BAB 16
(Translater : Fulcrum)
Fasilitas
Departemen Intelijen diserang, dan Parasite yang ditahan di tempat itu terbunuh.
Tatsuya menahan dirinya tidak
menghubungi Mayumi untuk laporan yang lebih rinci. Sebaliknya dia pergi ke
kamar mandi. Membasuh keringat dari latihan hariannya di kamar mandi, dia
memikirkan langkahnya selanjutnya.
Miyuki masih belum tahu akan ini.
Dia baru saja kembali dari kuil Yakumo. Itu adalah rutinitas hariannya,
dan hanya karena dia membaca pesan itu sebelum mandi bukan berarti dia
seharusnya sudah memberitahu Miyuki.
(Tidak……. Tidak ada gunanya untuk menyembunyikan hal ini.)
Apa seharusnya dia diam saja, pikir Tatsuya, lalu ia segera menolak ide
itu.
Dia tidak akan dapat menyembunyikan apapun lama-lama dari intuisi tajam
adiknya. Dan tidak akan jadi masalah kalau dia tidak ikut terseret ke dalamnya,
tapi Miyuki juga terlibat dalam masalah ini sama seperti Tatsuya.
Memutuskan untuk tidak menyebunyikanny dan apa terus terang dengan
adiknya, Tatsuya keluar dari kamar mandi.
Jari-jari Tatsuya berputar-putar diatas konsol di meja kerja ruang bawah
tanahnya. Kalau dijelaskan dalam kata-kata, itu tidak ‘indah’, tapi ‘akurat’,
dan ‘cepat’, bertolakbelakang dengan sikapnya.
Hari ini adalah hari Sabtu, jadi mereka hanya ada kelas pagi hari saja.
Tapi Tatsuya berpikir untuk bolos kalau investigasi ini menyeretnya keluar.
Untuk berjaga-jaga, sudah biasa baginya (dia sendiri berpikir kalau itu
‘biasa’).
Dalam kasus Miyuki, sudah biasa baginya, sekaligus (baginya, namun, itu
lebih karena ‘kewajiban’), dan karena membolos apa tidak hari ini sepenuhnya di
tangannya, dia sempat ragu untuk sesaat.
Untungnya, dia segera menemukan data yang mereka cari.
Walaupun dia mengakses server Pasukan Pertahanan tanpa ketahuan,
perlawanan sistem lokal (lokal disini maksudnya, tidak berdiri sendiri, tapi
hanya terlokasi) melawan program peretas yang diciptakan oleh ‘Electron
Sorceress’ Fujibayashi Kyouko jelas tidaklah cukuo. Penyaringan informasi
dengan cara ini sebagai penanggulangan risiko berarti, walaupun bagian-bagian
tertentu mungkin rentan, kebocoran tidak akan berdampak menyeluruh. Itu ada
keuntungan maupun kerugian.
Bagaimanapun, karena semua ini berakhir seperti apa yang diinginkan
Tatsuya, dia hanya bisa bersyukur melihatnya.
Video yang merekam apa yang terjadi menunjukkan sesuatu yang mengejutkan.
Maksudnya bukan berisi kekerasan ataupun hal kejam yang dapat berdampak
fisiologis, melainkan identitas orang yang telah pergi dan meninggalkan dampak
besar kepada dua bersaudara itu.
Dibalik kegelapan, sebuah figur mungil muncul.
Diterangi cahaya lampu alarm, muncul sesosok gadis rambut merah menyala
dengan topeng.
Hanya dengan sekali tatapan dari mata emasnya, para tentara itu
terkalahkan, selanjutnya ia membuat pola-pola rumit empat kali pada pintu itu.
Saat dia minggir, pintu itu terjatuh.
Dibaliknya ada ruangan kecil. Ruangan itu cukup untuk dua ranjang single, dan langit-langit pendek yang
tingginya 2 meter. Di ujung ruangan itu terdapat tiga ranjang susun.
Tidak bisa bergerak, didalam baju pengekang, kaki yang terikat erat, dan
seorang pria yang terbaring diatas ranjang ketiga. Meskipun dia terlihat
berbeda karena wajahnya yang benar-benar pucat, wajah orang itu tak salah lagi,
itu adalah Parasite yang menamai dirinya sebagai Marte.
Kabut keluar dari mulut gadis itu. Sepertinya ruangan itu agak dingin.
Di tangannya, pisau telah menggantikan pistol otomatinya sebelumnya.
Satu tembakan tepat di dada Marte.
Tiba-tiba, tubuh pria itu meledak.
Sumber api itu sepertinya berasal dari peluru yang ditembakkan. Itu mungkin
sihir yang akan menghasilkan api saat peluru itu berhenti didalam tubuh sang
target.
Gadis berambut menyala itu, Angie Sirius, menembakkan beberapa tembakan
pada ranjang diatas dan dibawahnya. Jelas-jelas misi pembunuhan ini jelas tidak
memintanya untuk menangkap ‘isi’nya. Tujuannya tidak hanya untuk memusnahkan
‘wadah’nya; tapi meng’eksekusi’nya.
Selagi menonton gadis itu dengan tenang berjalan menjauhi kamera, Tatsuya
tak sadar menghela nafas.
Dia tahu kalau tugas Sirius termasuk membunuh penyihir pengkhianat. Dia
juga paham betul kalau perlakuan manusiawi kepada penyihir hanyalah omong
kosong belaka, tapi dia tidak bisa mencegah dirinya dari menghela nafas.
Semua kejadian ini sangat disayangkan.
Memberi peran pembunuh keji ini kepada seorang gadis 16 tahun, memangnya
apa yang dipikirkan oleh petinggi-petinggi USNA.
Bahkan Mafia lebih pengertian dalam memilih personil mereka. Ini tidak ada
bedanya dari orang bodoh religius dan fundamentalis yang menghasut para anak
muda untuk melakukan aksi terorisme atas nama perang suci.
“Onii-sama, bukankah itu……….. Lina?”
Miyuki sudah tahu tentang rahasia Sirius, ‘Parade’.
Dia bisa mengetahui dari gambar kasar itu kalau sang pembunuh itu adalah
Sirius, Lina.
“Mungkin.”
Miyuki sepertinya sedang syok, tapi Tatsuya tidak bisa menemukan kata-kata
apapun yang dapat digunakannya untuk menenangkannya.
Tidak ada yang bisa dikatakannya tentang pembunuhan ini sendiri. Dia tidak
yakin kalau dirinya pantas melakukan hal seperti itu. Dia sendiri pernah
menjalani misi yang tidak bisa dikatakannya, dan diantara pekerjaan-pekerjaan
terkotornya, pembunuhan bisa dibilang salah satu yang lumayan bersih.
Namun disaat yang sama, itu adalah pekerjaan yang suram.
Kecuali mentalnya kuat, jika tidak ini semua akan jauh terlalu berat bagi
seorang gadis. Tidak mampu memikul beban itu, hatinya akan hancur sedikit demi
sedikit.
Dan berdasarkan apa yang dilihat Tatsuya, Lina bukanlah seroang pembunuh.
Dari suara dan tatapan Miyuki, dia juga memiliki perndapat yang sama.
Pada situasi seperti ini, mungkin akan ada waktu dimana ia jatuh ke dalam
kegelapan.
Untungnya, apa yang terjadi selanjutnya jauh lebih mengejutkan
sampai-sampai dapat menghilangkan semua perasaan-perasaan itu. Tiba-tiba, ada
sosok baru yang memasuki layar monitor server video Divisi Ketiga Antiintelijen
yang diretas Tatsuya.
Dengan rambut pirang dan mata bru, pria muda itu sepertinya seorang
Anglo-Saxon. Dia terlihat kekanak-kanakan, tapi usianya mungkin seumuran
Tatsuya.
Menaruh tangan dan mulutnya, Miyuki mengeluarkan suara terkejut, tapi
Tatsuya tetap tenang.
Meja kerjanya memang didesain untuk melakukan peretasan, dan benar-benar
terisolasi dari sistem lain sekaligus dengan beberapa jaringan tertentu. Tidak
ada mikrofon ataupun kamera di tempat itu. Suara dan gambar hanya bisa disalurkan
searah saja, jadi tidak ada cara untuk mengamati tempat ini dari manapun.
“Halo, apa kau bisa mendengarku? Aku anggap kau bisa.”
Tentu saja, pria muda yang tampil di layar monitor itu mulai berbicara
tanpa mencoba untuk memulai komunikasi.
“Mari kita mulai dengan perkenalan. Namaku adalah Raymond Sage Clark.
Salah satu dari ‘Seven Sages’.”
Tangan Miyuki, yang mana entah bagaimana ada di bahu Tatsuya, menjadi
tegangan.
Tatsuya menyadari sensasi itu sekaligus ketegangannya sendiri.
“Aku sudah mendengarmu dari Tear …….Ah bukan, maksudku Shizuku. Senang
bertemu denganmu, Tatsuya.”
Sepertinya dia adalah temannya Shizuku selama masa pertukaran pelajarnya
sekarang.
Terlebih lagi, orang yang memberi informasi kepadanya.
Kalau sumber informasi Shizuku adalah ‘Sage’ yang dibicarakan Lina,
sedikit mengejutkan kalau dia juga bisa mengases informasi informal.
Tapi, apa tujuannya?
Sampai menunjukkan dirinya dihadapan Tatsuya.
Tidaklah mustahil kalau yang ada di video bukanlah yang asli, tapi intuisi
Tatsuya berkata kepadanya kalau itu memanglah Raymond Sage Clark.
“Ayo kita bicara blak-blakan saja. ……..Ah, perkataanku cukup bagus.”
Raymond berbicara bahasa Jepang. Kata ‘Bicara blak-blakan’ sendiri
menunjukkan dirinya cukup fasih, meski agak tidak tepat. Perkataannya tidak
‘blak-blakan’ sedikit pun.
“Orang yang memberi tahu Angie Sirius tentang tempat ini adalah aku.”
Secara refleks Tatsuya ingin untuk mengatakan ‘Kata-katamu kurang tepat’,
tapi sayangnya dia tidak menemukan cara untuk mengatakannya.
Tidak diragukan lagi kalau ‘tempat ini’ maksudnya adalah Divisi Ketiga
Antiintelijen.
“Lagipula, sebelum aku mengatakannya, dia sudah tahu tentang tampat ini.”
Apa maksudnya itu, pikir Tatsuya. Kau tidak perlu memberitahu orang
tersebut kalau dia sudah tahu.
Sekali lagi, tidak ada kesempatan untuk mengatakannya. Tatsuya memutuskan
untuk melihat video itu sampai selesai.
“Dan sekarang, aku punya sesuatu yang spesial untukmu.”
Kata ‘berita ekslusif’ cukup tidak formal di Jepang. Itu seolah-olah dia
belajar Bahasa Jepang dari ruang berita.
“Aku rasa ini akan membuatmu cukup tertarik. Harganya adalah responku di
video ini yang harus kau tonton, ini tentang apa yang ingin kukatakan, tapi
karena aku harus segera pergi aku akan memberikannya gratis.”
Walaupun Tatsuya tahu kalau dia tidak bisa mendengarnya, dia masih saja
bergumam ‘ini bukan seperti aku memintamu’.
Waktunya sudah habis, namun.
“Gerakan anti-penyihir yang saat ini sedang muncul di Amerika, yang mana
akan berpindah ke Jepang, dipimpin oleh salah satu Seven Sage: Jiedo Sage
Heigu.”
Dikenai dengan berita ini tiba-tiba, bahkan Tatsuya tidak bisa
menyembunyikan keterkejutannya.
“Jiedo Heigu, alias Gu Jie. Seorang Cina tak berkewarnegaraan, dan
pemimpin dari sebuah organisasi teroris internasional, ‘Blanche’. Bos dari
pemimpin Blanche Cabang Jepang yang kau tangkap, Tsukasa.”
Saat nama-nama itu tersusun,
“Dia sebelumnya juga merupakan pemimpin dari sindikat kriminal
internasional ‘No Head Dragon’, dan cucunya Richard juga merupakan anggota
senior di grup itu. Didalam organisasi dia disebut sebagai ‘Black Sage’, atau
‘Tuan Heigu’.”
Perhatian Tatsuya sangat terpaku ke layar.
“Ah, asal kau tahu, hanya karena kita berdua Sage bukan berarti kami punya
hubungan. Seven Sages bukanlah nama sebuah kelompok, sebaliknya lebih untuk
menyebut tujuh operator yang punya akses pada Hlioskjalf.”
Ini tidak seperti percakapan, dimana ia bisa bertanya, tapi dia ingin
untuk segera menyelesaikan hal ini.
Hlioskjalf…….. Dia hanya pernah mendengarnya rumor ini sekali. Ini adalah
rumor, tidak lebih nyata daripada legenda urban, tapi nampaknya memang benar
ada. Apa yang dikatakannya sama dengan rumor yang pernah didengarnya?
“Hlioskjalf adalah…”
Dengan waktu yang pas seolah-olah membaca pikiran Tatsuya, Raymond lanjut
menjelaskannya.
“Sebuah eksistensi tambahan dari sistem obervasi global ‘Echelon III’. Ini
adalah backdoor menuju Echelon III,
jadi aku rasa kau bisa menganggapnya sebagai alat peretas yang membuatmu bisa
masuk ke dalam sistem? Bagaimana menurutmu Tatsuya?”
‘Bagaimana menurutmu’ katanya, meskipun tidak ada ada jawaban untuk
pertanyaan itu.
Tentu saja Raymond sadar betul akan itu, jadi dia melanjutkannya tanpa
menunggu.
“Masalah dimana letak Hlioskjalf, bahkan kami para operator sendiri tidak
tahu. Itu mungkin hanya sebuah program, tanpa fisik untuk ditemukan.”
Raymond mengangkat bahunya di layar. Gestur itu terlihat seperti sesuatu
yang dari anime.
“Bagaimanapun, Hlioskjalf mengumpulkan informasi dari seluruh dunia dengan
tingkat efisiensi melebihi sistem utama Echelon III dan memberikannya kepada
operator. Para operator itu sendiri sepertinya dipilih oleh sistem itu sendiri,
dan sepertinya juga tidak ada kriteria khusus untuk operator-operator itu.
Kelihatannya pemilihan itu dilakukan secara acak.”
Raymond meniru gerakan memutar rokok. Dia mungkin agak kecewa karena dia
lupa membawa yang asli.
“Kalau kupikir kesamaannya, aku rasa itu seharusnya keamanan finansian
untuk mengakses sistem informasi canggih sendiri? Ini bukan berarti kau perlu
jadi miliuner atau semacamnya, baik di Jepang maupun Amerika hidup pas-pasan
saja sudah cukup.”
Ini benar-benar tak bisa dipercaya.
Itulah kesan Tatsuya setelah mendengar penjelasan Raymond sejauh ini.
Memangnya apa yang dipikirkan pencipta Hlioskjalf. Tak bisa dibayangkan
kalau mereka hanyalah peretas yang melakukan ini hanya untuk kesenangan.
“Yah sejujurnya, ini tidak terlalu seperti sistem. Dalam masalah hardware, Hlioskjalf benar-benar
berganting pada Echelon III, dan hanya pemrosesan datanya sajalah yang lebih
efisien; Hlioskjalf sendiri tidak dapat mengakses data yang ada dalam
penyimpanan karena sejak awal Hlioskjalf adalah sebuah sistem pencegat.
Ngomong-ngomong, ada sistem pengaman yang mana dapat mencegah adanya
penyimpanan informasi ke dalam sebuah penyimpanan eksternal. Informasi yang
mana dapat didapat semua terbatas hanya pada otak sang operator. Setidaknya,
Hlioskjalf memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi, dan memperbolehkan
operatornya untuk memperoleh nama ‘Sage’.”
Bahkan hanya dengan itu, itu sudah menjadi sebuah masalah besar.
Bisa dibilang kalau saat ini semua data dipindahkan melalui semacam
jaringan yang sama.
Bukan hanya itu saja, semua data itu bisa diakses lebih dari sekali.
“Tidak lupa, menggunakan Hlioskjalf membawa risiko pada penggunanya. Untuk
dapat melakukan pencarian, Hlioskjalf menggunakan dua agen: Huginn dan Muninn.
Riwayat pencarian operator tercatat di Muninn. Apapun yang dicari oleh satu
operator akan dapat diketahui oleh operator yang lain. Alasan aku tahu Jiedo
Heigu adalah karena Muninn.”
Di titik ini, ‘Astaga’ pikir Tatsuya. Secara teori, itu berarti Jiedo
Heigu juga bisa mengetahui identitas Raymond Clark.
“Akibat kekalahan Blanche Cabang Jepang sekaligus No Head Dragon, Heigu
kehilangan tujuan untuk di Jepang. Alasan Heigu mengirimkan Parasite ke Jepang
ialah untuk menimbulkan kekacauan, yang mana akan jadi kesempatan baginya untuk
membangun ulang basis operasinya.”
Di video, Raymond tampak putus asa. Sepertinya ini adalah masalah serius
baginya.
“Aku sudah menyimpulkan kalau tujuannya adalah untuk menghapuskan sihir
dari dunia. Kalau dia berhasil memusnahkan semua teknologi sihir, bahkan negara
sihir berkembang seperti Great Asian Alliance pun dapat menyeimbangkan kekuatan
militernya. Mereka akan mendominasi dunia non-sihir, dan aku yakin itulah yang
direncakan Heigu dan mereka yang bersamanya.”
Walaupun itu terlihat terlalu dramatis, Tatsuya menyimpulkan kalau itu
semua masuk akal. Tatsuya sendiri sudah merasakan kalau Great Asian Alliance
sepertinya ingin untuk menghapuskan teknologi sihir.
“Itu bukanlah dunia yang kuinginkan. ……..Tidak apa-apa kalau kau ingin
menertawakanku dan menyebutku romantis, tapi aku benar-benar percaya kalai
sihir adalah sesuatu yang dapat menuntun manusia menuju perkembangan.”
Meskipun dia tahu tidak mungkin Raymond dapat mendengarnya, Tatsuya tidak
bisa menahannya. Entah bagaimana, bagian dasar dari pria itu tidak terlihat
setuju dengan opini itu.
“Dan kalau begitu, mulai sekarang, aku akan mencoba dan terus memberi
informasi yang kau perlukan. Shiba Tatsuya, Penyihir Kelas Strategis, Dewa
Penghancur ‘The Destroyer’.
Mendengar sebutan berlebihan untuknya dari Raymond, Tatsuya mengerutkan
keningnya dengan sekuat tenaganya.
Jangan beri aku nama yang terdengar seperti bos dari suatu video gim. Apa
mungkin dia adalah ‘otaku’.
“Ini mungkin sudah sedikit kelamaan. Singkatnya, aku akan membantumu dalam
penghancuran Parasite.”
Ini tidak sedikit, pikir Tatsuya, tapi monitor itu tidak mati.
“Tentang informasi Jiedo Heigu. Itu terserah padamu untuk percaya atau
tidak. Apakah kau akan percaya atau tidak tentang apa yang baru saja kuberitahu
itu juga terserah padama. Tapi kalau kau percaya, aku ingin kau untuk
membalasnya dengan melakukan beberapa hal.”
Untuk sesaat, Raymond diam. Bukan agar semua ini dramatis, tapi lebih
karena ketegangan yang dirasakannya, jika dilihat dari layar.
“Besok, tanggal 19 Februari malam waktu Jepang, semua Parasite aktif akan
berkumpul di lapangan latihan outdoor
SMA 1. Aku ingin kau untuk menghancurkan mereka semua disana.”
Tidak ada bukti yang ditunjukkannya, tapi saat ini Tatsuya sudah siap
untuk menerima tawaran Raymond.
“Kau harus tahu kalau aku juga sudah menyampaikan pesan ini kepada Angie
Sirius. Apakah kau akan bekerja sama atau tidak, sekali lagi itu semua terserah
padamu.”
Dia tidak senang dengan perkembangan ini, tapi sayangnya tidak ada cara
baginya untuk menolaknya.
Raymond tidak berbicaa lagi, lalu monitor itu mendadak mati.
Sebuah helaan nafas terdengar setelahnya.
Miyuki tampaknya menahan nafasnya tadi.
Tatsuya juga menahan nafasnya.
“Sepertinya lebih baik kita segera berangkat kalau tidak mau terlambat.”
Bangkit berdiri dan melihat ke belakang, Tatsuya memanggil Miyuki.
◊ ◊ ◊
Jam 2 siang bagi Kelas 1 E adalah pelajaran praktik.
Walaupun disebut pelajaran, seperti
biasa tidak ada guru yang menjaga. Para murid mengoperasikan CAD mereka sendiri
mengikuti petunjuk yang ada di monitor di dinding. Para murid sendiri sudah
terbiasa dengan ini, dan sekarang mereka lebih santai tanpa pengawasan para
guru. Tentu saja ada yang hanya diam-diam saja; latihan tidak latihan
tergantung pada diri mereka sendiri.
Kebanyakan anak laki-laki akan
latihan.
Agar tidak menarik perhatian, Leo
yang terlambat datang ke ruang latihan, melihat sekeliling dan, dia baru masuk
ke dalam seketika melihat sosok Mikihiko, Erika, dan Mizuki.
“……… Kau terlambang, Leo.”
“Diamlah.”
Meski suara Mikihiko sudah tidak
sekasar kemarin, tegurannya masih tajam; Leo merespon dengan seringaian
menakutkan.
Seringaian itu segera berubah menjadi
ekspresi ‘oh?’.
“Mana Tatsuya?”
Mendengar pertanyaannya, Mizuki
menjawab ‘Seperti dia ada tamu?’.
Nada bicaranya lebih seperti bertanya
karena Mizuki sendiri juga tidak yakin akan itu.
“Tamu? Di sekolah?”
Saat Leo bereaksi dengan mengangkat
alisnya, Mizuki hanya bisa membalasnya dengan senyuman ragu.
“Yang lebih penting, kita selesaikan
dulu semua ini.”
Erika berbicara dari sampingnya
dengan santai. Tersembunyi dibalik nada bicaranya terdapat peringatan bagi
mereka untuk tidak campur urusan pribadi orang lain.
“Kau benar. Tugas hari ini sepertinya
akan sedikit menantang.”
Berkata seperti itu, Mikihiko mulai
menyiapkan CADnya. Erika menganggapnya urusan orang lain, Mizuki sedikit
gelisah, dan Leo merasa sedikit kesal; senyuman-senyuman mereka berisi perasaan
mereka masing-masing.
Sementara itu Tatsuya, dengan wajah
murung, duduk di sofa ruang menggambar.
Diseberangnya duduk seorang pria
paruh baya dengan setelah mewahnya. Ekspresinya juga murung.
Karena mereka berdua tidak senang
melihat wajah satu sama lain, rasanya tidak mungkin mereka akan terlibat
pembicaraan.
Orang pertama yang habis
kesabarannya, terpaksa dipanggil di jam pelajaran, Tatsuya.
“Aoki-san, apa bisa kau katakan
urusanmu?”
Nada bicaranya bisa dibilang tidak
sopan, lupakan kata-katanya; ekspresi wajah Aoki terlihat seperti sedang
mengatur taktik.
Aoki juga, karena ini Tatsuya, tidak
bisa mencegah perasaannya terlihat. Sebagai salah satu orang yang berhubungan
dengan ekonomi bawah tanah dan melindungi harta Yotsuba selama lebih dari
sepuluh tahun, topeng Aoki seharusnya tidak ada kecacatan sedikit pun, tidak
sampai mempengaruhi bicaranya.
Aoki seharusnya paham lebih dari
siapapun kalau membiarkan emosinya seperti ini akan menggagalkan misinya. Tapi
hirarki dalam Yotsuba sudah terlalu mengakar didalam dirinya,
Pemikiran seperti itu membuat tidak
sedikit orang menjadi idiot.
“…… Aku sedang ditengah-tengah
pelajaran saat ini, jadi kalau tidak penting persilahkan aku pergi.”
“Tunggu.”
Mendengar ultimatum Tatsuya, Aoki
akhirnya membuka mulutnya. Dengan sangat enggan juga.
“Beberapa hari yang lalu, kau membeli
3H-P94, bukan?”
Cara bicara bisnis yang digunakan
Aoki bisa diterima. Tatsuya merasa kalau itu lucu, tapi ia tidak tertawa. Cara
bicaranya yang seperti itu, kemungkinan besar, adalah hasil tiruannya.
“Lebih tepatnya, kemarin lusa.”
Dengan cara yang sama, Tatsuya
merespon dengan cara bicara bisnis. Sayangnya, sikapnya ini akan segera hilang.
“Nyonya menginginkannya. Kami akan
mengganti dua kali harganya, jadi tolong berikan benda itu segera.”
Tatsuya berdiri, dan memastikan
dengan tatapan tajamnya kalau tidak ada penguping di tempat itu.
Karena sejak awal ada peralatan
pengamat kekuatan sihir di seluruh bangunan membuatnya tidak dapat menggunakan
‘Mata’nya dengan bebas, tapi mata telanjangnya juga dilatih untuk hal seperti
itu. Bagaimanapun, saat ini tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.
Tatsuya mengeluarkan terminalnya dari
sakunya, dan menghubungkan kabel pada terminal itu, da memberikan ujung yang
lainnya kepada Aoki.
Jika dipikir-pikir, tidak, meskipun
kau merasa ini terlihat arogan, tapi jik
amengingat Tatsuya belum mengatakan apa-apa, Aoki yang mengerutkan dahinya
mengambil kabel itu dan menghubungkannya pada terminalnya sendiri.
“Aoki-san, apa kau sakit?”
Pesan pertama yang dikirimkannya
adalah sesuatu yang tak terduga.
Reaksi refleks Aoki ialah marah, tapi
merasakan tekanan tak wajar yang datang dari Tatsuya, ia dengan terpaksa
menahan emosinya.
“Hari ini hari Sabtu. Kalau saja kau
menunggu empat jam lagi kau bisa memanggilku di suatu tempat yang tidak ada
orangnya. Kenapa kau terburu-buru membicarakan masalah rumah di ruang
menggambar sekolah? Aku yakin kau sudah tahu perintah dari Oba-ue kalau
hubunganku dengan keluarga harus selalu menjadi rahasia.”
Retakan besat mulai muncul di topeng
Aoki. Ujung bibirnya gemetaran. Kulitnya juga pucat.
Tatsuya tahu kalau pasti ada alasan
dibalik kecerobohannya. Pasti menghindari Miyuki, mengingat hirarki, semua
orang bisa melakukan hal seperti ini.
Aoki seharusnya sadar kalau Tatsuya
pasti akan mengetahuinya. Dan meski begitu, satu-satunya jawaban terletak pada
gerakan penanya saat menulis balasannya.
“Aku hanya ingin untuk melaksanakan
perintah Nyonya secepat mungkin. Yang lebih penting, tolong segera serahkan 3H
sekarang. Lalu aku bisa segera pergi.”
“Tidak mungkin aku bisa melakukan
itu. Bahkan jika kupindahkan kepemilikannya padamu, perjanjian pinjamannya akan
berdampak juga pada SMA 1. Alasan aku membeli 3H-P94 adalah untuk mencegahnya
diambil oleh pihak ketiga. Aku lah yang akan bertanggung jawab. Jadi tolong
sampaikan itu pada Oba-ue.”
Wajah Aoki berubah dari merah jadi
biru. Ini biasanya tanda kalau seseorang sedang kesal.
“Apa kau mencoba untuk tidak menaati
perintah?”
Aoki membalas jawaban tajam Tatsuya.
Melihat perubahan pada dirinya,
Tatsuya berdiri. Dia merasa kalau sudah tidak alasan baginya untuk melanjutkan
pembicaraan itu.
“Tunggu. Jangan pergi, tunggu
sebentar.”
Sepertinya Aoki belum berencana untuk
pergi.
Jika dilihat baik-baik, sikap
arogannya, yang sebelumnya memenuhi wajahnya, tidak, seluruh tubuhnya
menghilang. Tatsuya tidak menduga kalau dirinya akan masuk ke dalam masalah
seperti ini. Namun dari matanya, sikapnya sudah benar-benar berubah.
“Aku benar-benar minta maaf atas
sikapku barusan.”
Selagi mengatakannya, Aoki menunguk
kepada Tatsuya. Dia masih duduk di sofa, tapi tidak salah lagi kalau dia saat
ini sedang meminta maaf.
“Tolong angkat kepalamu, Aoki-san.”
Saat dia berbicara, Tatsuya kembali
duduk di sofa. Itu bukan berarti ia menerima permintaan maaf Aoki. Yang
terutama, Tatsuya tidak merasakan ketulusannya sama sekali. Namun, dia
penasaran apa yang ingin dikatakan Aoki sampai-sampai membuatnya seserius ini.
“Tatsuya-kun, bukan, Tatsuya-dono,
memang benar seperti yang anda katakan. Karena perjanjian pinjamannya menjadi
prasyarat pembelian, maka anda tidak bisa mengambilnya begitu saja. Saya minta
maaf sudah meminta sesuatu yang tidak masuk akal.”
“Tidak apa-apa.”
Saat Aoki menunduk sekali lagi,
Tatsuya menyamakan sikapnya. Dia menjawab hanya karena apa yang dikatakan Aoki
memang masuk akal, apapun yang dikatakannya akan berakhir menjadi sarkasme.
Apapun yang terjadi, sepertinya fakta kalau dia sudah tidak mempermasalahkan
hal ini telah tersampaikan pada Aoki, yang mengangkat kepalanya.
“Saya hanya ingin anda mengatahui
ini. Nyonya tidak meminta 3H karena dia tertarik pada benda itu. Sepertinya
Nyonya merasa kalau benda itu perlu menjalani semacam proses penelitian.”
“Aku mengerti.”
“Saya tidak akan memaksa lagi. Sekali
lagi, saya paham kalau anda merasa perlu mengatasi masalah ini sendiri. Kalau
sewaktu-waktu anda merasa ingin melepaskannya, tolong ingatlah untuk
menyerahkannya kepada Nyonya. Kalau seperti itu, saya tentunya akan memberikan
kompensasi yang pantas.
Tidaklah sulit untuk membaca maksud
tersembunyi dibali tawaran Aoki. Sepertinya apapun yang terjadi, Maya tidak
ingin Pixie jatuh ke tangan orang lain.
“Kalau anda ingin menerimanya, kami
akan dengan senang hati memberikan jumlah sesuai perjanjian, ditambah tambahan
10% uang tahunan anda setiap tahun.”
“Setiap tahun?”
Dia tidak menduga kalau Aoki akan
sampai sejauh ini. Itu tentu saja hanyalah hal kecil untuk Yotsuba, tapi tetap
saja itu uang yang banyak.
“Ya, setiap tahun. Lebih jelasnya,
kami akan membuat sebuah kontrak yang terbarui setiap tahun.”
Tidak hanya janji belaka, bahkan
sampai kontrak. Berdua bagi Tatsuya, dan Yotsuba, 10% uang itu bukanlah inti
permasalahannya. Tujuan utama kontrak ini lebih agar Tatsuya segera menyetujui
persetujuan ini.
Dengan kata lain, mengambil
kepemilikannya. Itulah harga dibalik keseriusan Yotsuba, atau keseriusan Maya.
“Aku yakin kau pasti tahu, kalau aku
masih dibawah umur.”
“Saya akan menyelesaikan semuanya
dengan ayah anda.”
Itu berarti kalau Aoki akan mengurus
semua urusan ini sendiri.
“Baiklah, kuterima.”
Tidak ada kerugian dibalik tawaran
Aoki kepada Tatsuya. Daripada merusak kesannya dimata Maya, akan lebih baik
kalau dia menyetujuinya, pikir Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Mengantarkan Aoki sampai ke pintu masuk, Tatsuya kembali ke
ruang latihan. Walaupun separuh jam pelajaran sudah berlalu, dia merasa kalau
dia masih perlu hadir.
Namun kakinya berhenti sebelum memasuki ruangan itu.
“Lina.”
Wajah murid pindahan, yang sudah lama
tidak dilihatnya, terlihat buruk. Tidak ada tanda-tanda fisik seperti pipinya
yang kurus ataupun kantung mata. Tidak ada cara baginya untuk menemukan
tanda-tanda kalau dirinya tidak sehat.
Tapi kecermelangannya hilang. Dia
bersikap seperti biasa, dan orang yang tidak terlalu kenal dekat dengannya
pasti tidak akan sadar akibat penampilan cantiknya. Tapi orang yang sudah kenal
dekat dengannya, bahkan jika hanya seperti Tatsuya, pasti akan menyadari adanya
sesuatu yang hilang yang selama ini membuatnya bersinar, dan hal itu terlihat
jelas.
Sepertinya dia kelelahan mental.
Dia pasti sedang berada dalam tekanan
yang berat.
Namun sekarang bayangan-bayangan itu
menambah kecantikannya, dan menambah pesonanya dengan cara yang berbeda dari
biasanya. Bahkan Tatsuya yang biasanya tidak terlalu tertarik dengan penampilan
wanita, atau sebaliknya, sudah terbiasa melihatnya, hanya bisa kagum.
“Tatsuya.”
Meski begitu, itu tidak sampai
membuat reaksinya tertunda.
Mendengar namanya dipanggil, dia
mengatur tataoannya memandang mata safir itu.
“Apa kau sudah dengar?”
“Ya.”
Mereka membicarakan informasi yang
didapat dari Sage. Orang yang bilang kalau besok malam, para Parasite akan
berkumpul di lapangan latihan outdoor.
Perkataan mereka singkat, tapi maksud dibaliknya benar-benar dimengerti mereka
berdua.
“Apa kau tahu siapa itu?”
“Tidak.”
Jadi kelihatannya dia belum pernah
menampakkan wajahnya pada Lina, terka Tatsuya dari jawabannya. Itu masuk akal.
Kalau Tentara USNA tahu akan identitas Sage, mereka pasti tidak akan berhenti
untuk memanfaatkannya agar mendapat makin banyak pengetahuan.
“Jadi begitu, sayang sekali.”
“Ya begitulah. Itu juga tidak
penting.”
Berhenti basa-basi, Lina melihat
Tatsuya dengan mata menantang.
“Tatsuya.”
Tegas dan jelas.
Sebuah tatapan yang sekuat tekad
mereka saat malam mereka mencoba saling membunuh.
“Aku tidak akan menahan diri.”
Dia sudah tahu, tapi Tatsuya
mendapati dirinya menyadarinya lagi. Terlepas dari dirinya, sejak awal mereka
memang tidak mungkin bisa membentuk aliansi.
“Aku tahu. Lagipula dunia kita memang
sudah berbeda sejak awal.
Jawaban Tatsuya adalah sebuah kalimat
klasik (kuno) yang biasa ada di novel roman (atau film), yang mana berarti
perpisahan.
Alasannya memilih kalimat yang dapat
dengan mudah disalahpahami adalah karena mereka yang mendengarkan pembicaraan
ini sembunyi-sembunyi.
Lina terlihat menarik kembali
balasannya. Hanya dengan sedikit jeda, dia kelihatannya paham maksud Tatsuya.
Meski begitu wajah Lina yang pucat
sempat memerah. Entah bagaimana, Tatsuya merasa kalau pipinya yang merah
sekarang punya arti yang berbeda dari sebelumnya.
“Bodoh sekali!”
Melontarkan perkataan tersebut, dia
berputar,
Dan mustahil untuk tahu apa dia hanya
mengikuti permainan Tatsuya,
Atau memang itulah perasaan sejati
Lina.
Sekarang Tatsuya sudah tahu jelas
akan satu hal.
Dengan lega, dia menuju ke ruang
detensi sepulang sekolah.
◊ ◊ ◊
Rumah utama Yotsuba.
Saat Hayama menyajikan teh siang,
terdengar sebuah suara elektronik yang menandakan panggilan masuk. Melihat
anggukan Maya, Hayama mengangkat terminal komunikasi klasik itu dan
mendekatkannya ke telinganya.
“Aoki. ………Jadi, kau gagal. ………Faktanya
kau tidak dapat menjalankan perintah Nyonya, Baiklah, situasi seperti memang
mau bagaimana lagi. …….Aku tidak yakin kalau kita perlu terburu-buru.
Tatsuya-dono sepertinya tindan ingin untuk merubah kesepakatannya sampai
sekarang. …….Baikalh kalau begitu, akan kusampaikan pada Nyonya. …….Kerja
bagus.”
“……Apa berita dari Aoki-san?”
Setelah Hayama menaruh terminal itu,
Maya bertanya. Dengan wajah tak ingin menyampaikan berita buruk, Hayama
menunduk kepada Maya.
“Saya minta maaf, Nyonya. Kami gagal
untuk memperoeh 3H.”
Itu adalah kegagalan Aoki. Tapi
sebagai kepala pelayan, Hayama bisa dibilang atasan Aoki. Kegagalan Aoki harus
ditanggungnya.
Jawaban Maya juga tidak berisi
pengampuan ataupun teguran.
“Tadi ada nama Tatsuya-san.”
Apa yang menarik perhatiannya adalah
itu.
“Tatsuya-dono telah membeli 3H.”
Saat Hayama menjawab, sebuah senyuman
kecut muncul di wajahnya.
“Tampaknya Tatsuya-dono tidak ingin
benda itu jatuh ke tangan orang lain. Dia sudah membuat kesepakatan hak milik
dengan SMA 1.”
Tapi tetap saja, itu menjadi
alternatif terbaik kalau Maya tidak berhasil mendapatkan Pixie.
“….Aku penasaran apa dia tahu tentang
itu. Atau ini hanya kebetulan?”
“Saya tidak tahu.”
Ekspresi Maya sedikit bingung. Tapi
ia segera membersihkan pikirannya.
“……Baiklah, kalau Tatsuya-san bisa
menjaganya aku tidak masalah.”
“Aoki bilang kalau Tatsuya sempat
memutuskan untuk memberikannya, kalau kita membuat kontrak pemebelian.”
“Ya, itu akan bagus.”
Hayama menghadap Maya dan menunduk.
Walaupun Maya belum menyalahkan Aoki, terutama Hayama, yang menunjukkan terima
kasihnya atas keringanan hukuman yang diterima atas kegagalannya.
“Tapi bagaimanapun juga, akan lebih
enak kalau benda itu ada di tangan kita……”
Mendengar gumaman Maya, Hayama
terlihat menyarankan ‘kita seharusnya biarkan saja seperti ini’.
“Nyonya, saya yakin kalau tidak ada
pentingnya saya mengatakannya, tapi semakin kita tidak berhubungan dengan
mahluk-mahluk itu maka semakin baik.”
Senyuman ironis Maya menjadi
pengingat kalau dia masih cantik.
“Karena mereka merepotkan?”
“Seperti yang anda katakan.”
“Lagipula mereka adalah sponsor yang
sangat penting.”
Hayam mengerutkan dahinya, melihat
senyuman licik Maya.
“Aku tahu apa yang ingin kau katakan,
Hayama-san. Aku tidak puya niat untuk menimbulkan perselisihan. Aku hanya
melakukan ini karena aku yakin Yotsuba perlu memiliki Parasite.”
“Apa Nyonya yakin dengan mempelajari
Parasite akan membuat kita makin dekat dengan misteri Sihir Pengganggu Mental?”
“Ya. ‘Apa isi pikiran sebenarnya’
adalah pertanyan yang selalu dicari jawbannya oleh Tatsuya. Dikatakan Parasite
adalah individu badan informasi. Informasi yang ada pada zat, struktur,
lokasi….. bahkan sedikit pun, seharusnya bisa memberi kita pentujuk akan
pikiran.
Paham akan alasan Maya, Hayama
menunduk.
Maya kembali ke topik aslinya.
“Ngomong-ngomong, bagaimana
pergerakan roh yang lain?”
“Menurut laopran dari Kuroba-dono
tadi, para roh yang dimusnahkan kemarin malam telah bangkit kembali.”
“Sudah bangkit? Itu cukup cepat.”
“Pasti ada alasan dibalik waktu yang
cepat itu. Kuroba-dono melaporkan kalau roh-roh itu sepertinya sedang bersiap
untuk bertarung.
“Aku mengerti……. Apa kita tahu siapa
yang akan dihadapi mereka?”
Wajah Maya menampakkan senyum
tertekannya saat dirinya bertanya kepada Hayama.
“Dilihat dari modus operandinya,
mereka akan mentarget rekan mereka yang terjebak di boneka itu.”
“Saat ini sepertinya tidak ada
masalah yang mencarinya, tapi sebaliknya dia yang mencari masalah.”
Tidak perlu dikata lagi, perkataan
Maya merujuk pada keponakannya. Orang yang dibicarakan ini pasti akan
menyangkalnya, tapi disini tidak ada yang tidak setuju dengan itu.
“Apa kau tahu kapan itu akan
terjadi?”
“Kuroba-dono memperkirakan kalau itu
akan terjadi besok malam, di sekitar SMA 1.”
“Lebih baik kita memerhatikan sekitar
lalu,….. kalau begitu, tolong bentuk sebuah kelompok. Pemimpinnya……. Ayako-chan
seharusnya bisa. Lagipula tujuannya bukan untuk bertarung.”
“Tentu saja.”
Hayama menepuk tangannya, memanggil
pelayan-pelayan untuk melayani Maya, sebelum berjalan menuju ke ruang komunikasi
untuk meneruskan perintah Maya.
◊ ◊ ◊
Walaupun ini masih belum larut malam, Saegusa Mayumi adalah
seorang peserta ujian.
Hari ini tanggil 18 Februari.
Seminggu sebelum ujian masuk Universitas Sihir. Peluangnya tidak diterima nol,
tapi meski begitu kenyataannya dia tidak punya waktu banyak untuk hal lain.
‘Insiden Vampire’ yang telah mereda
saat ini adalah hal baik untuk keadaan mentalnya.
Belajar pelajaran yang kurang
dikuasainya di perpustakaan sekolah, saat ia kembali ke rumah hari sudah hampir
berganti.
Disambut oleh seorang pelayan yang
agak pemalu, Mayumi segera teringat sesuatu.
“Apa Otou-sama sudah pulang?”
“Sudah, Nona.”
Terlatih dengan baik, pelayan itu
menjawab dengan tegas, tapi Mayumi bisa melihat alasan dibalik ketakutannya
adalah ayahnya.
(Sampai membuat gadis muda seperti
ini ketakutan…… Otou-sama, memangnya apa kau lakukan?)
Walaupun didalam hatinya ia merasa
tidak nyaman, menunjukkannya hanya akan mengganggu pelayan itu.
“Baiklah.”
Mayumi tersenyum kepada pelayan itu,
lalu masuk ke kamarnya sendiri.
Pada waktu itu di ruang belajar, sang
kepala keluarga, Saegusa Kouichi memasang wajah frustasi kepada ajudannya,
Nakura.
“……..Jadi kau bilang orang yang
menyerang dan membunh Parasite yang telah ditangkap Divisi Ketiga Antiintelijen
adalah Sirius dari Stars?”
“Tidak diragukan lagi.”
Dihadapan amarah tuannya, tidak ada
tanda-tanda ketakutan di wajah Nakura. Walaupun dia bersikap sopan, tidak
seperti interaksi antara Hayama dan Maya, ada semacam aspek bisnis diantara
mereka. Nakura bukanlah anggota Keluarga Saegusa, dan akan lebih tepat disebut
sebagai sewaan. Dia tidak terikat selamanya di sisi Kouichi.
Terkadang dia ditugaskan sebagai
pengawal anak-anaknya, seperti Mayumi, atau terkadang ditugaskan untuk
menjalankan misi yang berada diluar hukum seperti pengumpulan intel. Begitulah
bagaimana Kouichi memerlakukannya, sebagai seorang Extra[1].
“Tapi bahkan bagi Sirius, melakukan
penyusupan dan membunuh tawanan termasuk berlebihan. Divisi Ketiga juga
bukanlah musuh yang mudah. Apa kau yakin sumbernya tidak salah?”
Saat Kouichi berbicara dengan kesal,
Nakura menjawabnya dengan tenang.
“Divisi Ketiga dari Departemen
Pertahanan Nasional sangatlah kompeten. Saat kita yang menjadi penyusup ke
dalam bangunan Divisi Ketiga, kami tidak menemukan adanya masalah dalam
keamanan. Sebaliknya, yang jadi masalah adalah Stars yang terlalu bagus. Itulah
alasan mengapa mereka dikenal sebagai pasukan penyihir terkenal di dunia sampai
sekarang.”
Ditegur seperti anak kecil, ekspresi
Kouichi berubah makin kecut. Namun tidak sampai kehilangan kesabaran dan
meneriaki Nakura.
“Tuan, kalau saya boleh bilang, saya
yakin ini waktunya kita untuk melepaskannya. Keuntungan Keluarga Saegusa
semakin menurun hari demi hari.”
“……Kau benar.”
Kouichi dengan tenang memikirkan
saran Nakura.
“Sepertinya Keluarga Kudou juga ikut
turun tangan. Aku sudah berpikir untuk meminta mereka menyediakan pasukan untuk
kita, tapi mundur mungkin adalah pilihan terbaik.”
“Seperti yang anda katakan.”
“Sampaikan para anggota kita untuk
kembali ke tugas biasa. Nakura, bubar.”
“Saya permisi.”
Ketika Kouichi mulai mengoperasikan
terminal komunikasi terenkripsinya, Nakura sudah meninggalkan ruang belajarnya.
◊ ◊ ◊
Minggu, 19 Februari 2096.
Delapan Parasite nantinya akan bergerak. Tatsuya tidak dengan
mudah percaya informasi yang didapatnya dari seberang sana.
Dia sudah tanpa henti mencari orang
bernama Raymond Clark diantara murid-murid di sekolah Shizuku.
Wajah di foto yang tersimpan di
server sekolah sama dengan apa yang ada di video itu.
Tapi hal itu tidak menjamin kalau
Raymond Clark mengatakan yang sebenarnya. Sama seperti tidak semua informasi
anonim itu salah, kau tidak akan bisa memercayai sebuah informasi hanya karena
orang yang mengatakannya telah memberikan identitas aslinya.
Meski begitu Tatsuya sudah pergi ke
tempat yang dikatakannya, lapangan latihan outdoor
SMA 1. Ini karena dia tidak punya petunjuk lain.
Dia menunggu, menyerahkan segalanya
pada nasib. Bahkan jika ini semua salah dan dia membuang-buang waktunya, itu
tidak akan jadi masalah.
Terdapat sebuah hutan buatan di
lapangan luas dibelakang sekolahnya. Secara teknis tempat itu juga menjadi
bagian dari SMA 1, tapi susah untuk menjelaskan dimana letak perbatasan hutan
buatas dan alami di tempat itu. Terutama saat malam hari.
Saat ini jam 7 malam. Mungkin ini
masih belum bisa dibilang malam.
Tidak seperti pusat kosat yang
bermandi cahaya didalam kegelapan, didalam hutan yang tak ada lampu jalan sama
sekali tidaklah aneh kalau mengira ini sudah malam.
Untuk mencegah adanya orang yang
masuk ke dalam, sebuah pagar tinggi dibangun mengelilingi lapangan latihan itu.
Kalau seorang warga sipil masuk dan terkena sihir saat latihan, itu akan jadi
masalah.
Namun, bahkan tanpa adanya pagar,
rasanya tidak mungkin warga sekitar akan masuk. Tempat itu sudah terkenal di
sekeliling sebagai lapangan latihan SMA 1.
Selain itu, tidak ada bangunan di
sekitar situ yang tidak berhubungan dengan SMA sihir. Saat SMA 1 pertama kali
dibangun, pemerintah sudah menawarkan kompensasi untuk pemindahan tempat
tinggal bagi mereka yang tidak berhubungan dengan sihir, tidak dapat
menggunakan sihir, ataupun tidak ingin melakukan sesuatu dengan sihir. Mereka
semua paham betul apa risikonya saat menginjakkan kaki ke dalam lapangan itu.
Itu juga kenapa tidak ada sistem
pengaman khusus di tempat itu. Tidak ada yang bisa dicuri dari tempat itu
mengingat itu hanya sebuah hutan buatan, jadi tidak ada perlunya melarang
penyusup.
“Apa kau bisa menaikinya?”
Melihat pagar setinggi tiga meter
itu, Tatsuya menanyai teman-temannya. Satu-satunya pintu masuk terletak di
gerbang belakang SMA 1, jadi ketika diluar sekolah satu-satunya jalan masuk
hanyalah memanjatnya. Masuk dari luar sekolah tidaklah sulit, tapi masuk dari
dalam akan membuatnya perlu berurusan dengan sistem pengawasan sekolah.
Walaupun sistem itu tentu saja ditempatkan untuk mendeteksi pencuri yang masuk
ke lapangan latihan, kalau ada orang mecurigakan yang masuk tidak hanya dari
luar tapi juga dari dalam maka itu akan menimbulkan masalah besar.
“Tentu saja, Onii-sama.”
“Bukan masalah.”
“Sesuatu seperti ini akan mudah
sekali!”
Menanggapi pertanyaan Tatsuya Miyuki,
Erika, dan Leo mengiyakan.
“Itu tidaklah mustahil.”
Yang paling terakhir, yang menjadi
sasaran utama pertanyaan itu, Pixie, menjawab.
Teman-temannya malam ini ada tiga
orang, dan satu boneka. Sebenarnya, Tatsuya tidka berencana untuk membawa serta
Miyuki. Erika juga, karena dia sudah terlibat sejauh ini, seharusnya hanya tahu
akan kejadian ini.
Tapi Tatsuya tahu kalau setelah
mengetahui kejadian seperti ini, tidak mungkin bagi mereka untuk duduk diam di
rumah. Saat berangkat, Miyuki mengikutinya seperti biasa, dan di saat yang sama
Erika tiba-tiba bersemangat; Tatsuya tidak melarangnya. Dia tahu kalau melarang
mereka hanya akan buang-buang tenaga. Sebaliknya dia hanya menyerah begitu
saja, dan segera masukkan teman-temannya ke dalam strategi miliknya.
Mengalihkan fokusnya ke lapangan
latihan sekali algi, dia meraskan udara di hutan itu berputar. Pihak yang lain
sepertinya sudah masuk ke panggung.
Selagi berpura-pura mengatur CADnya,
dia tidak lupa untuk menjaga gerak-geriknya saat ini, dia mengaktifkan
rangkaian sihir ‘Leap’ dari ingatannya dan melompati pagar itu.
Diantara bayang-bayang hutan itu,
mereka berlima bergerak dalam satu kesatuan. Mereka tidak berpencar untuk
mencari target. Di area seluas ini, di kegelapan ini, berpencar hanya akan
menimbulkan risiko untuk dapat dikalahkan dengan mudah.
Bahkan meski begitu, sudah terbukti
saat di Aoyama kalau berkelompok di keadaan seperti itu akan sulit
dipertahankan. Tidaklah mustahil bagi musuh mereka untuk tidak menyadarinya,
meski begitu mereka tidak mengambil risiko itu. Kalau mereka tidak bisa
menemukan Parasite seperti ini, mereka hanya akan kembali lagi besok dan
mencari lagi.
Tidak lupa, Tatsuya punya perasaan
kalau mereka akan muncul.
Itu bukan sebuah prediksi.
Ataupun tebakan.
Walaupun dia tidak punya dasa,
Tatsuya meyakininya saat dia melewati pohon-pohon itu. Cahaya senter mereka
hanya menerangi sebagian kecil tanah, tapi tidak ada seorang pun yang
tersandung dahan mati ataupun akar pohon. Itu mungkin karena jalan mereka tidak
berubah, selagi meluruskan matanya mereka hanya berlari melewati jalan yang
sama seperti yang mereka lewati saat siang, selama 15 menit.
“Tatsuya-san, tolong berhenti.”
Dari alat komunikasi yang dipasang di
telinganya, suara Mizuki terdengar. Dalam mode konferensi, perkataannya
tersampaikan ke semua headset.
“38 derajat ke kanan dari posisimu
sekarang, aku bisa melihat aura Parasite.”
Daripada menemani Tatsuya dan yang
lain, Mizuki berada di atap mengamati lapangan latihan dengan menggunakan
‘mata’nya sebagai navigator.
“Aku juga melihat mereka! Dua pria
dan satu wanita, tiga totalnya,”
Menggunakan aura yang telah dirasakan
Mizuki, sihir Honoka bekerja pada kamera-kamera yang terpasang. Gambar yang
didapatnya melalui Sihir Optik terlihat jelas seperti diambil dari jarak dekat
saat siang hari, dan dikirmkan ke terminal kelompok mereka via nirkabel.
Kalau saja tidak ada kemamuan unik
Mizuki dan Honoka , pencarian mereka malam ini akan mustahil. Memutuskan kalau
mereka sangat diperlukan dalam misi malam ini, Mikihiko segera ditugaskan untuk
menjaga mereka berdua. Mikihiko sendiri cukup senang dengan tugasnya. Dia paham
betul betapa pentingnya tugasnya itu, dan tahu kalau dirinya lah yang paling
cocok untuk tugas itu.
“Ah! Dari arah berlawanan, seorang
gadis bertopeng sedang mendekati Parasite!”
Laporan Honoka terdengar. Dengan aura
Parasite yang terlihat, sepertinya Lina telah melancarkan serangan.
Tatsuya memberi tanda dengan
tangannya. Miyuki, Erika, Leo, dan Pixie mengangguk.
Sesaat setelahnya, Tatsuya menjadi
angin bertiup di hutan.
Erika mengikuti tepat di belakangnya
sementara Leo, memeriksa samping-sampingnya, mulai berlari bersama Miyuki dan
Pixie.
◊ ◊ ◊
Kelompok Tatsuya, sekumpulan Parasite, sekaligus Lina dan
pendukungnya.
Ketiga pihak ini sekarang berkumpul
di hutan ini, pikir berdua Tatsuya dan Lina.
Tatsuya tahu kalau ada faksi
Departemen Pertahanan yang ingin menangkap Parasite, tapi dia sadar kalau
mereka berada dibawah kendali Keluarga Saegusa. Diperingati Mayumi, dengan
Yotsuba yang tak diragukan terus maju menyudutkan mereka dan adanya pukulan
telak dari ‘Angie Sirius’, Tatsuya menyimpulkan kalau mereka seharusnya sedang
dalam kondisi buruk saat ini. Setidaknya, mereka tidak akan mengganggunya malam
ini.
Namun, kenyataannya, dibawah
bayang-bayang pohon, sebuah kelompok lain mendekati berdua Tatsuya dan Lina.
Mereka adalah pasukan gerilnya dari
Divisi Pertama Departemen Pertahanan, ahli dalam pertempuran jarak dekat,
dikenal dengan nama ‘Korps Pedang’. Dari namanya mereka tidak menggunakan
senjata api, tapi apa mungkin sebuah kelompok gerilyawan akan menggunakan
pedang.
Pengerahan mereka hanya karena
masalah jarak, karena Tokyo berada dibawah yurisdiksi Divisi Pertama, sifat
misi ini membutuhkan aksi sembunyi-sembunyi, dan juga karena mereka berada
dibawah pengaruh Keluarga Kudou. Tidak, alasan terakhir itu mungkin yang paling
berpengaruh.
Tatsuya tidak yakin. Sesuatu yang
tidak diketahuinya tidak dapat diperhitungkannya, dan biasanya itu hanya akan
menimbulkan perhitungan yang salah. Dia tidak mungkin tahu kalau Tetua Kudou
tertarik untuk menjadikan Parasite sebagai senjata, dan ia dapat membentuk
sebuah pasukan hanya dalam tiga hari.
Dan terlebih lagi, ada hal lain.
Daripada begitu, satu orang lagi.
Satu bayangan, melacak Korps Pedang
itu.
Sekarang, didalam lapangan latihan
SMA 1, ada lima pihak yang berlomba menuju perselisihan tak terhindarkan ini.
◊ ◊ ◊
Sebagai kapten Stars ‘Sirius’, misi harus dilaksanakan.
Satu-satunya pendorong Lina hanyalah harga diri itu.
Ini bukan berarti dia tidak mengalami
kemunduran sejak sebelum datang ke Jepang. Dalam program pendidikan remaja yang
diberikan Pentagon, dia hanya mendapat nilai C di Aljabar dan Biologi. Dalam
pelajaran bertarung, didalam kelompok yang sama, ada tentara-tentara perempuan
seumuran dengannya yang berkembang pesat dan tidak dapat dikalahkannya. Dia
juga tidak terlalu hebat selama latihan.
Tapi dia tidak pernah sekalipun kalah
dalam sihir.
Kapten Star, Angie Sirius.
Salah satu penyihir terkuat di dunia.
Semua orang memujanya, dan dia sangat
percaya dengan kemampuannya sendiri.
Tapi di jepang.
Dia telah kalah dari Shiba
bersaudara.
Pertarungan pertama dipilihnya
sendiri.
Terpaksa mundur dalam pertarungan
yang dipilihnya sendiri, itu menjadi sebuah ‘kesuksesan’.
Dalam pertarungan keduanya, dia kalah
dihadapan serangan ‘kamikaze’ Tatsuya, dan meski dia sudah kalah dari sergapan
itu, meskipun dia kalah secara strategi, tapi dia tidak dikalahkan menggunakan
sihir.
Di pertarungannya dengan Miyuki yang
terjadi setelahnya, dia juga kalah.
Walaupun dalam kondisi merugikan,
Lina tidak menenggapnya sebagai alasan.
Dalam pertarungan langsung, dia kalah
dari Miyuki.
Kekalahan itu nantinya meningkatkan semangat
bertarungnya.
Tidak terpengaruh oleh itu semua, dia
bersumpah untuk memulihkan harga dirinya.
Namun,
Dalam pertarungan balas dendam itu,
Lina telah dikalahkan Tatsuya.
Menggiringnya agar dapat satu lawan
satu, bahkan sampai membuatnya menggunakan ‘Brionac’, dia pun masih kalah.
Bahkan saat ia merasa kecewa, ia
tdiak benci ataupun sentimen terhadap Tatsuya. Walaupun Tatsuya sudah
mempermalukan Lina .
Pertarungan itu sendiri sudah sangat adil.
Sebaliknya, malah dia diuntungkan.
Dia kalah dari Tatsuya tidak hanya
dalam segi sihir, tapi juga dalam tekad….. Lina menerimanya.
Tapi tak diragukan lagi, kekalahannya
sempat menggoyahkannya. Dia adalah salah satu penyihir petarung terbaik di dunia,
Sirius.
Karena alasan tersebut dia ditunjuk
sebagai kapten Stars, posisi yang mana tidak memerdulikan usia maupun gender dan hanya diberikan kepada
penyihir dengan kekuatan terkuat di USNA. Kalaupun penyihir itu bukan anggota
militer, pada saat keadaan darurat, maka ia akan diangkat menjadi Kapten Stars
dan ‘Sirius’.
Kemungkinan berita-berita
kekalahannya tersebar ke dunia cukup kecil. Apalagi berdua Tatsuya dan Miyuki,
sekaligus teman-teman mereka, juga tutup mulut. Menghancurkan nama Sirius
bukanlah tujuan mereka.
Tapi walaupun tidak ada orang lain
yang tahu, dia perlu menerima fakta kalau dia kehilangan harga diri. Untuk
memperolehnya kembali, Lina perlu menggunakan kemampuannya dan melaksanakan
tugasnya sebagai ‘Sirius’.
Kalau dia dapat terus menjadi
‘Sirius’.
Demi gadis yang ada didalam dirinya
yang telah hilang semenjak dia memakai nama Sirius, Angelina Shields.
◊ ◊ ◊
Saat Tatsuya sudah cukup dekat untuk dapat melihatnya dengan
mata kepalanya sendiri, ia melihat Lina; bertopeng, berambut merah dan mata
emas sedang melawan tiga Parasite sendirian.
Walaupun Parasite dalam menggunakan
sihir tanpa membentuk Rangkaian Aktivasi, hanya dengan memikirkannya, sihir itu
bisa terbentuk, namun Lina tidak akan membiarkannya. Dari segi rasio serangan,
Lina melancarkan tujuh pukulan kepada setiap Parasite yang melawannya. Kalau
saja salah satu Parasite itu tidak memiliki kemampuan berbahaya, pertarungan
itu pasti akan lebih condong ke Lina.
Kemampuan Parasite itu adalah teleportasi
semu.
Dari segi sihir, kemampuannya
menggabungkan hantaman inersia kompleks dan teknik gerakan kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan pohon-pohon yang
ada, memungkinkannya untuk bergerak di dimensi tiga, muncul dan melancarkan
sihir.
Sihir yang dilancarkannya punya
kekuatan gangguan yang kecil, dan tidak ada apa-apanya dibanding sihir Lina,
tapi dia tidak bisa diam begitu saja, dan setiap kali Lina menggunakan sihir
pertahanan, beberapa serangan dari Parasite yang lain akan menghancurkan
pelindungnya. Tatsuay menilai situasi ini dalam sekilas.
Dia tidak punya niatan untuk membantu
Lina, tapi Tatsuya menghentikan langkahnya, dan menggunakan ‘Decomposition’
pada Parasite yang menggunakan teleportasi.
Banyak penyihir menggunakan sihir
dengan kelima inderanya. Bahkan saat menggunakan persepsi diluar kelima
inderanya, yang dibidik pasti lokasi target mereka.
Begitulah yang biasanya terjadi.
Namun Tatsuya dapat membidik
informasi mereka. Bahkan jika lokasi targetnya terus berubah-ubah, asalkan
informasi itu telah dikenalinya maka ia bisa membidiknya.
Kemampuan teleportasi semu itu tidak
berdampak pada Tatsuya.
“Serahkan itu padaku!”
Namun bukan itu masalahnya bagi
Tatsuya. Mengejar posisi Tatsuya saat ini, lalu melewatinya, Erika mengaktifkan
Inertia Control.
Teknik teleportasi semua itu hanya
berbahaya kalau tangan, kaki, dan semua diatas mata musuh mereka tidak dapat
mengikuti pergerakannya. Di sisi lain, kalau kecepatan musuhnya melebihi
pengguna teknik tersebut, gerakan tiga dimensi itu akan terlihat tidak lebih
dari sekadar akrobat.
Erika menggenggam ‘Orochimaru’ versi
pendek yang dibuat oelh Keluarga Isori dan disesuaikan Tatsuya (sebenarnya dia
tidak memintanya), senjata yang terintergrasi CAD ‘Mizuchimaru’, dan langsung
berakselerasi lurus ke depan.
Tujuannya adalah lokasi Parasite itu,
yang baru saja menendang batang pohon itu, mendarat.
Dengan penglihatan dinamis yang luar
biasa, kontrol tubuhnya tetap terjaga bahkan saat sedang terkena efek dari
Inertia Cancel, pinjakan kakinya memungkikan dirinya untuk maju ke depan tanpa
melakukan gerakan yang sia-sia, dia mampu memperhitungkan saat yang tepat kapan
musuhnya akan terjatuh ke tanah.
Dalam segi kekuatan sihir, Parasite
itu mungkin lebih hebat daripadanya.
Tapi kekuatan Erika dalam bela diri
menutupi semua kesenjangan yang ada.
Erika mengayunkan Mizuchimaru.
Tanpa keraguan sedikit pun, pedang
itu membelah Parasite itu.
Tatsuya merubah bidikan
‘Decomposition’nya, menembaki Parasite-Parasite lain yang saat ini mencoba
untuk menyerang Erika dengan telekinesis, dan saat Erika mendaratkan pukulan
terakhir ia mengulurkan tangan kirinya ke sebuah mayat.
Mikihiko akan menciptakan pelindung
yang mencegah Parasite keluar dari inangnya. Dia sudah mempersiapkan sebuah
altar sederhana di atap sekolah. Alasan Mikihiko ditempatkan di atap bukan
hanya untuk menjaga Mizuki dan Honoka, tapi juga karena dia dapat membentuk
pelindung dari jarak jauh.
Meski begitu efek pelindungnya tidak
sempurna. Itu bukan karena kemampuan Mikihiko, pada dasarnya memang karena
sihir itu sendiri memiliki kecacatan. Sebenarnya, pelindung tidak bisa
diciptakan seperti ini.
Selama inangnya tidak mati, Parasite
tidak akan bisa meninggalkan wadahnya. Dengan kata lain, sekali inangnya mati
maka Parasite dapat dengan bebas pergi. Bahkan jika merea dapat mengamankan
tubuhnya, mereka tidak akan dapat menahan Parasite itu sendiri. Sebelum Erika
benar-benar membunuh Parasite itu, pelindung itu perlu dibentuk.
Sebuah tembakan Psion berjumlah besar
melesat dari telapak tangan Tatsuya, dan membelah Psion yang ada di tubuh
Parasite itu. Tidak, jika diperhatikan dari dekat bukan ‘membelah’ tapi
‘memisahkan’.
Tatsuya, Miyuki, dan Mikihiko telah
memeriksa hasil pertemuan terakhir mereka, dan menduga kalau Parasite adalah
inti dari badan informasi Pushion yang memiliki sebuah lapisan tipis diluarnya;
sesungguhnya sama seperti lapisan berserat yang menyelubungi inti Pushion; ini
menuju pada hipotesis kalau mereka mengonsumsi Psion ketika mereka menggunakan
sihir.
Menghancurkan badan Pushion itu
sendiri tidaklah mudah bagi Tatsuya. Itu sudah dibuktikan dua kali.
Dan walaupun Mikihiko mengalami
kesulitan dalam menyegel Parasite seorang diri, tapi sudah beda cerita kalau
Parasite itu sudah dilemahkan dan ketahanan sihirnya telah dihilangkan.
“Mikihiko!”
Tatsuya memanggi namaya dari headset. Itu sebenarnya tidak perlu.
Berkat Sihir Optik Honoka dana ‘mata’ Mizuki, Mikihiko sudah benar-benar tahu
akan apa yang terjadi di lapangan itu.
Mikihiko ‘melihat’ apa yang terjadi,
dan memanggil kilatan petir dari surga, hampir di saat yang sama dengan
panggilan Tatsuya. Petir itu menyambar mayat inang itu, dan membakar kulitnya.
Meninggalkan karakter-karakter tulisan dan pola-pola geometri di kulitnya.
“Tembakan bagus!”
Erika berteriak dengan bersemangat.
Dari apa yang dilihat Tatsuya, tidak ada informasi yang keluar dari tubuh inang
itu.
Namun, dia tidak merasakan kesenangan
yang dirasakan Erika.
Dia menembakkan lebih banyak tembakan
pada Parasite yang telah dilumpuhkannya.
Kilatan-kilatan petir yang lain
menyambar turun. Tubuh merea, terkena tembakan Psion Tatsuya, berhenti
bergerak. Dengan ini sudah dua Parasite yang tersegel.
Di sudut matanya, terdapat petir lain
yang menyambar. Daripada sebuah petir Sihir Kuno, itu adalah petir Sihir
Modern.
Ia melihat satu Parasite hangus
terkena sihir Lina. Parasite itu mungkin sudah pergi.
“Satu melarikan diri. Mizuki, apa kau
melihatnya?”
“Maafkan aku, mencari semuanya dari
sini……”
Saat Tatsuya secara refleks bertanya melalui headsetnya, jawaban yang didapatnya
terdengar meminta maaf. Memikirkannya, itu masuk akal; karena penglihatan
Mizuki tidak bisa melihat apa yang ia tidak bisa lihat secara fisik, dia tidak
bisa melihat objek yang jauh.
“Aku mengerti. Maaf, aku meminta sesuatu yang tak masuk
akal. Lupakan saja.”
Mengikuti Mizuki, Tatsuya menghadap Lina dan Erika
dengan wajah pahit.
“Angie Sirius.”
Wajah Lina yang kesal dibalik topeng itu bukanlah
ilusi.
“Apa.”
Tapi kali ini, dia sepertinya berkenan untuk berbicara.
Suaranya juga berubah, apa ini juga efek lain dari ‘Parade’?
“Jangan coba membunuh mereka sampai mereka sudah
tersegel. Pembersihannya nanti akan merepotkan.”
Dia kehabisan kata-kata untuk sesaat. Intuisinya
berkata kalau Tatsuya tidak mengatakan ‘merepotkan’ karena mereka harus
mengurusi mayat-mayat itu; dia hanya memandang hidup dan mati seseorang sebagai
sesuatu yang ‘merepotkan’. Itu tidak merubah jawaban Lina.
“Itu bukan urusanku. Aku disini hanya untuk
pengkhianat-pengkhianat itu.”
Walaupun dia sengaja merubah nada bicaranya, masih bisa
diketahui dari intonasinya, pikir Tatsuya.
Tentu saja, apa yang Tatsuya maksud jelas berbeda.
“Tugas Sirius ya…. Baiklah, itulah kenapa kami ingin
menyegel tubuh-tubuh iyu. Satu melarikan diri.”
“Itu tidak termasuk dalam misiku.”
Keras kepala seperti biasa. Dan Tatsuya tidak pernah
berniat bernegosiasi dengan orang yang tidak mau mendengar. Sikapnya selalu
‘terserah padamu kalau kau tidak mau dengar, dan aku juga akan seperti itu’.
Namun, Tatsuya perlu membuat Lina mau mendengarnya. Tatsuya terus melakukannya
selagi menahan desahannya.
“Misi katamu, tapi orang yang baru saja kau bunuh
sepertinya adalah orang Asia. Apa dia benar-benar pengkhianat?”
Tatsuya tidak terlalu yakin kalau itu masalahnya. Itu
hanya gertakan. Tapi Lina benar-benar kesal. Tebakannya sepertinya benar.
“……..Meskipun ia bukan pengkhianat, dia bersalah karena
sudah membantu mereka.”
Tapi sampai sekarang, sikap keras kepalanya menolak
untuk mengalah.
“Akan kukatakan sekali lagi, Parasite tidak ada
hubungannya denganku. Aku disini hanya untuk memenuhi tugasku sebagai Sirius.”
Berkata seperti itu, Lina menghilang dalam hutan.
Menahan dirinya untuk mengangkat bahunya, Tatsuya
menghadap ke Erika.
“Jadi dia keluar juga, si Sirius.”
Erika melompat. Melihat Erika menunjukkan senyuman yang
tak berisi dendam kejadian tiga hari yang lalu, Tatsuya hanya bisa tersenyum
kecut.
Setelah seringaiannya menghilang, senyuman itu juga
hilang.
“Itu……. Lina, ‘kan? Walaupun dia terlihat benar-benar
berbeda.”
Dan Erika bertanya dengan wajah tanpa ekspresi.
“Kalau benar-benar berbeda, kenapa kau berpikir seperti
itu?”
“Aksinya, aku rasa. Caranya bergerak dan membawa
dirinya, semuanya terasa familiar.”
“Benar juga……”
Tatsuya harus mengakui kemampuan observasi Erika. Sihir
ilusi ‘Parade’ yang merubah semuanya mulai dari wajah sampai bentuk tubuhnya
telah terbongkar oleh sesuatu yang sepele.
Tapi tetap saja, dia tidak bisa mengagumi hal ini
selamanya.
“Aku rasa kau sudah tahu semua itu, tapi kau
merahasiakannya. Meski begitu, aku ingin mengatakan apa yang kukatakan pada
Lina kepadamu.”
“Jangan membunuh mereka?”
“Ya. Kau sudah dengar penjelasannya. Selama inangnya
belum mati, Parasite tidak bisa pergi. Kita memasang pelindung itu untuk
mencegahnya pergi, tapi melumpuhkan mereka tanpa membunuh tetaplah jadi cara
yang paling baik.”
Permintaan Tatsuya masuk akal. Erika mengerti.
“Maafkan aku. Ini tidak adil untukmu Tatsuya-kun, tapi
aku tidak bisa melakukannya.”
Namun, Erika, Erika menggelengkan kepalanya.
“Orang yang sudah siap membunuh dengan pedang, harus siap
untuk dibunuh. Memikirkan hal itu……. Aku tidak bisa sengaja memperpanjang
penderitaan mereka tanpa membunuh mereka.”
Namun alasannya benar-benar berbeda dari Lina. Itu
perasaan sejati dan pribadinya.
“Akan beda lagi kalau mereka bisa diselamatkan tanpa
dibunuh, tapi menyegel mereka sama saja membunuh mereka bukan? Jadi meski
mereka sudah bukan manusia, aku ingin mengakhiri mereka tanpa membuat mereka
menderita.”
Tidak ada rasa gugup sama sekali dari ekspresi ataupun
mata Erika. Namun tekadnya sudah teguh.
“Aku rasa mau bagaimana lagi.”
Membunuh sudah pasti bagi Tatsuya. Baik orang itu
dibunuh setelah mengalami penderitaan atau tidak, pada akhinya mereka tetap
dibunuh; itulah alasan Tatsuya.
Walau begitu dia tidak mencoba menghalangi Erika.
Prinsip itu masalah pribadi.
Beberapa diantaranya tidak perlu dicampuri orang lain.
“Yah, aku hanya perlu kerja ektra keras.”
Membunuh Parasite akan membutuhkan komitmen yang bertentangan
yang tidak terbesit di pikiran Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Leo, mengejar Tatsuya, melihat kilatan petir dan cahaya
Psion dari pertarungan dan mendadak terdiam. Hampir tidak ada jeda, Miyuki
segera berhenti juga. Pixie, dengan tubuh mesinnya, mengambil beberapa langkah
untuk berhenti.
“Saijou-kun, berhati-hatilah.”
“Itu kalimatku.”
Leo berbicara dengan nada bercanda, tapi matanya sudah
melihat kanan kiri.
“Kita terkepung…. Atau semacamnya. Sepertinya memang
begitu. Sekarang aku tidak punya senjata apapun, tapi apa yang harus kita
lakukan Miyuki-san?”
Dia tidak memiliki persepsi jarah jauh ataupun
inframerah. Dia juga tidak pernah latihan, tapi hanya dengan mengamati
sekitarannya dia dapat membaca gerakan musuhnya.
“Ayo kita hadapi.”
Jawaban Miyuki singkat dan jelas.
“…..Itu cukup agresif.”
Reaksi Leo tidak terlalu antusias.
“Apa begitu? Tapi tidak ada yang perlu ditakutkan kau
tahu? Bahkan jika semuanya diluar kendali, Onii-sama akan datang dan membantu
kita.”
“Ah~, tentu saja, ya.”
Namun alasannya cukup manis.
Mata Leo menyipit saat dia secara tidak sadar bergumam.
“Meski begitu, aku juga tidak ingin menganggu
Onii-sama……”
Saat Miyuki berdebat dengan dirinya sendiri, dia
memanggil Pixie.
“Pixie, berdiri dibelakangku.”
“Baik.”
Menolah ke arah semak-semak di sebelah kirinya, Miyuki
memberikan perintah. Diperintah oleh Tatsuya untuk menuruti Miyuki, Pixie
merespon dengan kalimat yang pendek dan bergerak ke posisinya.
Terminal CAD di tangan kiri Miyuki sudah siap. Saat Leo
penasaran sejak kapan dia mengambilnya, dia menyadari kalau dirinya memandangi
Miyuki dengan mata terpana sekali lagi.
Untuk itu, sekarang tatapannya sudah tidak terpaku
lagi.
Dia adalah tipe orang yang ‘cuek’, tapi jika bukan
karena Miyuki dia pasti sudah mengabaikan semua ini.
Kesadarannya sudah fokus di musuh.
Jari-jari Miyuki bergerak dengan halus. Ibu jari tangan
kirinya menari-nari di panel kendali CADnya.
Tidak ada peringatan sama sekali.
Udara di hutan itu berkilau. Pecahan-pecahan es
terbentuk di batang dan cabang-cabang pohon dan jatuh ke tanah. Fenomena itu
dikenal dengan es tipis, atau debu berlian. Bulan Februari, di tengah kota, di
sebuah hutan saat malam hari; tak perlu dikata lagi sudah pasti mustahil hal
itu bisa terjadi.
Namun tidak ada seorang pun yang salah mengiranya
sebagai fenomena alam.
Itu adalah sihir yang membentuk sebuah area debu
berlian dalam radius 100 meter dengan seketika. Namun ini bukanlah sihir
ofensif ataupun defensif. Tidak yakin dengan niat pihak lain, Miyuki hanya
menandai teritorinya saja.
Dengan membentuk sebuah lapisan tipis, cuaca tempat itu
sudah berubah. Di Insiden Yokohama pada bulan Oktober, Mari menyebut sihir
Miyuki ‘setara Sihir Kelas Taktis’.
Sebenarnya, itu tidak tepat. Sihir Miyuki bukan ‘setara
Sihir Kelas Taktis’. Itu memang Sihir Kelas Taktis.
Kemampuan sihir Miyuki, daripada memberikan dampak pada
musuh, lebih terpusat pada lingkungan sekitarnya.
Kekuatannya cukup untuk, bahkan tanpa disengaja,
membuat dunia berwarna putih sejauh mata memandang.
Itulah sihir Miyuki.
Di situasi seperti ini, Leo benar-benar tidak sabaran.
Baginya, sebuah pertarungan menandakan kalau
‘bicara’nya sudah selesai.
Seperti di Yokohama, di situasi dimana musuh mereka
jelas tidak punya niatan untuk berdiskusi, kekuatan menjadi satu-satunya
mediator.
Kalau musuh yang telah meremehkan mereka menampakkan
diri, dia tidak akan ragu-ragu untuk ‘mengoreksi’ mereka dengan tinjunya.
Kalau temannya dalam masalah, dia akan memberikan
bantuan dengan cara yang kasar.
Itu mungkin bisa dibilang ‘biadab’, tapi bertarung
sudah menjadi bagian dari negosiasi.
Namun, dihadapan kekuatan Miyuki, tidak peduli apapun
klaim mereka; keberadaan musuh mereka akan hilang.
Daripada menyebutnya kucing mengejar tikus, akan lebih
cocok jika disebut gajah menginjak semut.
Mereka sangat menyedihkan untuk dianggap sebagai lawan.
Itu bertentangan dengan gaya Leo.
“Miyuki-san, aku akan melawan cecunguk-cecunguk. Bantu
saja aku sampai Tatsuya tiba!”
Di dunia beku nan gelap ini, berkobar sebuah semangat
bertarung.
Tidak ada kekerasan sama sekali, hanya tekad saja.
Tidak ada sentimen sama sekali, hanya tujuan saja.
Lawannya saat ini adalah pertarung profesiona
dibandingkan dengan penjahat-penjahat kota, tapi meski begitu dia sudah
mengambil tantangan ini dihadapan Miyuki. Pikirannya mungkin sudah teguh.
“Oh? Kalau begitu, kuserahkan semuanya padamu.”
Miyuki mundur perlahan mendengar perkataan Leo.
Udara dingin yang bertiup di hutan itu tidak bertahan
lama.
Mana mungkin aku kalah melawan orang-orang itu, kata
Leo dalam hati.
Dari bayang-bayang pohon dan semak-semak, pria-pria
berseragam memegang pisau besar muncul satu per satu.
Setelah sekitar sepuluh orang, tidak ada orang yang
muncul lagi.
Tidak ada lagi kilatan cahaya yang terlihat dari arah
yang sedang mereka tuju, dan tidak ada suara-suara keras pertarungan yang terdengar.
Sepertinya masalah sudah terslesaikan.
“Panzer.”
Berkata ‘cepatlah, Tatsuya’ di pikirannya, Leo
mengucapkan perintah suara untuk mengeluarkan Rangkaian Aktivasinya.
Ironisnya, itu menjadi sinyal.
Tanpa berkata-kata, tanpa suara, salah satu tentaa yang
tergeletak itu melompat ke depan.
Cepat! Leo hampir tidak memiliki waktu untuk berpikir
sebelum pisau itu tertusuk padanya.
Dia menghadangnya dengan lengan kirinya.
Berdua Leo dan tentara itu mulai berkelahi.
Tapi tidak ada satupun dari mereka yang kalah.
Tangan kiri tentara itu yang bebas memukul wajah Leo.
Walaupun dia hanya punya sedikit waktu, Leo mengikuti
instingnya dan segera melempar tubuhnya ke kanan.
Gelombang kejut menghantam sisi wajahnya.
Gendang telinga – stabil. Sistem vestibular – kerusakan
kecil.
Selagi memeriksa kerusakan yang didapatnya, Leo
berguling dan melompat. Dia pasti benar-benar ingin untuk memperjauh jaraknya,
tapi musuhnya tidak membiarkannya.
Disaat kakinya berpijak, pisau itu sudah muncul. Kalau
dia masih di terbaring tanah, pisau itu akan mendekatinya dari atas dan skakmat.
Pisau itu diarahka ke bahunya, sepertinya musuhnya
tidak bermaksud untuk membunuh seorang anak SMA Jepang, dan Leo menangkisnya
dengan lengannya.
Sihir ‘Penetration’ pada pisau itu berhantaman dengan
sihir ‘Fortification’ lengan jaketnya.
Pisau itu gagal menembus kulit Leo, dia lalu memukulkan
tinjunya ke dagu tentara itu. Itu adalah pukulan samping yang luar biasa.
Kekuatan pukulannya, diperkuat dengan manipulasi
genetik dan dengan latihan yang panjang sudah cukup untuk membuat seorang
tentara pingsan dalam satu pukulan. Walau begitu, pergerakan sembilan tentara
yang lain tidak terpengaruh.
Tanpa jeda, lebih banyak pisau yang datang dari
sekitarnya. Satu pisau saja sudah sulit diatasi, dan sekarang ada dua. Terlebih
lagi, panjang pisaunya berbeda.
Bahkan seorang ahli berpedang akan kesulitan untuk
menghadapi kombinasi serangan seperti ini. Dan meski dia memiliki refleks
manusia super dan reaksi yang cepat, Leo bukanlah seorang ahli berpedang. Untuk
dapat menggunakan Usuba Kagerou, ia menghabiskan waktunya sebentar di dojo
Chiba, dia telah mendapat kemampuan berpedang sabuk hitam. Tapi itu semua ada
batasnya. Kemampauannya hanya bisa bertahan sampai setingkat ini saat dikenakan
serangan.
Percaya dalam sihirnya, Leo fokus pada musuh di
kirinya.
Dia mengabaikan pisau yang mendekatinya dari sisi
kanan.
Meluncur dibawah pisau tipis yang diarahkan pada tulang
selangkanya, dia melompat dan mengayunkan lengan kirinya memutar.
Benturan pukulan Leo di hidung musuhnya hampir
bersamaan dengan suara pisau yang berdenting.
“Terima kasih bantuannya.”
Pukulan miring Leo mengenai wajah musuhnya, dan tidak
parah.
Dua tentara yang menyerang itu melompat ke belakang.
Salah satu dari mereka bertangan kosong.
Pisau yang dipegangnya melekat dengan kuat dibawah kaki
Leo.
“Kau sepertinya dalam masalah.”
Apa yang memukul benda itu dari tangannya adalah pedang
Erika.
“Yah, bahkan jika aku tidak melompat masuk Miyuki sudah
siap untuk membantumu.”
Melihat ke belakang, Leo melihat Miyuki membalasnya
dengan senyuman lembut. Kalau Erika tidak sampai tepat waktu, kemungkinan
tentara musuh itu sudah membeka.
Leo secara tak sengaja merasa ngeri.
“Dimana Tatsuya?”
Mencoba untuk menahan perasaannya, dia mengganti topik
pembicaraannya.
“Dia sedang asyik dengan mereka yang mengelilinginya di
belakang.”
Erika sengaja menjawab dengan suara keras.
Sepertinya yang diharapkannya, tentara-tentara itu
terlihat kesal.
“Miyuki, Tatsuya-kun bilang dia perlu terhubung denganmu.”
“Bagaimana dengan Pixie?”
Masih disampingnya, Miyuki menjawab pesan Erika dengan
suara sedikit tersipu.
Walaupun ini bukanlah waktu yang tepat untuk tertawa,
Erika tidak bisa menahan tawanya.
“Pixie akan membantu kami. Pixie, Tatsuya-kun pasti
sudah memberitahumu bukan?”
“Sesuai dengan perintah Master, izin menggunakan
kekuatan cenayang, terkonfirmasi.”
“Dan itu dia. Miyuki, serahkan saja ini kepada kami.”
Meski situasinya seperti ini, Erika berhasil berpura-pura.
“Kalau begitu, berhati-hatilah.”
Jawaban Miyuki tidaklah panjang, lalu dia pergi tanpa
melihat ke belakang.
“Ahh~h…… memangnya kau tahu dimana ia sekarang? Yah,
itu tidak sesensitif itu.”
“Kalian berdua disana.”
Wajah Leo juga berbeda dari sebelumnya, sebuah ekspresi
tak kenal takut mengalir di wajahnya.
Meski dirinya sendiri sedang berusaha keras untuk
menahannya.
“Kalau begitu sekarang……… ini semua terserah kita,
kalau begitu apa kita bereskan sekarang?”
Menyadari perubahan pada Leo, dan sengaja tidak
mengatakannya, Erika menggenggam Mizuchimaru. Pada saat itu juga.
“Tidak, itu cukup. Erika, sarungkan pedangmu.”
Seorang karakter baru muncul ke panggung.
Erika menarik nafasnya dalam-dalam.
Bayangan tinggi yang keluar dari balik kegelapan hutan
buatan itu adalah,
“Jikei-ue[2]………”
Kakak kedua Erika, Chiba Naotsugu.
◊ ◊ ◊
Alasan Tatsuya memanggil Miyuki tidak murni karena dia
khawatir tentangnya. Tentu saja dia khawatir, tapi setidaknya alasannya bukan
itu. Dia merasakan apa yang terjadi telah melebihan kemapuan Leo dan Erika.
Untuk mengatasinya, kekuatan Miyuki perlu digunakan.
Dan situasi yang telah diperkirakannya terjadi.
Tepat dibelakangnya, Miyuki terengah-engah. Kehancuran
terpampang didepan matanya.
Didepan Tatsuya, terdapat dua dan tiga, tubuh anggota
Pertahanan Nasional yang tergeletak. Meski mereka tidak tahu, petarung-petarung
itu dikirim oleh Keluarga Kudou.
Ini bukanlah pekerjaan Tatsuya.
Sebaliknya ini adalah pekerjaan Parasite, yang sekarang
sedang bertarung dengan Lina.
“Lina, mundurlah!”
“Omong kosong!”
Tatsuya tidak hanya mengamatinya saja. Dia sendiri juga
sedang ditengah-tengah pertarungan.
Lina menyerang sekelompok Parasite. Jumlahnya enam.
Mengingat jumlah mereka yang sudah dikalahkan, ini sudah lebih dari yang
diperkirakan Pixie.
Kalau mereka hanya ada enam, pertarungan ini pasti
sudah selesai. Nama Sirius bukan hanya untuk pamer, dan sebagai orang yang
misinya ialah untuk memburu penyihir perngkhianat, keahlian ‘Sirius’ bisa
dibilang dalam sihir tarung. Biasanya, jumlah sebanyak ini tidak akan jadi
masalah untuk ‘Sirius’.
Tapi Lina kesulitan saat ini. Kalau Tatsuya tidak terus
menerus mendekomposisi sihir yang menghujaninya, dia mungkin sudah selesai.
Senjata terkuat Lina adalah kecepatan aktivasinya.
Dihadapkan dengan kecepatan yang luar biasa, kebanyakan
lawan akan dikalahkan dalam seketika. Itulah keahlian khusus Lina. Bahkan
kebiasaannya mempersenjatai dirinya dengan pistol adalah untuk memanfaatkan
keahliannya ini.
Para Parasite itu nampaknya dapat menggunakan sihir
hanya dengan memikirkannya.
Sihir lahir dari penggambaran.
Tanpa perlu Rangkaian Aktivasi atau media apapun, itu
terasa seperti ‘kekuatan cenayang’.
Meski ini menjadi kekuatan mereka, disaat yang sama ini
menjadi kelemahan mereka. Variasi serangan mereka terbatas. Sepertinya juga ada
batasan gambaran yang dapat digambarkannya, meski untuk alasan yang berbeda
dari manusia.
Salah satu keuntungan Sihir Modern adalah jumlah
variasi yang lebih banyak. Sebagai gantinya kecepatan, kestabilan dan
variasinya bertambah banyak. Banyak eksperimen dan situasi praktis yang membuktikan
kalau ini memberikan keuntungan. Itulah mengapa perkembangan sudah maju sampai
di titik ini.
Namun begitu ini berguna untuk orang-orang yang
bertarung sendirian atau sebuah kelompok kecil dengan membiarkan sihir dalam
jumlah tertentu untuk mengatasi situasi dan memusatkan energi mereka, pada
kasus-kasus tertentu kecepatan jadi faktor yang lebih penting.
CAD adalah alat yang dikembangkan untuk memberikan
variasi sekaligus kecepatan. Bahkan diantara CAD-CAD yang ada, keberadaan CAD
khusus, yang mengorbankan variasi untuk kecepatan, menunjukkan seberapa
pentingnya faktor itu.
Berdua tiga Parasite sebelumnya, dan enam Parasite
sekarang.
Kentungannya tidak begitu saja terlipat ganda.
Menurut Hukum Perkalian Lanchester, potensi sebuah
kelompok penyerang dalam segi kekuatan setara dengan jumlah personilnya (atau
senjata, atau jumlah kelompok yang ada) dikuadrat. Menghubungkan teori ini
dengan sihir tarung, jumlah serangan sihir dalam satuan waktu saat tiga lawan
satu adalah 9:1, atau 8; dalam kasus ini, perbedaan potensi sihir antara enam
melawan dua adalah 36:4, atau 32.
Perbedaan itu hanya menandakan masalah.
Alasan Tatsuya dan Lina bisa menghadapi
keuntungan-keuntungan sebanyak itu adalah karena mereka dapat membalik
perbedaan dalam potensi sihir per satuan waktu. Namun, walau begitu, mereka
tidak bisa menyerang, dan berdua Tatsuya dan Lina terpaksa untuk fokus
bertahan. Saat ini tangan Tatsuya baru saja mendekomposisi semua sihir yang
tertuju pada mereka.
Dia memanggil Miyuki karena dia sudah memprediksi
situasi ini sebelumnya.
“Miyuki!”
“Ya, Onii-sama!”
Dua kalimat itu saja lah yang dibutuhkan mereka berdua.
Hanya dengan memanggil namanya, Miyuki tahu apa yang
diinginkan kakaknya untuk dilakukannya.
Dari tubuh Miyuki, atau lebih tepatnya dari koordinat
tubuh Miyuki muncul sebuah aliran kekuatan gangguan yang terlepas.
Zone Interference.
Dengan tujuan yang tidak jelas, itu adalah teknik
anti-sihir yang hanya berguna untuk menghentikan sihir lain.
Sebuah sihir yang mencegah orang lain untuk menggunakan
sihir. Sebuah teknik untuk mematikan semua sihir yang ada kecuali sihir itu
sendiri.
Hukum Perkalian Lanchester digunakan untuk kasus dimana
serangan-serangannya tersebar. Hukum itu tidak bisa digunakan pada serangan
yang intens.
Zona Interference milik Miyuki menciptakan sebua area
non sihir.
Dihadapkan dengan Tatsuya dan Lina yang menggunakan
sihir dengan intensitas yang tinggi.
Kekuatan gangguan mereka cukup untuk melawan sihir
Miyuki.
Menggunakan serangan langsung terhadap sihir Miyuki
didalam zona gangguannya tetaplah sulit bahkan bagi mereka berdua sekalipun,
tapi sebaliknya meskipun jumlah sihir dan kecepatan mereka berkurang, mereka
masih mampu menggunakan sihir.
Namun kekuatan gangguan Parasite tidak ada apa-apa
dibanding mereka berdua, atau mungkin mereka bertiga, Miyuki, Tatsuya, dan
Lina.
Tatsuya dan Lina terus menggunakan sihir.
Sihir Lina mengenai enam target. Sihir Tatsuya mengenai
12 target. Separuh tembakan Tatsuya
ditujukan untuk menghancurkan sihir Lina, yang berusaha untuk membunuh inang
Parasite, tapi Gram Dispersion miliknya hanya dapat menghancurkan separuh dari
Rangkaian Aktivasi sihir Lina disaat yang sama.
Akibatnya.
Tiga Parasite yang terkena sihir Lina terbunuh,
Sementara tiga Parasite yang lain terkena sihir Tatsuya
dan menghancurkan diri,
◊ ◊ ◊
Penyihir
pedang.
Itu adalah nama kedua yang diberikan kepada Keluarga Chiba,
kepada teknik bertarung jarak dekat mereka yang mengkombinasikan seni berpedang
dengan sihir.
Menggunakan sihir dalam pertarungan jarak dekat bukanlah
sesuatu yang unik bagi Keluarga Chiba.
Seni Bela Diri Sihir yang dikembangkan oleh Stars
mungkin sudah ada sebelum pemisahan mereka dari Korps Marinir. Untuk menyaingi
USNA, Uni Soviet Baru mengembangkan sebuah teknik sihir hand to hand yang dinamai Commando
Sambo (meskipun sekarang teknik itu sudah tidak digunakan)
Selama pembentukan Uni Indo-Persia yang kacau, di
negara-negara bagian utara utara yang berpusat di sekitar Delhi, menggunakan
belati tradisional Katar yang didesain ulang sebagai senjata.
Tapi sejauh ini, teknik bertarung jarak dekat dengan
sihir yang dikembangkan diluar Jepang semuanya dibuat untuk menduku penggunaan
senjata api dan sihir jarak jauh. Ide utamanya ialah, selagi mengembangkannya,
untuk menghasilkan serangan yang sekuat senjata api selagi bertahan dari
tembakan dari musuh.
Di sisi lain ‘seni berpedang’ yang digunakan Keluarga
Chiba terletak pada penggunaan teknik bertarung jarak dekat. Dengan menggunakan
sihir pada diri sendiri untuk memperpendek jarak dengan musuh, saat menyerang
dengan pedang yang lebih unggul di jarak itu daripada pisau ataupun tangan
kosong, musuh akan dapat dilumpuhkan dengan mudah. Teknik ini, sempurna sebagai
serangan kejutan sekaligus diam-diam, memberikan keuntungan besar dalam perang
gerilnya dan operasi antiteroris bagi
tentara Jepang dan polisi.
Teknik pedang ini sendiri tidak diciptakan oleh
Keluarga Chiba. Di saat yang sama ketika aplikasi sihir dalam militer sedang
dipelajari di Jepang, berbagai penyihir mulai bereksperimen dengan ide mereka
masing-masing untuk mengkombinasikan teknik berpedang dan sihir. Keluarga Chiba
hanya membuat teknik ini mudah dipelajari saja.
Namun, dengan membuatnya mudah untuk diajarkan,
‘teknik’ ini sudah disebut ‘seni’. Ini
adalah dobrakan dalam perkembangannya. Kepala Keluarga Chiba yang sebelumnya
disebut sebagai ‘(Kamiizumi) Nobutsuna modern’, dan Keluarga Chiba terkenal
sebagai ‘penyihir pedang’ berkat pencapain mereka.
Dalam masa latihan, sampai 70-80% penyihir di tentara
dan polisi yang mempelajari seni berpedang Keluarga Chiba.
Diantara mereka semua ada di pasukan gerilya Divisi
Pertama Pertahanan Nasional, ‘Korps Pedang’. Mereka masuk ke dalam faksi
Keluarga Kudou, tapi di saat yang sama mereka adalah petarung jarak dekat yang
menggunakan sihir jarak pendek dan pedang, dan dibanding pasukan yang lain
mereka mendapat latihan dari Keluarga Chiba lebih lama.
Bagi mereka, Keluarga Chiba sudah seperti tuan mereka.
Meski mereka tidak tahu tentang Erika sama sekali, yang memang tidak diketahui
secara publik, mereka tahu Naotsugu yang terkenal dengan sebutan ‘Chiba Kirin’.
Bukan hanya tahu; komandan pasukan ini juga mengenal seni berpedang dari
Naotsugu.
Lalu,
“Asisten instruktur…….”
Alasan mereka terdiam saat Naotsugu datang ke tempat
kejadian adalah karena alasan itu.
Dalam kedudukan militer, komandan pasukan sebagai
seorang tentara memiliki pangkat yang lebih tinggi ketimbang Naotsugu.
Meski begitu, sekarang, kedudukan itu sudah tidak
penting.
Naotsugu datang melangkahi kedudukan itu, dan berdiri
didepan Erika.
Erika terlihat takut.
Namun, dia segera menguatkan dirinya dan menatap
kembali dengan berani.
Meski itu hanya gertakan saja, bagi berdua Erika dan
Naotsugu, ini hanya peringatan saja.
Erika mengarahkan pedangnya pada Naotsugu.
Ini bukan berarti mereka saat ini menodong pedang pada
satu sama lain.
Pedang mereka berdua masih menghadap ke bawah.
Tapi semua orang dapat merasaka kalau mereka berdua saling
mengancam.
Naotsugu tahu kalau adiknya ini, yang lahir dari ibu
yang berbeda, selalu bergantung kepadanya.
Dia menilai ini masih bisa diterima.
Anak kecil belum mampu untuk hidup sendiri tanpa
bergantung pada orang lain, dia selalu berpikir seperti itu. Baginya, tidak ada
orang yang cukup kuat untuk ‘menjadi dewasa tanpa membutuhkan orang lain’.
Biasanya, ini akan jadi peran orang tua. Ibunya lemah,
dan ayahnya sejak awal tidak pernah menjalankan perannya.
Sebenarnya, Naotsugu juga membenci ayahnya. Alasan dia
cocok dengan apa yang Erika sebut ‘aksi sembrono’ sebagian karena bagaimana
perasaannya kepada ayahnya. Kenapa saudara-saudaranya, melihat ke arahnya yang
mengabaikan tugasnya sebagai orang tua, tidak merasa aneh padanya. Sebaliknya,
sebagai salah satu kepala keluarga dari Seratus Keluarga, itu dianggap sebagai
hal yang biasa.
Mungkin itulah alasan mereka merasa simpati pada
saudara tirinya. Dalam keluarga hanya dia saja yang baik kepadanya,
memanjakannya, mendorongnya, dan mendukungnya agar ia bisa bertahan dalam
keluarga ini.
Mungkin ini adalah waktu dimana akhirnya adinya menjadi
dewasa, pikir Naotsugu.
Dia melepaskan sebuah ledakan energi dari tekanan pedangnya.
Meskipun itu hanyalah teknik spiritual, saat digunakan oleh orang yang
profesional, ledakan itu dapat melukai kulit sampai berdarah dengan ilusi kulit
yang tergores.
Erika menangkis tekanan pedang Naotsugu dengan tekanan
pedangnya sendiri. Dengan menangkisnya, daripada menghindarinya, dia memutuskan
kalau dia memang harus melawannya.
Secara tak sadar, sebuah senyuman muncul di wajah
Naotsugu.
Naotsugu mengangkat tangan kanannya.
Saat tangannya terlihat seolah mengangkat senjata,
pedangnya sudah terayun ke arah Erika.
Gerakannya tidak secepat itu sampai tidak bisa dilihat
mata.
Dengan meminimalkan gerakannya yang sebelumnya dan
membuat bingung antara apa yang akan dilakukannya dan apa yang hanya pura-puranya
saja, dia jadi lebih cepat. Itu adalah teknik pedang hantu, yang memanfaatkan
titik buta lawan. Sebuah teknik yang dapat dilakukan hanya dengan sedikit
bergerak, teknik pedang yang jenius.
Pedang Erika menghadap tebasan Naotsugu.
Awalnya Naotsugu bermaksud untuk menghentikan
pedangnya, tapi sekarang dia meneruskannya. Menghadang serangan Naotsugu,
dengan indera dan reaksinya yang menakjubkan, itulah ‘kecepatan’ Erika.
Sebuah senyuman jernih terlihat di wajah Naotsugu.
Ketegangan mewarnai mata Erika yang gelap.
Dia menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya
menghadang tebasan pedang Naotsugu, dan mendorong mundur dengan keras.
Mendadak, tekanan itu berhenti.
Tanpa jeda sedikit pun, Erika langsung menahan dirinya.
Tidak memperbaiki postur mereka sama sekali, dua
saudara ini saling menatap lagi.
Lalu Naotsugu berbalik dan pergi.
Khawatir akan terkena serangan kejutan, Erika
membiarkan sedikit ‘celah’ di pertahanan.
“Jikei-ue…….?”
Naotsugu tidak merespon adiknya, dan sebaliknya malah
mengangkat pedangnya pada Korps Pedang.
Kebingungan memenuhi wajah mereka.
Mereka mengambil posisi, tapi reaksi mereka masih tidak
ada apa-apanya ketimbang Erika.
Naotsugu tidak punya perasaan apapun kepada mereka.
Senyuman di wajah Naotsugu menghilang.
“Letnan Dua Cadangan Akademi Pertahanan Nasional Divisi
Pengembangan Teknologi Perang Chiba Naotsugu.”
Membiarkan pedangnya tetap terangkat, Naotsugu
menyatakan nama, pangkat, dan afiliasinya. (Ngomong-ngomong, untuk mendapat
pangkat Letnan Dua selama masih sekolah, terlebih lagi masih tahun kedua,
meskipun masih cadangan, bukanlah sesuatu yang bisa diraih semua orang bahkan
bagi seorang penyihir sekalipun dan hanya bisa diraih melalui pencapaian yang
mereka capai).
“Aku saat ini sedang mengemban misi menjaga warga sipil
yang menjadi target teroris. Tolong katakan nama, pangkat, dan afiliasi anda!”
Erika dan Leo saling bertukar pandang, melihat apa yang
Naotsugu lakukan.
“Kalau anda dikerahkan dengan tujuan membahayakan warga
sipil, itu akan menjadi aksi yang melawan demokrasi. Aku tidak akan membiarkan
itu terjadi dengan sekuat tenagaku.”
Jika mendata demokrasi antara Sepuluh Master Clan dan
Seratus Keluarga pasti panjang sekali. Lagipula mereka pasti akan mendahulukan
kepentingan penyihir daripada kepentingan umum.
Itulah pendapat Erika saat mendengar pidator Naotsugu,
dan Naotsugu sendiri juga merasa seperti itu.
Namun tidak ada keraguan sedikit pun dari auranya.
Situasi ini sudah buruk sekali dengan adanya Naotsugu
dan pedangnya.
Konfrontasi antara Naotsugu dan Korps Pedang terganggu
oleh ledakan Psion dari tempat yang tidak jauh.
“Erika, Leo, berhati-hatilah!”
“Itu tubuh asli Parasite!”
Sedikit tidak jelas karena bicaranya yang cepat, sebuah
suara tidak sabar terdengar dari alat komunikasinya.
Itu adalah suara Mikihiko dan Mizuki.
Untuk sebuah peringatan, penyampaiannya tidak lengkap.
“Jikei-ue! Sepertinya tubuh asli Parasite sedang menuju
ke sini!”
Namun Erika menyimpulkan apa yang mereka berdua
katakan.
Mungkin Korps Pedang lah yang paling waspada setelah
mendengar perkataan Erika.
Jika dipikir-pikir lagi, kemungkinan Naotsugu tidak
menerima pemberitahuan tentang Parasite cukup tinggi.
Erika merasa tidak sabar dan ragu apakah dia harus
menjelaskannya atau tidak.
Meningkatkan kewaspadaannya ke seluruh arah sampai
setinggi kakinya, Erika menoleh ke arah Naotsugu.
Pada saat itu, entah karena dia memahaminya dengan
benar atau hanya kebetulan.
Tanah dibelakang Erika meledak. Ada satu orang yang melompat
keluar dari hujan pasir dan debu itu.
“Elemen tanah!?”
Yang bertiak adalah Leo. Itu adalah teknik yang dikenal
sebagai ‘Seni Lima Elemen’, salah satu ilmu kelas satu dari Sihir Kuno,
Ninjutsu, yang biasanya menggunakan lima elemen ‘kayu’, ‘api’, ‘tanah’,
‘logam’, dan ‘air’ sebagai medium untuk pengintaian, pelarian, dan penyergapan.
Teknik itu adalah gabungan dari Ninjutsu dan Jepang itu sendiri, tapi setelah
Ninjutsu dan ‘Seni Lima Elemen’ terkenal, semua sihir yang menggunakan kelima
elemen itu bisa disebut ‘Elemen Kayu’, ‘Elemen Api’, ‘Elemen Tanah’, ‘Elemen
Logam’, dan ‘Elemen Air’.
Singkatnya, hanya karena serangan itu datang dari bawah
tanah bukan berarti itu Ninjutsu. Itu hanya terlihat seperti Sihir Kuno saja.
Tapi tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu sekarang.
Target orang yang melompat keluar itu bukanlah Erika
tapi yang ada diseberangnya, Pixie.
Sebuah belati yang terlihat seperti sebuah kapak tebas
diayunkan ke arah Pixie oleh penyerang itu.
“Shield!”
Leo melompat didepannya. Kapak yang diayunkan orang itu
mengenai lengan kiri Leo, dan mengenai pelindung CADnya.
“Leo, itu Parasite!”
Mendengar peringatan dari Mikihiko, Leo memutar
tangannya dan melemparkan kapak dan Parasite itu mundur.
Setelah pengalaman pahitnya waktu itu, dia berusaha
untuk tidak bersentuhan dengan Parasite. Tapi bahkan kekuatan Leo tidak cukup
kuat untuk melucutinya. Parasite itu mengayunkan kapaknya lagi.
Namun kaki monster itu tidak pernah menyentuh tanah.
Sebuah pedang tertusuk di dadanya.
Erika, telah menusuk Parasite itu dengan Mizuchimaru,
menunjukkan senyuman lembut seolah dirinya berkata ‘uuuups’. Mungkin dia
teringat permintaan Tatsuya untuk tidak membunuh mereka. Dia melawan perkataan
Tatsuya saat ini, tapi memangnya mau bagaimana lagi.
Serangan itu tidak hanya datang dari bawah tanah. Disaat
perhatian Naotsugu teralihkan oleh apa yang terjadi dibelakang Erika, seorang
tentara telah melompat dari belakang Korps Pedang dengan sebuah belati di
tangannya.
Tentara itu sepertinya hanya sebuah ilusi. Berpakaian
kostum berwarna biru di kegelapan, orang itu telah merampas senjata-senjata
Korps Pedang dan melaju ke arah Pixie. Lompatan itu diikuti dengan Sihir Berat
Sistematik. Tubuh orang itu tidak membentuk sebuah gerak parabola terhadap
tanah, dan mendekati Pixie lebih cepat daripada percepatan gravitasi.
Belati yang dipegang diatas kepalanya tidak turun sama
sekali. Ditengah-tengah lompatannya, orang itu terkena tendangan Naotsugu.
Tendangan terbang itu benar-benar luar biasa, sulit dipercaya
kalau Naotsugu sebenarnya adalah seorang ahli pedang. Gerakan indah itu selalu
ada di poster di dojo karate. Erika selalu menuduh Naotsugu membuang waktu
dengan ‘sihir tidak penting’, tapi buktinya dia sudah berkembang di berbagai
aspek seoerti bela diri.
Sebuah bisikan terdengar dari Korps Pedang. Tentara
yang belatinya telah diambil pingsan. Dia sepertinya terkena serangan dari
orang itu. Kekuatan tendangannya sudah disesuaikan, tapi Naotsugu dengan
berhati-hati berjalan mendekati orang itu yang sekarang tergeletak di tanah.
Dia pasti sudah bersembunyi dengan sangat hati-hati sampai bahkan Naotsugu
tidak menyadarinya sebelum ia menyerang. Tidak ada yang namanya reaksi
berlebihan.
Perhatian seperti itu terbayar dengan cepat.
Saat Naostugu berada sejauh tiga langkah dari orang
itu, tubuh orang itu mendadak terbakar. Naotsugu melompat ke belakang, tapi dia
tidak bisa terhindar dari semburan darah itu.
Melihat perkembangan tak terduga ini, Naotsugu tidak
bisa berkata-kata. Dibelakangnya, Erika dan Leo juga mengerutkan dahi. Korps
Pedang juga terkejut. Tidak ada orang di tempat itu yang menyadari adanya
Pushion yang terbungkus Psion, yang membunuh dan membakar tubuh itu.
“Pixie, terhubunglah denganku!”
Suara Tatsuya memecah keheningan melalui alat
komunikasi mereka.
“Baik.”
Pixie berbalik ke arah ledakan Psion itu, arah yang
Miyuki tuju dan dimana Tatsuya berada sekarang, dan mulai berlari.
“Honoka, tolong ikuti Pixie.”
Dari komunikator yang disetel dalam mode konferensi,
suara Tatsuya terdengar lagi.
“Aku mengerti!”
Suara Honoka keras.
“Erika dan Leo, jangan berpindah dari situ. Beritahu
juga yang lain.”
“Eh…… ya.”
“O-Ok.”
Erika dan Leo menjawab dengan suara yang menandakan
kalau mereka masih belum benar-benar sadar kembali.
Diatas mereka, gumpalan Psion dan Pushion mengejar
Pixie seperti awan yang tertiup angin.
◊ ◊ ◊
“Honoka, tolong ikuti Pixie.”
“Aku mengerti!”
Menerima perintah dari Tatsuya, Honoka tidak membuang waktu.
Namun, segera setelah menerimanya, dia sadar kalau dia tidak tahu apa yang
harus dilakukannya.
Momen itu sangat Honoka sekali, tapi aksi setelahnya
benar-benar seperti dirinya. Diperintah untuk ‘mengikuti’, dia memutuskan untuk
mengamati statusnya untuk sekarang dan melatih Sihir Optiknya pada Pixie.
Walaupun itu lebih mudah untuk dikatakan daripada
dilakukan.
Dia tidak beruntung.
Meskipun banyak interpretasi untuk kata itu, Honoka
memutuskan untuk membuka sirkuit Psion yang menghubungkannya dengan Pixie.
◊ ◊ ◊
Totalnya
ada 12 Parasite yang tertarik ke dunia ini.
Saat ini satu diantaranya bersemayam di sebuah robot humanoid rumah
tangga, Pixie sang Humanoid Home Helper ‘3H’.
Dua telah disegel di pertarungan hari ini.
Empat Parasite kehilangan inang akibat dibunuh Lina, dan satu dibunuh
Erika, melepaskan mereka.
Empatnya lagi melakukan penghancuran diri, terlepas juga.
Sembilan dari mereka kehilangan inang mereka, dan itulah jumlah Parasite
yang berkumpul saat ini. Kehilangan tubuh mereka, roh-roh itu saat ini tertarik
ke Pixie.
Mereka semua adalah badan Pushion dari dimensi informasi yang sama.
Sebenarnya, 12 Parasite itu mempunyai satu ‘kesadaran’.
Dengan tubuh mereka yang sudah tidak ada, mereka saat ini mencoba untuk
kembali ke satu kesadaran.
Sembilan Parasite itu sudah bersatu.
Selagi berbagi kesadaran yang sama, meski mempunyai sembilan kehendak,
mereka adalah sebuah kumpulan Psion yang tak berbentuk.
Struktur satu batang bercabang sembilan, kalau ada orang yang punya ‘mata’
yang mampu ‘melihat’ Pushion, tidak diragukan lagi ia pasti akan teringat
dengan salah satu mahluk mitologi terkenal negara ini[3], meski
memiliki satu kepala ektra.
Dan mereka saat ini sedang berusaha menangkap satu lagi.
Menyebarkan sembilan leher mereka, mereka terlihat seperti ‘ular’ yang
akan memangsa Pixie.
Pixie membentuk pelindung dari ‘tekad’, dan menahan badai itu.
Tekad itu, yang mendorongnya sekarang, adalah sesuatu yang diajarkan
manusia yang bisa dibilang ‘ibu’nya. Bahkan sekarang perasaan dari ‘ibu’nya itu
mengalir ke dalam matriks Pushion-nya, bercampur didalamnya.
Tekad kalau dirinya bukan salah satu dari ‘mereka’.
Tekad kalau dia bukanlah dirinya seorang.
Tekad kalau dia ada hanya untuk’nya’.
Tekad satu orang tidak akan bisa melawan ‘mereka’.
Tapi ‘ibu’ Pixie, Honoka, tidaklah bukanlah manusia biasa.
Dia adalah keturunan ‘Elements’. Darah Elements ‘Cahaya’ mengalir di
tubuhnya.
Elements adalah penyihir yang merupakan pengguna sihir pertama di negara
ini, sebelum pengembangan sistem Numbers[4].
Sebelum pengelompokan dan klasifikasi Empat Sistem Penting dan Delapan
Tipe Utama Sihir, mereka menggunakan klasifikasi tradisional antara lain
‘tanah’, ‘api’, ‘air’, ‘cahaya’, dan ‘petir’. Elements dikembangkan menurut
konsep itu.
Setelah penggunaan Empat Sistem Penting dan Delapan Tipe Utama Sihir,
pengelompokan penyihir secara tradisional dipandang tidak efisien, dan
pengembangan Elements dihentikan.
Ini bisa dibilang menjadi salah satu masa yang paling dipertanyakan dalam
sejarah rahasia pengembangan sihir.
Namun, Elements juga bisa diwariskan ataupun diberikan berbeda dari sihir.
Ditengah penelitian sihir. Saat ketakutan dan rumor-rumor tentang mereka
yang menentang sihir merajalela.
Pihak berwenang yang melakukan pengembangan Elements, dicap sebagai ‘penyihir’,
melakukan pembelaan untuk menunjukkan kalau mereka bukanlah ancaman. Mereka
meminta para peneliti membuat gen mereka patuh pada pemimpin mereka.
Apa kemampuan itu bisa diwariskan?
Itu adalah pertanyaan yang masih belum bisa dijawab hingga sekarang, baik
secara psikologis dan genetik.
Bahkan sepasang kembar identik akan tumbuh dengan sifat yang berbeda. Dari
hal tersebut, bisa disimpulkan kalau ‘sifat tidak dapat diwariskan’.
Di sisi lain kalau seseorang melihat mundur sampai ke kakek-nenek buyut
mereka, pasti akan ada kesamaan yang tak dapat dijelaskan begitu saja dengan
‘faktor lingkungan’.
Dengan tantangan yang diberikan pihak berwenang kepada mereka, para ahli
genetik mengambil langkah apapun yang mereka bisa.
Akibatnya, walaupun bisa dibilang itu untuk yang terbaik, keturunan para Elements
punya kemungkinan tinggi untuk memiliki sifat yang sama.
Yaitu ketergantungan.
Sudah benar-benar biasa kalau mereka akan memiliki satu orang khusus,
biasanya dari gender yang berbeda,
yang sangat dekat dengan mereka dan biasa mereka andalkan.
Keturunan Elements ini meyakini kalau takdir mereka sudah tertulis di gen
mereka.
Mungkin, menggunakannya sebagai alasan untuk menerima ketergantungan
mereka pada orang lain.
‘Ketergantungan’ yang mereka rasakan tidak dilihat secara publik sebagai
‘kelemahan’ emosional.
Beberapa ahli mengklaim kalau ada kata yang lebih terpat untuk
menggantikan kata ‘ketergantungan’.
Yaitu, kesetiaan.
Keyakinan teguh, bahwa ‘aku milik mereka’.
Itu cukup kuat untuk menangkis tekad sinergis roh-roh itu.
◊ ◊ ◊
Saat dimana
Tatsuya sedang bertarung melawan Parasite, dan saat dimana Erika sedang
berhadapan dengan Naotsugu.
Pixie
sedang bertarung melawan ‘itu’, dan bertahan dari serangan ‘itu’, diantara
Tatsuya dan Erika.
Sampai di tempat itu, Tatsuya melihat sesuatu berwujud naga berkepala
sembila yang seolah-olah ingin memangsa Pixie.
Dia tidak bisa melihat struktur Pushion. Tapi dia tahu ada ‘sesuatu’
disana. Dia bisa ‘melihat’nya.
Sembilan badan informasi Pushion bergabung menjadi satu. Dan bercabang
menjadi sembilan, mencoba menangkap Pixie. Itu sudah cukup terlihat seperti
naga berkepala sembilan di pikirannya.
“Apa itu!?”
Lina, yang untuk alasan tertentu mengikuti Tatsuya, berteriak kaget.
“Kau bisa melihatnya?”
“Bukan……. Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa semacam mengetahuinya.
Kumpulan ‘kekuatan’ besar sedang mengejar boneka itu. Tatsuya, apa itu?”
“Itu akibatnya kalau kau tidak mendengar Onii-sama.”
Miyuki lah yang menanggapi pertanyaan Lina. Suara dingin dan terus terang
itu membuat Lina terdiam untuk sesaat.
“Walaupun Onii-sama sudah memintamu untuk tidak membunuhnya, kau masih
saja membunuh inang Parasite-Parasite itu dan sekarang mereka terbebas dari
tubuhnya. Lina, bagaimana caramu menyelesaikan masalah ini?”
Tahu kalau dia tidak akan tinggal diam melihat masalah ini.
“Masalah! Aku hanya melakukan tugasku!”
“Kalau begitu tolong bereskan semua itu . Bisa ‘kan? Walaupun kau tidak
seperti Onii-sama, apa kau tidah tahu bagaimana cara menyelesaikannya tanpa kekerasan?”
Sejak pertarungan sebelumnya, sebuah hawa berbahaya muncul mengelilingi
dua gadis cantik.
Ini hanya lanjutannya saja.
“Akan kulakukan! Lihat saja!”
Memberikan peringatan, Lina menerima tantangan itu.
“Hei, Lina.”
Namun seseorang melihat ini semua, Lina harus dihentikan. Ini sudah
terlalu ceroboh untuk orang yang tidak tahu bagaimana mengatasi hal ini.
Memikirkan hal itu, Tatsuya memanggil namanya dengan nada bicara yang
tenang.
“Diamlah! Tatsuya, kau diam!”
Untuk apa dia seperti itu.
“Aku harus benar-benar mensukseskan misi ini! Kalau tidak, lalu kenapa aku
bahkan disini!”
Emosi Lina tidak hanya terhadap Tatsuya. Mendengar teriakannya, Tatsuya
sendiri menyadarinya.
‘Disini’ maksudnya bukan hanya lokasi ini. Tapi dirinya saat ini, saat ini
dia berdiri bukan sebagai ‘Angelina Shields’ tapi sebagai ‘Angie Sirius’,
itulah maksudnya.
Pada saat tertentu rambut Lina kembali berwarna emas, dan matanya kembali
biru. ‘Parade’ miliknya, yang tidak terpengaruh Zona Gangguan Miyuki, dihentikan.
Dia menjadi ‘Angelina Shields’ untuk menyelesaikan misinya sebagai ‘Angie
Sirius’. Mencoba untuk jadi ‘Sirius’.
Melihat beban yang dipikulnya, Tatsuya ragu untuk mengikutinya.
Pada saat itu, Lina melancarkan sihir serangannya.
Menyerang terus menerus, serangan demi serangan memenuhi langit yang
kosong.
Itu sudah biasa.
Sihir Lina bertujuan untuk merubah fenomena fisik. Dia tidak menggunakan
sihir untuk melawan badan informasi.
Kesadaran ‘itu’ segera beralih ke Lina.
Dari apa yang dilihat Tatsuya, sembilan kepala itu sekarang menuju ke arah
Lina.
Tidak lebih cepat dari itu, badai sihir itu terhenti.
Hanya itu saja yang bisa dilakukan Tatsuya untuk melumpuhkan mereka.
Saat mereka melawan badan informasi Parasite di SMA 1, hanya ada satu
inang dan hanya ada satu roh.
Itu saja sudah sulit.
Sekarang ada sembilan.
Dia tidak pernah berharap untuk bisa mengalahkan badai itu.
Tidak, sebaliknya, tidak mungkin dia Tatsuya seroang mampu memusnahkan
‘mahluk itu’.
Dibelakangnya, Miyuki mempertahankan Zona Gangguannya di tempat ‘mahluk
itu’ berada. Tapi meski Miyuki dapat ‘merasakan’ badan informasi Pushion, dia
tidak dapat ‘melihat’nya. Karena itu Zona Gangguannya tidak terlalu kuat. Kalau
dia menguatkan Zona Gangguannya agar semua kemungkinan dapat teratasi, itu juga
akan mempengaruhi sihir Tatsuya.
Kalau situasi ini terus berlanjut, tapi ini jauh terlalu berisiko bagi
pasukan pertahanan untuk mengalah.
Dia merasa sebuah remasan dibelakang jaketnya. Miyuki juga merasa tidak
nyaman.
Walaupun mereka tahu kalau Parasite yang kehilangan inangnya akan
‘mengonsumsi’ sihir dan pada waktu tertentu kekuatannya akan habis, tidak tahu
berasa lama mereka bisa bertahan dari itu.
Di keadaan seperti ini, Miyuki mungkin juga akan berakhir seperti Lina.
Karena kecerobohannya, Lina sekarang tidak bisa bergerak dibalik pelindung
Data Fortification-nya.
Tidak bisa melancarkan serangan yang dapat mengenai mereka adalah hal yang
buruk.
Tidak ada gunanya menggunakan sihir yang mempengaruhi fenomena fisik.
Tidak ada gunanya melancarkan serangan fisik.
Kalau bisa, Sihir Mental mungkin…
(Tidak ada pilihan lain.)
Menggertakkan giginya, Tatsuay memutuskan untuk mengambil risiko.
“Mikihiko, apa kau bisa melihat situasinya?”
“Ya. Aku sedang membentuk segel secepat yang kubisa, jadi tolong
bertahanlah sebentar lagi.”
Suara yang menjawab komunikatornya bahkan lebih terdengar tergesa-gesa
daripada Tatsuya.
“Berapa persentase segelmu berhasil?”
Jawaban pertanyaan itu datang setelah diam sejenak.
“…….Sejujurnya saja, tidak sampai lima puluh persen.”
Perkataannya menyedihkan.
Mendengar jawaban Mikihiko, Tatsuya kesal sedikit pun kepadanya. Dalam
pertarungan, Tatsuya tahu kalau Mikihiko bukanlah orang yang bisa melakukan
segalanya.
“Mikihiko, tidak lama pun tidak apa-apa. Apa kau bisa menahannya selama 10
detik?”
Mendapat perintah dari Tatsuay untuk pertama kalinya, bukan hanya Mikihiko
saja tapi mereka semua yang mendengarnya juga terkejut.
Tanpa dasar ataupun bukti, ini hanya sebatas dugaan saja. Bisa dibilang,
hanya keyakinan semata.
Tapi ini bukan sesuatu yang akan dilakukannya kalau dia tidak memercayai
mereka.
“……Aku mengerti.”
Setidaknya, itulah yang Mikihiko rasakan.
“Untuk 10 detik, akan kutahan apapun yang terjadi. Akan kuberi aba-aba,
jadi Tatsuya langsung lakukan bagianmu.”
Dia punya rencana, dan dia hanya butuh 10 detik untuk melakukannya.
Untuk dapat melakukannya dalam waktu sesingkat itu, dia butuh kekuatan
Mikihiko.
Mikihiko tergugah oleh kepercayaan Tatsuya padanya.
“Tatsuya-san, aku juga akan membantu!”
Suara tegas Honoka mengikuti Mikihiko.
Mereka tidak bersaing. Ini hanya niat saja, niat kalau dia ingin membantu.
“Baikah. Mikihiko, kau mulai.”
“Ok……. 3, 2, 1, sekarang!”
Saat dia berteriak, Mikihiko melepaskan api Anti-iblis miliknya, Garuda.
‘Api’ itu menyebar mengenai ‘mahluk itu’, naga kepala sembilan Parasite
itu, dan melingkupi badan informasinya. Pemandangan ini terlihat seperti dua
ular yang bertarung.
Dibawah mereka, Pixie sedang mendorong mundur ‘mahluk itu’ secara mental. Ikatan
Psion yang menahan Pixie berubah semakin besar. Honoka melihat kalau Psion itu
hampir mengenai bagiann bawah tubuh Pixie.
Tentu saja, Tatsuya tidak akan membiarkannya begitu saja.
Dengan aba-aba dari Mikihiko, Tatsuya merentangkan lengannya yang tidak
memegang CAD.
Lengan itu,
Menarik pinggang Miyuki,
Dan menariknya ke arahnya.
“…..!”
Sebuah teriakan kecil. Atau mungkin teriakan kegirangan.
Seketika Zona Gangguan Miyuki dan Gram Demolition Tatsuya menghilang, tapi
Mikihiko dan Honoka,
Sesuai janji mereka akan tetap menahan ‘mahluk itu’.
Di pelukan lengan Tatsuya, dengan ekspresi terkejut di wajahnya, Miyuki
melihat ke wajahnya.
Saat adiknya melihat ke wajahnya, Tatsuya mendekat.
Saat kedua dahi mereka bersentuhan, dan mata mereka saling bertatapan,
Saat kedua hidung mereka bersentuhan, dan bibir mereka makin dekat dan
dekat,
“Miyuki, lihatlah!”
Tatsuya berbisik ke Miyuki.
Sebuah cahaya tak terlihat mengalir dari Tatsuya ke Miyuki.
Diantara mereka, aura mereka menguat.
“Aku melihatnya, Onii-sama!”
Itu mungkin tidak dikatakan mulutnya, tapi itu disampaikan dari hati.
Komunikasi mereka terjadi dalam sekejap.
Masih tersisi lebih dari separuh waktu yang dimilikinya.
Lengan kiri Tatsuya mendekatkan Miyuki ke dadanya.
Lengan kanan Tatsuya menujuk ‘mahluk itu’.
Didalam kesadaran Miyuki, wujud ‘mahluk itu’ sekarang jelas terlihat.
Kemampuan Tatsuya untuk ‘melihat’ badan informasi.
Miyuki menggunakan ‘penglihatan’ Tatsuya untuk melihat ‘mahluk itu’.
Melepas segel mereka, dan sihirnya.
Sihir Pengganggu Mental, ‘Cocytus’.
Sihir untuk membekukan roh.
Sihir Miyuki menyerang roh itu, melumpuhkan badan informasi Pushion itu…
Sekaligus menghancurkan inangnya, ‘mahluk itu’ hancur.
[1] Istilah dalam Mahouka untuk menyebut seseorang
yang keluarganya telah kehilangan ‘angka’ dalam nama keluarga mereka. Hilangnya
angka dari nama keluarga dapat diakibatkan pengkhianatan, kegagalan, tindak
kriminal, dll. Pada kasus ini, Nakura sebelumnya bernama Nanakura yang dalam
Bahasa Jepang Nana = tujuh. Alasan
penghilangan angka dari nama keluarga Nakura diakibatkan oleh ketidakmampuan
keluarganya untuk memenuhi ekspektasi dari Seventh Institute.
[2] Panggilan sopan untuk kakak tertua kedua
[3] Yamata no Orochi; mahluk mitologi Jepang yang
memiliki delapan kepala dan delapan ekor.
[4] Sistem dalam Mahouka yang mengelompokkan
keluarga dengan kekuatan sihir tertentu dengan angka (1-10) tertentu.
Contohnya; Yotsuba (yotsu=empat),
Ichijou (ichi=satu), Kudou (ku/kyu=sembilan), dll
0 Comments
Posting Komentar