya senjata itu bernama railgun, tapi karena ukurannya yang bertambah besar maka namanya juga berubah.
Fleming launcher lalu diikuti dengan serangan proyektil. Jumlah serangan itu jauh lebih hebat daripada senjata berbasis mesiu lainnya, dan karena tidak perlu adanya propelan dan sistem propulsi mereka memiliki kapasitas destruktif yang lebih besar daripada misil. Namun, jangkauannya tidak lebih baik, atau bahkan dalam kasus tertentu lebih lemah dari, senjata angkatan laut tradisional.
Fleming launcher meningkatkan jumlah tembakan, dan mengurangi jangkauan selagi mencoba mempertahankan serangan seperti itu, akan menimbukan efek samping signifikan pada lambung kapal yang tidak dapat diabaikan.
Dengan demikian, kekuatan serangan darat dari sebuah kapal perang modern dikatakan lebih dari 10 kali lebih efektif daripada kapal seabad yang lalu. Dalam jangkauan Fleming launcher, bahkan satu kapal pun bisa mengubah seluruh distrik menjadi lautan api.
Flemming launcher efektif tidak hanya saat digunakan pada area urban saja, tapi juga efektif pada benteng. Kalau dua kapal perang itu mulai menembak, tidak akan ada penyihir normal yang dapat mengatasinya.
Tatsuya tahu kalau ini adalah balapan dengan waktu. Dia segera mengeluarkan alat pemanjang jarak rangkaian sihir itu dari kotaknya, senapan besar itu dibuat spesial untuk CAD, dan segera mulai mengeluarkan peluru-pelurunya.
Dia memegang peluru-peluru itu ditangannya satu per satu, seolah-olah sedang berdoa, lalu dia memasukkannya lagi kedalam kotaknya.
Melihatnya seperti itu, Kazama dan Sanada tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya. Mereka bisa merasakan samar-samar bahwa ada sihir kuat yang sedang bekerja, tapi mereka tidak bisa menebaknya, tepat seperti apa teknik tersebut.
Tidak hanya mereka berdua yang terkejut. Jika ada penyhir lain yang melihat apa yang dilakukan Tatsuya saat ini, mereka pasti juga akan merasakan hal yang sama.
Apa yang dilakukan Tatsuya adalah mendekomposisi setiap peluru, lalu membuat yang baru.
Saat dia sudah selesai membuat ulang semua peluru, waktu sudah berjalan dua menit.
“Waktu kapal musuh sampai dalam jangkauan : sepuluh menit.”
Setelah Tatsuya selesai mempersiapkan senjatanya itu, Sanada menyampaikan kepadanya waktu yang tersisa.
“Kapal-kapal tersebut berada sejauh 30 kilometer dari bibir pantai…… apa bisa sampai?”
“Kita lihat saja.”
Hanya itulah jawaban Tatsuya pada pertanyaan Sanada selagi dia memegang senjatanya dengan sudut elevasi 45 derajat.
Mengabaikan kecepatan angin, itu adalah jarak terjauh yang bisa disampainya.
Dalam posisi itu, Tatsuya mengaktifkan rangkaian aktivasi sihirnya.
Dari ujung senapannya, sebuah virtual area berbentuk pipa mulai muncul keluar.
Itu adalah zona sihir yang akan mengakselerasi setiap objek yang keluar.
Meskipun dibentuk dalam waktu yang singkat, Sanada mengangguk dengan penuh kekaguman melihat panjang virtual area tersebut.
Semakin panjang sebuah virtul area maka lebih lama juga efek akselerasinya, dan juga lebih jauh jarak jangkauannya. Dengan panjang yang telah dicapai Tatsuya sekarang, jarak 30 kilometer seharusnya sudah bukan masalah lagi.
Tapi itu bukanlah satu-satunya sihir yang digunakan Tatsuya..
Selain zona sihir akselerasi, masih ada virtual area lain yang dibentuknya.
“Apa………!?”
Zona sihir akselerasi itu terdiri dari tiga proses.
Pengurangan massa inersia suatu benda saat memasuki area tersebut.
Peningkatan kecepatan.
Lalu pengembalian pada proses awal.
Seberapa jauh dan seberapa cepat langkah pertama ini dapat dilakukan bergantung kepada penyihir itu sendiri.
Area yang sedang digunakan Tatsuya memiliki prinsip yang sama.
Namun kali ini perubahan awal dari massa inersianya dibuat positif, penambahan kecepatannya tidak dirubah, dan proses pengembalian massa inersia itu tidak digunakan.
Dengan kata lain apa yang dimasukkan Tatsuya sudah menggantikan sihir akselerasi buatan Sanada dan sebaliknya merubahnya sepenuhnya menjadi peningkat massa inersia.
Semua hal itu dilakukan dengan cepat.
“Aku tidak percaya……..”
Bisikan Sanada terbawa oleh suara tembakan senapan itu.
Mata Tatsuya sepertinya sedang mengincar peluru supersonic yang seharusnya tidak bisa dilihatnya.
Dia menggelengkan kepalanya melihat jarak yang bisa ditempuhnya, mengecewakan.
“………Ini masih belum cukup. Jangkauannya hanya sampai 20 kilometer.”
Bagaimana caranya dia mengetahuinya?
Walaupun dia terdengar acuh terhadap fakta itu, dia sebenarnya pasti merasa kecewa jauh didalam lubuk hatinya. Mungkin dia kesal dengan dirinya karena kelemahannya sendiri.
“Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu mereka hingga sampai dalam jarak 20 kilometer.”
Mendengar itu, wajah Sanada memucat.
“Tapi saat itu terjadi, kita juga pasti sudah dalam jangkauan tembakan musuh!”
Jangkauan tembakan kapal perang yang memiliki Fleming launcher adalah sekitar 15-20 kilometer. Jarak tembakan launcher itu sendiri bergantung kepada seberapa kuat kapal tersebut menahan dorongan senjata tersebut, itu berarti jarak itu terbatas oleh ukuran dan bentuk kapal; terlepas dari cara pembuatan kapal masing-masing, jangkauannya selalu bisa diprediksi hanya dengan melihat dari kelas kapal tersebut.
20 kilometer dan dibawahnya pasti akan berada dalam jangkauannya.
“Aku tahu itu. Anda berdua, tolong kembalilah ke pangkalan. Dari sini, aku bisa mengatasi semuanya sendiri.”
“Jangan mengatakan hal bodoh! Kau juga harus ikut!”
Tempat itu adalah tempat yang telah dipilih musuh sebagai pangkalan terdepan, dengan kata lain; ini adalah tempat dimana akan terjadi konflik.
Hampir jelas sekali kalau musuh akan meluncurkan serangan ke tempat itu.
Jika seseorang tidak bisa melakukan sesuatu terhadap kapal musuh dari jarak sejauh ini, sekali mereka sudah memulai serangan maka kemungkinan untuk bertahan akan menjadi nihil.
“Kalau kapal musuh tidak dijatuhkan, pangkalan akan dalam bahaya.”
Bersama dengan keluarganya, yang ada didalamnya.
“Kalau begitu setidaknya, carilah tempat lain.”
Mereka berdua mengerti dengan baik apa yang dikhawatirkan Tatsuya, apa yang ingin dilindunginya.
“Tidak. Tidak ada waktu untuk mencari tempat lain.”
Namun dia menolak tawaran Sanada, dengan alasan yang hanya diketahuinya sendiri.
“Apa kita sama sekali tidak bisa mengulur waktunya?”
Hanya mendengar dengan diam percakapan antara mereka berdua sampai sekarang, akhirnya Kazama ikut berbicara dengan nada kesal.
“Itu mustahil.”
Jawabannya sesuai dugaan, dan tidak ada yang lain.
“Kalau begitu kami akan tetap disini.”
Yang tidak terduga adalah jawabannya.
Bagi Tatsuya, respon Kazama barusan tidak terbayangkan.
“…..Kalau saya gagal, anda juga akan terkena serangan.”
“Tidak ada rencana yang tidak berkemungkinan gagal, dan tidak ada pertempuran tanpa kematian. Walaupun kemenangan dan kekalahan ditentukan oleh para ahli strategi, tapi hidup dan mati akan selalu ditentukan oleh para tentara itu sendiri.”
Dengan tenang, tanpa arogan, Kazama berkata seperti itu.
Yang dikatakannya adalah, bagian terkenal dari Hagakure.
Di lepas pantai, gumpalan air mulai meletus.
Musuh sudah menyiapkan senjata mereka.
Tatsuya, Kazama, dan Sanada hanya diam menunggu.
Posisi musuh telah ditransmisikan pada visor Tatsuya.
Kecepatan angin, arah, dan faktor-faktor yang lain yang akan memperngaruhi tembakannya digulirkan dalam deretan angka.
Tatsuya memposisikan senjatanya.
Sikap lurus, memprioritaskan jarak, dan menyerahkannya pada keberuntungannya.
Membuat peluru tersebut jatuh saat musuh telah masuk dalam jangkauan.
Tatsuya membuat kembali virtual area sihirnya, lalu menarik pelatuk senjatanya empat kali.
Setiap kali menembak dia sedikit merubah arah moncong senjatanya, menghindari kesalahan yang dapat disebabkan oleh kecepatan angin.
Sejak awal, tembakan ini memang tidak terlalu diharapkan. Namun mereka memiliki banyak kesempatan yang memungkinkan, masih ada kemungkinan tembakannya akan mengenai musuh. Dia telah melakukan ini dengan mengetahui tentang hal itu sejak awal.
Tatsuya melihat jalannya empat peluru itu didalam kepalanya.
Agar tidak salah, dia melakukannya dengan alam bawah sadarnya, mengejar data dari peluru itu dalam dimensi informasi.
Dengan tangannya sendiri, menggunakan sihir yang hanya dia yang bisa menggunakannya, dia mendekomposisi peluru itu dan membuatnya ulang.
Sejauh apapun peluru itu melesat, dia tidak akan kehilangan struktur infomasinya.
Dari empat tembakannya, Tatsuya menerima informasi kalau salah satunya telah jatuh mengenai pusat armada musuh.
Tatsuya melacak posisi pasti dari peluru itu dengan semua yang bisa dilakukannya.
Kazama dan Sanada, sadar bahwa Tatsuya sedang fokus pada beberapa sihir skala besar, jadi mereka menjauh sedikit darinya agar tidak menganggu konsentrasinya.
Apa yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah apa yang dapat mereka lakukan dengan sihir mereka sendiri.
Musuh sudah mengetahui lokasi mereka.
Lalu salvo selanjutnya, pasti akan tepat pada target.
Menembak dari lintasan balistik yang tidak diduga Tatsuya, tembakan mereka sudah berada didepan Tatsuya.
Sebagai pengguna sihir kuno, kemampuan Kazama untuk merubah struktur suatu benda tidaklah tinggi. Sebaliknya, kemampuannya rendah.
Dan Sanada, yang secara teknis bahkan bukan seorang penyihir tapi seorang insinyur sihir, dia memiliki kemampuan merubah struktur benda yang tinggi tapi kecepatannya lambat.
Dengan keadaan seperti ini, sebelum Tatsuya dapat menghancurkan armada musuh, tempat ini akan……..
“Aku akan melindungimu!”
Saat perkataan itu terdengar, sebuah sosok yang melesat dengan motor muncul di tempat itu.
Pengendaranya, menggenakan baju pelindung wanita, melompat dari motornya selagi cahaya Psion keluar dari tubuhnya.
Selagi berkonsentrasi untuk melakukan sihirnya, Tatsuya sangat terkejut mendengar suara itu, namun dia juga merasa lega disaat yang sama.
Terkejut bahwa Sakurai-san telah meninggalkan ibunya.
Dan kelegaan itu dikarenakan dia tahu bahwa dibawah pelindungnya, dia dapat fokus pada sihirnya tanpa khawatir sedikitpun.
Penyihir modifikasi, seri ‘Sakura’.
Karakteristik mereka adalah sihir defensif yang dapat bertahan dari serangan yang kuat dan serangan bentuk panas.
Walaupun mereka tidak dapat menggunakan sihir multi-spektrum seperti ‘Phalanx’ milik keluarga Juumonji, tapi dalam segi ketahanan terhadap serangan bentuk panas maka sihir mereka tidak ada lawan di Jepang.
Dan diantara mereka semua, Sakurai Honami memiliki kemampuan yang tinggi dalam penggunaannya.
Karena itulah dia dipilih untuk melindungi salah satu penyihir berharga yang dapat menggunakan Sihir Penganggu Mental, Yotsuba Miya.
Serangan itu tidak mengenainya, dan sebaliknya malah terjatuh ke laut.
Tidak ada satu serangan pun lagi yang bisa mendekatinya sekarang.
Sebuah sihir yang melumpuhkan momentum ditembakkan terus menerus dari jarak ratusan meter dari laut lepas.
Saat dia melihatnya dengan mata telanjang, pikirannya yang melayang di atas langit menemukan peluru di tengah-tengah armada musuh.
Tatsuya mengulurkan tangannya kearah barat, dan dengan terpaksa membuka telapak tangannya.
Peluru itu berubah menjadi energi.
Disaat itu, sihir konversi massa ‘Material Burst’ digunakan untuk pertama kalinya.
Diatas cakrawala, muncul sebuah cahaya.
Langit mendung itu memantulkan cahaya yang menyilaukan.
Walaupun matahari masih belum terbenam, sebuah bintang bersinar terang di Laut Barat.
Diikuti dengan sebuah deruan. Tidak mungkin ada yang salah mengiranya sebagai suara petir.
Sesuai rencana, semua bahan bakar dan peledak yang ada di kapal-kapal mereka meledak bersamaan.
Serangan-serangan dari musuh berhenti seketika.
Tetapi gemuruh yang menakutkan mendekat ke arah mereka.
“Tsunami! Cepat berlindung!”
Saat dia berteriak, Kazama langsung menggendong Sakurai-san, yang tiba-tiba pingsan tak berdaya ditanah, dan mulai berlari.
Sanada, yang sekarang sedang duduk diatas motor, berputar untuk menunggunya.
Tatsuya duduk di kursi belakang Sanada.
Masih berlari dan menggendong Sakurai-san, Kazama melompat.
Dengan gerakan akrobatik, dia berhasil berdiri di setir motor tersebut. Daripada disebut akrobatik, apa yang dilakukannya sudah jauh diatasnya.
Bukan berarti motor militer itu lambat, karena dengan muatannya yang berlebih motor itu masih bisa berjalan agak cepat.
Saat badai dan ombak muncul dari cakrawala, Tatsuya sedang berlutut di atas bukit.
Sebelum dia meletakkan Sakurai-san yang lemah tak berdaya.
Wajah Tatsuya, tanpa helmnya, terlihat dengan jelas dipenuhi kesedihan.
“……Tidak apa-apa, Tatsuya-kun. Lagipula ini yang namanya hidup.”
Tak berdaya menghadapi kehidupan yang tidak bisa diselamatkannya, hancur oleh emosi, Tatsuya merasa tidak bisa kehilangan dia; Sakurai-san menunjukkan senyum lemah nan lembutnya kepada Tatsuya.
“Ini bukan salahmu. Sebagai penyihir modifikasi seperti kami, sudah biasa kalau suatu saat hidup kami akan berakhir.”
Tatsuya ingin berteriak, ‘itu tidak benar’.
Walaupun memang benar kalau penyihir modifikasi memiliki jangka hidup yang tidak tentu jika dibandingkan dengan orang normal, kondisinya sekarang tidak diragukan lagi diakibatkan oleh beban dari penggunaan sihir skala besar terus menerus dalam waktu singkat. Bahkan seri ‘Sakura’ pun, tidak akan kuat untuk menanggung beban dari banyaknya serangan terus menerus seperti yang dialami Sakurai-san.
Namun, Sakurai-san pasti tidak ingin dia untuk berkata seperti itu.
Mengetahui hal tersebut, dia hanya bisa menggertakkan giginya.
“Sungguh, ini bukan salahmu. Sejak lahir tugasku adalah menjadi pelindung, dan tugas itu berakhir mulai hari ini.”
Tapi sepertinya Sakurai-san dapat mengetahui apa yang dipikirkan Tatsuya.
“Itulah yang kuputuskan, bukan karena aku diperintahkan untuk seperti itu, tapi itulah kehendakku sendiri.”
Tatsuya dengan panik mencoba menggunakan ‘Regrowth’, tapi dia segera sadar kalau itu sia-sia.
Walaupun dia dapat mengembalikan sebuah materi, kekuatannya tidak mampu untuk mengembalikan kehidupan seseorang.
“Bisakah kau membiarkanku pergi?”
Sakurai-san membisikkannya kepada Tatsuya dengan suara manis.
“Aku, yang tidak pernah sekalipun menentukan keputusanku sendiri selama hidupku, pada akhirnya aku bisa memilih bagaimana caraku mati. Aku tidak akan melewatkan kesempatan ini. Aku akhirnya bisa memilih untuk mati bukan sebagai alat, tapi sebagai manusia.”
Tidak pernah terbesit sekalipun dalam pikiran Tatsuya kalau Sakurai-san mempunyai kegelapan seperti ini didalam hatinya.
Tapi walaupun hal itu tidak diduganya, tidak ada tanda keterkejutan di wajahnya.
“Jadi, bisakah kau membiarkanku pergi?”
Tatsuya hanya bisa mengangguk sambil diam, menjawab pertanyaan Sakurai-san.
Dengan wajah damai, Sakurai-san menutup matanya.
Sedikit demi sedikit, dia mulai berhenti bernafas.
Di sebelahnya, Sanada mulai membacakan sutra.
Kazama meletakkan tangannya di bahu Tatsuya.
Selagi tangan itu masih di bahunya, Tatsuya berdiri.
Tidak ada air mata yang keluar dari matanya.
Anehnya, ada sebuah kesedihan yang muncul di hati Tatsuya.
Mendengar kata-kata terakhir Sakurai Honami, dia merasa yakin tidak perlu bersedih.
0 Comments
Posting Komentar