YANG KUAT
(Translater : Zerard ; Editor : Hamdi)
“Aku berpikir para goblin terlalu sunyi. Pertolongan yang bagus sangatlah sulit di cari akhir-akhir ini...”
Mulut ogre layaknya sebuah robekan pada wajahnya. Napasnya menyembul. Suaranya bagaikan raungan. “Kalian nggak seperti penghuni hutan yang sebelumnya. Kalian datang kemari untuk mencari keributan dengan kami.” Aura membunuh ogre sangatlah terlihat jelas, menghipnotis para petualang. Mata emasnya membara di kepalanya.
Setiap anggota partynya menyiapkan senjatanya, dengan kuda-kuda rendah dan siap untuk bertarung. Dari grup mereka, goblin slayer bertanya dengan tenang. “Apa? Kamu bukan goblin?”
“Aku ogre! Jangan bilang kamu nggak mengetahuinya?!” Dia meneriakkan. High elf archer menggunakan kesempatan ini dari percakapan mereka untuk menarik anak panahnya pada panah pendeknya.
Seekor ogre. Pemakan manusia.
Jika goblin terdorong oleh rasa benci pada mereka yang dapat berbicara, maka ogre tergerak oleh insting mereka yang hanya untuk berburu mangsa. Makhluk tidak berkeyakinan yang jahanam ini memberikan rasa takut kepada semua petualang di manapun. Siapapun yang bertemu dengan ogre dan berhasil selamat untuk menceritakan betapa menakutkannya dan perkasanya mahkluk ini.
Mereka mengatakan seorang knight dengan perisainya yang kokoh mati karena berusaha menahan serangan ogre, mendapati perisainya sendiri terbenam di kepalanya.
Mereka mengatakan seorang warrior menantang ogre bertarung selama seratus hari, namun monster itu sama sekali tidak tergores, dan setelah satu bulan bertarung, warrior itu jatuh kelelahan.
Mereka mengatakan seorang wizard yang memiliki banyak mantra dasyhat berusaha beradu dengan seekor ogre namun mati terbakar yang di sebabkan karena ogre memiliki mantra yang lebih dashyat lagi.
Dapat di katakan bahwa ogre merupakan musuh yang sulit bahkan untuk mereka dengan tingkatan silver. Mereka dengan tingkat porcelain mungkin akan di lumat layaknya serangga.
Rasa takut tertulis jelas pada semua anggota party. Tangan priestess yang bergetar membuat cincin pada tongkatnya berderik bunyi.
Namun goblin slayer mengatakan dengan rasa jengkel. “Nggak, aku nggak tau.”
Terdengar suara nyaring sesuatu yang bergemuruh—ogre mengeratkan giginya. Dia melihat warrior yang ada di depannya, Dengan armor kulit murahannya dan helm bajanya, seolah tidak percaya apa yang sudah di lihatnya.
“Kamu bajingan! Kamu berani menghinaku?! Aku di berikan sebuah pasukan oleh demon general—”
“Hmmm.... aku tau pasti ada seseorang yang memimpin,” goblin slayer berkata, menggelengkan kepalanya. “Tapi aku nggak tau tentang ogre, atau demon general, atau apapun itu.”
Dengan meledaknya amarahnya, ogre mengeluarkan raungan lantang yang tak dapat di mengerti. Dengan setiap raungan, dia menghantamkan palu perangnya ke dinding, mengetarkan reruntuhan dan membuat dinding batu putih itu retak.
“Kalau begitu biarkan aku mengajarimu semua tentang kami, manusia bodoh!” Makhluk itu mendorongkan tangannya kedepan, tangan kirinya yang pucat dan mulai membaca mantra: “Carbunculus....Crescunt....” sebuah cahaya redup muncul di telapak tanganya dan berputar hingga akhirnya menjadi api. Api yang membara merah, kemudian perlahan menjadi putih, kemudian akhirnya biru.....
“Dia memanggil fireball!”
“....Iacta!”
Dwarf shaman berteriak mengingatkan ketika ogre telah selesai membaca mantranya. Sebuah bola api yang sangat panas terbang meluncur di udara, meninggalkan jejak layaknya sebuah komet.
“Berpencar!” High elf archer berteriak. Hal yang sangat jelas untuk di lakukan untuk menghadapi mantra dengan efek area ini adalah berpencar agar satu party tidak terbantai dengan satu serangan. Di saat semua anggota party berlari ke segala arah, satu dari mereka melangkah maju menuju bola api.
“O ibunda bumi yang penuh ampunan, dengan kekuatanmu, berikanlah perlindungan pada kami yang lemah...”
Priestess berdiri disana. Tubuhnya yang kecil berhadapan dengan bola api raksasa. Tongkatnya terusung ke depan dan menyuarakan suaranya.
Dan ibunda bumi yang penuh ampunan mendengar doanya, dan memberikan keajaiban Protection (TL Note : Perlindungan)
Bola api raksasa itu berhadapan dengan sebuah dinding yang tidak terlihat. Bergerumuh membakar.
“Hrk...!!” Tekanan dan hawa panas menyerbu tubuh priestess, membakar kulit dan tangan dan dagingnya. Tongkatnya bergetar berbunyi, keringat bermunculan pada dahinya.
“O....O...Ibunda...O ibunda bumi yang penuh ampunan, dengan kekuatanmu, berikanlah perlindungan pada kami yang lemah!” Bibirnya kering, paru-parunya terbakar, priestess mengulangi doanya. Akan tetapi hawa panas yang luar biasa secara perlahan melelehkan perlindungan yang tidak terlihat itu...
”Ahhh...!” Protection akhirnya berhasil di tembus oleh fireball. Hawa panas itu sudah sedikit terkurangi akibat benturan mantra dengan keajaiban priestess, akan tetapi, sebuah angin panas yang kuat masih berhembus mengarah para petualang. Kelembaban udara menghilang dengan sekejap, darah pada mayat para goblin mendidih,
Tetapi tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan pada para petualang.
“Haaa....ahh...” Priestess berlutut, lidahnya bergantung keluar berusaha mencari udara.
Dia dalam kondisi pengunaan mantra yang berlebih—dia berdoa lebih dari apa yang dapat dia lakukan. Ritual itu menghubungkannya langsung dengan surga akan tetapi mengikis jiwanya, dan sekarang wajahnya pucat dan tubuhnya dingin.
“Aku-Aku-Aku minta-minta-maaf...!”
“Nggak,” Goblin slayer berkata, mengambil langkah maju dan menyiapkan persainya. “Kamu menyelamatkan kami.”
Priestess, semakin menunduk, mengangguk dengan semangat dan memegang erat tongkatnya. “Kerja bagus,” High elf archer berkata, membantu priestess berdiri. “Kamu akan baik-baik saja, serahkan sisanya pada kami.”
“Gadis lacur!” ogre berkata. “Jangan pikir aku akan membiarkanmu berakhir semudah elf itu!”
“Kamu pikir bisa menghadapi kami? Kalau begitu rebut dia dari kami!” High elf archer berdiri di depan priestess dan melepaskan anak panah yang masih tertarik di panahnya.
Ogre mengayunkan palu perangnya dan meneriakkan seruan perang.
“Summon seekor dragontooth warrior,” Goblin slayer berkata dengan tenang, perhatiannya tidak pernah goyah dengan mengangkat perisainya untuk perlidungan. “Kita perlu tambahan tenaga.” Helm bajanya tidak teralihkan dari ogre, dan pedangnya, pedang dengan ukuran yang pendek yang dia ambil dari goblin, menunjuk ke arah musuh.
“Benar sekali, tuanku goblin slayer.” Lizard priest membuat sebuah gerakan aneh pada kedua tangannya, dan menyebar beberapa taring kecil di lantai.
“O tanduk dan cakar leluhur kami, iguanodon, jadikanlah empat anggota tubuh menjadi dua kaki untuk berjalan di bumi ini!” dengan sekejap taring itu berubah bentuk menjadi tengkorak lizard warrior.
Dan kemudian lizard priest menambahkannya dengan doa swordclaw: “O sayap maha tajam veloriraptor, robek dan cabik, terbang dan berburu!” sebuah taring yang di genggamnya tumbuh dan menjadi tajam, hingga sebesar sebuah scimitar. lizard priest melempar senjata yang baru di buatnya ke arah warrior summonnya, dan menarik pedangnya sendiri dari sarungnya.
“Dragontooth warrior dan saya akan maju bersama dengan tuanku goblin slayer! dukung kami dari belakang!”
“Tentu saja!” Dwarf shaman menjawab dengan sigap, layaknya sebuah palu yang sedang menempa. Dia mengambil segenggam debu pasir dari kantongnya dan melemparnya ke udara.
“Keluarlah kalian gnome, ini waktunya bekerja, jangan kau berani melalaikan kewajibanmu—sedikit debu tidak akan memberimu arti, tapi beribu debu akan membuatmu menjadi batu yang indah!”
“Kalian pikir aku akan membiarkan begitu saja? Dasar mahkluk kecil pembuat masalah.” Ogre berlari maju, mengayunkan palunya. Mungkin dia bermaksud untuk menembus paksa garis depan pertahanan mereka dan mencapai garis belakang mereka. Dia memiliki kekuatan untuk itu.
Akan tetapi dia di halangi oleh high elf archer yang menembakkan panahnya secara terus menerus. “Dwarf bisa belajar mantra tapi tidak bisa belajar menggerakkan kaki cebol mereka ya?”
“Uraaaaghh!” Setiap panah mengenai sasarannya, dan salah satu sasaran itu adalah mata kanan ogre. Dia berhenti kebingungan dan termundur memegang wajahnya.
“Maafkan hambamu, yang mulia telinga panjang! Kita semua harus bertarung dengan apa yang telah di berikan kepada kita oleh para dewa!”
Dan pada saat itu juga, debu pasir yang berterbangan di udara berubah menjadi segerombol batu-batu kecil yang terbang menerjang mengarah tubuh ogre yang besar. Ini adalah mantra stone blast.
“Hrrrghh! Kalian pikir trik murahan ini cukup untuk menghentikanku?” Sang ogre sedikit terhuyung oleh serangan bertubi-tubi itu. Namun tidak lagi. Monster pemakan manusia itu menyapu bersih batu-batu itu dengan ayunan tangannya, dan melanjutkan berlari mengarah para petualang.
Goblin slayer menerjangnya sendiri.
Di saat dia menerjang, perisai di lengannya, dia membuat sebuah tebasan cepat pada kaki monster itu.
Gerakannya kecil, cepat, tepat dan tidak kenal ampun seperti biasanya—
“Hrk...!”
—terdengar suara metalik di saat pedang itu terpantul di kakinya. Kulit monster itu, bahkan di kakinya, Sekeras batu.
“Sungguh kurang ajar!”
“Hah...?!”
Palu perang mengayun dan menghajar warrior yang terguncang. Armornya remuk, dan goblin slayer melambung di udara dan mendarat di sebuah gundukkan di lantai.
“Orcbolg!”
“Pak goblin slayer!” Elf dan priestess berdua meneriakkan namanya. Wajah mereka berdua sama pucatnya.
“Aku bukanlah goblin biasa!” Ogre berteriak, mencabut panah yang menusuk matanya dan membuangnya. Mata itu seharusnya sudah rusak, akan tetapi menjadi bergelumbung dan pulih dengan sendirinya. Dan dengan cepat bercahaya penuh akan kejahatan lagi.
Oleh karena itu ogre tidak hanya kuat tapi juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri.
Gigi elf mulai bergetar.
“Kalian menghentikkan mantra ku. Kalian menghancurkan mata ku. Kalian akan membayar mahal atas penghinaan ini!” Dia mengangkat palunya lagi, mengarah kepada goblin slayer. “Pertama, aku akan hancurkan tubuhmu. Kemudian akan ku perkosa Elf mu dan gadis kecil Priestess mu di depan matamu!”
“Tidak akan semudah itu pemakan manusia!” Dragontooth warrior menjadi penyelamat goblin slayer. Pelayan tengkorak itu menyeret goblin slayer tepat di saat sebelum hantaman itu mengenainya.
“Pak goblin slayer....!” Dengan langkah terhuyung, priestess berlari mengarah tempat goblin slayer di evakuasi.
“Jaga dia, nyonya priestess!” Lizardman dan rekannya yang lain bergerak untuk menghalau ogre yang terus bergerak maju.
“Menyingkir dari jalanku, dasar kau penghuni rawa bajingan!” Monster itu mengayunkan palunya turun, namun lizardman menangkisnya menggunakan ekornya dengan sangat baik.
“Master Dwarf, nyonya Elf—tolong bantuanmu!”
“Baca mantramu dwarf!”
“Sedang aku lakukan!”
Berlari di antara lantai yang hancur, Elf menembakkan panahnya secara bertubi-tubi. Satu per satu terbang di tengah-tengah udara, menembus paksa kulit pucat ogre.
“Kamu ini mengganggu sekali seperti lalat, gadis!”
“Ap—? Huh?!”
Namun hanya itulah yang mampu mereka lakukan. Sang ogre sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia terluka, menghantamkan palu perangnya ke dinding. Elf telah kehilangan tempat berpijaknya dan terlempar ke udara.
Seekor makhluk tanpa sayap tidak akan bisa bergerak di udara, dan ogre ini tentunya tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini. Dia melangkah mendekat dan mengayunkan senjatanya.
“Apaaaa?!”
Namun begitu juga dengan elf yang tidak melewatkan kesempatan ini. Dia melengkungkan tubuhnya layaknya seorang akrobat dan menghindari palu yang datang mengarahnya.
Akan tetapi, gerakan ogre tidak hanya untuk menghabisi elf, seakan-akan ingin memenuhi sumpah serapah dendamnya, reruntuhan menghujani dari atas langit-langit akibat ayunan senjata itu.
“Hrgh!”
“Whoa!”
Lizardman dengan cepat merayap untuk menghindar, dwarf berguling untuk menghindar reruntuhan yang terjatuh. Akan tetapi dragontooth warrior tidak cukup cepat untuk menghindarinya. Batu itu menghujaninya. Di ikuti dengan palu perang. Dragontooth warrior hancur berkeping-keping menjadi tumpukan tulang seperti sebelumnya.
Dia tentunya sudah memenuhi tujuannya sebagai target tambahan, akan tetapi...
“Ini tidak bagus!” Lizardman berteriak.
“Kalian pikir bisa menghentikanku hanya dengan tulang, cabang pohon, dan batu?!” Ogre meraung, menepis semua panah yang mengarah tubuhnya dengan ayunan palu perangnya. Sang elf menjauh dengan tergesa dari tumpukan reruntuhan yang di hasilkan oleh hantaman yang sebelumnya, berusaha untuk menghindari kejadian yang sama.
“Kalau seperti ini terus, kita bisa mati!” Elf berteriak, bahkan ketika dia melompat di udara, menyiapkan anak panahnya, dan menembakkannya di udara. Dia tidak mempunyai pilihan lain, walaupun panahnya seperti tidak menghasilkan kerusakan sama sekali pada tubuh ogre—dan ketersediaan anak panahnya yang terbatas.
“Ini juga mantra terakhirku!” dwarf berteriak seraya dia mengeluarkan stone blast terakhirnya. Hujan batu itu membuat ogre tersentak namun tidak terluka.
“Apa hanya ini yang bisa kalian lakukan, peri?!”
“Hmph, aku tau lebih baik aku mempelajari firebolt saja!” Dwarf mengelap tangan kosongnya dan bergumam. “Atau mungkin aku harus lebih mendalami stupor.”
“Masa untuk memikirkan itu sudah berlalu,” Lizardman berkata, matanya berputar. “Apa kita perlu melarikan diri?”
“Nggak terlintas di benakku,” Kata dwarf ceria. “Cucu ku bakal memotong jenggotku!”
“Setuju. Seorang naga tidak akan pernah lari,”
Ketika mereka sedang bercakap, Lizard priest yang tak kenal lelah mempersiapkan pedang pendeknya dan Dwarf mengeluarkan sebuah ketapel.
“Ha-ha-ha-ha-haaa! Sudah kehabisan trik?” Ruangan ini bergetar kembali yang di hasilkan oleh hantaman palu monster itu. Hantaman itu menghancurkan beberapa mayat goblin, membuat beberapa bagian tubuh mayat itu terlempar di udara. Sebagian kecil potongan tubuh itu mendarat di dekat goblin slayer, menciprat kepadanya. Dia mengerang dan berusaha bergerak.
“Pak Goblin slayer....!” Priestess memanggil namanya dengan air mata pada matanya, membantu kepala goblin slayer dengan tangannya. Dengan bantuan priestess, kepala goblin slayer berada di pangkuan tangan priestess.
“Penglihatanku....buram....Apa yang terja...di...?”
“Semua masih bertarung...!”
“Begitu...Berikan aku healing potion. Stamina potion juga.” Goblin Slayer berkata dengan tenang, dengan sekilas memeriksa persediaannya. Dia duduk dengan gerakan kaku.
Sebagian dari perisainya dan armor kulitnya telah remuk. Dan entah mengapa dia merasa ada sesuatu yang aneh pada kepalanya, dan ketika dia berusaha merabanya, dia menyadari terdapat peyotan pada helmnya. Seluruh tubuh sakit; setiap kali dia menarik napas, rasa sakit yang sangat menusuknya....
Tapi rasa sakit adalah bukti bahwa dia masih hidup.
Dia tentunya sudah terluka parah. Akan tetapi armor murahan ini sudah menyelamatkan nyawanya.
“Baik!”
“Terima kasih.”
Priestess menemukan botol itu di tas mereka, membuka tutupnya, dan memberikannya kepada goblin slayer. Goblin slayer mengambilnya dengan perlahan dan meminumnya sekali teguk satu botol, kemudian satu botolnya lagi. Dia melempar botol itu ke samping, botol itu meninggalkan noda pada lantai yang menghitam ketika botol itu pecah.
Tidak seperti keajaiban para dewa, potion seperti ini memiliki efek yang sangat minim sekali. Rasa sakit pada tubuh goblin slayer sudah sedikit memudar, akan tetapi tubuhnya seakan-akan terbuat dari beton. Tapi dia masih dapat bergerak.
“Baiklah.” Goblin slayer menyangga tubuhnya dengan pedangnya yang patah untuk berdiri. “Dimana....tas ku?”
“Um, ini dia....”
Tubuhnya yang kelelahan membuat tangannya bergetar. Namun dia tidak ingin menunjukkannya ataupun mengeluh. Dia hanya menarik tas itu mendekatinya.
“...Baiklah.”
Goblin slayer merogoh isi dalam tasnya, hingga akhirnya dia mengeluarkan sebuah scroll.
Wajah priestess memucat. Dia melihat Goblin slayer. Di matanya, goblin slayer tampak buram karena air mata yang mengalir di matanya. “Kamu nggak bisa....”
“Jika ini akan memenangkan pertarungan ini, tentu saja aku bisa.” Dia menggelengkan kepala perlahan. “Dan jika ini berhasil... keadaannya nggak akan terlalu buruk.” Dia mendorong tangan priestess dan berdiri, kemudian melangkah maju.
Dia mendengar beberapa tetesan darah yang terjatuh dari lukanya yang menodai lantai menjadi merah di bawah kakinya. Selama itu tidak membuatnya terpeleset, dia tidak peduli.
“Orcbolg!” High elf archer berteriak ketika dia melihatnya.
“Aku punya rencana, bersiaplah.”
“Baiklah! Lakukan!” High elf archer tidak bertanya apa rencana itu, hanya terus melanjutkan menembakkan panahnya.
“Beard cutter! Aku percayakan padamu!”
“Dengan sangat menyesal, kami benar-benar kesulitan disini.”
Lizard priest dan dwarf shaman saling mengangguk, kemudian melompat menjauh dari pertarungan di bawah perlindungan tembakkan panah elf.
Tapi...
“Oh...!” High elf archer mengigit bibirnya.
Goblin slayer melangkah melewati mereka, menaikkan perisai rusaknya, dan mengambil kuda-kuda. Terlihat jelas lukanya sangat parah. Satu kali pukulan lagi dapat menghancurkan tulang dan tubuhnya yang dapat membunuhnya.
Tunggu dulu... High elf archer menggelengkan kepalanya. Dia sedang mencari kesempatan.... Dia akan melakukan sesuatu, jika ada sesuatu yang harus di lakukan, maka dia akan melakukannya. Jadi biarkan aku melakukan bagianku juga...
Dwarf mengambil bebatuan yang ada di lantai dan menembakkannya dengan ketapelnya. Lizardman menerjang maju menuju ogre dan menebasnya dengan cakarnya. Dan tentu saja, panah elf terus menghujani ogre.
“Dasar serangga! Kalian serangga menyebalkan!”
Sang ogre, dengan panah yang menancap di semua bagian tubuhnya, merasa kesal. Palu perangnya menghantam kesana kemari dengan suara bagaikan sebuah badai. Setiap hantaman menciptakan reruntuhan lagi dan membuat mayat yang ada di lantai berdansa.
Dengan semua itu, goblin slayer menjaga jaraknya, tidak tersentak.
Sang ogre memandang rendah warrior yang hampir mati ini dengan rasa jijik, dan kemudian wajahnya berubah menjadi lebih mengerikan dan tertawa.
“Jika di pikir lagi, kalau tidak salah semua teman-teman kecilmu sudah kehabisan keajaiban.... kehabisan tenaga...” Dia mendorong telapak tangannya ke depan. “Carbunculus... Crescunt...” sebuah bola api putih yang tidak asing mulai tebentuk di telapak tangannya ketika dia melantunkan mantra itu.
Seseorang menelan air liurnya.
“Ah... Oh!” Priestess berusaha untuk berdiri namun terjatuh lagi ke tanah. Cincin pada tongkatnya berbunyi seketika terlepas dari tangannya yang gemetar.
“Jangan khawatir. Jika kemungkinan dia berhasil selamat dari ini, aku berjanji nggak akan membunuhnya.....dengan segera.”
Api di telapak tangan Ogre membara putih, kemudian biru, mengancam akan membakar para petualang. Tidak ada cara untuk menghentikannya.
“Lagipula, aku punya persediaan makanan. Yang aku butuhkan adalah seseorang untuk membangun pasukan goblinku.”
Dan pada saat itu, Goblin slayer menerjang layaknya sebuah panah mengarah pada bola api yang terus membesar itu.
Sang Ogre mendengus. Apa yang bisa di lakukan warrior ini padanya? Petualang sekarat ini?
“Biarkan aku kabulkan keinginanmu bocah! Aku akan membakarmu hingga nggak ada tersisa abu sedikitpun darimu!” kalimat mantra terakhir, sebuah kata yang dapat mengubah tatanan dunia, keluar dari mulutnya dan menjadi api yang berputar.
“Iacta!”
Bola api itu terbang dari telapak tangan ogre. Seperti membakar udara yang ada di sekitar.
Kematian terbang mengarah mereka.
Priestess—atau mungkin High elf archer?—berteriak.
Lizard priest dan Dwarf shaman bergerak untuk melindungi para wanita.
Dan kemudian:
“Bodoh.”
Sebuah suara yang tenang dan seorang diri bertemu dengan musuhnya.
Sebuah raungan.
Sebuah kilauan.
Dan kemudian, hening.
“Hmm...hrr?” Sang Ogre tidak mengerti apa yang sudah terjadi.
Dia merasakan dirinya terlontar. Dan tubuhnya yang besar menghantam tumpukkan reruntuhan
Mungkin dia membuat bola api itu terlalu kuat dan sedikit terdorong oleh hentakkannya. Atau ini tipu muslihat dari musuh kecilnya?
Faktanya, bukanlah kedua-keduanya.
“Hrgh...?!” Sang ogre kesulitan bernapas akibat benturan itu. Dia dapat melihat kakinya sendiri.
Hanya saja sudah tidak terpasang pada tubuhnya lagi.
Goblin slayer berjalan menujunya, asap mengepul dari tubuhnya. Sang Ogre akhirnya menyadari bahwa tubuhnya sudah terpotong menjadi dua.
“Grr...hrrrrghh!” Ketika dia berusaha membuka mulutnya untuk berbicara, darah langsung keluar. Dan tepat pada saat itu, dia dapat mencium bau besi pada hidungnya dan aroma aneh lainnya.
Garam.
Ruangan besar ini sudah di banjiri dengan air laut.
Air itu merah karena darah sang Ogre.
Kenapa?! Apa yang terjadi?! Apa...apa yang sudah kamu lakukan padaku?!
Ketika Ogre merintih kesakitan, isi tubuhnya keluar ke udara terbuka, sebuah suara yang tenang menjawabnya:
“Scroll ini mengandung mantra Gate.”
Goblin slayer melepas ikatan scroll dan memperlihatkan scroll itu terbakar oleh api supranatural. Api itu terus melahap kertas itu bahkan ketika kertas itu sudah basah oleh air hingga akhirnya scroll itu hilang tanpa jejak.
“Scroll ini tehubung mengarah ke dasar laut.” Ketika goblin slayer mengatakannya, elf—dan pastinya semuanya—tidak dapat berkata apa-apa.
Harga jual scroll cukup mahal, namun terkadang, ada beberapa petualang yang tidak ingin menjualnya.
Sebuah artifak kuno. Scroll ini mengandung sebuah mantra Gate yang telah lama hilang. Tulis tujuannya pada kertas itu dengan kalimat mantra, dan scroll itu akan membuka pintu menuju tempat itu. Untuk para petualang, mantra ini bisa menjadi senjata yang kuat atau untuk melarikan diri. Tapi kemungkinan scroll ini di jual di pasar hampir tidak ada sama sekali. Jika kamu menginginkannya, kamu harus menelusuri dungeon ataupun reruntuhan kuno....
...dan walaupun begitu, kamu memerlukan tingkat platinum atau keberuntungan yang sangat untuk dapat menemukannya. Goblin slayer menggunakan scroll ini tanpa ragu—dan bahkan bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menyerang. Setelah dia membayar mahal seorang Witch di guild petualang untuk menghubungkan scroll itu ke dasar laut.
Air laut yang tebenam di dasar laut terbang menerjang dengan tekanan begitu dasyat yang dengan sekejap memadamkan bola api dan memotong Ogre menjadi dua.
“Hrg! Yaarr! Graaaaa!!”
Sang Ogre dengan tercengang melihat kakinya yang tergeletak begitu saja di tanah. Dia menggeliat di genangan air itu, mencipratkan air dan muntah darah. Dia tidak terlihat akan menyembuhkan dirinya. Ogre memiliki kekuatan penyembuhan yang hebat, namun bahkan mereka pun tidak bisa menarik diri mereka dari ujung kematian.
Aku akan....mati?! Aku?! Mati?!
“Grrrrawooooooohhhhh!!”
Mungkin karena kurangnya asupan darah pada otaknya, sang Ogre di liputi rasa terror. Dia berteriak dengan menyedihkan.
Dia tidak dapat memahaminya.
“Sekarang...kamu bilang kamu apa tadi?” Pria itu berjalan melangkah menuju Ogre, dan berdiri di atasnya.
Bukan goblin kan?
Kata itu bergema di pikiran Ogre.
Itu artinya....Itu artinya...
Dia menyiapkan mantra itu hanya untuk membunuh goblin!
“Lupakan saja. Nggak penting.”
Sang Ogre ingin berbicara—antara itu memohon ampunannya atau mengejek mereka untuk terakhir kalinya, dia tidak bisa memilih. Namun kalimat terakhirnya tidak dapat keluar dari mulutnya. Goblin slayer menghancurkan tenggorokannya dengan sepatunya. Sang Ogre terkesiap tanpa suara, dan menatap kosong pada helm baja itu.
“Kamu nggak se-mengerikan....”
Pria itu mengangkat pedangnya. Ini dia. Sebuah akhir. Ogre dapat melihat mata yang dingin bersinar dari balik kegelapan helm itu.
“.....seperti goblin yang aku hadapi.”
Kesadaran Ogre di lahap oleh rasa sakit, memalukan, takut, dan keputusasaan; dan kemudian tenggelam di kegelapan; dan akhirnya padam.
*****
Ketika mereka kembali ke permukaan, mereka menemukan sebuah kereta kuda milik bangsa elf yang sudah menunggu mereka. Dragontooth warrior sudah berhasil mengantarkan tawanan itu pulang kerumahnya, dan membuat para penduduk desanya dengan cepat membuat party untuk menyelidiki reruntuhan kuno ini. Warrior yang di bawa oleh kereta kuda itu, memiliki perlengkapan yang murni. semua terbuat dari bahan-bahan bumi: kayu dan kulit dan batu.
“Selamat berjumpa! Apa yang terdapat di dalam reruntuhan ini? Apa goblinnya—?”
Namun para petualang langsung menaiki kereta kuda tanpa mempedulikannya. Bahkan sang Dwarf yang biasanya memiliki kata-kata untuk para Elf, tidak mengatakan apapun.
Mereka semua benar-benar kelalahan.
“....K alau begitu, kami akan memeriksa keadaan di dalam.” Warrior berkata dengan keras. “Semoga perjalanan kalian menyenangkan sampai ke kota.” Dan dengan itu, mereka menghilang masuk ke dalam reruntuhan.
Kusir memberikan teriakan pada kudanya, dan kereta kuda itu mulai berjalan dengan suara langkah kaki kuda.
Matahari terbenam tanpa di sadari party tersebut, dan bulan mulai berjalan di lintasnya. Tidak lama kemudian matahari bersinar kembali. Cahaya pagi yang bersinar di langit pucat dari balik khatulistiwa. Perjalanan mereka kembali ke kota membutuhkan waktu semalaman.
Rekan seperjalanannya masing-masing membungkus senjata mereka dengan sebuah kain. Dan masing-masing mencoba untuk beristirahat; tidak ada yang bergerak. Yah, hampir tidak ada.
High elf archer merubah posisinya hingga mulutnya berada dekat dengan telinga Priestess.
“Hey...” dia berkata.
“Ya...?” Priestess menaikkan kepalanya lemas. Dia sudah sangat kelelahan, yang akibatkan oleh doa penyatuan jiwa. Namun dia tetap tersenyum berani.
“Apa dia selalu seperti itu? Maksudku, apa dia selalu melakukan tindakan seperti itu?” Sang Elf terlihat tidak lebih baik dari Priestess. Hitam dan merah bercak darah dan daging, dan hampir tidak sanggup untuk membuka matanya. Dia menunjuk Goblin slayer yang bersandar pada kotak kayu.
Dia masih menggunakan armornya yang penyok dan masih memegang pedangnya yang retak... namun pada akhirnya dia dapat tertidur. Setiap jejak lukanya telah di hilangkan oleh mantra Refresh Lizard priest. Bukanlah hal yang mengejutkan bahwa itu lebih kuat dari Priestess minor healing. Itu adalah perbedaan antara tingkat porcelain dan silver.
Masalahnya.... dia merenungkan, dia mengayunkan ekornya, masalahnya adalah rasa lelah yang terakumulasi.
Setelah membunuh ogre itu, Goblin slayer ingin memeriksa jika ada goblin yang berhasil selamat. Walaupun terlihat dengan jelas bahwa dia adalah yang paling lelah di antara rekannya. Dan dia berusaha keras untuk tidak menunjukkannya...
“Ya....” Priestess berkata dengan ekspresi yang tegang. “Dia selalu seperti ini.”
“Hmmm...”
“Tapi kamu bakal....kaget bahwa dia sangat peduli pada orang-orang yang ada di sekitarnya.” Priestess menyentuh armornya dengan jarinya yang kurus. Dia tidak tergerak, Priestess membelai armor kulit kotor itu dengan lembut. “Dia tidak harus menolong kita. Tidak harus mengajari kita. Tapi dia tetap melakukannya.”
“Hmmm..” Elf bergumam lagi.
Dia marah.
Dia tidak bisa menenangkan hatinya tentang apa yang sudah terjadi. Itu bukanlah petualangan. Bagaimana mungkin ada orang yang bisa menyebut itu petualangan?
“Apa boleh buat, aku memang nggak tahan dengannya.”
Dan itulah dia.
Aku pikir petualangan itu seharusnya menyenangkan.
Ini bukanlah petualangan.
Ini tidak memiliki rasa kegembiraan dan kepuasaan dalam menemukan hal yang baru, kebahagian dalam menemukan sesuatu yang tidak di ketahui.
Yang dia rasakan hanyalah rasa letih yang kosong.
Jadi ada orang disana yang berburu hanya goblin, tidak pernah sekalipun menemukan kesenangan dalam “petualangan.” Mereka.
Bagi Elf ini adalah sesuatu yang tidak bisa di maafkan.
Dia adalah petualang. Dia meninggalkan rumahnya karena dia suka berpetualang.
Elf mengangguk penuh yakin. Ya. Suatu hari dia akan menunjukkan kepadanya. Mungkin tidak dalam waktu dekat ini, mungkin, tapi suatu hari.
“Aku akan menunjukkan kepadanya petualangan yang sesungguhnya.”
1 Comments
Gua baru sadar setelah baca ni novel, gak ada di antara para petualang yang di sebutin namanya
BalasHapusPosting Komentar