EPILOG
(Translater : Fulcrum)
Kegembiraan
dapat terdengar di udara. Lapangan SMA 1 dipenuhi suara bahagia. Kalau ia
mempertajam pendengarannya, diantara semua suara itu juga akan ada suara
tangisan, tapi itu semua tangisan bahagia.
Berbanding terbalik, di kantin tidak banyak orang. Hanya ada beberapa
orang yang jumlahnya bisa dihitung jari. Ngomong-ngomong, bukan berarti kalau
para siswa bolos pelajaran.
Hari ini adalah hari upacara kelulusan.
Tatsuya tidak menggunakan gelas kertas; dia meminum kopinya dari cangkir
keramik dan menaruh cangkir itu di meja tanpa lepek (sejak awal memang tidak
ada lepek).
Dan, dia melihat ke jam multifungsi yang tidak digunakan banyak penyihir.
Waktu menunjukkan kalau upacara itu sendiri sudah berakhir.
Suara-suara itu mungkin ialah suara para lulusan yang meninggalkan tempat
upacara kelulusan, simpulan Tatsuya.
Setelah itu, akan ada pesta di dua gimnasium kecil. Itu memberi perasaan
tidak enak jika bahkan di saat seperti ini murid golongan 1 & 2 masih
dipisahkan, tapi mungkin mereka akan lebih rileks jika seperti ini.
Lebih tepatnya, seharunya ini adalah hal yang paling cocok. Tapi murid
golongan 2 mungkin akan entah bagaimana tegang saat bersama murid golongan 1
dan murid golongan 1 mungkin tidak akan bisa terlalu merayakannya (terutama,
tentang mereka yang masuk Universitas Sihir) dengan ada kehadiran murid
golongan 2. Karena tidak ada perbedaan di makanan, minuman, dan yang lain,
mungkin tidak ada gunanya untuk mempermasalahkan lokasi mereka yang berbeda,
pikir Tatsuya.
Namun, karena pemisahan lokasi ini, tentunya butuh lebih banyak orang
untuk mempersiapkannya daripada yang seharusnya. Karena kontraktor yang
ditugaskan untuk membuat tempat itu dan staf kantin yang menyiapkan makanan
untuk kedua tempat itu diberi bonus tambahan, mereka mungkin tidak akan
mempermasalahkan ‘pekerjaan sia-sia’ itu, tapi di sisi lain, diantara semua
pekerjaan sia-sia itu, pesta perpisahan milik OSIS lah yang paling banyak
dikomplain orang-orang.
Itu mungkin bisa dimengerti.
Tatsuya menunggu Miyuki, yang sangat sibuk dengan pengaturan pesta
perpisahan hari ini.
Perlu diingat, agar tidak ada salah paham, kalau Tatsuya sudah menawarkan
bantuan dalam persiapan dan pengaturannya.
Dan berkali-kali ditolak.
Azusa dan yang lain jelas menginginkan bantuan itu.
Namun, Miyuki memutuskan untuk menolak bantuan Tatsuya.
“Tidak ada alasan untuk merepotkan
Onii-sama dengan masalah ini!”
Dengan penolakan untuk semua bantuan bahkan yang kecil sekalipun, Azusa
tidak bisa apa-apa selain menolaknya.
Lagipula, bahkan tanpa larangan keras adiknya, bagi banyak murid golongan
1 dan tidak terlalu sedikit murid golongan 2, kehadiran Tatsuya akan terasa
sedikit canggung.
Dia adalah pemilik kemampuan dan pencapaian yang menimbulkan keraguan
diantara murid golongan 1 & 2.
Bagi murid kelas tiga, dia adalah orang yang membuat tahu ketiga mereka
berubah penuh kebingungan. Tidak ikut andil adalah tindakan yang tepat.
Tentu saja, saat akhirnya diputuskan kalau dia tidak aka ikut andil dalam
pesta hari ini, ada orang-orang yang secara tidak langsung mengatakan hal yang
sama seperti ‘ini semua untuk kebaikannya’ dan terkadang Mayumi ada disana saat
itu terjadi dan untuk alasan tertentu dia merajuk.
Mayumi sudah diterima oleh Universitas Sihir. Dengan kemampuan dan
pencapaiannya, ini bisa dibilang tak bisa dihindari; namun, bahkan dengan
kekacauan ‘Vampire’ yang mendadak berhenti sejak malam itu, dia tentu saja
perlu bekerja keras karena dia tidak bisa mengabaikan ujian masuknya.
Dia akan, mulai April, belajar di Universitas Sihir bersama Suzune dan
Katsuto, yang juga sudah diterima, semestinya.
Mari tidak mengambil ujian Universitas Sihir. Dia akan pergi ke Akademi
Pertahanan Nasional. Dia tidak mengatakan alasannya. Namun, sepertinya dia
tidak memberitahu Mayumi sebelumnya dan Tatsuya melihat Mayumi yang mencemooh
Mari tentang itu, mungkin, dia sedang menyembunyikan rasa kesepiannya.
Universitas Sihir dan Akadem Pertahanan Nasional tidak benar-benar jauh;
kalau mereka ingin bertemu, mereka bisa melakukannya kapan saja; tapi tetap
saja, untuk punya teman yang, mereka mungkin tidak menyebut satu sama lain
sebagai teman, tapi semua orang menyebut mereka seperti itu untuk beberapa
waktu, kau pikir akan masuk ke sekolah yang sama denganmu pergi ke sekolah yang
berbeda adalah sesuatu yang tidak dapat dengan mudah diterima.
Ngomong-ngomon masalah pergi ke Akademi Pertahanan Nasional……..
“Shiba.”
Saat Tatsuya memikirkannya, sebuah suara memanggilnya.
“Kobayakawa-senpai, bukankah pestanya sudah dimulai?”
Dia adalah orang yang sedang dipikirkannya.
“Ah, yah begini, tapi aku dengar dari Mari kau disini.”
Kemampuan sihir Kobayakawa tidak pernah pulih setelah insiden Kompetisi
Sembilan Sekolah, bahkan dengan terapi yang membahayakan nyawanya. Dia tidak
kehilangan sensitivitas sihirnya, tapi dia tidak dapat menggunakan sihir selama
pemikiran kalau ‘dia tidak dapat menggunakan sihir’ masih belum hilang.
Sepertinya Kobayakawa sudah memutuskan untuk berhenti sekolah di bulan
Oktober.
Namun, hanya dengan setengah tahun yang tersisa, bahkan jika dia pindah ke
SMA Seni Rupa atau SMA IPA, dia jelas tidak akan punya waktu yang cukup untuk
mempersiapkan kelulusan dan perguruan tinggi. Sepertinya setelah pindah, dia
bermaksud untuk menghabiskan waktunya sebagai Ronin[1] untuk
mencari jalan karir yang baru.
“Apa kau butuh sesuatu?”
“Ah, itu, apa…….. tentu saja, ini sulit untuk dikatakan langsung….. Tapi,
ini penting. Aku ingin…… berterima kasih kepadamu.”
Tatsuya cukup serius saat ia melihat wajah merah Kobayakawa yang jelas
tersipu malu.
“Aku tidak melakukan apapun yang pantas menerima terima kasih dari
Kobayakawa-senpai.”
“Itu tidak benar!”
Di kantin yang sepi itu, suara keras Kobayakawa cukup menggema.
“Saran tentang jalan yang bisa kuambil dengan pengetahuan dan sensitivitas
sihir yang kumiliki bahkan jika aku tidak bisa menggunakannya berasal darimu,
bukan?”
Tatsuya seketika mulai muram tapi tidak mengabaikan perasaan Kobayakawa.
“Apa Watanabe-senpai yang mengatakannya……”
Meski begitu, dia tidak bisa menyebunyikan kekesalan di suaranya.
“Jangan bicara seperti itu. Aku yang memaksa Mari untuk mengatakannya.”
“Aku meminta Watanabe-senpai untuk berpura-pura kalau itu semua idenya,
tapi dia pada akhirnya dia membocorkannya kepadamu senpai.”
Semua peserta perempuan Kompetisi Sembilan Sekolah, termasuk Mari dan
Mayumi, khawatir akan Kobayakawa. Mari, yang berhasil selamat dari insiden
serupa, tidak bisa mengabaikan masalah ini. Insiden Kobayakawa berujung pada
insiden yang melibatkan Hirakawa Chiaki di bulan Oktober, yang mana hanya
menambah kekhawatiran Mari.
Setelah insiden itu, Mari memberikan omelan keluhan-keluhan pada Tatsuya.
Mari tahu kalau itu bukan tanggung jawabnya, tapi jika dia memang akan
mengeluhkan hal itu, sumber omelannya adalah ‘apa memang benar-benar tidak ada
cara untuk mencegah insiden Kobayakawa’.
Tatsuya punya jawaban untuk pertayaan itu.
Jawabannya adalah ‘Tatsuya tidak bisa’.
Dia tidak maha tau dan maha kuat. Dan meski jika dia ‘maha kuat’, dia
tidak ‘maha tahu’. Hanya itulah yang bisa dilakukannya dengan kemampuan
obervasinya untuk menutupi area sekitar dirinya dan Miyuki, dan melaksanakan
tanggung jawabnya, karena itu dia tidak punya kebebasan untuk peduli kepada
orang lain. Itu juga berlaku untuk yang lain; karena bukan Kobayakawa sendiri
ataupun Hirakawa Koharu (kakak dari Hirakawa bersaudara) yang bertanggung jawab
atas CADnya sadar akan trik itu, tidak ada seorangpun juga yang menyadarinya.
Namun, akan terasa canggung untuk menolaknya dengan dingin seperti itu.
Jadi Tatsuya perlu merubah arah pembicaraan mereka.
Tatsuya mendengar dari Fujibayashi berkali-kali kalau ada kekurangan
jumlah staf taktik yang mengerti bagaimana memperhitungkan sihir untuk
perencanaan taktik. Karena sedikit sekali orang yang berbakat dalam sihir,
mereka biasanya akan ditaruh di garis depan, tak bisa dihindari dalam
pertarungan yang sesungguhnya, semua staf taktik ialah non-penyihir yang hanya memahami
sihir secara teori.
Kalau orang tersebut adalah penyihir yang hebat tapi tidak dapat
menggunakan sihir untuk alasan tertentu dijadikan seorang staf taktik, maka
akan lebih mudah bagi penyihir garis depan untuk melakukan pekerjaan mereka
daripada sekarang. Itulah keluhan Fujibayashi, yang menyadari masalah yang ada
di garis depan dan di belakang, kepada Tatsuya. Dia menyampaikannya kepada Mari
tanpa mengatakan siapa sumbernya.
“Yah, dia sudah berusahan untuk menyembunyikannya dariku. Tapi, sepertinya
Mari tidak tertarik untuk menyembunyikannya.”
“Ahh, orang itu……….”
“Aku senang dia memberitahuku.”
Perkataan tulus Kobayakawan memutus kalimat Tatsuya yang menunjukkan
kekesalannya.
“Aku sendiri tidak menyadarinya, tapi sebelum aku mendengar hal itu, aku
benar-benar putus asa. Aku bilang ‘apa kau pikir ini akan mengalahkanku’, tapi
itu hanya gertakan saja, berpikir seperti itu hanya untuk membodohi diriku agar
tidak mengakui kalau aku sudah kalah.”
Mata Kobayakawa berair; dia mungkin sedang mengingat bagaimana dirinya
saat itu.
“Tapi, saat aku mendengarnya dari Mari, aku merasa kalau mata benar-benar
terbuka. Aku berpikir ‘inilah jalan yang harus kuambil’. Dengan ini aku tidak
akan tertinggal sendirian; ini memberiku harapan kalau aku tidak akan terpisah
dari teman-temanku yang menjalani jalan mereka menjadi penyihir. Di saat-saat
terakhir, jalan hidupku tiba-tiba berubah; aku berpikir kalau aku bekerja keras
untuk setengah tahun ini, aku akan bisa lulus.”
Wajah Kobayakawa sekali lagi memerah, tak diragukan lagi dia malu dengan
apa yang keluar dari mulutnya.
Tatsuya tidak merasa kalau apa yang didengarnya memalukan, tapi,
“Jadi, Shiba, tidak, Shiba-kun, terima kasih.”
Nada bicara Kobayakawa berubah sopan saat ia menunduk.
Tatsuya tidak sekasar itu sampai-sampai hanya duduk selagi ia menunduk.
Dia berdiri dari kursinya dan menghentakkan kakinya.
Kobayakawa bukanlah satu-satunya yang mengangkat kepalanya saat mendengar
suara hentakan sepatu; dia menarik perhatian semua orang di kantin, tapi
Tatsuya mengabaikannya sebagai sesuatu yang tak perlu diperhatikan saat ia
memberikan hormat Batalion Sihir Independen.
“Shiba-kun……..”
“Kobayakawa-senpai. Ini mungkin sudah terlambat, tapi semoga berhasil.”
Saat dia menjawabnya dengan hormat, Tatsuya mengatakannya tanpa malu
ataupun tawa.
Namun air mata menetes dari mata Kobayakawa sekali lagi, dan dia
mengangguk dengan senyuman tanpa menangis.
“Senpai, pestanya sudah dimulai.”
“Ya. Kalau begitu, sampai jumpa. Semoga berhasil juga untukmu!”
Saat dia berpamitan dan pergi, Tatsuya duduk.
Secara misterius, kopi hangat itu tidak terasa buruk.
◊ ◊ ◊
“Onii-sama, maaf membuatmu menunggu.”
Saat suara ceria memanggilnya,
Tatsuya mengalihkan matanya dari teminal informasi portabel yang saat ini
tengah digunakannya untuk menulis laporan dan melihat ke atas.
“Tatsuya-kun, apa yang kau tulis?”
Orang yang memanggilnya dan
membuatnya melihat ke atas bukanlah Miyuki; itu adalah Mayumi yang menyeringai
lebar dengan gulungan ijazah, seperti dugaan, sekolah menggunakan kertas, yang
di dadanya.
“Aku hanya menulis catatan tentang
memperpanjang waktu sihir dengan bantuan sistematis.”
“……Um, aku tidak berpikir kalau itu
adalah topik seringan itu.”
Tatsuya berhenti sebelum menjawab
Mari yang melihatnya dengan wajah terkejut, dan hanya mengangkat bahunya. Dia
berencana untuk mengeluh kepadanya terkait insiden Kobayakawa, tapi hari ini
adalah hari mereka. Dengan begitu, dia menahan dirinya untuk mempermasalahkan
hal kecil seperti itu.
“Yang lebih penting lagi, kenapa
senpai semua disini? Aku tidak merasa baik Saegusa-senpai ataupun
Watanabe-senpai tidak diundang ke pesta.”
Dari belakang siswi-siswi itu, yang saling
bertatapan, wajah Katsuto tiba-tiba muncul.
“Kami pikir kami akan mengucapkan
perpisahan kepadamu sebelumnya.”
“……Baik sekali. Kalau senpai tidak
datang menemuiki sekarang, aku berencana akan datang dan mengucapkan perpisahan
setelahnya.”
“Oh, benarkah? Karena Tatsuya
bersembunyi dari pesta disini, aku pikir kau akan pura-pura tidak mengenal kami
dan pergi begitu saja.”
Walaupun dia tahu wajah kecut Mayumi
dan kelihan-keluhan itu hanya pura-pura belaka, Tatsuya masih merasa kalau dia
perlu memberikan penjelasan kepadanya.
“Aku bahkan bukan anggota OSIS, jadi
aku tidak seharusnya muncul di pesta perpisahan ‘kan? Terutama di pesta muris
golongan 1.”
“Apa!”
Tiba-tiba sebuah teriakan mengganggu
penjelasan Tatsuya.
Seorang berambut pirang menerobos
para lulusan itu untuk muncul didepan Tatsuya.
“Kenapa aku, yang bahkan bukan
anggota tetap OSIS, diminta untuk membantu pesta, saat tidak apa-apa bagi
Tatsuya, yang merupakan anggota Komite Moral Publik, untuk tidak ikut
membantu!?”
Orang yang marah kepada Tatsuya dan
dengan tidak sopan mengeluh tentang pekerjaannya adalah Lina.
“…..anggota Komite Moral Publik tidak
sama seperti anggota OSIS. Selain itu, walaupun hanya sementara, bukankah kau
anggota OSIS?”
“Aku masih tidak mengerti!”
Lina mungkin tidak sepenuhnya
terganggu dengan tatapan kakak kelasnya. Di hadapan Mayumi dan yang lainnya
yang terkejut, Lina bersikap seperti biasa.
“Hei Lina, jangan mengatakan hal yang
kasar kepada Onii-sama.”
Dan, dia dihadapkan dengan omongan
cinta Miyuki kepada kakaknya.
Tidak, mungkin yang benar adalah
cinta Miyuki kepada omongan kakaknya.
“Kau adalah anggota OSIS sementara
dan Onii-sama adalah anggota Komite Moral Publik, ini semua sudah diputuskan
sebelum persiapan pesta dimulai. Yang lebih penting, kenapa kau
mempermasalahkannya sekarang….. apa kau tidak terlalu bersemangat?”
Tatsuya tidak tahu apa maksudnya
dengan berkata ‘bersemangat’, tapi tak perlu ditanya, wajah Lina memerah
dihadapan semua mata yang tertuju padanya.
“Miyuki, apa maksudmu dengan
bersemangat?”
Tatsuya tidak punya pilihan selain
‘tidak menanyakan apa yang terjadi’ saat ini.
“Tatsuya, itu bukan apa-apa!”
“Yah, seperti yang Onii-sama tahu
tidaklah baik untuk tidak memberikan anggota OSIS sementara kita, Lina,
pekerjaan yang akan membuuhkan banyak waktu jadi kita membuatnya mengurus
hiburan hari ini, tapi…..”
“Miyuki!”
“Meski kita bilang hiburan, kita
tidak memintanya untuk melakukan semacam pertunjukkan, tidak apa-apa kalau dia
hanya mencari sukarelawan dari para lulusan dan murid yang lain, tapi,”
“Miyuki, hentikan!”
“Lina sepertinya salah paham.”
“Miyuki, tolonglah! Jangan katakan!”
Lina dengan putus asa mencoba untuk
menghentikan Miyuki, tapi Mayumi dan Mari yang merasa pembicaraan ini menarik
menahan tubuhnya.
“Jadi?
Miyuki melihat ke arah Lina,
teralihkan oleh suara putus asanya; namun, dia dengan sigap mengembalikan
tatapannya kembali ke kakaknya saat Tatsuya bertanya.
“Lina menjadi penyayi utama band. Dia
berdiri disana dan bernyanyi sekitar sepuluh lagu, dia sangat bersemangat.”
“Ya, itu benar-benar penampilan yang
indah. Setara profesional.”
Mari menambahkan penjelasan Miyuki,
dan,
“Itu benar. Shields-san adalah
penyanyi yang sangat bagus. Dia punya suara yang luar biasa.”
Dengan nada bicara yang tidak
sememuji itu, Mayumi memuji nyanyian Lina.
“Urk…..”
Lina menunduk ke bawah, wajahnya
memerah malu.
Itu bukanlah wajah marah, jelas itu
wajah malu.
Melihat hal itu Tatsuya terasa ingin
tersenyum.
“Jadi begitu…….. kau membuat beberapa
kenangan indah, Lina.”
“……Aku tidak peduli.”
Selain Lina, semuanya tertawa
terhadap cara bicaranya yang kasar dan berpaling.
◊ ◊ ◊
(Itu terakhir kalinya aku melihat
Lina.)
Setelah pesta perpisahan selesai,
Lina tidak masuk sekolah.
Saat dia bertanya pada Miyuki, dia
memberi alasan kepada Kelas A ‘dia sibuk dengan persiapan pulang’.
Namun, dia pikir kalau Lina mungkin
mendapat perintah mundur sejak insiden itu. Walau begitu, sampai hari itu, Lina
terus masuk sekolah dan dia mungkin tidak melakukannya untuk melakukan perannya
sebagai anak SMA atau menyiapkan persa perpisahan.
Bisa jadi dia melakukannya agar dia
bisa sedikit menikmati kehidupan seorang anak SMA.
Saat ia melihat pemberitahuan jadwal
kedatangan dan keberangkatan, Tatsuya memikirkan hal itu.
Kemarin lusa, semester ketiga telah
berakhir.
Singkatnya, tahun pertama SMA mereka
telah berakhir.
Nilai Tatsuya sudah terduga.
Nilainya di teori sangatlah bagus.
Nilainya do praktik cukup jelek.
Gabungan nilainya berada di paruh
bawah.
Namun, dia tidak terganggu dengan
itu.
Di tahun pertamanya ia terus-menerus
terjerat berbagai masalah, tapi dia dengan pasti mencapai tujuannya.
Berbeda dari ekspektasinya, dia mampu
membuat sebuah pertemanan yang baik.
Bahkan setelah semua aspek negatif
dirinya yang terjerat dalam serangkaian insiden, bisa dibilang ini adalah tahun
pertama yang sempurna.
Hari ini, dia datang ke bandara
internasional apung Tokyo Bay untuk menyambut kepulangan salah satu temannya.
Tentu saja, ia tidak sendirian.
Miyuki dan Honoka ada di
kanan-kirinya; Leo, Erika, Mikihiko, dan Mizuki duduk diseberangnya.
Pesawat yang dinaiki Shizuki
seharusnya sampai kurang dari sejam.
Dari samping kiri Tatsuya, Miyuki
berbicara kepadanya, dan,
“Sepertinya pesawat militer hanya
butuh kurang dari empat menit untuk menyeberangi Samudera Pasifik, jadi kenapa
pesawat komersial butuh waktu selama ini?”
Di samping kanannya, Honoka bertanya
kepadanya.
Kemudian,
“Mesinnya berbeda. Karena pesawat
militer bisa terbang sampai ke stratosfer. Faktor keamanan dan ekonomi jadi
prioritas pesawat komersial.”
Leo menjawab dari tepat seberangnya,
“Astaga, kau lumayan tahu. Untuk
seorang barbar yang bisa ditendang kuda.”
Ejek Erika.
“Kau ini!”
“Leo, tahanlah dirimu.”
“Erika-chan, kau juga, berhenti
mengejeknya.”
Dan Mikihiko dan Mizuki ikut campur
dalam masalah, seperti yang biasa mereka lakukan.
Tepat setelahnya, Tatsuya menyadari
adanya kilauan emas yang familiar diantara kerumunan orang di lobi.
Teman-temannya melihat Tatsuya yang
segera berdiri, bertanya-tanya ada apa.
Miyuki juga berdiri.
Walau sedikit lebih lambat, dia juga
melihat apa yang dilihat Tatsuya.
Miyuki mengikuti Tatsuya, yang
berjalan menjauh setelah berkata ‘aku tidak akan lama’.
Honoka yang tersipu juga berdiri,
tapi untuk alasan tertentu Erika, yang duduk tepat didepannya, menarik lengan
mantel musim seminya.
“Honoka, jangan ganggu. Karena itu
perpisahan untuk saingan itu.”
Dihadapan tatapan Erika, yang dengan
tidak sopan mengitari kursinya,
Lina, yang tentu saja tidak pergi
setelah dilihat Tatsuya, sendiri berjalan mendekat mereka.
“Tatsuya, Miyuki, apa kalian datang
untuk mengantarku?”
Saat mereka cukup dekat untuk
berbicara, Lina berbicara duru.
“Yah. Bertemu denganmu itu
kebetulan.”
Renungan Lina benar-benar hilang saat
dia tertawa.
Namun, dia tidak benar-benar merasakan
hal yang sama. Sebuah bayangan keraguan dapat terlihat di matanya yang
sebelumnya tidak ada saat ia baru sampai di Jepang. Itu menunjukkan kalau dala
waktu singkat itu dia sudah jadi lebih dewasa.
“Astaga? Apa aku tidak mengatakan
kalau aku pulang hari ini?”
“Kami tidak mendengar kau
mengatakannya.”
Miyuki menghentikan gurauan Lina
dengan sekali omongan.
Walau begitu, Miyuki tidak sedang
dalam suasana hati yang buruk, dan dia juga memberikan senyuman kecut.
“Baiklah, kesampingkan dulu gurauan
itu. Aku berterima kasih atas bantuan kalian berdua.”
Senyuma Lina berubah nakal saat ia
mengatakannya.
“Apa maksudmu, kami membuatmu terkena
masalah?”
Dan Tatsuya menyangkalnya dengan
halus.
“Akulah yang dalam masalah. ……Kau
memang orang yang keras kepala, Tatsuya.”
“Kau tidak akan senang kalau aku
menahan diri terhadapmu Lina….. Selain itu, ini akhirnya, bukan?”
Lina mengangkat bahunya pada
pertanyaan Tatsuya.
“Aku rasa seperti itu. Aku tidak
merasa bisa meninggalkan negaraku sendiri dengan mudah.”
Suara Lina mengakui akan adanya
penderitaan yang dirasakannya.
Namun, untuk menghilangkannya,
“Tapi, ini bukan terakhir kali.”
Miyuki membalasnya dengan kalimat
penghibur.
“Miyuki.”
“Jadi aku tidak akan mengatakan
selamat tinggal, Lina.”
“……Miyuki, apa-apaan itu, kedengaran
seperti ungkapan?”
Lina membelalakkan matanya saat ia
menatap Miyuki dengan wajah penuh keusilan.
“Hmm, aku rasa mungkin itu semacam
ungkapan. Kau adalah rivalku, Lina.”
Miyuki tidak terganggu oleh perkataan
itu dan mendeklarasikan hal itu dengan suara yang lantang.
“Kau tentu saja suatu saat akan dapat
meraih tangan Onii-sama. Kau tentu saja akan menjadi sekutu Onii-sama. Dan itu
akan memulai persaingan kita yang sesungguhnya. Dan karena itu, aku tidak akan
mengatakan selamat tinggal. Sampai jumpa, Lina.”
Mata Lina terbelalak lagi. An kali
ini senyuman lembutnya seperti matahari yang cocok dengan warna mata dan
rambutnya.
“Aku tidak bisa mengerti apa yang kau
maksud, tapi…. Miyuki, tentunya seperti yang kau katakan. Sekarang, aku juga
punya firasat seperti itu. Sampai jumpa lagi Miyuki, Tatsuya.”
“Aku kembali.”
Sejam setelah Lina kepergian Lina ke
dalam, itulah kalimat pertama Shizuku.
“Selamat datang kembali, Shizuku!”
Dibelakang Honoka yang matanya
berkaca-kaca yang memeluknya, yang ditepuk-tepuknya agar tenang, Shizuku
menaruh tatapannya kepada Tatsuya.
“Selamat datang kembali, Shizuku. Aku
senang kau kembali dengan selamat.”
“Ya.”
Jawaban singkatnya belum berubah
sejak sebelum dia pergi, tapi,
“Shiuku, auramu berubah.”
“Itu benar. Auramu sudah lebih
dewasa.”
Seperti yang Miyuki dan Erika
katakan, aura yang menyelubunginya sudah cukup dewasa.
“Apa kau mengalami suatu pengaman penuh
dosa?”
“Erika-chan!?”
Orang yang merespon ejekan Erika yang
menyeringai lebar adalah Miyuki; Shizuku, yang diserang, hanya sedikit
memiringkan kepalanya.
Itu tidak ada bedanya dari yang biasa
dilakukannya; namun, terasa sebuah ketenangan yang lebih kuat.
“Tatsuya-san.”
“Hmm?”
Setelah Honoka akhirnya melepas
Shizuku dari pelukannya dan membiarkannya menjauh darinya, Shizuku berjalan
didepan Tatsuya dan melihat ke wajahnya.
“Aku punya banyak hal yang ingin
kubicarakan. Aku juga sudah diberikan pesan dari Ray, Apa kau mau
mendengarkannya?”
“Bagus. Tentu saja kudengarkan.”
Mungkin, cinderamatanya dari Amerika
adalah informasi-informasi.
Itulah yang dipikirkan Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Pembicaraan mereka dengan Shizuku
memakan waktu lama.
Walau begitu, mereka tidak dapat
selesai membicarakan semuanya.
Mereka tidak dapat membicarakan pesan
Raymond Clark didepan teman-temannya.
(Mungkin perlu baginya untuk menerima
undangan ke rumahnya……..)
Agar dapat mengetahui sisa pesannya,
Shizuku mengundang Tatsuya dan Miyuki ke rumahnya. Ke rumah pribadi pegusahan
hebat, Kitayama Ushio, tanpa teman-teman mereka.
Bahkan bagi Yotsuba, itu bukanlah hal
biasa.
Namun, mereka tidak bisa menolak
undangan itu. Informasi yang ada bersamanya diperlukan Tatsuya untuk menentukan
gerakannya di masa mendatang.
Tatsuya memikirkan ulang kesimpulan
sebelumnya di ruang keluarga rumahnya.
Saat itu, sebuah bel berbunyi.
Teriakan kaget Miyuki, yang menjawa
intercom pintu, sampai ke telinga Tatsuya.
Wajah Miyuki menunjukkan kekagetan
dan ketidaksabaran saat mendatangi Tatsuya.
“Um, Onii-sama, ada tamu….”
“Apa aku harus menemuinya?”
Tatsuya berdiri karena dia pikir itu
adalah semacam tamu dadakan, namun…
“Tidak, aku tidak mengundangnya,
tapi…….. tamu ini adalah Sakurai Minami-chan yang kita temui di rumah utama
Yotsuba.”
“Apa….?”
Tatsuya juga ingat dengan gadis
pelayan itu.
Sakurai Honami. Mantan Polisi
Keamanan Metropolitan yang merupakan Guardian mendiang ibunya. Perempuan yang
memberikan cintanya kepada dua bersaudara ini seakan-seakan mereka berdua
adalah saudara. Tiga tahun yang lalu, di pertarungan Okinawa, seorang penyihir
modifikasi kehilangan nyawanya untuk melindungi Tatsuya. Penampilam gadis itu
benar-benar terlihat seperti perempuan yang tidak mungkin bisa dilupakan
Tatsuya dan Miyuki.
Dia adalah pengunjung yang
benar-benar tidak terduga bahkan bagi Tatsuya sekalipun.
Didepan Tatsuya, dengan Miyuki di
sisinya, berdiri seorang gadis dengan gaun one piece musim semi berwarna
pastel.
Setelah Sakurai Minami menunduk
dengan sopan, dia memberikan sepucuk surat kepada Tatsuya.
Tatsuya mengajak Minami duduk dan ia
sendiri duduk di sofa. Saat ia melihatnya, Tatsuya membuka segelnya dan melihat
isi surat itu sambil didorong oleh tatapannya.
Saat dia membaca, Tatsuya merasa
seakan ada rasa sakit yang menyebar di mulutnya.
Pengirimnya adalah Yotsuba Maya.
Setelah sapaan biasa, isi suratnya
seperti ini:
“Musim semi ini, Minami-chan akan
masuk di SMA 1.
Dengan begitu, tolong berikan
Minami-chan akomodasi di rumahmu.
Dia sudah jadi pelayan yang handal;
dia sudah memiliki kemampuan yang cukup
Kalian pasti butuh bantuan dalam
bersih-bersih rumah; lagipula kau membeli robot pelayan, bukan? Untu
berjaga-jaga, kalau kau dan Miyuki-san sedang sibuk dengan berbagai hal karena
kalian akan jadi murid kelas dua.
Dia juga sudah diberitahu kalau dia
akan bekerja sebagai pelayan jadi tolong jangan sungkang-sungkan untuk
memerintahnya.
Dan juga, aku bermaksud untuk membuat
Minami-chan belajar menjadi Guardian.
Sebagai senpai-nya, tolong ajara dia
banyak hal.”
Dia merasa kalau suara tinggi bibinya
dapat terdengar dari kertas itu.
Tatsuya melipat surat itu dan
memasukkan kembali ke amplop, lalu menaruhnya di meja; mungkin Miyuki bisa tahu
dari sikapnya, karena itu Miyuki berkata ‘Onii-sama?’ kepadanya dengan gelisah.
Tatsuya menarik nafas dan memberikan
surat itu kepada Miyuki.
Setelah sebuah jeda pendek, suara
menelan ludah terdengar dari Miyuki.
Minami berdiri disamping dinding
menghadap Miyuki seolah menunggu mata Miyuki terlepas dari surat.
“Saya masih pemula, tapi tolong
terima saya. Seperti yang Oku-sama tuliskan, tolong jangan sungkan-sungkan
untuk mempergunakan saya.”
Minami menundukkan kepalanya.
Walaupun mereka tahu kalau Minami
adalah pasak dari invasi Maya, baik Tatsuya ataupun Miyuki tidak bisa menolak
gadis yang punya wajah yang sama dengan Sakurai Honami.
Tersembunyi di balik wajah datarnya,
Tatsuya tidak bisa apa-apa selain mengangguk pada ‘hadiah’ ironis dari bibinya.
Di bulan April, tahun ajaran baru
dimulai dan akan lebih banyak kekacauan daripada tahun sebelumnya.
Firasat tidak baik seperti itu tidak
bisa hilang dari dada Tatsuya.
[Akhir cerita tahun pertama]
6 Comments
epilognya masih belanjut ya min?
BalasHapusIt's really tough for both of them and bit emotional to me cuz it make me remember back in the days when miyuki almost died..
BalasHapuskeep it up, thanks for ur gorgeus translation :D
Keren terjemahannya,bagus banget,mudah di cerna,mudah di bayangkan,ga bikin sakit kepala,trus Ganbatte min!
BalasHapusnext min Vol 12 nya min...
BalasHapusThanks banget nih yg udh TL
BalasHapusSasuga onii-sama
BalasHapusPosting Komentar