BAB 1
(Translater : Fulcrum)
Masih ada satu bulan yang tersisa di tahun 2095.
Kalau diingat kembali, tahun ini adalah tahun yang cukup kacau. Saat dia sedang mengingat kembali apa yang telah terjadi tahun ini, bahkan Tatsuya pun bisa melamun. Serangan teroris pada bulan April, organisasi kriminal internasional pada bulan Agustus, lalu invasi asing selama bulan Oktober. Bahkan kata ‘bergejolak’ tidak cukup untuk menggambarkannya.
Tapi tetap saja, Tatsuya tidak punya waktu santai untuk merenungkan dan memikirkan apa yang telah terjadi sepanjang tahun ini. Hal itu dikarenakan dia berpikiran pesimis seperti "masih ada satu bulan, siapa yang tahu apa yang akan terjadi". Sebaliknya, dia memiliki alasan yang lebih praktis di depannya.
“……Wah! Aku masih tidak mengerti berapa kalipun kau mengatakannya!”
“Simpan itu untuk dirimu nanti! Jangan berteriak-teriak! Dengarkan saja!”
“Tenang, Leo-kun, Erika-chan……..”
Tidak peduli jika itu seorang murid SMP, SMA, ataupun mahasiswa, selama mereka masih pelajar, tidak diragukan lagi ini adalah musuh paling dibenci mereka. Rintangan yang tak terhindarkan yang harus mereka lewati mau tidak mau. Ujian akhir yang tak terhindarkan sudah didepan mata.
Kelompok itu sekarang sedang berkumpul di rumah Shizuku, atau lebih tepatnya, lebih seperti mansion.
Tatsuya, Miyuki, Erika, Leo, Mizuki, Mikihiko, Honoka, Shizuku, semua datang dan mengadakan sesi belajar sebagai persiapan untuk menghadapi ujian akhir mendatang.
Meskipun menyebutnya sesi belajar, sebagian besar dari mereka sudah mampu untuk mengerjakan ujian tulis. Satu-satunya yang tidak bisa hanyalah Leo, yang nilainya biasa-biasa saja, tapi masih belum rawan tidak naik kelas. Bagian yang sulit sebenarnya adalah ujian keterampilan teknis, tapi itu tidak termasuk dalam sesi belajar kali ini.
Selain teriakan-teriakan aneh dari sana sini, suasana sesi belajar itu benar-benar mirip seperti pesta minum teh. Suasananya tetap seperti itu, sampai Shizuku mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
“Eh? Shizuku, bisa kau ulangi sekali lagi?”
“Aku sebenarnya sedang bersiap-siap untuk bersekolah di Amerika.”
Honoka bertanya dengan nada panik selagi Shizuku menjawabnya dengan nada datarnya seperti biasa.
“Tapi aku belum mendengar apapun tentang itu!?”
“Maaf, aku dilarang untuk mengatakannya kepada siapapun sampai kemarin.”
Melihat Honoka yang pucat menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kepala Shizuku tertunduk merasa bersalah. Sebenarnya, Shizuku ingin memberitahunya sejak dulu, jadi karena itu, Honoka tidak mendorongnya lagi lebih jauh.
“Tapi, apa kau benar-benar bisa sekolah di luar negeri?”
Pertanyaan Honoka tidak bermaksud mempertanyakan kemampuan belajar Shizuku.
Di zaman modern, untuk mencegah penyihir kelas tinggi, dan terutama gen serta kemampuan militer mereka, hilang ke luar negeri, banyak negara yang melarang perjalanan internasional non resmi bagi warganya.
USNA memang merupakan sekutu di permukaan, tetapi kenyataannya mereka adalah salah satu negara-negara di Pasifik Barat yang menjadi pesaing Jepang. Oleh karena itu, permintaan seperti belajar di Amerika biasanya ditolak.
Dengan kata lain, apa yang dimaksudnya adalah dia bisa belajar di luar negeri dengan adanya persetujuan diam-diam.
“Ah, ya, kami sudah mendapat persetujuan. Ayah bilang ini semua karena adanya pertukaran pelajar asing, atau semacamnya.”
“Jadi pertukaran pelajar asing secara otomatis memenuhi syarat?”
“Siapa yang tahu?”
Walaupun pertanyaan Mizuki tampak masuk akal, harapan untuk respon positif hilang saat Shizuku memiringkan kepalanya dan menjawab pertanyaan itu. Bahkan Tatsuya tidak bisa mengerti alasan logis dari pengecualian spesial terhadap program pertukaran pelajar asing.
“Berapa lama? Kapan kau berangkat?”
Selagi dia ingin menganalisa situasi ini dengan baik, informasi yang dimilikinya terlalu sedikit. Tatsuya terus terang menyerah untuk memikirkan hal yang tidak berarti dan fokus kembali pada situasi didepannya.
“Aku pergi nanti setelah akhir semester. Lamanya tiga bulan.”
“Jadi hanya tiga bulan……. jangan menakut-nakuti kami seperti itu.”
Honoka menghela nafas lega setelah mendengar perkataan Shizuku. Kelihatannya dia mengira durasinya akan panjang.
Namun, menurut ‘akal sehat’ Tatsuya, bahkan durasi tiga bulan sudah cukup lama (apa ada beberapa kesepakatan backroom[1] yang menimbulkan ratifikasi pemerintah).
Namun, hal itu tidak penting sekarang.
“Kalau begitu, kita harus mengadakan pesta perpisahan yang selayaknya.”
Jadi, Tatsuya mengusulkan ‘sesuatu yang harus dilakukan’ untuk teman-temannya.
◊ ◊ ◊
Ujian akhir telah tiba dan berjalan tanpa masalah sedikit pun. Hari ini adalah hari Sabtu, 24 Desember. Hari ini adalah hari terakhir semester dua dan sekaligus Malam Natal.
Sejak Perang Dunia III sampai sekarang, masyarakat Jepang tetap acuh tentang masalah agama. Hal itu terjadi bukan dikarenakan Jepang adalah negara ateis, tapi lebih karena mereka secara tidak sadar mengaitkan satu dewa yang dipercaya orang lain merupakan salah satu dari segudang roh di dunia. Jadi, mereka selalu melakukan perayaan,terlepas dari itu tahun baru imlek atau natal.
Seluruh jalan dipenuhi keceriaan natal.
Setiap toko sedang terlibat dalam peperangan natal tahunan, walaupun ini adalah topik utama musim ini, jika kau hanya pergi belanja sendirian pasti dianggap sebagai keputusan bodoh. Mengkesampingkan orang-orang yang belum menemukan ‘seseorang’, jika seseorang marah karena tidak dikelilingi oleh gadis-gadis manis saat ini dan merusak suasana hati teman-temannya yang sedang menikmati suasana itu, kemungkinan besar mereka akan berakhir dipukuli (Tentu saja, itu hanya dari sisi maskulin. Wanita muda mungkin ingin ‘dikelilingi oleh para pemuda tampan’.)
Jadi...... meskipun ini adalah ‘pesta perpisahan’, mereka tetap memilih untuk mengadakannya pada tanggal 24 Desember. Saat ini, ada kue krim raksasa di depan mereka dengan sebuah plakat cokelat yang bertuliskan ‘Merry X’mas’ di atasnya. Tidak peduli apapan yang terjadi, hal itu memberi sebuah kesan aneh. ......Mengkesampingkan hal itu, sesuai dengan gaya restoran ini, natal seharusnya dieja dengan "Weihnachten" daripada "X'mas". Tapi tetap saja, hal itu sangat menarik dengan caranya sendiri.
"Onii-sama, apa yang sedang kau pikirkan?"
Melihat adiknya, yang berhasil mekar seperti bunga meskipun masih mengenakan seragam sekolahnya, Tatsuya menggeleng kepalanya menandakan itu ‘bukan apa-apa’.
Memang, kenyataannya ia tidak bisa hanya mengatakan bukan apa-apa. Namun, ia sedang diundang sebagai peserta, sehingga ia tidak mau merusak suasana acara utama tersebut.
"Apakah semua orang sudah dapat minumannya? Yah, walaupun ini agak sedikit melenceng dari tema pesta perpisahan kita, tapi karena kita jarang mendapatkan sesuatu seperti kue yang lezat ini, Mari bersulang...... Selamat Natal!"
"Selamat Natal!"
Suara dentingan cangkir terdengar bersama-sama, Tatsuya menanggapi teriakan teman-temannya dan mengangkat gelasnya bersama-sama yang lain.
Di depan Cafe "Eine Brise", sebuah tanda "Telah Dipesan" tergantung dari pintu masuk.
◊ ◊ ◊
Di tengah Amerika Utara disisi lain Pasifik, masih sehari sebelum Malam Natal. Waktu sudah hampir berganti menjadi tanggal 24.
Dibandingkan dengan mayoritas warga Jepang yang melihat natal hanya sebagai sebuah perayaan semata, mereka yang telah melalui 20 tahun yang panjang, atau lebih seperti orang Amerika yang selamat dari bencana dan khususnya untuk "Amerika" yang baru setelah perang, mereka menjalani natal dengan ketulusan, pengabdian, dan rasa syukur. Untuk menyiapkan Malam Natal keesokan harinya, semua orang tidur lebih awal. Setidaknya, begitulah yang seharusnya terjadi.
Di malam sebelum Malam Natal, beberapa sosok terlihat di sudut-sudut jalan dari salah satu kota besar di selatan Amerika, Dallas, Texas.
Beberapa sosok lain juga melompat di atap-atap satu bangunan ke bangunan lainnya.
Selain itu, beberapa sosok yang lain menggunakan jaring penahan di udara untuk menghindari kecurigaan. Melihat mereka telah menggunakan CAD khusus yang berisi sihir terbang yang bahkan belum beredar di pasaran, mereka mungkin merupakan penegak hukum atau penyihir tempur.
“Berhenti, Letnan Alfred Fomalhault! Kau tahu kau tidak akan bisa lari kemana-mana!”
Berdiri didepan orang yang terbang itu, sebuah sosok mungil yang mengenakan topeng yang menutupi matanya menghalangi jalan mereka.
Suara itu berasal dari seorang gadis yang menyuruhnya untuk menyerah. Si buronan, Alfred Fomalhault, segera berhenti setelah melihat sosok itu.
“….Ada apa? Fred, kau adalah orang yang telah menerima First Class Star of Honour, jadi mengapa kau berkhianat?”
Nada arogan yang sebelumnya berubah. Kali ini, suara gadis bertopeng itu berisi kegelisahan, kebingungan, dan nada kekanak-kanakan yang sesuai dengan citranya.
“……………..”
Tapi, di sisi lain orang itu tidak menjawab.
“Ada serangkaian kasus pembakaran dan pembunuhan disepanjang jalan ini yang katanya disebabkan oleh Pyrokinesis[2] mu. Itu hanya lelucon, ‘kan?”
“……………….”
“Jawab aku, Freddy!”
Namun, respon orang itu tidak keluar dalam bentuk kata-kata.
Gadis itu segera melompat mundur.
Satu-satunya yang ditinggalkannya hanyalah jubah yang dikenakannya di bahunya.
Tanpa peringatan sedikit pun, jubah yang menutupi tubuh gadis itu terbakar dan berubah menjadi debu.
Itu bukan sebuah sihir modern dari sistem apapun, tapi sebuah kemampuan spesial yang pernal dikenal sebagai Superpower.
Jubah yang dikenakan gadis itu diatas seragam ungu dan jaketnya, dan jubah yang dikenakan orang-orang disekelilingnya bukan digunakan untuk melawan dingin, tapi untuk menutupi tubuh fisik mereka dari pandangan dan sihir orang itu.
Api itu menghilang, semua cahaya disekitar orang tersebut hilang.
Menetapkan target itu sebagai sasarannya, semua sumber cahaya dalam radius tertentu dimatikan sehingga tidak ada cahaya sama sekali yang bisa masuk kedalam penjara kegelapan itu. Tempatnya berdiri termasuk dalam area dari efek sihir ‘Mirror Cage’.
Salah satu di antara orang-orang tersebut mengaktifkan sihir defensif itu untuk menghalangi penglihatan target.
“Letnan Fomalhaut, sesuai dengan ketentuan khusus dibawah hukum federal militer dan dibawah kewenanganku sendiri sebagai Komandan Stars, aku akan menjatuhimu hukuman!”
Pernyataan tersebut disampaikan seolah-olah tidak rela.
Gadis bertopeng itu, Mayor Angie Sirius, Komandan Stars, mengangkat pistol otomatisnya yang telah dilengkapi dengan peredam dan mengarahkannya kepada Letnan Fomalhaut, yang sedang terjebak dalam penjara kegelapan.
Diperkuat oleh Data Fortification untuk mengabaikan semua gangguan sihir, peluru itu menembus jantung Letnan Fomalhaut selagi dia masih berdiri didalam penjara kegelapan itu.
◊ ◊ ◊
Meskipun menyebutnya pesta perpisahan, karena mereka tahu kalau mereka akan bertemu lagi musim semi tahun depan dan karena biasanya kegiatan seperti ini tidak disetujui, daripada merasa kesepian, akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa ada ekspektasi lebih didalam pembicaraan mereka.
“Hei, kau akan pergi ke mana untuk program belajarmu di luar negeri?”
“Berkeley.”
Shizuku hanya menjawab pertanyaan Erika dengan satu kata saja. Itu bukan karena suasana hati Shizuku sedang suram, tapi karena memang seperti itulah sifatnya.
“Jadi bukan di Boston.”
Diantara kalangan Penyihir Jepang, keyakinan bahwa pusat fasilitas penelitian sihir modern Amerika adalah Boston telah mengakar kuat. Komentar Miyuki didasarkan atas keyakinan tersebut.
“Itu karena Pantai Timur saat ini sedang tidak stabil.”
“Ah, ‘Ideologi Manusia’ sedang memanas disitu. Kita juga sering melihatnya di berita akhir-akhir ini.”
Mikihiko setuju sepenuhnya dengan jawaban Shizuku.
“Jadi sekarang perburuan penyihir(witch) telah menjadi ‘perburuan penyihir(magician)’. Walaupun jika dikatakan kalau sejarah terulang kembali, rasanya tetap sangat konyol.”
Leo membalasnya dengan nada dingin.
“Itu bukan replikasi sempurna dari sejarah. Walaupun kita tidak tahu sama sekali penyebab perburuan penyihir pada abad 17, ‘perburuan penyihir’ yang sekarang terjadi dan gerakan supremasi kulit putih adalah dua hal yang berbeda.”
Tatsuya menyetujuinya dengan nada yang lebih lunak.
“Tetap saja, lebih baik untuk menghindari Pantai Timur.”
Bukan berarti perkataan Tatsuya itu dimaksudkan untuk membela "perburuan penyihir" dengan cara apapun.
“Aku tidak tahu tentang itu.”
Miyuki menyela selagi dengan jelas meminta kakaknya untuk melanjutkan penjelasannya. Memahami permintaan adiknya, Tatsuya melanjutkan perkataannya.
“Itu karena kedua organisasi itu memiliki beberapa anggota yang sama. Namun, nama-nama anggota tersebut tidak terbuka untuk publik, jadi wajar saja untuk mengabaikannya.”
“Aku mencium kegiatan kriminal dari perkataan Tatsuya-kun….. Ayo hentikan pembicaraan mengganggu ini disini.”
Melihat Erika yang bercanda untuk memecah ketegangan dan menggelengkan kepalanya, berdua Tatsuya dan Miyuki tertawa kecut dan mengangguk.
Mereka berdua tahu kalau itu bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk membicarakan topik tersebut.
“Apa kau tahu informasi tentang siswa yang akan mengikuti pertukaran pelajar itu?”
Mungkin karena dia ingin segera merubah suasana, Miyuki mendadak segera mengganti topik pembicaraan.
“Pertukaran?”
“Anak yang akan belajar di sekolah kita.”
Sesuai dugaan, Shizuku tidak menangkap maksud dibalik perkataan Miyuki sampai Miyuki mengulang perkataannya sebelum dia akhirnya mengatakan ‘Ah’ selagi diikuti dengan ekspresi mengerti. Tapi, seperti biasa, susah sekali untuk membaca perubahan ekspresinya.
“Aku yakin kalau dia adalah perempuan seumuran dengan kita.”
“Apa hanya itu yang kau tahu?”
“Ya.”
Apa hanya itu? Semuanya melihat satu sama lain dengan kosong. Tatsuya tertawa saat dia mengajukan pertanyaan itu sementara Shizuku mengangguk-angguk seolah-olah itu wajar-wajar saja.
“………Itu benar. Tidak peduli seberapa penasarannya kita, mereka tetap tidak akan memberitahu siapa yang akan menggantikanmu.”
Dengan komentar dari Mizuki, topik itu hampir selesai.
Berdasarkan fakta bahwa mereka mengadakan pesta perpisahan Shizuku hari ini, mereka berdelapan yang berkumpul ditempat itu tampaknya tidak punya rencana khusus untuk Malam Natal. Tapi tetap saja, mengejutkan sekali melihat Shizuku, Erika, dan Mikihiko tidak diwajibkan untuk menghadiri acara keluarga mereka, yang berarti Keluarga Kitayama, Chiba, dan Yoshida mungkin sedang mengadakan gala untuk orang dewasa, acara yang tidak perlu dihadiri seorang siswa SMA. Dan bukan karena orang tua mereka mempunyai acara khusus.
Dihadapkan dengan godaan akan kebebasan tak terbatas, mereka ingin berpesta hingga larut malam dan memperdalam hubungan pertemanan mereka, tapi karena mereka semua masih mengenakan seragam sekolah mereka, mereka tidak akan bisa diluar sampai malam-malam.
“Aku rasa si pemilik café akan merasa tidak senang kalau kita tinggal lebih lama lagi.”
Dia memang tidak salah, tapi disaat yang sama hal itu terasa sedikit jahat, ungkapan itu membuat pemilik café itu bingung. (Dia mengatakannya dengan keras-keras). Mereka berdelapan lalu mengemasi barang mereka dan siap untuk pulang.
Honoka dan Shizuku menaiki bus yang sama, dia pasti menginap di rumah Shizuku. Walaupun, ini bukan berita besar di sekolah, alasan utamanya adalah karena Honoka tidak terlalu dekat dengan orang tuanya.
Erika, Leo, Mizuki, dan Mikihiko masing-masing naik kereta api. Ada kemungkinan mereka sedang berpura-pura, tapi mereka berempat rasanya masih jauh dari hal seperti itu.
Akhirnya, Tatsuya dan Miyuki pulang naik ke kereta lain tanpa melakukan memikirkan apa-apa dan menikmati perjalanan pulang mereka dengan bahagia. Walaupun kabin modern saat ini telah dirancang dalam bentuk kompartemen pribadi setelah mendapat permintaan dari pelanggan, Tatsuya tidak pernah lupa dengan perkataan pepatah kuno "dinding punya telinga”. Terlebih lagi, Miyuki tidak punya sesuatu untuk dibicarakan karena itu mereka kembali ke rumah tanpa berbicara sedikit pun. Percakapan mereka yang sebenarnya baru bisa dimulai ketika mereka berdua sudah bersantai di rumah mereka sendiri.
“Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan program belajar luar negeri Shizuku”
Setelah berganti pakaian di kamar mereka masing-masing, Miyuki menyiapkan dua cangkir kopi dan mereka berdua duduk bersebelahan di sofa sebelum Miyuki akhirnya menyampaikan pikirannya.
"Tidak beres...... yang kau katakan ada benarnya juga."
Tatsuya menjauhkan cangkir kopi dari bibirnya, dibawah keheningan kakaknya, Miyuki dengan ragu-ragu menyampaikan keraguannya.
“Yang pertama, ide untuk memberi izin kepada seorang penyihir berbakat seperti Shizuku untuk belajar keluar negeri terasa aneh. Bisa dikatakan, itu memang bisa terjadi karena dia anak dari seorang pengusaha besar dan bukan penyihir dalam pelatihan, tapi kurangnya informasi kita akan siswa pindahan itu terlalu mencurigakan. Terlebih lagi, secara spesifik memilih momen ini untuk melakukan program pertukaran kemungkinan digunakan untuk menutupi tujuan tersembunyi. Itu hampir terasa seperti......"
“Seperti mereka secara diam-diam ingin memata-matai kita? Menurut Oba-ue, kita sedang dicurigai.”
Tatsuya sedikit tersenyum dan melanjutkan omongannya seolah-olah hal itu adalah urusan orang lain.
“Material Burst. Sepertinya kita tidak bisa membiarkan masalah ini begitu saja.”
Sekali Miyuki mendengar topik berat yang tidak bisa keluar dari mulutnya dikatakan oleh kakaknya, mata Miyuki melebar dalam kekagetan, tapi disaat yang sama, dia terlihat tersenyum lega.
“Jadi begitu…… Sepertinya Onii-sama sudah memperhitungkannya.”
“Mengkesampingkan masalah pertukaran pelajar itu untuk sementara, setelah menerima peringatan dari Oba-ue, ini pastinya bukan sebuah kebetulan biasa.”
Tatsuya telah memberi tahu percakapannya dengan Maya kepada Miyuki pada hari itu. Tepatnya mengapa dia dicurigai dan siapa yang menargetnya.
“Kalau begitu, apa memang Stars…….?”
“Kalau memang seperti itu, tidak boleh membuat kontak apapun dengan Mayor membuat masalah ini makin susah.”
Sebagai hukuman kepada Tatsuya yang menggunakan sihir kelas Strategis tanpa mendapat izinnya terlebih dulu, Maya melarangnya melakukan kontak apapun dengan Batalion Sihir Independen. Walaupun dia tidak berencana untuk patuh mengikuti perintah itu sepenuhnya, tapi untuk menghindari risiko-risiko yang tidak perlu, mengikuti perintah itu adalah langkah yang cermat untuk saat ini.
“Bahkan jika kita bertanya kepada Oba-ue…. dia mungkin tidak akan memberi tahu kita apa-apa.”
“Dan mengingat progam pertukaran pelajar ini telah diratifikasi, ini menandakan kalau Oba-ue sudah menyetujuinya.”
Keluarga Yotsuba saat ini setara dengan Keluarga Saegusa, yang terkuat dalam Sepuluh Master Clan, jadi tidak mungkin mereka tidak tahu sama sekali tentang adanya penyihir berbakat yang ikut dalam program pertukaran pelajar luar negeri.
“Di sisi lain, ini tidak sepenuhya merugikan kita. Bahkan jika musuh dikirim kesini untuk memata-matai kita, Oba-ue tidak akan meremehkan mereka. Sebaliknya, ada kemungkinan Amerika akan mengalami hal-hal yang mengganggu mereka. Tujuan Oba-ue sepertinya adalah kita untuk menangkap mereka.”
Daripada memberikan senyuman kecut, senyuman Tatsuya lebih seperti senyuman pasrah.
“Kita tidak bisa memastikan bagaimana situasi ini akan berubah…… Tidak ada gunanya kita memikirkan hal itu.”
“Itu benar. Kau benar sekali, Miyuki.”
Tidak peduli apa yang dikatakannya, baik sisi menghibur dan sisi dihibur tahu bahwa perkataan itu sudah cukup untuk membuat mereka tenang.
◊ ◊ ◊
Setelah menaiki pesawat VTOL eksklusif Stars untuk kembali ke markas dan menyampaikan laporannya kepada Kepala Staf Gabungan melalui komunikasi terenkripsi, Mayor Angelina Sirius, yang juga dikenal dengan nama Angie Sirius, masih mengenakan seragamnya saat dia berguling-guling di ranjang kamarnya.
Dia berguling-guling dan menenggelamkan wajahnya di bantal.
Tidak peduli berapa kali dia melakukannya, dia masih belum terbiasa melakukan misi Search & Destroy[3]. Walaupun dia tidak muntah seperti saat dia menyelesaikan misi pertamanya, itu terjadi hanya karena tubuhnya sudah terbiasa terhadap penderitaan mentalnya.
Tapi penderitaan mentalnya makin memburuk.
Seorang penyihir Amerika, anggota Stars yang berada dibawah perintah langsung dari Kepala Staf Gabungan USNA, yang juga merupakan rekannya, telah dieksekusi olehnya dengan tangannya sendiri.
Saat dia mendengar ini adalah tugas dari seorang Komandan, yang mengemban pangkat Sirius, dia tidak memiliki perasaan yang mempermasalahkannya.
Bahkan jika ini adalah sebuah kehormatan tinggi, dia masih belum bisa menerimanya. Dia masih belum bisa menerima alasan dibalik perintah pembunuhan rekannya sendiri.
Dia berguling sekali lagi dan menggunakan tangannya untuk menutupi matanya dari cahaya terang lampu yang menusuk matanya. Dan saat itu dia baru sadar kalau dia lupa mematikan lampu.
Di saat itu, bel pintu kamarnya berbunyi. Bibir Mayor Sirius berubah menjadi sebuah senyuman kecut.
Sepertinya malam ini, rekannya yang suka ikut campur datang memeriksa keadaannya.
Stars terdiri dari dua belas regu, masing-masingnya dipimpin oleh seorang Kapten lalu seorang Komandan. Rekannya yang ini adalah seorang Kapten yang peduli dengan anggota regunya.
Sebenarnya, dia seharusnya sudah tidak punya waktu untuk mengurusi masalahnya.
“Masuklah.”
Bangkit dari ranjangnya, Mayor Sirius menggunakan mikrofonnya yang terhubung ke pintu dan mengatakan sebuah jawaban singkat sebelum menekan tombol untuk membuka pintu itu.
“Maaf mengganggu anda, Komandan.”
Orang yang masuk sesuai dengan dugaannya.
Mayor Benjamin Canopus, memiliki panggilan ‘Two’ dikalangan Stars, Kapten dari regu satu dan seorang Komandan secara de facto saat Sirius tidak ada.
Posisi dalam Stars tidak memiliki korelasi dengan pangkat militer, yang membuatnya terasa agak aneh. Belum pernah ada Kapten yang melebihi pangkat Komandan, tapi sudah hal biasa melihat Komandan dan Kapten memiliki pangkat yang sama.
Saat ini, selain enam orang yang memiliki pangkat Kapten, enam yang lainnya memiliki gelar Mayor yang sama dengan Komandan.
Kalau Mayor Sirius ingin mengatakan ketidaksenangannya, itu pasti karena Canopus yang jelas jauh lebih tua darinya memiliki pangkat yang sama dengannya, yang membuatnya tidak nyaman.
“Hiburan.”
Mayor Benjamin Canopus dilihat dari sisi manapun tampak seperti seseorang yang berpangkat tinggi. Seorang pria tangguh dan enerjik berumur empat puluhan, aura disekitarnya benar-benar tidak seperti tentara atau industrialis sipil yang hanya bekerja untuk mendapat kenaikan pangkat.
“Ben, terima kasih.”
Dia menaruh secangkir susu madu hangat di meja sebelah ranjangnya. Mayor Sirius dengan mudah menerima kebaikan rekannya, yang umurnya sama dengan ayahnya.
Yang diberikannya bukanlah gelas-gelas jelek seperti yang biasa digunakan saat perang, tapi cangkir indah dengan susu dan madu hangat yang berasal langsung dari termos. Mayor Sirius dengan mudah mengangkat gelas itu dan meminumnya.
Rasa manis hangat itu memenuhi seluruh indera perasanya, dan rasa sakit di hatinya tampaknya mulai berkurang karenanya.
“Sama-sama. Komandan, apa anda sudah selesai bersiap-siap?”
Mayor Canopus melirik koper pribadi Sirius yang diletakkannya di sudut ruangan tersebut dan bertanya kepadanya.
“Ya, hampir selesai.”
“Anda merapikannya cukup rapi.”
“Lagipula, aku seorang perempuan.”
Mayor Canopus mengangkat bahunya selagi berbicara dengan orang yang seumuran dengan anaknya. Dia sebenarnya memiliki seorang anak perempuan yang dua tahun lebih muda dari Sirius.
“Melihat anda memerdulikan hal-hal yang tidak penting seperti jenis kelamin…. Apa itu karena keturunan Jepang anda?”
“Konsep kesopanan dan adat yang dimiliki orang Jepang benar-benar ketinggalan zaman.”
Saat ada orang lain yang menyebut seperempat keturunan Jepangnya, kali ini giliran Mayor Sirius mengakat bahunya.
Bukan karena kesal.
Seseorang yang mempermasalahkan hal sekecil itu tidak akan bisa bertahan di Stars.
“Anda memang benar, walau begitu mari kita kesampingkan masalah itu untuk sekarang……. Saat ini, lupakan saja misi anda untuk sesaat dan beristirahatlah dengan penuh.”
“Ini bukan liburan, tapi sebuah misi rahasia…….”
Mayor Sirius cemberut ketika diceramahi oleh Mayor Canopus.
Ekspresi seperti itu benar-benar cocok dengan mood gadis seumurannya.
“Aku harus mengatakan kalau ini terasa agak menyedihkan. Mengirimku untuk menginvestigasi apa subjek itu memang seorang penyihir kelas Strategis. Tidak peduli jika salah satu dari mereka berdua adalah orang kita cari-cari, tapi kemungkinan besar mereka berdua bukanlah orang yang kita cari. Mengapa mereka mengirimku untuk melakukan penyusupan yang bukan keahlianku….. Walau kita harus mempertimbangkan usia sebagai persyaratan, harusnya ada lebih banyak orang yang lebih ahli daripadaku.”
Misi yang diberikan kepada Mayor Sirius adalah menyelidiki penyebab dibalik ledakan dahsyat yang terjadi di sektor Timur Jauh pada akhir Oktober yang diduga disebabkan oleh sihir kelas Strategis, yang pada dasarnya adalah identitas sebenarnya dari penyihir itu. Intel bekerja sebaik mungkin dan mempersempit daftar tersangka menjadi 51 target, dan diantara mereka adalah dua siswa yang bersekolah di SMA di Tokyo. Kenyataannya, Mayor Sirius diperintahkan untuk pergi menyamar karena umurnya yang sama dengan mereka (yang murni kebetulan).
"Hei, jangan seperti itu."
Untuk menghibur atasannya, Mayor Canopus melambaikan tangannya kedepan dan belakang.
"Saya rasa Kepala Staf Gabungan menduga lawan ini sangat sulit. Jika target ini sesuai prediksi, maka itu akan membuat mereka menjadi lawan yang berbahaya dengan kekuatan menyerang yang melebihi nuklir. Terlebih lagi, kita masih kesulitan mencari tahu identitas mereka. Melihat masalah ini, tidaklah aneh jika Kepala Staf Gabungan menggunakan kekuatan tempur murni daripada seorang intelijen biasa."
"Aku mengerti itu."
"Karena target kita adalah siswa SMA, akan jauh lebih mudah melakukan kontak sebagai siswa dari sekolah yang sama, maka dari itu satu-satunya orang yang bisa melakukan penyelidikan ini hanya anda saja, Komandan."
Meski begitu, kenyataannya, ada sejumlah personil pendukung yang bekerja dibalik bayang-bayang untuk membantu Mayor Sirius melakukan kontak dengan target. Stars juga mengirimkan Penyihir kelas Planet untuk mendukung misinya. Tidak mungkin dia tidak menyadarinya.
"Aku juga sudah mengerti itu."
Oleh karena itu, jawaban Mayor Sirius terdengar tenang.
"Mengapa anda tidak memikirkannya seperti ini. Misi Komandan adalah untuk melakukan kontak dengan target mencurigakan dan membuatnya ketakutan."
"Hmm…..itu pendekatan yang lebih baik. Lagipula, aku tidak cocok bekerja sebagai intel."
"Dalam hal ini, jalani saja dan santai sedikit. Tidak ada salahnya sedikit ceria. Dengan ini mungkin akan lebih mudah menemukan kelemahan lawan."
"Ha...... Itu benar. Semoga saja itu terjadi seperti yang kau katakan, Ben."
Setelah menghela napas panjang, Mayor Sirius menaruh kembali cangkirnya di meja dan berdiri didepan Mayor Canopus.
"Ben, aku percayakan pertahanan disini kepadamu. Masih ada beberapa pengkhianat yang belum ditangani, jadi tugas yang awalnya milikku akan jatuh kepadamu...... Namun, satu-satunya orang yang dapat kuandalkan adalah kau."
"Tenang saja, Komandan. Ini mungkin terlalu awal, tapi saya harap anda berhasil."
Gadis itu tersenyum hangat dengan sepenuh hati, membalas senyuman dan hormat ramah Mayor Canopus.
[1] Tempat dimana orang-orang yang berkuasa atau berpengaruh, terutama politisi, bertemu untuk merencanakan sesuatu secara diam-diam atau sesuatu yang tidak mereka kendalikan secara langsung.
[2] Kemampuan mengendalikan api
[3] Salah satu taktik militer, yaitu dengan mencari(Search) musuh, membunuhnya(Destroy), dan segera pergi meninggalkannya.
0 Comments
Posting Komentar