KINESER ACIES TERKUAT
(Author : R Lullaby)
Lima
hari setelah pertarungan Annisa dan Alyshial.
Hologram pengumuman pembukaan pendaftaraan turnamen, telah terpampang di layar pemberitahuan
utama.
Beberapa
orang berbondong-bondong melihat pengumuman itu. Tersenyum bersemangat bersama
rekan timnya. Turnamen itu cukup digemari hingga banyak diikuti oleh para
siswa.
Tapi
ada juga siswa yang tak ikut, karena rasa tidak percaya dirinya. Atau mungkin
karena alasan yang lain.
Seperti
gadis bermata hijau, berambut merah muda panjang dan bergelombang. Dia terlihat
tak senang ketika melihat pengumuman itu. Langsung berjalan cepat melewati
layar pemberitahuan.
Para
siswa langsung mundur, memberikan jalan pada dia yang terlihat cukup disegani.
“Siapa?”
Aeldra bertanya, melirik Haikal yang berada di samping kanan. Dia berdiri cukup
jauh dari kerumunan itu sambil menatap penasaran si gadis berambut merah muda.
“Senior
kita, Kak Shina. Gadis terkuat di akademi ini sebelum kau datang.“ Haikal tersenyum
khawatir melirik gadis bernama Shina itu.
“Dia
lebih kuat dari Putri Alys ...?” Aeldra bertanya kembali, cukup terkejut nada
suaranya.
“Tentu
saja, dia kelas 3 loh. Banyak orang-orang yang lebih kuat dari Alyshial. Salah
satunya gadis itu. Rekornya, dia tak pernah kalah melawan siapapun.”
“Se-seriusan
...?” Aeldra tersenyum khawatir, melirik Shina yang menghentikan langkah. Gadis
berambut merah muda itu berbalik, menatap Aeldra cukup tajam.
“Aku
juga dengar rumor kalau hanya Putri Mahkota atau Mediator Rina saja yang bisa
melawannya.” Annisa berwajah khawatir, berbisik pada Aeldra yang berada di
samping kanan.
“Du-dua
serangkai itu?”
“Ka-ka-kak
La-lapis ....” Wajah Seica langsung membiru. Dia mundur selangkah, ketakutan
memegang rok Annisa. Dia bahkan hampir menangis ketika Annisa menyebutkan kata
putri mahkota.
“Ke-kenapa
lagi dia?” Aeldra tersenyum khawatir menatap Seica yang bersembunyi di belakang
tubuh Annisa. Tapi perkataanya terhenti. Haikal menarik lengan bajunya,
tersenyum cemas menyuruh Aeldra untuk menghadap kembali ke depan.
Aeldra
membalikkan kembali wajah, terkejut melihat gadis yang dibicarakan sejak tadi sudah
berada di hadapannya. Aeldra tersenyum, berjalan selangkah mundur karena wajah
gadis itu yang cukup dekat.
“Siapa
kau ...? Ini pertama kalinya aku melihatmu,” gadis bernama Shina bertanya,
sedikit menundukkan kepala, alisnya semakin menukik ke bawah. Membuat Aeldra
mulai berwajah cemas ketakutan.
“Ak-aku
murid pindahan.” Aeldra mengalihkan pandangan. Tak berani membalas tatapannya.
“Murid
pindahan ...? Di saat seperti ini?” Shina tersenyum kecil, mengubah ekspresi
wajahnya. Dia menutup matanya sesaat sambil tertawa kecil.
“Ma-maaf,
kupikir kau penyusup dari luar.” Shina masih memberikan tertawaan kecilnya.
Terlihat menawan.
“Ah,
ta-tak apa. Tapi Kakak hebat yah, bisa mengetahui murid pindahan sepertiku. Apa
Kakak mengenal semua siswa di sekolah ini?”
“Apa
yang kau katakan? Tentu saja aku bisa mengenalimu. Kau cukup mencolok,” senyum
Shina menatap luka bakar Aeldra.
“Be-benar
juga ....” Aeldra tersenyum khawatir sambil menyentuh luka bakarnya.
“Jadi Aeldra, apa kau juga tertarik? Mengikuti
turnamen itu?” senyum kecil Shina memiringkan kepala. Menahan dada dengan
menyilangkan kedua tangan. Dadanya tidak terlalu besar, tapi terangkat. Membuat
Aeldra mengalihkan pandangan, merah wajahnya.
“Ah
....” Annisa dan Haikal melirik Aeldra. Memasang wajah datar padanya.
“So-soal
itu –“
“Te-tentu
saja dia ikut. Kak Aeldra pasti ikut! Ma-maka dari itu, apa Kak Shina juga
ikut?” Seica keluar dari persembunyiannya, tersenyum lebar melihat Shina.
Tubuhnya bergemetar, bukan ketakutan. Lebih mirip seperti menaruh kekaguman.
Sesaat,
Shina terkejut melihat Seica yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Tapi setelah
itu dia tersenyum. Mengusap pelan rambutnya.
“Astaga
..., kau tetap manis seperti biasanya yah, Putri Seica.”
“Ka-kakak
ikut, kan!?” Seica menegaskan pertanyaanya sebelumnya.
“Maaf,
aku tak tertarik dengan turnamen seperti itu,” jawab Shina, tersenyum menutup
mata. Menyembunyikan sesuatu dari mereka.
“Kalian
berdua ...,” lanjutnya menatap Haikal dan Annisa.
“Ya,
Kak.”
“Kalian
pasti satu tim dengan Seica, jadi tolong jaga dia. Gadis ini memang kuat, tapi
dia tetaplah anak kecil. Masih perlu pengawasan. Dia sudah seperti adikku
sendiri.”
“Bahkan
dia juga??” Aeldra dan Annisa sangat
terkejut mendengar pernyataan mendadak Shina.
“Ya,
tenang saja. Aku juga sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri,” Haikal
tersenyum kecil, menganggukkan kepala. “Jadi rumor itu benar. Jika Kak Shina
juga sangat menyayangi Putri Seica.” Batin Haikal.
“Ini
pertama kalinya kita saling bicara yah, Pangeran Haikal? Meski wajahmu seperti
dirinya, tapi kepribadianmu lebih mirip dengan Nyonya Herliana.”
“Kakak
mengenal dekat ibuku?” Haikal melebarkan mata, cukup terkejut menatap Shina.
Tidak dia saja, tapi Annisa dan yang lainnya juga terkejut menatap penasaran
Shina.
“Dia
pembimbing kami sejak kecil.”
“Kami?”
batin penasaran semua orang di sana.
“Lalu
sekarang, emm ..., siapa namamu murid pindahan?” Shina menatap kembali Aeldra.
Ketika
Aeldra berniat menjawab, tiba-tiba ada Selenia yang berlari mendekati mereka.
Dia bersusah payah keluar dari kerumunan orang-orang.
“Aeldra,
gawat!!” eskpresi wajahnya terlihat ingin menangis. Ketakutan menatap dalam
Aeldra.
“Hah,
kenapa berteriak seperti itu, Nia?” Aeldra menatap khawatir Nia yang terlihat
ingin menangis.
“Di
dalam pengumuman itu tertulis dengan jelas jika semua siswa bisa mengikuti
turnamen ini. Tapi mereka membuat pengecualian satu orang untuk tahun ini.
Orang itu tidak diperbolehkan mengikuti turnamen ini, tingkatanya dianggap
berbeda, dan orang itu adalah ....”
“Ja-jangan
katakan, ak-aku ...?” Aeldra tersenyum khawatir. Cukup terkejut mendengar pernyataan
Selenia. Nia hanya mennganggukan kepala sangat cepat, tetap memberikan tatapan
khawatirnya
“....”
Semua orang di sekitarnya cukup terkejut mendengar pernyataan Selenia. Tak
terkecuali bagi Shina. Dia mulai memperhatikan Aeldra cukup dalam, sungguh
menatap penasaran lelaki berambut hitam itu.
Jauh
di benua sebrang. Wilayah yang dikuasai para iblis. Di ujung selatan benua itu,
wilayah terdekat dengan Benua Dealendra. Terlihat seorang gadis, berambut putih
kemerah mudaan, bermata merah muda sedang menghancurkan pasukan minotour dengan
sekali serang.
Bagaikan
dorongan gravitasi sangat kuat yang membuat ratusan monster itu hancur menabrak
tanah.
Lambang
indah terlihat di dahinya. Lambang kebanggaan yang diwariskan orang berhaga
padanya. Lambang Ras Demigod.
Gadis
berwajah rupawan itu melayang turun ke bawah. Bersinar dengan warna merah muda
di seluruh permukaan tubuhnya.
Pengguna
Telekinesis terkuat. Putri mahkota dari kekaisaran yang memerintah enam
kerajaan di Benua Dealendra. Putri–
“Lapis,
kerja bagus!”
Ya,
Putri Lapis D. Angelina.
Perkataan
sebelumnya diucapkan oleh gadis berambut coklat, bergaya ponytail. Wajahnya tak
kalah rupawan, dia tersenyum mulai mengamati sekitar.
“Bahkan
area ini juga sudah menjadi berbahaya. Bahkan Front-Liner sekalipun akan
kesulitan mempertahankan wilayah ini.”
“Ya,
monster terus berdatangan ke sini. Ada sesuatu yang menarik mereka untuk datang,
Rina.”
“Bagaimana
sekarang? Mundur?” khawatir gadis bernama Rina. Dia melirik Lapis yang mulai
berpijak menyentuh tanah.
“Berapa
jumlah seluruh Front-Liner sekarang?”
“Di
bawah 80, bahkan terus menurun. 65% tak bisa memasuki pertempuran. Mereka
terluka karena gempuran monster di barat beberapa hari yang lalu.” Rina
tersenyum khawatir menutup mata.
“Apa
yang sebenarnya terjadi? Para monster benar-benar menjadi agresif sekarang,”
Lapis terlihat berpikir, menggigit ibu jarinya.
“Jadi
bagaimana, Lapis? Terus maju?”
“Tentu
saja terus maju. Hanya kita yang bisa diandalkan sekarang.”
“Baiklah,
tapi jangan berlebihan. Sebaiknya kita istirahat dulu.” Rina berwajah khawatir.
Suaranya itu lekas menghentinkan langkah Lapis.
“Ah
iya, kau benar. Kita tidak boleh ceroboh. Kita ada di wilayah musuh.” Lapis
mulai duduk, meluruskan kedua kakinya.
“Apa
yang sebenarnya ayah lakukan. Kenapa para iblis menjadi sangat liar, bagai
sudah kehilangan –“
“Lapis,
apa kau sudah mendengarnya, tentang Putri Nia yang bersekolah di Acies
Highschool.”
“Ya,
aku mendengarnya. Percuma dia pindah dan menghindariku, aku tetap akan mendatanginya.
Menyeret dia keluar dari sekolah itu.”
“Keras
seperti biasanya, yah?” Rina tersenyum khawatir.
“Gadis
lemah sepertinya tak pantas berdiri di baris depan. Dia hanya akan menyusahkan
sekitarnya.”
“Lalu
kenapa harus kau yang langsung mendatanginya. Kenapa tidak minta Putri Alys
saja yang mengurus semuanya.”
“Tak
mungkin. Kita tidak bisa menyerahkan padanya jika ini menyangkut Selenia. Gadis
itu memiliki harga diri yang tinggi, khususnya menyangkut sahabat dekatnya.”
Lapis menutup mata sesaat, mengambil nafas cukup dalam.
“Baiklah
aku paham. Lalu soal lelaki bernama Aeldra. Apa kau sudah tau?”
“Ya.”
Lapis membuka mata. Tatapannya terlihat tajam menatap langit di atasnya.
“Apa
yang kau pikirkan tentangnya? Apa mungkin kau berpikir jika dia lebih kuat
darimu?” Rina tersenyum kecil, melirik Lapis.
“Entahlah,
aku tak tau. Setelah bertemu dengan dia, semuanya akan jelas. Aku bisa mencium
aroma orang kuat dan orang lemah. Ketika aku bertemu dengannya nanti, reaksi
tubuh ini yang akan memberitahuku.”
“....”
“Astaga
..., padahal ini di wilayah musuh, tapi kalian terlalu santai yah, para gadis
muda.” Langit berubah ungu gelap. Waktu seolah berhenti.
Rina
seketika bersiga bertarung, tubuhnya bergemetar setelah mendengar gumaman
wanita yang menggema di dalam hatinya. “Engelina ...?”
“Tenanglah,
Rina. Dia bukan musuh.” Lapis mulai berdiri, menutup mata perlahan.
“Hmmm,
jadi itu benar yah. Kau sudah mengetahui semuanya.” Gadis berambut putih, berpakaian
gothic hitam, mulai muncul dari lubang dimensi merah. Sang penyihir hitam yang
ditakuti semua orang, menunjukkan dirinya pada Lapis dan Rina.
“Hardy
yang meberitahumu?” senyum kecil Lapis membuka mata, menatap gadis muda di
hadapannya.
Wajah
penyihir hitam itu terlihat seumuran dengannya. Tak menua dan tetap muda. Dia
benar-benar berwajah rupawan.
“Di-dia
benar-benar mirip dengannya. Bagaikan gambaran muda Nyonya Keisha.” Rina
tersenyum khawatir menatap Engelina.
“Terima
kasih atas pujianmu, Rina.”
“Jadi
...?” Lapis bertanya kembali.
“Waktu
berlalu cepat. Terakhir kali bertemu denganmu, kau masih berumur 10 tahun. Kini
kau sudah remaja, rupawan seperti Halsy dahulu kala.”
“Katakan,
apa yang ingin kau sampaikan, Bibi.” Halsy tersenyum kecil, kembali menutup
mata perlahan.
Sesaat,
Engelina terkejut. Matanya melebar setelah mendengar perkataan yang diucapkan
oleh Lapis.
“Lucunya,
kau bahkan sudah menerimaku sekarang. Padahal dulu, sebelum kau kembali ke masa
lalu, kau sangat membenciku dan ayahmu. Ini sungguh pertemuan yang indah.
Akhirnya kau bisa mengerti, apa yang sebenarnya kami lakukan. Alasan kami
memainkan peran ini.”
“....”
“Tapi
kita lupakan dulu pertemuan kita yang dramatis. Ada berita buruk untukmu dan
kalian semua.” Engelina memberikant tatapan seriusanya.
“Be-berita
buruk?” Lapis menatap tajam Engelina. Terlihat khawatir wajahnya.
“Raja
iblis kita telah dibunuh. Sampaikan ini pada ibumu.”
“Ay-ayah
...?” Lapis melebarkan mata, sangat kosong tatapanya. Tubuhnya bergemetar.
Hatinya terguncang.
“Ya,
ayahmu ....” Engelina tersenyum kecil, raut wajah sedih terlihat jelas dari
mukanya.
“Si-siapa
yang melakukannya!?” Lapis terlihat marah dan ketakutan. Air mata mulai
mengucur dari kedua matanya.
“.....”
Engelina terdiam sesaat, menundukkan kepala. Ada jeda waktu setelah perkatan
terakhir Lapis.
“Aku
tak tau, apa Halsy sudah memberitahu bocah sepertimu tentang masalah ini. Aku
tak peduli jika kau mengerti atau tidak akan ucapanku ini. Tapi katakan ini
pada Halsy.” Nada bicaranya tiba-tiba berubah. Terdengar lebih berat dan
menyeramkan.
“Raja
sebenarnya yang sudah melakukannya. Hari yang ditakuti oleh dunia sebentar lagi
akan datang.”
“Ap-apa
maksudnya itu?” Lapis menatap kosong Engelina. Tubuhnya bergemetar.
“Setidaknya
bicara lebih sopan padanya, Elena. Dia masih anak-anak.” Engelina menutup
sebelah mata, nadanya kembali seperti sebelumnya.
“....”
Rina hanya menatap khawatir Engelina dan Lapis. Kedua tangannya sedikit
bergemetar.
“Hanya
itu yang ingin kusampaikan padamu. Setelah ini sebaiknya kau langsung kembali.
Para jendral sepertinya mulai bergerak. Kalian kuat, tapi tak cukup kuat untuk
menghentikan mereka semua.”
“La-lalu
bagaimana denganm –“
“Masih
ada yang harus kukerjakan. Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuknya.” Engelina
tersenyum kecil, menghilang bersama dengan dimensi khusus miliknya.
“....”
Lapis menundukkan kepala, masih terguncang akan kematian seseorang yang
dikaguminya. Tapi setelah itu dia memukul keras kedua pipinya, menguatkan diri.
“Kita
kembali, Rina. Mungkin keadaan dunia saat ini sudah di ujung tanduk khancuran.”
Lapis berwajah khawatir, berjalan cepat menuju pelabuhan.
Rina
menganggukan kepala, membalas tatapan khawatir Lapis.
“Kita
akan melewati jalur kerajaan Liviandra dan Skyline. Kita menyamar, akan memakan
waktu lama jika aku melewati dua kerajaan itu sebagai seorang putri. “
“Ya,
aku mengerti.”
“Ah
iya, saat di Skyline juga kita akan menemui Nia. Membawa gadis bodoh itu keluar
dari Acies Highschool.”
“Ya
ya ya ....”
***
Sehari
setelah pengumuman turnamen terpampang di layar. Sore hari, awal kemunculan
sang penguasa malam.
Haikal
terlihat berdiri di luar ruangan kepala sekolah. Punggungnya menyentuh dinding
dekat pintu masuk.
Shina
juga ada di sana. Punggungnya menyentuh dinding yang berlawanan dengan Haikal.
Dia berwajah serius sambil bertanya pada lelaki di hadapannya.
“Siapa
dia?”
“Aeldra.
Lelaki yang dikatakan bisa mengalahkan goblin dalam sekejap. Lelaki yang
dikatakan bisa memukul mundur Hardy sang pengkhianat.”
“Har
.., dy!?” mata Shina terbuka lebar, terlihat murka. Hatinya sungguh panas.
Tubuhnya bergemetar. Aura kemarahan benar-benar dia keluarkan. Sangat hebat dan
menakutkan, membuat Haikal terkejut, menatap penasaran Shina yang seperti itu.
“Ka-Kak
Shina ...?” khawatir Haikal bertanya.
Shina
tersadar, menutup muka dengan tangan kanan. Berusaha keras mengendalikan
emosinya. Dia tersenyum, meminta maaf pada Haikal.
“Sesuatu
terjadi diantara kalian?” Haikal bertanya, tapi Shina hanya tersenyum menutup
mata. Menggelengkan kepala perlahan. Tapi Haikal tau, sesuatu telah terjadi
antara Hardy dan Shina. Sesuatu yang besar hingga membuat Shina berwajah
seperti itu.
“Kembali
lagi, apa Nia yang mengatakan semua itu?” Shina kembali bertanya, memiringkan
kepala.
“Iya,
dia satu-satunya yang melihat kejadian itu.”
“Nia
bukan orang yang suka berbohong. Dia gadis yang dapat dipercaya, dia gadis yang
jujur. Dengan kata lain, itu semua kebenaran.” Gadis yang dijuluki terkuat itu
menatap pintu ruang kepala sekolah.
“Aku
sudah merasakan sebelumnya, ada yang berbeda darinya. ‘Lelaki ini bukan Kineser
biasa, ada yang aneh dengannya’ seperti itu pikiranku ketika pertama kali
melihatnya.” Lanjutnya.
“Sejujurnya
aku sempat ragu dengan apa yang dikatakan Nia. Tapi setelah mendengar Kakak
berkata seperti itu, kini semua jelas. Aeldra benar-benar kuat, tingkatannya
berada jauh di atas kita.”
“Ya,
dia mungkin setara, atau lebih kuat dari Front–Liner terkuat saat ini.
Potensinya benar-benar tak dapat terlihat jika dia bisa menghancurkan iblis
semudah itu. Lalu sekarang pertanyaannya ...,” Shina menatap Haikal. Haikal
juga membalas tatapan Shina.
“Kenapa
lelaki sekuat itu baru muncul sekarang.” Jelas keduanya bersamaan, menatap
pintu masuk ruang kepala sekolah.
Di
dalam ruang kepala sekolah, masih di waktu yang sama. Terlihat Selenia dan
Aeldra, berdiri dan menatap kepala sekolah yang sedang duduk.
“Kumohon
pertimbangkan lagi, Pak! Kenapa hanya Kak Aeldra yang tidak diperbolehkan? Ini
diskriminasi namanya!”
Lelaki
bertubuh besar itu berwajah khawatir menatap Putri Selenia, tak bisa menjawab
pertanyaannya. Tapi setelah itu dia menatap khawatir Aeldra.
“Aeldra,
apa rumor itu benar? Jika kau bisa memukul mundur sang pengkhianat?”
“Aku
tak bisa berhenti sekarang.”
“Bukan
berarti aku memukul mundur dirinya. Ini lebih mirip pertarungan yang seimbang,
kami masing-masing mendapatkan luka.”
“Aeldra,
apa tak keberatan jika kau keluar dari sekolah in –“
“Tunggu!!
Anda semakin keterlaluan! Kenapa Bapak malah ingin mengeluarkan Kak Aeldra!!”
Selenia terlihat sangat marah. Menggebrak mejanya sangat keras.
“Tenanglah
Putri Selenia. Aku mengeluarkan dia bukan berarti mengusirnya.”
“Ja-jadi
maksudnya?” khawatir Aeldra bertanya.
“Seperti
yang kalian ketahui, Hardy yang saat ini sangat kuat. Bahkan Putri Lapis juga
tak pernah bisa mengalahkannya. Dia setara dengan Front-Liner terkuat saat ini,
Nyonya Salbina.
Sebelum
kemunculanmu, hanya beliau yang bisa menghentikannya. Tapi beliau menghilang,
semuanya memburuk jika dia menyerang, tidak ada yang bisa menghentikannya. Kami
memiliki batasan, meski para pahlawan generasi lama berada di pihak kami.”
“Lalu
kau muncul, memutus pembatas itu. Ada tempat lebih cocok untukmu daripada di
sini. Front-Liner, benar-benar terbuka lebar untuk. Mereka mustahil menolakmu.”
“Maaf
Pak, tapi aku sudah memutuskan untuk tinggal di sini. Aku sudah berjanji
dengannya, akan memenangkan acara ini.”
Aeldra menutup matanya perlahan. Melirik Selenia di sampingnya.
Nia
tersenyum lebar. Hatinya senang.
“Jika
kau ikut serta, turnamen ini tidak ada gunanya. Semua orang pasti akan tau jika
kau yang akan memenangkan acara ini.”
“Bagaimana
jika begini. Aku tak akan menggunakan ilmu kinesisku, hanya mengandalkan
kekuatan fisik saja.”
“Tunggu,
Kak Aeldra. Mustahil kekuatan fisik bisa –“ Nia terdiam, melihat tangan Aeldra
yang terangkat di hadapannya.
“Mustahil
kekuatan fisik bisa mengalahkan ilmu kinesis. Seharusnya kau yang paling tahu
akan hal it –“ Kepala sekolah terlihat khwatir menatap Aeldra.
“Ingin
mencobanya? Aku yang sekarang bisa menghancurkan kerangka otak anda tanpa anda sadari.” Aeldra
membunyikan jemarinya. Menatap tajam kepala sekolah. Memberikan ancaman yang
sangat kuat padanya.
“Aku
sudah hidup di jalanan sejak lama. Memberikan intimidasi pada seseorang cukup
mudah bagiku.”
Kepala
sekolah menundukkan kepala, bergemetar tubuhnya. Dia terlihat ketakutan dengan
keringat di sekitar keningnya.
“Tapi
aku tidak menyangka akan seefektif ini ....”
Aeldra memasang wajah datar dan bersalah.
Nia
juga juga terkejut, terlihat ketakutan melirik Aeldra. Tubuhnya bergemetar.
“Bahkan
dia juga ....”
“Ba-baiklah,
tapi tolong jangan berlebihan.”
“Ya,
selain itu aku akan jarang memasuki pertempuran. Tenang saja, Pak.” Aeldra
tersenyum ramah, menutup matanya.
“Lalu
tujuanmu mengikuti acara ini?”
“Bukankah
aku suda mengatakannya? Aku sudah berjanji dengannya,” Aeldra kembali melirik
Selenia.
“Begitu.”
Kepala sekolah tersenyum lebar, menatap Putri Selenia. Nia hanya tersipu malu
dengan wajah memerah.
“Aku
jadi merasa bersalah pada Nia. Padahal alasanku sebenarnya tinggal di sini
hanyalah demi uang. Mengikuti acara itu juga hanya untuk mendapatkan uang.” Aeldra
menutup mata, berjalan meninggalkan ruangan. Nia berjalan pelan mengikutinya.
Sesampainya
di luar ruangan, terlihat Shina dan Haikal masih di sana. Haikal melepaskan
punggung dari dinding, tersenyum bertanya padanya.
“Bagaimana?”
“Terselesaikan,
tapi aku hanya bisa menggunakan kekuatan fisikku. Dilarang menggunakan ilmu
kinesis.”
“Benar,
dia sendiri yang memintanya,” Nia tersenyum khawatir melirik Aeldra.
Haikal
dan Shina terkejut menatap Aeldra dan Selenia.
Tapi
setelah itu, Shina langsung tertawa kecil, menutup mulutnya. Seluruh perhatian
tertuju padanya yang tertawa.
“Kau
benar-benar lelaki yang menarik, Aeldra. Kau sudah membuatku terkejut dua
kali.” Selenia masih tertawa kecil menutup mata.
“....”
Aeldra hanya tersenyum kecil memejamkan mata. Membalas pernyataan Shina yang
memuji dirinya.
“Kelompokmu
baru dua orang, kan? Hanya kau dan Putri Selenia.”
“Ya,
kelompokku hanya –“
“Hei,
apa kau butuh anggota ketiga?” Shina melepaskan punggung dari dinding.
Tersenyum bersemangat menatap Aeldra sangat dalam.
“Eh
...?” semua orang terkejut mendengar pertanyaannya. Aeldra bergemetar, tak bisa
menghentikan senyumannya. Detak jantungnya berdetak cepat, semangatnya membara,
tak sabar ingin mengikuti turnamen seminggu yang akan datang.
“Sempurna.
Kini Kineser terkuat di Acies bergabung dengan kelompokku!”
***
0 Comments
Posting Komentar