SHIA, PERTARUNGAN TERBESARNYA SEUMUR HIDUP
(Translater : Hikari)
ZUGANn! DOGHAI BUAKH BUAKH
BUAKH! DHUASH!
Suara
kehancuran yang memekakkan telinga dapat terdengar di dalam Lautan Pohon.
Beberapa pohon dapat disaksikan terbelah menjadi dua. Terdapat beberapa lubang
terpencar di sana sini yang bisa terlihat di permukaan tanah seakan meteor
jatuh di situ. Lebih jauh lagi, beberapa pohon terbakar sementara beberapa yang
lain membeku.
Penyebab
dari kerusakan semacam itu terhadap alam adalah dua orang gadis. Bahkan saat
ini, kehancuran masih berlanjut.
"Hiyaaaaaa
(Terima ini)‼"
Sebatang
pohon dengan diameter satu meter ditembakkan bersamaan dengan suara seruan yang
memekakkan telinga. Pohon itu terbelah di tengah dan terbang menuju target
dengan kecepatan tinggi. Dengan massa dan kecepatan yang jelas. Kekuatan
penghancur yang brutal diberikan pada pohon yang cukup biasa, membawa
kehancuran di jalurnya.
"…
…"Scarlet Spear""
Itu
adalah sebuah tombak api yang membakar target dan segala sesuatu di hadapannya
menjadi abu. Bahkan objek dengan massa yang sangat besar pun akan terbakar
begitu tersentuh. Tombak itu menghantam balok kayu tersebut seperti sebuah
meriam dan mengubahnya menjadi abu yang melayang di udara.
"Belum!"
Gelombang
kejut yang dihasilkan oleh benturan antara "Scarlet Spear" dan batang
kayu, membuyarkan kabut, dan di sisi lain kabut, sebuah siluet seseorang yang
sedang berlari dapat terlihat. Segera, sebatang gelondong kayu jatuh dari
langit seperti sebuah meteor dan menghujam tanah dengan suara menggelegar.
Melangkah mundur, targetnya meloloskan diri dari jangkauan gelombang kejut
kemudian tombak api kembali dilepaskan.
Akan
tetapi, siluet tersebut bergegas keluar dari dalam kabut dengan kecepatan
tinggi dan kemudian sebuah tendangan terbang yang kuat menyerang batang kayu
tersebut yang menghujam tanah. Tidak diketahui dari mana kekuatan itu berasal
tapi batang kayu yang menerima tendangan itu meledak hancur, dan dari benda itu
muncul serpihan-serpihan yang melesat pada target.
"kh!
"Fire Castle""
Tiba-tiba,
sebuah dinding api yang dapat disebut sebagai benteng muncul menahan tembakan
hasil improvisasi itu yang terbang mendekatinya, tidak satu pun tembakan itu
mencapai si target.
Akan
tetapi…
"Kena
kauu!"
"Kh!"
Pada
saat itu, siluet tersebut telah bergerak ke belakangnya. Setelah menembakkan
tembakan improvisasi yang bertindak sebagai pengalihan yang bagus, dia sekali
lagi menyelinap ke dalam kabut. Tangannya menggenggam palu yang dapat dikatakan
kelas sangat berat. Segera, sebuah hembusan angin yang sangat kuat muncul.
""Wind
Wall""
Dampak
luar biasa dari Sledge Hammer menghantam tanah dan menghancurkannya. Akibatnya,
bebatuan melesat dan menyebar ke segala arah. Akan tetapi, targetnya dapat
menghalangi serangan hebat ini, dan memencarkannya dengan hembusan angin dari
dinding angin karena itu segera mundur ke area aman. Sebagai tambahan, setelah
mengaktifkan skill ini, target menembakkan sihir lain tanpa ampun pada pihak
lawannya yang kalah telak setelah skill yang kaku itu.
""Frozen
Coffin"."
"Fue! W-wa~!"
Saat
menyadari sihir dari targetnya, dia mati-matian menjerit supaya itu dihentikan,
tapi tidak perlu mendengar hal itu, karena aturan tidak-perlu-bicara
diberlakukan. Si penyerang mencoba menjauh dari lokasinya tapi sihir es itu
dalam sekejap mulai membekukan kakinya… …dan berakhir dengan seluruh tubuhnya
berubah menjadi sebongkah es, kecuali kepalanya.
"Di-dingin~,
tolong lepaskan~, Yue-sa~n"
"…
…Kemenanganku."
Itu
benar, dua orang yang terus bertarung tanpa berdiskusi apapun adalah Yue dan
Shia. Hari ini adalah awal dari pelatihan sepuluh hari, sebuah uji coba
pertarungan sebagai tes akhir. Aturannya adalah Shia menang jika bisa melukai
Yue meskipun sedikit. Hasilnya… …
"Uu~,
itu~, eh, itu! Pipi Yue-san! Ada goresan! Sebuah goresan! Seranganku kena!
Ahaha~, aku berhasil! Aku menang!"
Memang,
ada sebuah goresan kecil di pipi Yue. Mungkin itu berasal dari potongan
serpihan batu yang menembus pertahanan Yue. Meskipun itu benar-benar sebuah
goresan kecil, sebuah luka adalah luka. Ini adalah kemenangan Shia. Setelah
menunjuk hal itu, wajah Shia terlihat luar biasa gembira karenanya. Dia
menyunggingkan seulas senyum lebar, meskipun tubuhnya kedinginan dan hidungnya
ingusan. Telinga kelincinya menyentak senang. Tidak heran, ada sebuah janji
penting yang dia buat dengan Yue dalam kelulusan pelatihan ini bagaimanapun
juga.
Juga,
bagi Yue, janji itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Karena itu,
"…
…tidak ada luka."
Adalah
hal yang bagus bahwa luka itu menghilang dengan segera karena "Auto
Regen". Dia dengan wajah cemberut menolehkan kepalanya dengan 'hmpf'.
"W-wa!?
Tidak adil! Memang ada goresan… …tidak, meskipun tidak ada apa-apa sekarang!
Tadi memang ada! Kecurangan yang kejam! Karena aku sudah mengatakannya, tolong
lepaskan sihir ini~. Rasanya dingin sejak tadi… …huh, entah kenapa aku jadi
mengantuk…"
Karena
kedinginan dan hidung yang berair, Shia mulai mengantuk. Kau akan mati kalau
tidur! Itulah situasinya saat ini. Yue, yang mengintip keadaan tersebut,
menghela napas dalam-dalam sambil berpikir 'ini tidak boleh dilanjutkan' dalam
hatinya dan melepaskan sihirnya.
"Hachii-! Hachi! Auu, dingin seka~li. Aku
hampir menjadi seekor kelinci yang tidak bisa kembali (untuk hidup)."
Setelah
bersin-bersin dengan imut, dia menutupi hidungnya dengan daun terdekat. Shia
kemudian memandangi Yue dengan tatapan serius. Yue memperlihatkan ekpsresi
tidak senang karena tatapan itu. Wajah tanpa ekspresinya runtuh karena ekspresi
tidak senang tersebut.
"Yue-san.
Aku menang."
"…
… … …Nn."
"Ini
adalah janji, 'kan?"
"…
… … … … … Nn."
"Kalau
aku bisa menang setidaknya sekali dalam sepuluh hari… …Aku akan diajak untuk
ikut dalam perjalanan Hajime-san dan Yue-san, 'kan?"
"…
… … … … … … … Nn."
"Setidaknya,
kau akan membantuku meyakinkan Hajime-san, 'kan?"
"…
… … … … … … … Sarapan hari ini, apa?"
"Tungguuuu!
Apa-apaan perubahan topik pembicaraan yang mendadak ini! Terlebih lagi, itu
ringan! Yue-san, bukannya kau tidak ada masalah selama ada darah Hajime-san!
Untuk apa bertanya tentang sarapan! Jadilah sekutuku! Kalau aku memiliki
Yue-san sebagai seorang sekutu, itu sudah pasti 90% OK."
Shia
membuat keributan gya-gya. Yue
menatap ekspresi yang muncul dari dalam hatinya itu.
Seperti
yang Shia katakan, Yue telah berjanji padanya. Hanya saja, Yue berkata pada
Shia, hanya jika dia bisa melukainya dalam uji coba pertarungan, bahkan luka
kecil sekalipun dalam sepuluh hari. Jika dia berhasil, Yue harus mengakui dan
mengizinkan Shia untuk melakukan perjalanan dengan dia dan Hajime. Juga, Yue
harus membantu Shia membujuk Hajime saat Shia meminta pada pemuda itu.
Shia
serius ingin ikut bersama Hajime dan Yue. Setengahnya karena dia tidak ingin
menjadi beban bagi keluarganya, sementara yang setengah lagi hanya karena dia
ingin bersama-sama dengan Hajime dan Yue dan menjadi akrab dengan mereka
berdua.
Akan
tetapi, keinginannya ditolak mentah-mentah. Bahkan hal tersebut dapat terlihat
dari sikap Hajime dan Yue. Pada saat itu, yang Shia pikirkan adalah janji yang
sebelumnya.
Di
mata Shia, Hajime entah bagaimana memanjakan Yue dengan memenuhi semua
harapannya. Di atas semuanya itu, Shia adalah seorang wanita. Dia memahami
perasaan Yue terhadap Hajime. Sudah jelas itu karena dia pun memiliki perasaan
yang sama. Jadi, kebalikannya pun juga benar. Yue juga mengerti perasaan Shia.
Karena itulah, pertama-tama adalah hal yang penting untuk membuat Yue mengakui
keberadaan Shia Haulia.
Bukan
berarti Shia ingin merebut Hajime dari Yue. Dia sama sekali tidak memikirkan
hal itu. Yang dia inginkan dari Hajime adalah pengakuan atas keberadaannya sama
seperti halnya Yue, meskipun sedikit. Itu mungkin karena pengaruh dari dunia
ini yang membuat mereka "sama". Dengan kata lain, dia hanya ingin
"berteman" dengan mereka. Jadi akan ada seseorang yang dia cintai dan
seorang teman yang juga mencintai orang tersebut di sisinya. Masa depan semacam
itulah yang Shia impikan.
Di
sisi lain, tentang kenapa Yue bertukar janji seperti itu dengan Shia, meskipun
tidak ada keuntungan bagi Yue, 20%-nya adalah karena dia merasa bersimpati
dengannya. Saat dia mendengar kisah Shia untuk pertama kalinya di dalam Ngarai
Besar Raisen, sekalipun muncul perasaan rumit karena keadaannya yang lebih baik
daripada dirinya sendiri, entah di mana di suatu tempat dalam hatinya dia tidak
bisa menolak perasaan bahwa mereka itu "sama". Karena dia menganggap
bahwa gadis itu adalah seorang rekan meskipun hanya sedikit, dia
"memanjakan" Shia.
80%-nya
lagi adalah… …sifat keras kepala wanita. Yue dapat memegang janji Shia. Itu
adalah,
"Tolong
lihatlah sendiri apakah aku hanya akan menjadi beban. Sekalipun mustahil, tolong
sadari bahwa aku mampu untuk berada di sisi Hajime."
Itu
adalah sebuah tantangan untuk memperebutkan pria yang dia cintai. Dia tidak
mengira wanita semacam itu akan ada di dekatnya. Akan tetapi, saat dia berpikir
bahwa Shia yang "sama" dengannya sebagai lawan, bersamaan dengan
sosok Shia yang antusias dan konsentrasi yang luar biasa, jauh di dalam hatinya
dia berpikir bahwa mustahil untuk tetap diam.
Hasilnya,
pertandingan janji itu dimenangkan oleh Shia.
"…
…haa. Aku mengerti. Aku akan mempertahankan janji itu…"
"Benarkah!?
Seperti yang kuduga, ti~dak perlu berhenti~! Tolong pertahankan dengan
baik!"
"…
… … … … … … …Nn."
"Entah
kenapa, kurasa ada waktu jeda yang aneh… Apa kau benar-benar akan
melakukannya?"
"…
…keras kepala."
Dengan
enggan, be~nar-benar dengan perasaan enggan, Yue mengakui kemenangan Shia. Shia
merasa sedikit gelisah dengan jawaban Yue tapi mengabaikannya dan melanjutkan
dengan ekspresi lega dan gembira karena dia tahu bahwa Yue sama dengan Hajime
dalam fakta bahwa dia tidak akan mengingkari janjinya.
Perlahan,
pelatihan suku Haulia oleh Hajime menuju akhirnya. Yue yang murung dan Shia
yang riang kembali pada Hajime dan yang lainnya.
* * *
Saat
Yue dan Shia tiba di tempat Hajime berada, Hajime sedang menutup mata dan
bersedekap sambil bersandar di pohon terdekat.
Mungkin
karena dia menyadari keberadaan kedua orang itu, Hajime perlahan membuka
matanya dan menoleh kepada mereka. Sambil dengan ragu-ragu melihat mereka
berdua yang ekspresinya bertolak belakang, dia mengangkat sebelah tangannya dan
memanggil mereka.
"Yō,
kalian berdua. Pertandingannya sudah selesai?"
Hajime
mendengar bahwa ada sebuah taruhan di antara kedua orang itu dalam
pertandingan. Hajime-lah yang mempersiapkan Sledgehammer ekstra berat Shia.
Shia, yang dengan ekspresi penuh tekad ingin mengalahkan Yue dan meminta
senjata baru padanya, masih segar dalama ingatannya, karena Yue sendiri tidak
menolaknya. Meskipun isi dari taruhan itu tidak diketahui dan mereka juga tidak
akan mengatakan padanya, juga itu tidak akan menjadi keadaan yang merugikan
bagi Yue, dia membuatkannya.
Sebenarnya
Hajime berpikir kalau Yue dan Shia bertarung,
8-9 dari 10 kemungkinan akan berakhir dengan kemenangan Yue. Dia sudah
memahami kemampuan Yue di Jurang. Tidak peduli apakah Shia dapat menggunakan sihir
secara langsung, dia yang terbenam dalam kehidupan damai sampai saat ini,
berbeda dari mereka.
Akan
tetapi, dari ekspresi mereka, Hajime dalam hatinya terkejut bahwa perkiraannya
runtuh. Shia dengan girangnya berbicara dengan Hajime.
"Hajime-san!
Hajime-san! Tolong dengarkan aku! Aku, akhirnya bisa menang melawan Yue! Ini
kemenangan besar! Yah~ aku ingin menunjukkannya pada Hajime-san~, kemenanganku
yang luar biasa! Saat-saat Yue-san mengakui keka—hebu!?"
Shia
mencoba menjelaskan bagaimana pertandingan mereka berakhir dengan gerakan
tubuh. Tapi karena dia terlalu terbawa suasana, tamparan melompat Yue datang
dan dengan sebuah suara "duashh",
dia terhempas dan menghantam tanah sambil berputar. Tamparan itu begitu kuat
sampai dia hanya bisa mengejang-ngejang tanpa tanda-tanda akan bangun.
Yue
berbalik sambil mendengus kesal, kemudian Hajime bertanya padanya dengan seulas
senyum simpul.
"Nah?
Apa yang terjadi?"
Daripada
hasil pertarungan, Hajime menanyakan isi pertarungan. Sejujurnya, kenyataan
bahwa Yue dikalahkan bukanlah sesuatu yang bisa dia percayai dengan mudah.
Tidak peduli bagaimana dia melihat Yue dan Shia, tanpa mengetahui apa yang
telah terjadi, dia hanya bisa berpikir bahwa itu sebuah kebohongan.
Yue
yang memancarkan aura tidak ingin membicarakan itu namun tidak ingin
menyembunyikannya, dengan enggan menjawab pertanyaan Hajime.
"…
…kecocokan sihirnya stabil seperti Hajime."
"Itu
bagus, atau malah harta karun yang sia-sia… …kalau begitu? Tidak hanya itu,
'kan? Sampai terganggu oleh sebuah Sledgehammer sejauh itu…"
"…
…nn, dia spesialisasi dalam penguatan tubuh. Sejujurnya, itu berada di
tingkatan monster."
"…
..hee. Apa itu dibandingkan dengan kita?"
Hajime
menyipitkan mata terhadap evaluasi Yue. Sejujurnya, hasil evaluasi setinggi itu
lebih dari yang dia bayangkan. Anehnya, wajah tanpa ekspresi gadis itu berubah
menjadi kegetiran saat membicarakan hal tersebut, inilah yang pemuda itu
sadari. Yue dapat terlihat sedang memikirkan bagaimana caranya menjawab
pertanyaan Hajime, dan kemudian dia membalas sambil menatap mata laki-laki itu.
"…
…dibandingkan dengan Hajime… …sekitar 60%."
"Yang
serius… … itu tingkat maksimalnya"?
"Nn…
…tapi, ada ruang untuk peningkatan, mungkin."
"Ooo.
Itu memang di tingkat monster."
Hajime
diam-diam terkejut mendengarkan cerita Yue mengenai kekuatan-seperti-monster
Shia, kemudian dia menatap Shia tanpa berkata apapun. Kalau dikatakan sekitar
60% dari Hajime tanpa pengutan apapun, status Shia yang diperkuat seharusnya
sekitar 6000. Itu sekitar dua kali lipat dari pahlawan yang benar-benar
diperkuat. Benar-benar sebuah kekuatan yang pantas dianggap sebagai
"tingkatan monster". Bisa dibilang gadis itu mampu mencapai Yue.
Benar-benar hal yang tidak bisa dibayangkan dari penampilannya yang biasa
terisak-isak dan merengek.
Shia
menyadari pandangan setengah-terperangah setengah-kagum. Dia dengan girangnya
berdiri, kemudian berjalan mendekati Hajime dengan ekspresi serius sambil
mati-matian mengendalikan pikirannya yang terburu-buru. Menegakkan postur
tubuhnya, rambut kelabu kebiru-biruannya berkibar dan telinga kelincinya
berdiri tegak. Mulai sekarang dia akan mengungkapkan permintaannya sekali
seumur hidup. Yah… …itu juga bisa dibilang sebuah pengakuan. Tubuhnya gemetar
karena gugup, meskipun ekspresinya kaku, ada semangat tak tergoyahkan di
matanya. Selangkah demi selangkah, gadis itu bergerak maju. Akhirnya, dia
dengan mantap menyamakan tatapannya dengan Hajime, kemudian mengucapkan
keinginannya.
"Hajime-san.
Tolong bawa aku serta dalam perjalananmu. Kumohon!"
"Aku
menolak."
"Jawaban
cepat!?"
Shia
yang tidak mengira akan ditolak karena suasana saat ini, membuka matanya
lebar-lebar terlihat keheranan. "Apa yang dia katakan dengan
tiba-tiba?" adalah hal yang dapat terlihat dari mata Hajime saat dia
melihat Shia seakan sedang melihat orang yang tidak tahu malu.
Shia
pun naik pitam. Tidak masalah berjuang sedikit lagi! Sesuatu semacam itu.
"Ke-kejamnya,
Hajime-san. Padahal tahu kalau aku serius menanyakan itu, tapi dengan
mudahnya…"
"Yah,
sekalipun aku tidak ingin tahu meskipun kau mengatakannya. Pertama-tama,
bagaimana dengan Kam dan yang lainnya? Jangan bilang kau tidak mencoba untuk
mengajak mereka, benar?"
"I-itu
salah! Ini adalah kisahku sendiri barusan! Aku sudah berbicara sebelumnya
dengan ayah dan yang lainnya. Meskipun mereka sepertinya tidak berpikir kalau
aku ini adalah beban… …itu… …"
"Itu?
Apa itu?"
Entah
kenapa Shia mulai terlihat malu-malu. Sambil mencuri-curi pandang pada Hajime
dan memain-mainkan jarinya sendiri. Bahasa tubuh yang licik dan cerdik. Hajime
menatapi Shia dengan curiga.
Si
samping mereka, Yue terlihat jengkel sambil memandangi Shia.
"Itu…
…A, aku hanya ingin mengikuti apa yang kupikirkan…"
"Haa?
Apa yang sedang kau coba ikuti? Kalau sekarang, kau tidak akan menjadi beban
bagi sukumu, 'kan? Kalau kau punya kekuatan itu, maka secara umum seharusnya
tidak ada seorang pun yang tidak bisa kau kalahkan."
"…
…"
Shia
yang malu-malu mencoba menjawab, membuat Hajime mencapai batas kesabarannya.
Pemuda itu kemudian menarik keluar Donner. Tidak diketahui apakah gadis itu
menyadarinya, tapi Shia berseru "Keberanian wanita!" dalam pikirannya
kemudian menyuarakan keinginan terdalamnya.
"Aku
ingin berada di sisi Hajime-san! Aku mencintaimu!"
"…
…Ha?"
Aku
sudah mengatakannya, sekarang aku hanya perlu menggigitnya! Itulah yang Shia
pikirkan dengan panik. Di hadapannya, Hajime terlihat kebingungan seakan-akan
dia adalah seekor merpati yang memakan sebutir peluru karet. Tepat seperti
itulah penampilan seseorang yang tidak paham apa yang telah terjadi. Akan
tetapi, setelah beberapa saat, seakan makna perkataan itu akhirnya tersampaikan
ke otaknya, dia secara insting keceplosan menukasnya.
"Tidaktidaktidak,
bukannya itu aneh? Kapan dan di mana aku memicunya? Meskipun aku tidak bisa
mengatakannya dengan bangga, kupikir aku telah memperlakukanmu dengan kasar…
…jangan bilang, kau tertarik karena hal itu?"
Shia
tidak pernah menyangka pemuda tersebut akan menganggapnya seperti itu dan mulai
mundur selangkah menjauh dari Hajime dengan rasa menyesal. Kemudian Shia
memprotes keras.
"Siapa
yang mesum! Aku tidak punya hobi semacam itu! Malahan, kalau kau sadar kalau
aku diperlakukan kasar, kenapa kau tidak bisa lebih baik lagi…"
"Yah,
tidak ada perlunya untukku bersikap lebih baik lagi padamu… …pertama-tama, apa
kau serius jatuh cinta padaku? Bukankah kau hanya tergoda dengan keadaan?"
Alasan
kenapa Hajime tidak mempercayai niat baik Shia adalah karena dia berpikir itu
hanyalah semacam perasaan yang muncul akibat kesalahpahaman setelah mengalami
peristiwa yang menakutkan (TL : versi rawnya : Suspension Bridge Effect). Itu bukanlah hal yang mengejutkan karena
semua orang dapat melihat sikap Hajime terhadap Shia itu kasar di segala aspek.
Akan tetapi, Shia yang perasaannya diragukan sangat tidak senang.
"Ini
sama sekali tidak ada hubungannya dengan keadaan. Tidak peduli berapa kalipun
kau menyelamatkanku dari kesulitan, pikiranku tidak akan berubah… …meskipun aku
merasa senang sekali saat kau memenuhi janjimu di depan para Tetua… …itu
mungkin mempengaruhiku, tapi perasaan ini sudah terlahir, jadi tidak ada yang
bisa kulakukan tentang hal ini. Bahkan terkadang aku memikirkannya. Sesuatu
seperti "kenapa orang ini". Hajime-san bahkan sampai saat ini tidak
pernah memanggil namaku, terkadang itu tiba-tiba menyadarkanku dan rasanya
sakit. Seperti seorang iblis, hanya menjawab apa yang diperlukanselalu
melemparkan diri sendiri ke dalam kerumunan demonic beast, tidak kenal ampun.
Sama seperti iblis, tidak pernah bersikap baik padaku, hanya menyayangi
Yue-san. Sama seperti iblis… …huh? Yang benar saja, kenapa aku jatuh cinta
padamu? Huh~?"
Sementara
bicara, Shia mulai meragukan perasaannya sendiri. Shia memiringkan kepalanya
dan pembuluh darah Hajime telah menonjol keluar di kepalanya, sambil
mati-matian menahan diri untuk menarik keluar Donner secara tidak sengaja saat
mendengarkan jawaban gadis itu.
"Ba-bagaimanapun.
Aku tidak bisa membiarkanmu ikut tidak peduli apa yang kau rasakan."
"Itu!
Itu hanya bercanda. Aku benar-benar mencintaimu jadi tolong bawalah aku!"
"Kau
tahu, perasaanmu itu… …yah, sekalipun itu benar, tidakkah kau mengerti bahwa
aku sudah punya Yue? Malahan, bisa melakukan pengakuan semacam itu di depannya…
…bahkan aku memikirkannya beberapa saat yang lalu, senjatamu yang pertama
adalah penguatan tubuh, tapi bukan hanya itu, 'kan? Kurasa hatimu terbuat dari
Azanthium sepenuhnya."
"Memangnya
siapa yang hatinya terbuat dari bijih logam terkuat! Uu~, ternyata memang jadi
seperti ini… …ee, aku mengerti. Segala sesuatu tentang Hajime-san itu sulit
seperti yang kupikirkan."
Mendadak,
Shia tertawa "fufufu" dengan anehnya sambil menoleh ke arah Hajime.
"Karena
aku sudah berpikir ini mungkin terjadi!
Aku mendapatkan seorang sekutu dengan mempertaruhkan nyawa! Sekarang,
Yue-sensei! Tolong bantu aku!"
"Ha?
Yue?"
Hajime
mengerjap-ngerjapkan matanya saat mendengar nama yang tidak terduga. Kena kau!
Itulah ekspresi sombong Shia, dan kemudian melirik Yue yang ada di samping
mereka.
Ekspresi
Yue begitu getir seakan dia menggigit seratus serangga sekaligus, kemudian
dengan jelas-jelas enggan, dia berkata pada Hajime.
"…
… … … … … … … … … … … … … Hajime, ayo ajak dia ikut."
"Tidaktidaktidak,
apa-apaan dengan jeda waktu itu? Kau sudah jelas membencinya… …jangan bilang
itu adalah hadiah menang taruhan…"
"…
…sayangnya."
Hajime
secara garis besar mengerti keadaannya dari Yue yang memerosotkan bahu. Pemuda
itu tidak lagi merasa marah tapi terpukau. Memang benar, Shia berpikir, agar
Hajime mendengarkan permintaannya, kekuatannya sendiri tidaklah cukup. Sekali
lagi, dia ingat bagaimana Hajime menerima perkataan Yue sebagai prioritas dalam
pembuatan keputusan. Karena itulah, dia memerlukan sebuah metode untuk membuat
Yue sebagai sekutunya. Bukanlah hal yang berlebihan untuk menyebutnya metode
"mempertaruhkan nyawa", karena dia pahan bahwa itu bisa saja mustahil
mengingat dia cukup mengetahui bagaimana perasaan Yue. Dalam sepuluh hari ini,
bisa dikatakan dia secara harfiah sekarat untuk mengetahui kebiasaan Yue di
dalam pertempuran. Dengan kata lain, sebesar itulah keseriusan Shia memikirkan
itu.
Hajime
menggaruk kepalanya. Sekalipun dia melihat betapa enggannya Yue untuk
menerimanya, tidak ada alasan bagi pemuda itu untuk membawa serta Shia. Pada
akhirnya, yang penting adalah perasaan Hajime.
Yue
mengangkat bahu seakan berkata bahwa itu tidak bisa diapa-apakan lagi. Karena
dalam sepuluh hari ini dia, lebih dari siapapun, menyaksikan betapa Shia
bekerja keras dan bagaimana gadis itu menghancurkan semua masalah yang
dijatuhkan padanya. Jadi Yue mengijinkan
dia untuk menjadi rekan seperjalanan. Sejak awal, dia tidak pernah membenci
Shia ataupun perasaannya terhadap Hajime.
Di
sisi lain, Shia yang meminta bantuan Yue dengan ekspresi penuh kemenangan,
mulai merasa tidak tenang tapi menguatkan dirinya. Itu karena Shia sudah
mencoba semua yang dia bisa, jadi dia hanya bisa menunggu takdirnya dimainkan.
Hajime
menarik dan menghela napas dalam-dalam sekali dan menatap mata Shia secara
langsung, kemudian dia menyusun kata-kata penegasan satu demi satu. Shia dalam
diam mengumpulkan kekuatannya saat dia mendengar kata-kata ini.
"Pergi
dengan kami, bukankah kau sudah tahu jawabannya?"
"Tidakkah
kau tahu? Bukankah masa depan bukanlah hal yang mutlak?"
Shia
mengatakan itu karena dia dapat menangkap sebuah kelebatan masa depan. Dia
yakin bahwa masa depan dapat diubah oleh tindakan dan tekad.
"Ini
adalah perjalanan penuh bahaya."
"Aku
senang aku adalah monster. Berkat hal itu aku bisa pergi denganmu."
Itu
adalah istilah merendahkan dari para Tetua. Akan tetapi, dia merasa bangga
dengan hal itu sekarang. bagaimanapun, dia mempelajari bahwa ada hal-hal yang
tidak dia mampu lakukan kecuali dia adalah seorang monster.
"Harapanku
adalah kembali ke kampung halamanku (dunia asal). Kau kemungkinan besar tidak
akan pernah bertemu dengan keluargamu lagi, kau tahu?"
"Aku
sudah berbicara tentang hal itu. "Bagaimanapun". Ayah dan yang
lainnya mengerti."
Mereka
adalah keluarga yang selalu melindunginya hingga saat ini. Tidak ada kata-kata
yang bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya. Sebuah keluarga yang selalu
bersama tidak peduli di mana mereka berada. Saat dia mengatakan perasaannya
pada mereka, mereka pasti akan tersenyum tanpa perlu berkata apapun.
"Kampung
halamanku bukanlah tempat yang mudah untuk kau tinggali."
"Aku
akan mengatakannya tidak peduli apapun itu. "Bagaimanapun juga."
Shia
telah menunjukkan perasaannya. Itu tidak akan berhenti hanya dengan
"kata" itu. Itu tidak bisa dihentikan. Perasan semacam itulah.
"…
…"
"Fufu,
inilah akhirnya? Kalau begitu, ini kemenanganku, 'kan?"
"Kemenangan
apanya… "
"Perasaankulah
yang menang… …Hajime-san."
"…
…Apa."
Sekali
lagi, dengan jelas. Keinginan Shia Haulia.
"…
…tolong bawa aku bersamamu."
Hajime
dan Shia bertatapan satu sama lain. Hajime melihat mata bewarna biru langitnya
untuk memastikan niatnya.
Kemudian…
…
"…
… … … … …Haa~, lakukan saja sesukamu. Dasar orang aneh."
Mungkin
karena Hajime melihat sesuatu di mata gadis itu, tidak lama kemudian Hajime
menghela napas kemudian mengatakan padanya bahwa dia menyerah.
Di
dalam Lautan Pohon, sebuah pekikan kegembiraan dan suara tanda ketidak puasan
menggema. Melihat hal itu, Hajime hanya bisa tersenyum simpul dengan banyak
makna tersembunyi bahwa akan ada banyak masalah ke depannya.
0 Comments
Posting Komentar