Di suatu tempat yang bukan disini. Di tempat yang jauh namun terasa dekat.
Klotak klotak seorang dewa melempar dadu.
Dia tampak seperti gadis kecil yang manis, dan namanya adalah ilusi.
Lagi dan lagi dia melempar dadu. Dia memiliki hari yang bagus, dan senyum menghiasi bibirnya.
Akan tetapi dadu tidak pernah mempedulikan keinginan para dewa.
Dengan teriakan imut, ilusi menyembunyikan wajahnya.
Oh! Lemparan yang jelek sekali. Dia bahkan tak sanggup melihatnya.
Peralatan apapun, dan strategi apapun tidak dapat mengubahnya.
Sebut saja peluang atau takdir, hal ini akan tetap terjadi.
Ilusi berbaring kecewa, dan salah satu dewa menunjuknya dan tertawa.
Namanya adalah kejujuran. Aku sudah bilang katanya dengan bahagia sambil menepuk tangannya.
Itu karena kejujuran blak-blakan dan kejam.
Dia berkata pada ilusi, bahwa dia itu bodoh karena mau bertaruh pada sebuah quest yang kaya akan resiko.
Ilusi mengeluh pada dirinya sendiri, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
Dia sendiri tidak bisa menahan dirinya ketika dia mengambil seorang petualang yang takdirnya telah di atur. Jadi, mengapa dia bisa mengeluh ketika petualang miliknya sendiri mati?
Memang seperti itulah cara kerjanya.
Mendengar para dewa menggunakan manusia sebagai permainan mereka, ada beberapa yang menentang.
Namun, jalur apa yang tidak di pengaruhi oleh peluang atau takdir?
Ketika semua petualangmu mati, tidak ada lagi yang bisa di lakukan.
Memang di sayangkan, tapi petualangan ini sudah berakhir.
Siapkan beberapa petualang lagi, dan mulai kembali.
Kali ini semua akan baik-baik saja, petualang baru ini akan—
Pada saat itu, kedua dewa menyadari seorang petualang baru muncul di papan.
Kejujuran mendengus jijik.
Ilusi memulai ulang.
Dia telah datang.
0 Comments
Posting Komentar