HARI HARI
YANG BAHAGIA
“Aku pulang~”
Membuka
pintu lalu masuk ke Sakurasou.
“Selamat
datang kembali~ Kouhai kun, Mashiron, Rita!”
Yang
menyambut mereka itu adalah mahasiswi dengan status sudah menikah yang
merupakan tetangga mereka. Marga bekasnya adalah Kamiigusa. Mantan penghuni
kamar no.201 Sakurasou, alumni Suiko, sekarang sedang studi di Universitas Suimei jurusan ilustrasi kelas satu. Setelah
lulus dia tetap sering muncul di Sakurasou. Tidak hanya saat makan pagi, bahkan
makan malam juga dia ikut, dan memakai kamar mandi dengan seenaknya. Sering
sekali memaksa Kanna mandi bersama, dan mengeluarkan suara ‘A-aku akan
mencucinya sendiri, ja-jangan menyentuh bagian itu!’.
“Ini,
untukmu, Kouhai-kun.”
Misaki
memberikan Sorata sebuah amplop. Sepertinya ini untuk Kanna.
“Are?
Mana Kanna?”
Tidak
terlihat sepatunya di rak sepatu. Hanya sepatu Ryuunosuke yang berantakan. Rita
dengan alami merapikan sepatu milik Ryuunosuke.
Sepertinya Rita memang sangat menyukai Ryuunosuke.
“No
pants belum pulang loh.”
Misaki
menunjuk ke Sorata menggunakan jarinya.
Jangan-jangan
hari ini dia benar-benar ada urusan.
“Aku
tidak akan salah karena aku terus menunggu di depan pintu.”
“Apa
waktumu begitu banyak Misaki-senpai?”
“Kalau
begitu, sekarang aku akan ke kantor di Universitas~bye bye~!”
Sambil
mengeluarkan suara seperti ‘tong’, Misaki membuka pintu seperti ingin merusak
pintunya.
“Ah,
ya, Kouhai kun.”
“Apa?”
“Model
3D untuk boss sudah kusimpan dikomputermu, periksalah nanti!”
“Ah
ya.”
Setelah
Sorata membalasnya Misaki pun langsung keluar. Walaupun sudah menjadi
mahasiswi, Misaki tetap saja tidak berubah sedikitpun.
Lalu
dari jauh terdenagr suara teriakan ‘Yahoo~’, lalu suara mesin mobil yang liar
itu tidak terdengar lagi.
“Baik,
aku juga akan kerja, kerja.”
Setelah
berpisah dengan Mashiro dan Rita, Sorata kembali ke kamarnya. Yang pertama-tama
ia menyalakan komputernya dulu. Sambil menunggu menyala, Sorata mengganti
pakaiannya dan pergi ke toilet untuk mencuci tangannya.
Duduk
didepan monitor, saat komputernya sudah menyala.
Membuka
mesin game dan perangkat lunak khusus pengerjaan game.
Memastikan
ruang obrol, terlihat nama Ryuunosuke didaftar teman baik.
--Akasaka,
kau baik-baik saja?
Karena hari
ini terjadi sesuatu yang mengejutkan, jadi rasanya khawatir. Kakak perempuan Ryuunosuke yang tiba-tiba muncul, menciumnya dan memeluknya. Berkat ini kesadaran Ryuunosuke jadi hilang........
--Sangat tidak baik.
Setelah sesaat tampak pesan tersebut didepan layar.
Jarang-jarang Ryuunosuke menunjukkan kelemahannya.
--Tasmu sudah kuambilkan.
--Maaf merepotkan.
--Lalu kakakmu titip pesan.
Tidak ada balasan. Sorata langsung melanjutkannya.
--‘Ambil sendiri surat persetujuannya’, dia bilang begitu.
--Begitukah?, tak ada cara lain lagi.
--Yah, walaupun menurutku kau pasti tidak akan pergi mengambilnya, tapi cobalah
untuk berusaha.
Karena
kalau tidak begitu mereka tidak bisa melanjutkannya.
--Sepertinya pembuatan gameku sampai disini saja.
--Jadi itukah maksudnya tak ada cara lain lagi?
--Ini adalah pilihan yang sangat pahit. Tolong pahami.
“Ya kali ini kupahami!”
Sorata memutar badannya dan berteriak ke arah kamar
no.102.
Dan mengetuk keras dinding yang membatasinya.
“Hoi, Akasaka! Bercanda kan? Tidak serius kan?”
Sorata menjadi serius tanpa disadarinya, karena dia tahu Ryuunosuke tidak akan bercanda disaat seperti
ini.
“..................”
Tapi sangat disayangkan tidak ada balasan dari kamar
sebelah.
Dengan panik kembali mengetik pesan.
--Hoi, Akasaka!
--Biar Maid-chan yang menjelaskannya untuk menggantikan Ryuunosuke-sama yang sedang pusing.
--Maid-chan, apa Akasaka baik-baik saja?
--Kalau harus kudeskripsi, berantakan..........
--Tolong pikirkan caranya!
--Ia
depresi karena mengingat masa
lalu yang menjadi trauma baginya.
Itu pasti berkaitan dengan kakak perempuannya si Yuriko.
--Apa yang pernah terjadi antara Akasaka dan kakaknya?
--Sejak dahulu kala, ada seorang pemuda yang bernama Akasaka Ryoma. Benar, ia
adalah ayah dari Ryuunosuke-sama.
Sesuatu, mulai berjalan.
--Kenapa kesannya jadi seperti mendengar kisah yang sangat tua?
--Biar lebih kreatif.
--Tolong serius!
Sorata lelah.
--Karena kalau hanya kuceritakan begitu saja nanti Sorata sama pasti tertidur.
--Sebegitu bosan dan panjangkah cerita itu? Omong-omong, aku hanya ingin bertanya tentang kakaknya.
--Ryoma-sama adalah seorang pegawai yang rajin di perusahaan komunikasi. Profesinya
sebagai programer, ia selalu serius dan jujur dalam melakukan pekerjaannya.
--Jadi tak menanggapi pertanyaanku, ya.
--Ia juga
mempunyai hobi, yaitu menabung poin di toko elektronik.
--Apa kau sedang bermain denganku!?
--Lalu hal yang dipusingkannya, mungkin hanya tidak bisa tidur tenang........
--Perlukah kau memberitahuku?
--Lalu Ryoma-sama bertemu dengan sebuah pertemuan yang ditakdirkan.
--Mamanya Akasaka kah?
--Ryoma-sama akhirnya bertemu dengan bantal yang rasanya
nyaman, dan akhirnya tidur nyaman setiap hari.
--Syukurlah!
--Pada hari kedua, untuk menambah poinnya, Ryoma-sama datang ke toko elektronik.
Kapan ia serius.
Tapi sungguh AI yang hebat. Rasanya sudah lebih hebat
dari manusia.
--Bertemu dengan seorang wanita yang sedang protes dengan karyawan toko ‘Aku ingin mengirim uang dengan menggunakan FAX yang kubeli
disini, tapi tidak bisa!’
--Ya iyalah
karena FAX itu hanya mengurus dokumen!
--Dan wanita itu adalah Ryuujiko-sama, ibu Ryuunosuke-sama.
--...........
Sorata sedikit terkejut.
--Ryuujiko-sama sangat cantik. Dan Ryoma-sama langsung
jatuh cinta padanya. Walau selalu ditolak saat mengajaknya kencan, ataupun
kencannya dibatalkan tiba-tiba,
tapi akhirnya mereka bersatu setelah Ryoma-sama melamarnya saat kencan.
--Kenapa bagian pentingnya tiba-tiba berkembang!
Padahal daritadi hanya cerita yang tidak penting saja.
--Tolong dipahami karena ini
kategori untuk semua umur.
--Memangnya ada kategori dewasa?
--Sorata-sama, ini pelecehan seksual kan?
-Bukan!
“Sorata, pelecehan seksual.”
Melihat ke samping, entah sejak kapan Mashiro berada
dikamarnya. Disampingnya ada Rita yang menatap layar monitor dengan sangat
penasaran.
“Sorata, suruh dia melanjutkan ceritanya.”
“Ya akan
kulakukan.”
--Maid-chan, apa sudah boleh masuk ke topik utama?
--Ryoma-sama dan Ryuujiko-sama akhirnya menikah dengan
bahagia, dan diberkati anak perempuan, yaitu Riko-sama, Ranko-sama, Yuriko-sama
dan..........Ryuunosuke-sama. Mereka berempat semua mirip dengan Ryuujiko-sama,
semua cantik.
--Akasaka itu laki laki!
--Walaupun terlihat seperti keluarga yang bahagia, tapi
Ryuujiko-sama mengeluarkan sebuah syarat sebelum ia menikah dengan Ryoma-sama.
--Syarat?
--Syaratnya adalah ‘Tidak masalah kalau menikah denganmu, hanya, kau harus
melakukan semua pekerjaan rumah’.
Begitukah.
“Sorata.”
“Sekarang aku sedang sibuk.”
“Semua pekerjaan rumah nanti juga Sorata yang lakukan.”
“Sudah kulakukan dari dulu!”
--Sesuai janji, semua pekerjaan rumah
keluarga Akasaka dilakukan oleh Ryoma-sama, ia berhasil menjaga keempat
anaknya sangat besar. Ia merupakan seorang suami yang bekerja keras dalam
pekerjaan rumahnya maupun dalam pekerjaannya. Dan Ryuunosuke-sama kecil mengira
dalam keluarga yang normal, semua pekerjaan rumah dilakukan oleh ayah.
“Ryuunosuke yang salah paham itu ternyata lucu juga ya."
Entah apakah terbayangkan bayangan Ryuunosuke yang masih
kecil, Rita tertawa.
--Karena kekuasaan ratu Ryuujiko-sama yang besar, perempuanlah yang memutuskan
segalanya di keluarga Akasaka.
Terhadap Ryuujiko-sama, Ryoma-sama hanya boleh membalasnya dengan ucapan seperti ‘ya’,
‘yes’, ‘oui’, dan ‘ja’.
--Itu artinya sama semua
semua hoi!”
Kira-kira itu bahasa Jepang, Inggris, Prancis dan Jerman.
--Dan tentu, Riko-sama,
Ranko-sama, dan Yuriko-sama yang tumbuh besar dengan melihat kedua orangtuanya
itu juga tumbuh menjadi seperti Ryuujiko-sama. Kalau ada laki-laki yang mengajak mereka makan, mereka akan menyuruhnya
untuk memesan restoran yang kira -kira membutuhkan waktu setengah tahun untuk membokingnya,
atau mengatakan hal seperti ‘Akan kutemani kalau itu restoran tiga bintang di Jerman’ untuk menguji cinta para laki-laki itu. Dengan kata lain, mereka adalah perempuan yang
memainkan perasaan lelaki dengan tampang mereka yang cantik.
--Menakutkan sekali.
“Kalau hanya itu saja, itu juga biasa kulakukan kok?”
Rita seperti biasa saja dengan semua itu. Sorata akhirnya
paham alasan kenapa Ryuunosuke kesulitan dengan Rita.
--Lalu, setiap mereka pulang dari kencan mereka, kakak-kakak Ryuunosuke akan menceritakan kesannya pada
Ryuunosuke seperti ‘Rasanya membosankan’, ‘Tidak pandai memulai percakapan’, atau ‘Lebih baik makan sendirian’, Ryuunosuke-sama mendengar itu hampir setiap malam.
--Be-begitukah?.
--Akhirnya, Ryuunosuke sama yang sudah merasakan betapa
berbahayanya perempuan itu menjadi tidak percaya dengan perempuan, dan tumbuh
menjadi seseorang yang benci dengan perempuan.
--Tapi sepertinya Yuriko-san
sangat sayang padanya?
--Tidak, hanya Yuriko-sama,
bagi Ryuujiko-sama juga,
kelahiran Ryuunosuke-sama
sebagai laki-laki adalah hal
yang sudah ditunggu-tunggu
Ryuujiko-sama, sejak kecil Ryuunosuke-sama sudah dimanjakan oleh ibunya. Riko-sama dan Ranko-sama juga begitu, setiap hari berebut untuk tidur bersama
Ryuunosuke-sama, bahkan kadang
sampai berkelahi.........
Walaupun rasanya iri, tapi
sebenarnya rasanya sangat menderita. Wajar saja rasanya jadi benci karena rasa sayang yang terlalu berlebihan.
Mungkin ini adalah salah satu
alasan kenapa Ryuunosuke mendaftar di Suiko yang mempunyai
asrama siswa.
--Jadi amanat dari cerita ini adalah ‘Kalau bersama seorang wanita yang tidak cocok dengan
diri kita, pihak laki laki akan merasakan repotnya nanti’, Sorata-sama (lol).
--Ada apa denganku?
--Karena rasanya anda sangat
memahaminya.
Rasanya Sorata tidak bisa membantahnya.
Tanpa sengaja melihat ke arah Mashiro.
“Hebat juga ya.”
Mashiro mengatakannya dengan suara yang sangat kecil.
“Jadi kondisinya seperti yang kalian dengarkan tadi.”
Suaranya berasal dari arah pintu. Ryuunosuke yang menyandar didinding
itu terlihat sangat lemah.
Sudah paham dengan disituasinya. Tapi rasanya kalau
hanya bertemu dengan kakak sekali saja juga bukannya sulit.
“Sepertinya giliranku sudah tiba.”
Rita berjalan ke arah Ryuunosuke dan menunjukkan senyuman yang
menandakan kemenangan. Ryuunosuke mundur beberapa langkah karenanya.
“Ryuunosuke, berlatihlah denganku untuk menyembuhkan dirimu yang benci dengan perempuan.”
Rita yang berkata begitu matanya terlihat sangat bersinar. Seperti ingin berkata ‘Inilah yang kutunggu selama ini’.
“Kenapa aku harus melakukan itu.”
“Apa tidak masalah kalau tidak membuat game bersama Sorata?”
“........uh.”
Ryuunosuke hanya bisa terdiam.
“Apa tidak masalah kehilangan kesempatan lagi untuk
saling bekerja sama?”
“Itu...........”
“Mungkin saja tidak akan ada kesempatan lagi loh?”
Rita ternyata jahat juga.
“.............”
Ryuunosuke mulai berpikir dengan menunjukkan ekspresi yang tidak senang. Walaupun ia tidak ingin memilih, tapi ia harus
membuat pilihannya.
“Atau, aku..........”
Awalnya Sorata ingin bilang membawannya ke tempat kakaknya, tapi ia
berhenti karena tatapan Rita yang tajam itu.
Tatapanya seolah memberitahu untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak perlu.
“Tidak, tidak ada.”
Mungkin sekarang lebih baik membantu Rita.
Bagaimanapun sudah berusaha.......tidak ada yang lebih penting lagi
dibandingkan dengan menyembuhkan Ryuunosuke dari sikapnya yang membenci
perempuan itu. Mungkin nanti juga akan ada kemungkinan perempuan yang bergabung
dengan tim.
“Hanya aku loh? Perempuan yang membantu Ryuunosuke.”
“..........aku tahu.”
Sorata dengan kecewa menjawab.
“Apa?”
Rita menaruh tangannya disamping telingannya, seolah tidak mendengar
Sorata.
“Aku tahu.”
Sorata mengatakannya.
Rita tersenyum dengan bahagia.
“Dengan kesempatan ini, akan kulakukan semua hal yang aku
inginkan dengan Ryuunosuke.”
Sepertinya ada niat yang tidak baik.
Tapi biar Rita yang mengurusnya
saja.
Sorata yang sekarang ini pikirannya sedang tidak tenang.
Setelah makan malam, menyerahkan
masalah Ryuunosuke pada Rita, Sorata kembali lanjut dalam pembuatan gamenya.
Memasukkan musik yang sudah dibuat Iori.
Dengan begitu, dari delapan bagian yang ada, sudah ada dua bagian yang bisa dimainkan. Setiap bagian terdiri
dari tiga tingkatan. Yang pertama itu untuk pemula, dan
untuk bermain santai, lalu yang kedua, akan sulit tembus kalau tidak
menggunakan jurus spesial, lalu yang terakhir adalah melawan boss dengan
mempelajari dua tingkatan sebelumnya.
Walaupun pembuatan boss nya masih jelek, tapi berkat mesin game yang Ryuunosuke siapkan, Sorata
bisa membuat beberapa hal yang menyenangkan. Membuat, mencoba bermain, dan
memperbaikinya bila jelek.
“Ah~”
Pekerjaannya selesai sementara, Sorata merasa sangat lelah.
Melihat ke jam, sudah jam 11.
“Ah, sudah malam juga ya............”
Sambil menguap dan meregangkan tubuhnya, dunia terasa terbalik. Didunia
yang terbalik ini, diatas kasur.......ada sebuah paket, itu adalah paket Kanna
yang diberikan Misaki tadi kepada Sorata.
“Wah, lupa.”
Sorata berdiri. Akan celaka kalau ini merupakan paket yang penting,
sebaiknya berikannya pada hari ini. Sorata mengambil paketnya dan keluar dari
kamar.
Naik ke lantai dua, berhenti didepan kamar
no.201.
“Hn?”
Dari celah pintunya tidak terlihat cahaya. Lampunya mati.
“Apa sudah tidur ya.........”
Bagaimanapun rasanya tidak enak kalau membangunkannya, Sorata menyerah
dan turun.
Sebelum kembali ke kamar, Sorata memastikan
pintu Sakurasou sudah terkunci atau belum. Sudah terkunci, tapi tiba-tiba, rasanya sedikit aneh.
“............”
Tidak ada sepatu Kanna. Didalam rak sepatu juga tidak.
“Hn? Jangan-jangan belum pulang?”
“Rasanya menjijikkan kalau kau berbisik-bisik sendirian? Apa otakmu rusak?”
Yang keluar dari ruang makan itu adalah Chihiro yang sedang meminum
birnya itu.
“Sepertinya Kanna belum pulang.”
“...........duh.”
Chihiro sedikit panik.
“Kanda, telepon dia.”
“Baik.”
Sorata berpikir kenapa harus dirinya, tapi tidak penting, sekarang
telepon dulu.
Disaat ingin balik ke kamar untuk menelepon, pintu Sakurasou malah
terbuka. Sorata terhenti dan bertatap muka dengan Kanna yang baru balik.
“Selamat datang.”
“Ah, itu........maaf karena pulang malam.”
Dari tatapan Kanna sepertinya ia merasa bersalah.
”Kalau sadar, jangan ulangi lagi. Setidaknya beri kabar,
kalau tidak nanti Kanda khawatir.”
Setelah mengatakan itu, Chihiro pun kembali ke ruangannya.
“Sepertinya malam ini akan lebih dingin~”
Sebelum pergi, Chihiro mengatakan itu. Kalau merasa begitu, kenapa dia
masih saja minum bir dingin, apa ini cara pikir orang dewasa.
Tersisa Sorata dan Kanna.
“Itu...........maaf membuat khawatir.”
“Apa rapat yang berkaitan dengan novel?”
“Eh? Ah........ya, betul.”
Rasanya seperti dirinya sedang berbohong. Tapi, setelah merasakan
tatapan Kanna yang tidak ingin ditanya, Sorata tidak melanjutkannya.
“Ini, ini adalah paket Kanna.”
Memberikan paket yang ada ditangannya.
“Terima kasih........”
Setelah menerima paket dari Sorata, Kanna langsung kabur ke lantai dua.
Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru, lalu terdengar suara pintu kamar tertutup.
Ia sedang menghindari Sorata, jelas-jelas karena kejadian tadi pagi.
Penjelasannya besok saja.
Berdiri disini juga tidak ada gunanya, Sorata kembali ke kamarnya.
Setelah sampai didepan pintu kamar, pintu kamar mandi terbuka.
Yang keluar itu adalah Mashiro. Sudah mengenakan piyamanya. Dilihat dari rambutnya yang sudah rapi itu, mungkin ia tadi mandi dengan Rita. Sepertinya masih ada orang dikamar mandi, terdengar suara pengering rambut.
“Apa mandinya nyaman?”
“Nyaman.”
“Baguslah.”
Setelah percakapan yang pendek itu, Sorata pun kembali ke kamarnya.
Entah kenapa Mashiro juga ikut masuk.
“Sorata, aku sudah memutuskannya.”
“Baik, apa yang kau putuskan?”
Rasanya ini sebuah pertanda yang buruk.
“Mulai hari ini akan tidur disini."
Yang Mashiro tunjuk itu adalah
kasur Sorata. Sekarang ada sepuluh ekor kucing diatasnya. Entah
apakah para kucing mengerti dengan yang dimaksud Mashiro, mereka mengangkat
kepala mereka. Salah satu diantara mereka.......si kucing putih Hikari lompat
dari kasur dan datang ke arah Mashiro.
“...........jadi mulai dari
sekarang kau meminta untuk tidur disini?”
“Sudah kuminta.”
“Apa!?”
“Tinggal bersama.”
“Ini tidak dihitung tinggal bersama.”
“Satu kasur satu bantal?”
“Seperti itu! Tidak! Ada apa denganmu!”
“Hanya tidur bersama.”
“Huh?”
“Tidak H.”
“Biarpun begitu, itu cukup untuk menghancurkan mentalku,
bagaimana menurutmu?”
“Tidak membiarkanmu H.”
Kalau terus begitu Sorata akan
kalah.
“Itu, Mashiro-san. Ini adalah asrama siswa.
Kehidupan dimana seorang laki-laki dan seorang perempuan tidur bersama setiap hari itu
tidak dibolehkan!”
“Tidak apa. Akan kita dapatkan persetujuannya dari rapat
Sakurasou nanti.”
“Tolong jangan begitu! Akan diprotes habis habisan nanti!”
Hanya dengan kejadian tadi pagi rasanya sudah merepotkan
sekali.
“Kalau begitu dengan menyenangkan sudah diputuskan.”
Tatapan Mashiro sudah mengunci
ke arah kasur.
“Mana mungkin diputuskan begitu!”
“Apa Sorata benci bersama denganku?”
“Tidak benci!”
Itu adalah kehidupan yang
diimpikan Sorata. Entah akan sesenang apa nanti. Hanya, Sorata masih ingin
menjaga sikapnya sebagai seorang siswa. Walaupun ini adalah Sakurasou yang bisa
saja terjadi apapun, tapi tetap saja ada batas yang tidak boleh dilewati.
“Muh.”
Mashiro jadi tidak senang dan
melirik ke arah Sorata.
“Padahal Sorata itu hangat dan nyaman.”
“Walaupun aku setuju terhadap ini tapi tolong sadar diri!”
“Tidak mungkin.”
“Mengapa!”
“Karena aku tidak normal.”
“Jangan pasrah begitu!”
“Pasangan suami istri lagi bertengkar ya.”
Rita yang baru selesai mandi
itu mengintip ke dalam kamar Sorata dan tersenyum nakal.
Pokoknya ini hari pertama,
dimulai dari bertukar posisi saat makan. Dari dulu sampai sekarang, posisi
makan selalu dimulai dari Chihiro, Kanna, Iori, Ryuunosuke, Sorata, Mashiro,
dan Rita, tapi mulai dari makan malam hari ini, Rita masuk diantara Iori dan Ryuunosuke. Dengan menggunakan
alasan latihan ia menyuap Ryuunosuke makan, semua ini sangat mengganggu
Ryuunosuke.
Ryuunosuke sempat mengirim
pesan saat jam sembilan tadi, isinya ‘Aku ingin tidur’. Sepertinya ia sangat lelah. Kasihan
sekali.
“Huft, Kanna. Ada apa cari Sorata?’
Rita yang berdiri didepan
pintu kamar memanggil Kanna. Kanna masih menggunakan seragam. Dengan tatapan
yang dingin ia melihat ke Sorata,
Mashiro, dan Rita.
“Ka-kami tidak melakukan apapun!”
“Aku belum mengatakan apapun.”
Kanna tetap tenang.
“A-ada apa?”
Sebaiknya mengalihkan topik
dulu daripada menggali kuburan sendiri.
“Rasanya harus menunjukkan ini padamu.”
Kanna yang masuk ke dalam
kamar memberi sebuah majalah. Walaupun Sorata tidak pernah melihatnyaa tapi ini
adalah majalah yang sering mengenalkan novel dan komik yang terkenal.
“Ini adalah isi dari paket yang Sorata sempat berikan
tadi. Bulan lalu sempat wawancara untuk karya baru, jadi dikirimlah
ini............”
“Heh, hebat ya.”
Membolak balik halamannya.
Nama pena Kanna 'Yuhama Kanna’ terlihat ditengah majalah. Tidak ada foto, hanya tulisan
yang berisi dua paragraf.
Mashiro dan Rita menjepit
Sorata ditengah dan ikut melihatnya.
“Bukan. Bukan wawancaraku.......”
“Are?”
“Yang lebih depan lagi...........”
Kanna mengulurkan tangannya
dan menunjukkan halamannya.
“Ah.”
“Ini.”
Sorata dan Rita sangat
terkejut.
Ini wajar saja, yang terlihat
adalah komik yang tidak asing. Itu adalah komik yang digambar Mashiro.
Dipuji pada bagian ‘Yang direkomendasikan bulan ini’. Berisi kesan dan pesan
para penulis, dan penilaian dari berbagai sudut pandang.
Kesimpulannya, gambarnya
sangat bagus, sudah profesional, hanya saja perlu menahan bosan pada awal
ceritanya, tapi seiring berjalannnya serialisasi, hubungan antar karakter
terasa semakin seru, gambar juga semakin bagus, rasanya tidak bisa berhenti
saat membaca komik ini........tertulis begitu.
Dan yang dipuji adalah chapter
beberapa bulan ini.
Lalu ada karya lain juga yang
dipuji dan tentang deskripsi Mashiro.
---seorang komikus yang
merupakan siswi SMA sekaligus seorang pelukis jenius.
Ada tulisan seperti itu.
“Walaupun kau mungkin tahu, tapi majalah mempunyai pengaruh
yang sangat besar. Terutama pada bagian ‘Yang direkomendasikan bulan ini’."
“Begitukah.”
“..........Ya. Novelku juga menjadi semakin laris setelah
dipromosikan majalah ini.”
“Begitukah.......apa
kau tahu Shiina?”
Mashiro menganggukkan
kepalanya.
“Ayano bilang komiknya dipromosikan oleh sebuah majalah. Mungkin maksudnya ini.”
“Shiina-senpai, bisa saja kali ini kau akan menarik perhatian
banyak orang sebagai seorang komikus.”
Tatapan Kanna sangat serius.
Sepertinya memang begitu.
Tapi Sorata tidak merasakan
apapun.
Paling merasa hebat sekali.
Hanya merasa senang karena Mashiro melangkah semakin
dekat ke impiannya.
Jadi, Sorata yang sekarang
tidak sadar dengan kata kata Kanna yang tadi, dan menarik kenyataan yang
semakin pahit.
4 Comments
menunggu ch selanjutnya semakin seru wkwkwk
BalasHapusMantap
BalasHapusYo!
BalasHapusSbnrnya jadi kayak ada 2 jalan cerita. cerita sorata x mashiro & ryuunosuke x rita. seru karakter sampingannya gk cmn jadi pajangan doang. ada ceritanya masing2.
BalasHapussejauh ini yng mancing2 bwt aneh2 ya mashiro. bkn dari soratanya
Posting Komentar