HARI LIBUR LUAR
BIASA (?) OJOU-SAMA
(Translater : Fulcrum)
Kemarin sorenya, berita mengatakan kalau Pertahanan Nasional telah
mengeliminasi seluruh markas dan armada Great Asian Alliance dengan senjata
rahasia mereka. Berita terkini yang terdengar di ruang keluarga kemarin sore
adalah kalau Tokyo Utara telah meminta Washington untuk membuat semacam
perjanjian untuk mediasi. Perkembangan ini terjadi terlalu cepat, jadi ada
mereka yang tidak percaya kalau laporan itu asli, tapi hanya sedikit orang yang
dapat berpikir jernih.
Kebanyak dari mereka mendadak jadi komentator masalah militer, anak
laki-laki yang biasanya tidak tertarik dengan politik angkat bicara mengenai
diplomasi dan kekuatan politik pragmatis keras-keras di sekolah-sekolah.
Tidak ada satupun hal yang bisa menghentikan kekagetan di kalangan para
gadis.
Ini tidak hanya di sekolah saja. Melihat selebriti tak bertanggung jawab
itu bernafas lega dan bahagia di TV, Saegusa Mayamu mematikan TV-nya.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 10 pagi. Karena hari ini adalah hari
kerja, dia biasanya ada di sekolah jam segini. Namun, murid semua SMA Sihir
yang terlibat di Insiden Yokohama diberikan libur dari sekolah sejak kemarin,
dan SMA 1 juga memberlakukannya.
Sebagai orang yang akan ikut ujian masuk Universitas pada awal tahun baru,
berhenti mempelajari pelajaran yang dipelajarinya jelas menimbulkan perasaan
yang kompleks di hatinya, tapi dia bukanlah orang yang terlibat dengan insiden
itu hanya karena dia ada di situ. Mayumi memang terlibat didalamnya, jadi
tidaklah buruk baginya untuk libur sejenak. Sayangnya, tidak bisa santai.
[Ojou-sama, maaf mengganggu istirahat anda]
Dia ingat kalau dia sudah mematikan TV, ‘kan?
Suara pengurus rumah yang terdengar melalui intercom disaat yang tepat itu
hanya kebetulan semata. Mayumi benar-benar sadar akan itu meski dia saat ini
sedang memikirkan kenapa dia dipanggil.
“Akan kubukakan pintunya sekarang.”
Dia menjawab saat ia berdiri dari kursinya. Sebenarnya, dia bisa
membukanya hanya dengan menggunakan sistem perintah suara HAR, tapi tanpa
alasan tertentu, Mayumi membuka pintu itu sendiri.
Didepan pintunya berdiri pengurus rumah yang bertugas mengurus Mayumi.
Bahkan sampai sekarang, masih ada kultur orang yang mengenakan seragam dan
dipanggil dengan kata yang berawalan huruf M dan berakhiran huruf D[1]. …….Nah,
rok setinggi betis, kerah yang menutupi bagian bawah lehernya, dan pakaian yang
tertutup, jadi ini seragam fungsional.
Selain itu, di rumah ini, setidaknya pemandangan pengurus rumah yang
mengenakan seragam itu tidaklah aneh. Setelah sekian lama, tidak mungkin hal
ini terasa aneh.
“Ada apa?”
Mayumi bertanya pada pengurus rumah itu, yang ditengah-tengah usia
20an-nya.
“Danna-sama memanggil anda.”
Saat ia mendengarnya, Mayumi sedikit meringis. ‘Lagi?’ pikirnya.
Meski baru saja kemarin ia ditanyai terus menerus…. Selagi Mayumi menggerutu
di pikirannya, perkataan pengurus rumah itu selanjutnya membuatnya memiringkan
kepalanya.
“Danna-sama menunggu di ruang tamu.”
Walaupun dikatakan ia memiringkan kepalanya, itu hanya dilakukannya di
pikirannya saja.
Ruang tamu? Bukan ruang belajar?
Itulah pertanyaan Mayumi.
“Apa ada tamu?”
“Sepertinya begitu.”
Mereka bisa dibilang belum terlalu lama bersama, tapi terus terang saja,
sudah jadi tugas sampingannya untuk selalu membantu Mayumi. Dari pembicaraan
singkat mereka, Mayumi tahu kalau wanita itu tidak tahu nama tamunya.
“Tolong katakan kalau aku akan segera datang setelah aku ganti baju.”
“Apa saya perlu membantu anda ganti baju?”
Setelah memikirkannya sebentar, Mayumi segera membuat keputusan berdasar
intuisinya. Fashion modern tidak
sering menggunakan gaun yang sulit dipakai.
“Tidak apa-apa. Aku akan pakai pakaian formal biasa.”
Sederhananya, pengurus rumah itu mungkin diperintah untuk memastikan hal
itu. Seperti biasa, pengurus rumah itu menunduk dengan hormat dan permisi saat
Mayumi menjawabnya.
◊ ◊ ◊
Gaun one piece yang
dikenakannya berwarna cerah, dengan rok setinggi pergelangan kakinya yang
sedikit terbuka di bagian pahanya. Setelah mengatur renda bajunya, Mayumi
mengetuk pintu ruang tamunya.
“Masuk.”
Suara yang terdengar seperti datang
dari dalam ruangan adalah rekaman suara ayahnya dari speaker yang terpasang di
pintu kayu itu. Rekaman suara itu hampir tidak bisa dibedakan dengan suara
langsungnya, dan walau begitu ia masih meminta anggota keluarganya untuk
formal.
Tampaknya, tamu hari ini bukanlah
orang biasa.
“Permisi.”
Mengenakan topeng dua lapisnya
sebagai wanita, Mayumi mengatakan sebuah frasa klise dengan suara kecil dan
perlahan memasuki ruangan.
Dengan matanya yang melihat ke bawah,
dia melirik pada wajah tamunya.
Dia mengenal wajah laki-laki dan
perempuan yang duduk didepan ayahnya. Meski begitu, mereka bukanlah orang yang
disenanginya. Namun, dia juga tidak membencinya.
“Selamat datang, Hirofumi-san.
Mio-san, sudah lama sejak terakhir kali kita beremu.”
Sebelum gadis itu menjawab, pria muda
itu berdiri.
Namun, perempuan dengan penampilan
gadis muda itu tetap duduk. Dan tidak ada yang memandang aneh hal itu.
Mereka tidak diam begitu saja; baik
Mayumi ataupun ayahnya, Kouichi, tidak menganggap itu tidak sopan.
Untuk alasan kenapa perempuan itu, Itsuwa Mio, tidak duduk di sofa; karena
dia menggunakan kursi roda.
Namun, adiknya, Itsuwa Hirofumi, terlihat merasa bersalah akan itu;
meskipun mereka tidak menganggapnya tidak sopan, dilihat dari balasannya yang
agak bimbang.
“Saya harap kami tidak memanggil anda di waktu yang buruk, Mayumi-san.”
“Silahkan duduk. Lagipula, Mio-san sudah duduk.”
“Terima kasih banyak, Mayumi-san. Saya minta maaf sudah lama tidak
berkunjuk sejak terakhir kali.”
Ini terasa seperti orang yang dibicarakan, Mio, hanya diam saja, tapi saat
dia menjawab perkataan Mayumi dengan tawa dan senyuman manis.
Selagi Hirofumi duduk di sofa, karena dia memintanya untuk seperti itu,
Mayumi terjebak dalam keraguan yang sama, ‘apa orang itu benar-benar lebih tua
dariku?’ adalah apa yang yang selalu dirasakannya saat ia bertemu dengan Mio.
Faktanya tak terbantahkan kalau Hirofumi berumur 26 tahun ini. Namun,
kapapun orang itu ada didepannya, dia tidak bisa tidak meragukan kebenaran itu.
Tinggi Mio hanya satu atau dua inci dibawah Mayumi; namun, tubuh mereka
benar-benar berbeda. Tubuhnya bisa dideskripsikan dalam satu kata, tak
berkembang. Tidak banyak dari tubuhnya yang bisa disebut ‘feminin’.
Sebenarnya, ia masih bisa menggerakkan kakinya. Tapi karena kondisi
tubuhnya yang benar-benar lemah, tubuhnya tidak tahan berjalan untuk waktu yang
lama.
Namun, ia mulai menggunakan kursi roda saat dirinya mulai beranjak dua
puluh tahun, karena tubuhnya sudah terlalu lemah untuk latihan yang cukup.
Tubuhnya kecil, yang berarti dia tidak mendapat nutrisi yang cukup, yang
membuat tubuhnya berada dalam lingkaran setan. Akibatnya adalah tubuh tak
berkembangnya itu.
Ada sedikit tonjolan di area dadanya yang terlihat di bajunya. Menyebutnya
benar-benar datar tidak ada terlalu salah. Area pinggulnya juga kurus seperti
gadis muda. Tubuh Mio terlihat seperti tubuh seorang anak 13 tahun.
Wajahnya cocok dengan penampilan muda tubuhnya. Gaya pakaiannya
benar-benar cocok dengan tubuhnya, dan entah bagaimana tidak menunjukkan adanya
‘kewanitaan’.
Namun penampilan kekanak-kanakannya bukanlah masalah; Mio belum pernah
keluar rumah setelah ia lulus dari universitas dan telah membuat kesepakatan
khusus untuk mengambil kuliahnya secara online,
jadi kenapa dia datang disini hari ini? Diam-diam, di pikiranya, Mayumi
memenuhi kepalanya dengan teka-teki ‘aku rasa dia bukan ke sini hanya untuk
menemani Hirofumi’.
“Kami datang untuk mengucapkan selamat tinggal.”
Saat Mio mengatakannya, tatapan Mayumi dipenuhi ketidakpercayaan, atau
lebih tepatnya, dia bingung dengan perkataannya.
“Apa anda akan kembali ke rumah utama keluarga anda?”
Untuk menyembunyikan perasaannya, tapi dia tidak merasa sedih, Mayumi
menjawabnya dengan pertanyaan.
Kedudukan utama Keluarga Itsuwa adalah Prefektur Ehime, tapi karena Mio
kuliah, dia pergi dan tinggal di Tokyo di salah satu rumah mereka yang lain.
Karena adiknya, Itsuwa Hirofumi, baru saja masuk kuliah saat ia lulus, mereka
berdua tinggal bersama.
“Saya akan kembali ke rumah utama; namun, sebelum itu.”
Mio memotong perkataannya dengan formal untuk menyembunyikan tawa
kecilnya; Hirofumi sengaja merubah ekspresinya, mengerutkan alisnya.
“Kami akan maju ke garis depan.”
“Gari depan……… anda akan berperang!?”
Saat kata ‘garis depan’ masuk ke kepalanya, Mayumi tanpa berpikir
menaikkan suaranya.
“Maafkan kelancangan saya. Tapi kenapa…..”
Mayumi segera meminta maaf atas ketidaksopanannya dan melihat Mio dan
ayahnya dengan wajah bingung.
“Pemberitahuan untuk publik akan diumumkan minggu depan, tapi keputusan
resminya sudah dibuat.”
Jawaban itu datang dari ayahnya.
“Mio dan adiknya akan tinggal sementara di Markas Angakatan Laut Sasebo;
dari situ mereka akan pergi ke barat dengan Angkatan Laut lewat jalur laut.
Destinasi mereka adalah sesuatu yang tidak kita ketahui; namun, tujuan mereka
adalah untuk memaksa Great Asian Alliance menandatangani perjanjian perdamaian
dengan unjuk kekuatan. …….Ini mungkin tidak perlu dikatakan lagi, tapi sampai
pemberitahuan itu dipublikasikan, jangan katakan ini kepada siapapun.”
“Ya, saya mengerti.”
Mayumi segera mengiyakan peringatan ayahnya. Sebenarnya, dia hanya setuju
pada bagian ‘jangan katakan ini kepada siapapun’.
Dia tahu alasan kenapa militer mengirimkan Mio. Wanita yang merupakan
salah satu dari tiga belas penyihir Kelas Strategis di dunia, yang mana katanya
jumlahnya di seluruh dunia tidak lebih dari lima puluh, dan sisanya dirahasiakan.
Pemerintah Jepang sendiri secara publik mengakui hanya memiliki satu pengguna
sihir Kelas Strategis.
Sihir Kelas Strategis wanita itu, ‘Abyss’, terspesialisasi untuk
penggunaan di laut, tapi sihir itu juga bisa digunakan dengan efektif di
daratan. Hanya dengan menemani mereka, mereka seharusnya sudah dapat memberikan
tekanan yang besar kepada pihak musuh.
Namun, meski begitu, Mayumi merasa ini ini bukanlah tindakan yang rasional
untuk saat ini. Garis depan invasi ini telah melancarkan serangan pada area
pantai Yokohama dan aksi militer itu telah menghancurkan Semenanjung Korea,
yang mengakhiri 31 Oktober dengan keadaan penuh konflik. Selama mereka tidak
melakukan konsesi teritorial, tidak perlu adanya penanggulangan. Tidak perlu
dikata lagi kalau Mayumi merasa keruguan kalau mereka mengirimkan Mio untuk
beberapa minggu dengan kondisinya seperti itu, bahkan dengan semua persiapan
yang ada, lebih besar daripada keuntungannya.
Tidaklah mudah untuk menjelaskan apa yang dipikirkannya, tapi saat ini ia
merasa gelisah.
“Saya juga akan pergi bersama kakak saya.”
Dia mungkin juga merasakan perasaan yang sama. Namun, ini adalah keputusan
pemerintah yang disetujui oleh kepala Keluarga Itsuwa, dan tidak bisa
dihentikan oleh Hirofumi. Dia adalah orang yang ditunjuk sebagai kepala
Keluarga Itsuwa selanjutnya, tapi dia masih belum jadi ‘kepala selanjutnya’; di
saat ini, dia tidak bisa merubah situasi dengan penolakan yang dilayangkannya.
Keputusannya untuk setidaknya menemani kakaknya untuk membantunya terlihat dari
wajah Hirofumi.
“Sebenarnya…….”
Mungkin ingin untuk merubah suasana yang terasa akibat suasana hati
adiknya, nada bicara Mio berubah jadi bercanda.
“Aku ingin melihat Mayumi-san jadi penganti adikku.”
Ini tentunya merubah suasana hatinya. Namun, ini benar-benar berbeda dari
yang diharapkannya.
Perkataannya itu, sayangnya, melanjutkan topik mereka sebelumnya dan tidak
ada yang tertawa pada candaan receh itu.
“Nee-san.”
“…..Saya minta maaf.”
Dalam atmosfer yang berubah serius itu, Mio meminta maaf dan benar-benar
terlihat kecewa.
“Ah, baiklah, kita lanjutkan lagi pembicaraan itu saat Hirofumi-kun
kembali.”
Akibat rasa tanggung jawabnya sebagai tuan rumah, Kouichi segera mengambil
alih pembicaraan ini dan memberikan senyuman kepada Mio; akibat kurangnya
pilihan ekspresi wajah mereka, wajah Mayumi dan Hirofumi terlihat datar.
Ada alasan kenapa Mayumi tidak berkata ‘lama tidak bertemu’ kepada
Hirofumi. Alasannya adalah karena saat dia mengetahui kalau Mio tidak hanya
datang ke sini untuk menemani Hirofumi, pikirannya jadi kacau.
Hirofumi adalah salah satu kandidat tunangan Mayumi. Namun, karena
Hirofumi adalah putra tertua Keluarga Itsuwa, akan lebih cocok kalau mengatakan
Mayumi adalah kandidat tunangan Hirofumi. Mereka berdua adalah keturunan langsung
dari Sepuluh Master Clan dan tidak terpaut usia jauh; yang satu adalah pewaris
dan yang satunya lagi adalah putri tertua dari keluarga utama dengan kakaknya
yang menjadi pewaris, kondisi mereka bisa dibilang cukup cocok.
Sebenarnya, kondisi ini juga sama untuk Katsuto dari Keluarga Juumonji,
dan Kouichi sedang berpikir kepada siapa dia akan menikahkan Mayumi. (Masaki
dari Keluarga Ichijou tidak termasuk karena ia lebih mudah daripada Mayumi.)
Tentu saja, Mayumi punya pendapatnya sendiri akan masalah ini dan ada
pembicaran pernikahan mereka yang belum membicarakan soal pertunangan; namun,
Mayumi dan Hirofumi serang makan malam bersama dan pergi ke bioskop bersama
sesuai dengan pengaturan Keluarga Saegusa dan Itsuwa. Meskipun para orang
dewasa berharap seperti itu, mereka berdua sendiri tidak tertarik, karena itu
ia memasang wajah datar.
Namun, selalu ‘diam mengalir’ hanya akan memperburuk suasana, yang mana
sangat dipahami Mayumi.
“Ngomong-ngomong, kapan anda pergi?”
Dengan pembicaraan itu yang berjalan kembali, sebuah atmosfer lega yang
tak bisa tersembunyi terasa, Mayumi tidak puas dengan kelemahan ini, dan
Hirofumi menjawab.
“Kami pergi ke Sasebo akhir minggu ini; saya dengar kapalnya berangkat hari
Jumat minggu depan.”
Untuk Mayumi, selagi menahan ketidaksenangannya, dia tidak lupa untuk
memerhatikan perkataannya.
“Itu cepat sekali….. Kalau begitu, berhati-hatilah. Kami akan menunggu
kepulangan anda.”
Ditutupi topeng sempurnanya, Mayumi condong ke depan dari kursinya.
“Terima kasih.”
Mayumi mengalihkan tatapannya pada kakinya dan berpikir kalau mungkin
mereka sudah selesai berbicara dengannya.
“Sebelum kami pergi ke garis depan, apa bisa kami minta bantuan
Mayumi-san…….”
Karena itu saat ia mendengar Hirofumi mengatakannya, ia kesulitan untuk
mengontrol tatapannya.
“Bantuan saya?”
Selagi secara tersirat berkata ‘tidak ada yang bisa kulakukan untukmu’,
dia sengaja memiringkan kepalanya dengan kekanak-kanakan. Teman sekelasnya yang
kaku mungkin akan mengetahui maksudnya dan adik kelasnya yang dewasa, dia
menyebutnya ‘kasar’, juga akan mengathui maksudnya dan menatapnya dengan
pura-pura bosan, tapi Hirofumi tidak mencoba untuk menyembunyikan
kegelisahannya dan membuat matanya berair.
“Tidak, daripada menyebutnya bantuan, kami ingin anda untuk bisa berbagi
pandangan.”
Namun, itu tidak bekerja pada Mio. Apa efeknya lebih lemah pada orang yang
satu gender, atau mungkin karena Mio
sendiri terlihat sangat muda, membuatnya melihat Mio sebagai seorang ‘wanita
tua’.
“Mayumi-san pasti sudah tahu tentang ini, yang membuat pembicaraan ini
akan lebih cepat. Kami tidak punya cukup waktu untuk menyelidiki terlebih
dahulu.”
“Itu benar. Saya sudah tahu.”
Mio sedang tertekan, dengan tengannya yang ada di pipinya, Tentunya, dari
perkataannya memberikan kesan seorang wanita dewasa. Namun, kesan kalau dia
masih anak-anak jauh lebih kuat, dia lebih membangkitkan rasa kagum daripada
ketertarikan. Namun, itu tidak membuat Mayumi santai; dia menutupi
kewaspadaannya saat dia mengiyakan Mio.
“Sihir ditahan oleh sihir. Penyihir oleh penyihir. Saya rasa kita
sependapat dengan itu.”
Hirofumi melanjutnya; menerima dukungan kakaknya, ketenangannya telah
kembali. Maksud kata ‘sependapat’, tentu maksudnya adalah hubungan Jepang
dengan Great Asian Alliance. Dengan interpretasi itu, Mayumi menunggu
perkataannya selanjutnya.
“Saya akan menemani kakak saya; Great Asian Alliance pasti sudah
mengetahui hal ini.”
Mayumi setuju dengan perkataan Hirofumi. Apalagi, pihak Jepang tidak punya
niatan untuk menyembunyikan keberangkatan Mio; selain identitas Mio dan
Hirofumi, keanggotaan mereka sebagai petugas perang dan kemampuan mereka juga
sudah diketahui. Jadi dengan keadaan seperti ini mereka berdua bukanlah sebuah
kejutan.
Untuk men-skakmat permainan ini, pihak musuh harus tahu tentang ini.
Dengan kata lain, menunjukkan senjata rahasia bukanlah cara yang bagus untuk
membuat musuh mau bernegosiasi.
“Mereka tahu kalau mereka sedang dalam posisi merugikan jika melakukan
pertarungan di laut akibat sihir Abyss milik Nee-san. Karena itu, kami
menyiapkan pencegahan yang mengkombinasikan kekuatan angkatan udara dengan
sihir.”
Sihir Kelas Strategis Tipe Gerakan ‘Abyss’ adalah sihir yang mampu
menciptakan bola energi sebesa puluhan meter hingga beberapa kilometer. Kapal
yang berada dari area sihirnya akan terjatuh ke belahan laut itu, masuk ke
dalamnya; lalu, setelah sihirnya selesai, mereka akan tertelan oleh ombak
raksasa akibat bertemunya kembali air laut. Belahannya bisa sampai hingga
kedalaman satu kilometer, membuatnya dapat dengan mudah mengenai kapal selam
yang ada dibawahnya.
Kalau jarak kedua pihak sangat dekat, pergerakan air yang diciptakan sihir
itu bisa juga merusak kapal sang pengguna. Sihir Kelas Strategis milik Mio,
dengan jangkauannya yang luas, bisa dibilang musuh alami angkatan laut.
Namun, disaat yang sama, ‘Abyss’ benar-benar tak berdaya jika digunakan
untuk melawan musuh di udara. Dia tidak dapat menggunakannya di permukaan yang
tak berair, dan untuk menggunakannya di daratan, dia perlu tau sebelumnya mana
sumber air tanah yang dapat digunakannya, ada banyak syarat dalam
penggunaannya.
Dia tidak punya pilihan lain setelag mendengar formasi bertarung musuh dari
Hirofumi.
“Angkatan Udara akan diserakan kepada JSDF; kami harus memikirkan
bagaimana menghadapi penyihir itu.”
Itu juga adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.
Dari segi bentuk, komunitas penyihir di Jepang diketuai oleh Sepuluh
Master Clan berdiri mandiri, tidak peduli mereka penyihir di pemerintahan,
militer, ataupun institusi umum, penyihir kuno ataupun modern.
“Mayumi-san, apa anda melihat ada penyihir kami yang memukul mundur musuh
dan sihir musuh di Yokohama? Saya ingin anda memberitahu kami tentang aspek
sihir musuh yang anda lihat dan sihir efektif yang dapat digunakan melawannya.”
Sebenarnya, ini sulit, pertanyaan yang berbahaya. Dia tidak meragukan
keharusannya untuk menyediakan informasi dan dia tidak akan menolak untuk
melakukan sesuatu yang tidak bisa ditolaknya.
“….Meskipun saya melihat sihir musuh, saya selalu dibelakang, dan saya
benar-benar bertarung dengan mereka hanya sekali saat saya menyerang mereka
dari helikopter.”
Sebenarnya dia sudah dua kali menghancurkan tank, tapi Mayumi sengaja
berbohong. Kebohongannya tidak meninggalkan kesan.
Dia tidak meragukan perkataan Mayumi; namun, Hirofumi tidak puas dengan
jawabannya.
“Anda membantu evakuasi warga sipil sampai selesai.”
Maksudnya ‘warga sipil’, adalah non-penyihir. Penyihir dipandang sebagai
keberadaan yang spesial; biasanya Mayumi merasa kasian pada cara pandang sempit
yang melihat manusia yang bukan penyihir itu lemah. Namun, ini bukan waktu
untuk mempermasalahkan hal itu.
“Tidak sampai selesai, tapi….. selagi aku menunggu di helikopter, murid
lain yang setahun dan lebih muda dari saya menghadang mereka.”
“Lalu apa anda bisa perkenalkan kami dengan orang-orang itu? Murid SMA 1
yang benar-benar melawan penyihir Great Asian Alliance.”
Saat Hirofumi mengatakannya, segera Mayumi teringat seseorang. Adik kelas
yang dewasa, kasar, dan bisa diandalkan. Murid kelas 1 yang merubah sebuah truk
besar menjadi debu, diselubungi Psion-Psion yang bercahaya, dan menggunakan
metode penyembuhan ajaib.
Namun, segera setelahnya, hampir bersamaan, ia teringat kata ‘Rahasia
Nasional’ yang melumpuhkan lidahnya.
“Mayumi-san?”
Mayumi yang goyah sedang diamati oleh mata curiga Mio. Mio bukanlah
satu-satunya orang yang melihatnya dengan curiga. Hirofumi, dan ayahnya, juga
melihatnya dengan curiga, dan Mayumi menyadari ketidaksabaran mereka.
“Ah, tidak……. Itu benar. Kalau anda mengunjungi Keluarga Juumonji, saya
rasa anda akan mendengar laporan langsungnya.”
“Apa maksud anda Katsuto-kun…..”
Hirofumi bukanlah orang yang tidak menyenangkan; biasanya, dia adalah
orang yang baik, tapi Mayumi untuk sesaat merasa kalau penilaiannya terlalu
berlebihan.
Dia tahu kalau Hirofumi merasa lebih lemah dan kompetitif pada orang yang
lebih mudah dua tahun darinya dan tahu kalau itu hal biasa. Namun, di waktu
seperti ini, dia tidak merasa kalau cemburu adalah hal yang terpuji.
Bukan hanya itu, tapi membiarkan perempuan yang lebih mudah darimu
melihatnya.
Semua ‘nilai baik’ tentangnya yang disimpan Mayumi di hatinya semuanya
tidak tulus.
“Yang lain, yang berguna….. mungkin dari Seratus Keluarga, Watanabe Mari,
Isori Kei, dan Chiyoda Kanon. Saya akan menghubungi mereka untuk anda.”
“Kalau begitu tolong.”
Yah, kalau kalian hanya melihat kesalahan orang lain, itu akan membuatmu
tidak nyaman.
Mayumi memberi mereka nama-nama dan berjanji untuk menyiapkan semacam
pertemuan bisnis.
◊ ◊ ◊
Setelah itu, dia langsung menghubungi Meri, Kei, dan Kanon
(Katsuto tidak ada dirumah), dia merancang sebuah pertemuan untuk mereka semua,
dan bersama ayahnya, mengantarkan kepulangan Itsuwa bersaudara.
Mayumi benar-benar ingin menghela
nafas lega saat mereka pulang, tapi saat melirik ke wajah ayahnya, dia tahu
kalau ini masih terlalu cepat untuk bebas.
“Mayumi, aku ingin bicara sebentar;
kau tidak apa-apa ‘kan?”
Seperti yang diduganya, baru saja
setelah dia kembali ke lorong masuk yang bisa digunakan untuk berdansa, Kouichi
memanggil Mayumi untuk berhenti.
“Ayo kita bicara di ruang belajar.”
Kouichi segera pergi tanpa menunggu
jawaban darinya.
Kouichi menunjukkan sikap seorang
pengusaha elit pertengahan abad 20. Siapapun yang melihatnya pasti mengatakan
kalau kesehatannya rapuh, wajahnya ramah dan nada bicaranya juga lembut, tapi
seperti kepala Keluarga Sepuluh Master Clan yang lainnya, tidak ada anggota
keluarganya yang akan tidak setuju dengan Saegusa Kouichi.
Dan bukanlah gaya Mayumi untuk
bersikap memberontak. Selagi masih mengenakan gaun one piece lengan panjang yang biasa tidak akan dikenakannya, Mayumi
berjalan mengikuti ayahnya.
Ruang belajar itu berisi rak buku
klasik, meja kerja yang besar, dan sebuah kursi kulit. Kouichi langsung duduk,
memaksa Mayumi untuk mendengar perkataan ayahnya selagi berdiri. Karena ini
yang biasa dilakukannya, Mayumi tidak mempermasalahkannya.
“Tidak ada nama anak kelas 1 dari
nama-nama yang kau sebutkan, Mayumi.”
Kouichi menyinggung sebuah topik
dengan anaknya yang berdiri sekitar dua meter darinya tanpa basa-basi.
“Bukannya aku dengan putri Keluarga
Chiba dan putra kedua Keluarga Yoshida juga berperan aktif?”
Mayumi bergumam ‘Ayah Rakun[2]’ di kepalanya.
Fisik Kouichi lebih menyerupai rubah daripada rakun dan lebih seperti serigala
daripada rakun, namun, Mayumi yakin kalau ayahnya tidak tahu apa yang sedang
dipikirkannya hanya dari ekspresinya.
“Meski begitu, mereka masih kelas 1,
jadi aku tidak merasa mereka bisa menjelaskannya dengan baik kepada
Hirofumi-san dan Mio-san.”
(Namun, dia mungkin mendapat
rinciannya dari Nakura-san.)
Selagi melihat ayahnya bergumam ‘Jadi
begitu’, Mayumi berpikir seperti itu. Umumnya, ini sama seperti ‘interogasi’
yang diterimanya kemarin; keras kepalanya lebih seperti anjing pemburu daripada
rakun, dia mengutuk seperti itu di kepalanya.
“Tapi, bukankah mereka memiliki
kemampuan yang diluar dugaan untuk ukuran anak kelas 1? Terutama gadis yang
juga berperan aktif di Kompetisi Sembilan Sekolah.”
“Maksud ayah Miyuki-san?”
“Itu benar, Shiba Miyuki-kun.”
Dia merasa seolah kacamata hitam yang
dikenakannya untuk pamer berkilau. Kacamata itu seharusnya untuk menutupi mata
kanannya yang mata palsu; namun, karena mereka tidak menyembunyikan apapun
dibaliknya, jadi Mayumi ragu akan itu.
“Dia terlihat seperti gadis yang
sempurna. Wakil Ketua OSIS baru dan, kalau semuanya berjalan dengan baik, dia
akan menjadi Ketua OSIS sepertimu, Mayumi.”
“Ya, dia adalah gadis yang sempurna.
Ditambah lagi dia benar-benar cantik.”
“Oh, jadi itu Miyuki-kun di matamu
Mayumi?”
“Apa maksud ayah dari sudut pandang
perempuan? Ya, aku rasa kecantikan Miyuki-san jelas sekali bahkan bagi para
laki-laki.”
Bibir Kouichi sedikit berkedut.
Tidak ada tanda-tanda nafsu yang
terlihat dari mata kiri dibalik kacamatanya.
Hal seperti itu menyulut kewaspadaan
Mayumi.
“Katakan saja….. dia mampu
menggunakan sihir tingkat tinggi seperti ‘Inferno’ dan ‘Niflheim’……AKu ingin
bertemu dengannya sekali. Bisakan kau memperkenalkannya kepada kita?”
“Aaah… aku harus menanyainya dulu
tentang itu.”
“Itu benar, bisakah kau menanyakannya
untukku? Jika diingat-ingat, aku yakin kalau Miyuki-kun punya kakak? Bukankah
kau bilang kalau dia membantumu Mayumi, saat Kompetisi Sembilan Sekolah? Ini
kesempatan yang bagus; aku akan sekalian menyampaikan terima kasihku, akan
bagus sekali kalau kau mengundang mereka berdua.
Senyuman sopannya tidak membuat
Mayumi bisa membaca isi pikirannya. Lensa hitam itu tidak akan membiarkannya
melihat matanya. Namun, dia sudah tahu sejak dia lahir. Dia sekarang sudah
delapan belas tahun, hubungan mereka sudah bukan lagi ayah yang bisa ‘membaca’
anak saja.
(Itu yang diincarnya……!)
Tentunya, Mayumi membuat Nakura
berjanji untuk menjaga rahasia tentang apa yang dibicarakan di helikopter.
Bagian mengenai sihir khusus Tatsuya tidak sampai ke telinga ayahnya.
Namun, dia tidak merasa kalau Nakura
akan tutup mulut begitu saja.
Dia tidak seyakin itu.
Nakura adalah seekor rubah licik, dia
mungkin sudah memberikan informasi tentang perjanjiannya untuk tutup mulut
kepada majikannya, dan ayahnya, yang merupakan seorang veteran perang, akan
mampu mendapatkan banyak informasi dengan cara seperti itu.
Ayahnya curiga terhadapnya, Shiba
Tatsuya.
Ditambah lagi, sepertinya ada
‘sesuatu’ yang tidak diketahuinya.
Didalam diri Mayumi, keinginan untuk
mencari tahunya meluap-luap, tapi bahkan sampai sekarang, perasaan kalau dia
tidak seharusnya menyentuh misteri ini masih lebih kuat.
Dia secara tidak sadar takut kalau
dia akan merusak hubungan mereka dengan menyentuh misteri ini.
“Akan coba kutanyakan….”
Butuh pemikiran yang dalam baginya
untuk mengatakan jawaban itu.
◊ ◊ ◊
Kepala Keluarga Saegusa mengunci dirinya untuk sementara di
ruang belajar, melihat meja kerjanya, saat sebuah suara ketukan membuatnya
harus mengalihkan tatapannya dari meja.
“Masuk.”
Pintu ruang belajar itu berbeda dari
pintu ruang tamu; tidak ada speaker
yang terpasang padanya. Berdasarkan akal sehat, sebuah bisikan seharusnya tidak
bisa terdengar melewati pintu besar dan dinding lorong rumahnya itu.
Namun, ketukan itu tidak berulang dan
pintu itu dibuka tanpa suara.
Orang yang masuk adalah seorang tua dengan
sedikit rambut putih, Nakura sang kepala pelayan.
“Laporanmu?”
Pertanyaan itu terlalu tidak jelas,
tapi Nakura berjalan mendekat saat majikannya bertanya dan memberikan sebuah
kartu memori dengan penuh hormat.
Kouichi menaruh kartu kertas yang menyimpan
pola-pola dalam tingkat mikroskopik ke dalam pemindai dan memunculkan dokumen
terdekripsi itu ke layar lebar di mejanya.
“Batalion Sihir Independen 101……
merepotkan. Tentu saja, ini unit yang selalu didekati Yotsuba?”
“Sepertinya mereka sering berhubungan,
tapi tujuan mereka tidak diketahui.”
“Aku rasa hanya ada satu alasan yang
kita punya untuk menghubungi militer?”
Saat Kouichi berkata ‘kita’, itu
tidak sebatas dirinya atau Keluarga Saegusa ataupun Sepuluh Master Clan, yang
dimaksudnya adalah semua penyihir di negara ini.
Penyihir di negara itu tidak
menginginkan kedudukan. Sepuluh Master Clan yang didukung oleh negara dilarang
mendapatkan kekuatan politik ‘formal’.
Sebaliknya, ada administrasi,
militer, polisi, dan dunia finansial; dari berbagai aspek, orang yang memegang
kekuatan politik memerlukan sponsor kekuatan sihir untuk meneruskan usahan
pribadi mereka. Untuk tidak diancam sebagai alat sekali pakai, untuk menjadi
alat yang digunakan terus menerus, mereka membuat diri mereka alat yang tak
bisa dibuang dan naik posisi menjadi pelayan yang mengendalikan majikan mereka.
Untuk alasan ini, ‘agar dapat digunakan terus-menerus’ oleh mereka, perlu ‘jadi
orang penting’ dan beraliansi untuk sementara.
Demi mendapatkan semua itu, kemampuan
saja tidak cukup.
Sebuah pedang tajam dihasikan oleh
ketakutan penggunanya kalau pedang itu akan berbalik melawannya. Aliansi
sementara adalah simbiosis mutualisme yang tidak dapat mereka langgar.
Kalau seorang penyihir punya hubungan
dengan militer, maka tujuannya adalah untuk memperoleh dan menjaga kepercayaan
itu; lebih untuk membangun hubungan daripada mempertahankannya. Pemikiran
seperti itu, bagi orang yang mengerti posisi penyihir, adlaah sebuah hal yang
masuk akal.
Namun, Nakura tidak setuju dengan perkataan
majikannya.
“Komandan yang bertanggung jawab,
Mayjend Saeki, membentuk Batalion Sihir Independen denga tujuan untuk memiliki
sebuah kekuatan militer sihir yang independen dari Sepuluh Master Clan.
Komandan yang bertugas, Mayor Kazama, dikenal sebagai orang yang dipercayai
Sepuluh Master Clan saat Komandan yang bertanggung jawab Kudou pensiun dari
militer. Namun tidak peduli seberapa hebat Keluarga Yotsuba, saya rasa mereka
akan kesulitan memenangkan batalion ini.”
Kouichi mengangkat alisnya mendengar
perkataan Nakura.
“….Ini pertama kalinya aku
mendengarnya.”
“Itu karena Batalion Sihir Independen
tidak sealiran dengan tujuan Keluarga Saegusa.”
Pertanyaannya ‘jadi kenapa kau bisa
tahu tentang ini’ tidak keluar dari mulut Kouichi.
‘Demi investigasi ini’ adalah
satu-satunya alasan dia menerimanya. Selain itu, meskipun orang itu sudah lama
melayaninya, Kouichi tidak menganggap Nakura sebagai anggota Keluarga Saegusa.
Dan itu juga berlaku untuk orang itu.
“….Jadi kalau begitu, kenapa Yotsuba
terus berhubungan dengan Batalion Sihir Independen?”
Pertanyaannya tentang masalah yang
berbeda. Dan segera setelah menanyakannya, Kouichi mendapat jawaban dari
dirinya sendiri.
“Mungkin itu seperti yang Danna-sama
pikirkan.”
Nakura tidak punya kemampuan membaca
pikiran. Kouichi juga tidak punya kemampuan itu. Namun, tanpa memastikan,
Nakura yakin kalau Kouichi memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Kouichi menaruh kartu yang dilepasnya
dari pemindai itu di antara jari telunjuk dan jari tengahnya dan menjentikkan
jarinya. Kartu kertas itu melayang sebelum terbakar.
Sebelum dia membuang abunya di timba
air, Nakura menunduk dan pergi.
◊ ◊ ◊
Di sudut kediaman Saegusa, terdapat sebuah bangunan berbentuk
balok. Bangunan dengan desain sederhana tapi tidak kampungan itu adalah
lapangan tembak pribadi Keluarga Saegusa.
Meski milik Keluarga Saegusa,
lapangan itu sebenarnya dibangun untuk Mayumi. Lima tahun yang lalu, saat
Mayumi memenangkan piala pertamanya dalam turnamen tingkat nasional, bangunan
itu dibangun sebagai peringatan kejadian itu.
Mayumi, yang telah diterpa hal-hal
penguras tenaga sejak pagi, segera setelah makan siang pergi ke lapangan tembak
ini dan sudah tiga jam di tempat itu. Dengan penuh semangat, ia menembak target
dengan CAD bergagang khusus bentuk tongkat.
Tembus.
Hancurkan.
Tidak seperti senapan yang
sebenarnya, menembak dengan sihir tidak menghasilkan dorongan yang dapat
menyakiti tangannya, tapi dia tetap akan kelelahan.
Namun, bagi Mayumi yang benar-benar
suram, kelelahan ini memanaskan hatinya.
Tanpa khawatir tentang kecepatannya,
dia terus menembak, dan sebelum ia menyadarinya, dia sudah kehabisan stok
target. Dia melayangkan pandangannya ke jam tangan miliknya dan terkejuk akan
lamanya waktu yang telah berjalan; dia menaruh CADnya di rak dan mulai
meringkasi semuanya. Setelah dia mulai.
“Onee-chan, aku kembali!”
Namun, saat dia melepas kacamata
informasi itu, dia menerima sebuah pelukan dari belakang yang tak diduganya,
sesuatu yang tak bisa dihindarinya.
“Kasumi-chan, jangan mengagetkan Onee-sama dengan melompat ke arahnya
mendadak.”
“Astaga, Izumi, kau cerewet sekali.”
“Itu karena Kasumi-chan sangat tidak sopan.”
Itu hanya masalah kecil dan adiknya
segera melepaskannya (Kasumi ditarik dari Mayumi), jujur saja, untunglah
seperti itu.
“Kasumi-chan, Izumi-chan, selamat
datang.”
Selama pertengkaran saudara kembar
itu, yang bisa dibilang hanya bercada, Mayumi memperbaiki posturnya dan
mendatangi mereka.
“Aku kembali, Onee-sama.”
Gadis yang dengan sopan menunduk
dengan kedua tangannya itu adalah yang muda, Saegusa Izumi. Seorang gadis
feminin dengan rambut bob yang sepanjang bahu.
Gadis yang memeluk Mayumi adalah
kakaknya. Adik Mayumi dan kakak Izumi, Saegusa Kasumi. Dia adalah kebalikannya
Izumi, seorang gadis tomboy dengan rambut pendek.
Mereka kembar monozigot[3], tapi karena
selera dan sikap mereka benar-benar berlawanan, biasanya orang akan tidak akan
salah mengira satu dengan yang lain.
“Latihan apa yang Onee-chan lakukan? Itu bukan peluru fisik Sihir Gerakan.
Sihir Virtual Area?”
“Sihir Penetrasi Ekspansi Virtual Area, ‘kan? Onee-sama sudah sering
berlatih sihir itu, akhir-akhir ini.”
Namun, mereka memiliki ketajaman
sensitivitas sihir yang sama. Siapapun akan bilang kalau sensitivitas sihir
Mayumi lebih tinggi daripada kemampuan teorinya, tapi Kasumi-Izumi adalah tipe
penyihir yang punya orientasi yang sama dengan Mayumi. Kemampuan mereka untuk
mengidentifikasi sihir yang diaktifkan jauh melebihi kemampuan Mayumi. Baru
saja, mereka menebak sihir yang digunakannya dengan tepat hanya melihat dari
‘lubang’ yang ada pada target.
Mayumi terlalu memanjakan saudara
kembarnya karena mereka manis, dan mereka berdua juga mengagumi Mayumi. Namun,
akhir-akhir ini, mungkin karena usia, dia sadar kalau mereka berdua jadi lebih
tidak sopan.
“Namun, Onee-sama jelas sedang punya banyak pikiran.”
Mata tajam Izumi mengamati habisnya
target yang ada, membuatnya berbicara dengan nada yang sedikit tercengang.
“Lalu, tadi Hirofumi-san datang?”
Kasumi menjawab dengan suara usil.
“Onee-chan, suasana hatimu pasti buruk saat Hirofumi-san datang.”
Ekspresi tegarnya menghilang; Mayumi
tidak menduga ada orang yang bisa melihat apa yang disembunikannya.
Apapun yang terjadi, mereka berdua
lumayan tanggap.
Atau mungkin karena aku mudah dibaca
lebih dari yang kukira, pikir Mayumi, membuatnya jadi makin depresi.
“Aku rasa Hirofumi-san tidak seburuk itu.”
“Dia bukan orang yang buruk, tapi begitulah dia. Orang tak bisa diandalkan
yang tidak cocok bagi Onee-sama.”
“Izumi, penilaianmu terlalu kejam. Ok, bagaimana tipe orang yang cocok,
bagaimana tentang Katsuto-kun?”
“Hei, Kasumi-chan, Juumonji-kun dan
aku tidak ada”
“Itu benar, dia lumayan tampan tapi sayangnya dia tidak benar-benar
mencoba untuk memahami hati wanita.”
Kenapa, Mayumi berkata dalam hati,
nama Katsuto bisa muncul; Mayumi segera memperbaiki ‘kesalahpahaman’ adiknya,
tapi berdua Izumi ataupun Kasumi tidak mau mendengarkan.
“Ayo kita lihat, bagaimana kalau aku yang memilihkan laki-laki yang pas
untuk Onee-chan….. Lagipula, aku rasa sudah biasa kalau laki-laki tidak bisa
memahami hati wanita karena kita tidak memahami apa yang laki-laki pikirkan.”
“Terlalu baik! Kau terlalu baik, Kasumi-chan! Wanita cukup memahami hati
laki-laki saat mereka sudha menjadi sepasang kekasih! Untuk memenangkan hati
wanita, pertama-tama laki-laki harus memahami hati wanita.”
“Hati wanita…… baiklah. Jadi, apalagi selain penampilan?”
“Sudah jelas, cinta…. Kalau ada masalah yang sulit, sebuah cinta sejati
akan bangkit, ‘kan.”
“Kita sudah bersama sejak lahir, tapi aku tidak tahu kau seromantis ini
(dikatakan oleh orang dengan pola pikir anak-anak), Izumi. Aku pikir kau hanya
kaku saja.”
“Aku rasa kau bermaksud yang lain saat berkata ‘remantis’…… baiklah, cukup
untuk itu. Selain itu, aku bukan orang romantis, Kasumi-chan; kau hanya tidak
peduli dengan hal-hal seperti ini saja.”
“Terserah, lagipula aku tidak terlalu feminin. Apapun yang terjadi, siapa
yang boleh dicintai Onee-chan? Seseorang seperti Hattori-san?”
“Kasumi-chan! Bagaimana bisa kau tahu
nama Hanzou-kun!?”
Muncul entah dari mana (sebenarnya
sudah ada dari tadi), Mayumi berdiri diantara mereka karena dia tidak bisa
menghentikan mereka dengan kata-kata. Mayumi benar-benar tidak ingat pernah
memperkenalkan Hattori kepada adik-adiknya.
“Tentu saja, kami tahu tentang serangga-serangga pengganggu yang ada di
sekitar Onee-sama.”
“Izumi-chan, aku tidak percaya,
kalian berdua sudah memata-mataiku selama ini, ya kan!? Itu…. Itu bukan
urusanmu dengan siapa aku berkencan atau yang lain!”
“Salah, Onee-chan. Izumi dan aku sekolah, jadi tidak mungkin kami bisa
memata-mataimu, jadi tidak mungkin!”
(Kalau begitu kau sudah memanfaatkan
orang untuk melakukannya!?)
Dia hanya berteriak didalam kepalanya
saja, jadi tentu saja itu tidak bisa didengar orang lain. Namun, mungkin entah
bagaimana mereka berdua bisa mendengarnya, tapi Mayumi tidak melihat mereka
berdua berlaku seperti apa yang mereka lakukan sebelumnya.
“Selain itu, Kasumi-chan dan aku khawatir dengan Onee-sama? Meskipun
Onee-sama sangat cantik, Onee-sama tidak pernah punya pacar dan sudah delapan
belas tahun…. Onee-sama bahkan sudah akan lulus SMA.”
“Bukan karena kau tidak, kedudukan
sosialku…..”
Dia sadar kalau mengatakan dirinya
belum menemukan yang cocok terdengar seperti alasan. Lebih parah lagi, itu
sudah bukan alasan biasa melainkan alasan yang ‘buruk’ atau mungkin alasan yang
‘menyedihkan’.
“Hei, kalian berdua di posisi yang
sama; lagipula, kalian berdua juga belum pernah berpacaran.”
Jadi dia mencoba untuk terus merubah
topik; namun, Mayumi tidak sadar kalau itu juga cukup menyedihkan. Sampai
adiknya membalas.
“Memangnya kenapa, Izumi dan aku masih lima belas.”
“Kalau pengakuan cinta, aku mendapat dua hari ini. Mereka kutolak dengan
halus. ‘Pengalaman’ ini tidak sesulit itu.”
“Kau terlalu kaku, Izumi. Bukannya tidak apa-apa mengencani mereka
sebentar.”
“Kasumi-chan terlalu jahat. Tak diragukan lagi, semua pacar Kasumi-chan
tidak memancang Kasumi-chan hanya ‘sebatas teman’…… Kalau kau terus seperti
itu, suatu saat akan ada hal buruk yang terjaid.”
Sadar akan dirinya yang menyedihkan,
Mayumi depresi sembari mendengar BGM pembicaraan adiknya.
◊ ◊ ◊
4 November.
Akhirnya, sekarang adalah istirahat
makan siang hari pertama sekolah.
“Ketua, maksudku, Mayumi-san. Kau
terlihat agak lelah.”
Tatapan khawatir tertuju pada Mayumi,
yang duduk di ruang OSIS untuk membantu menyelesaikan berkas-berkas, dari
Azusa.
“Hmm, sedikit. Tapi aku tidak apa-apa.”
“Bukankah lebih baik kalau kau tunggu
sampai minggu depan……”
Hari ini hari Jumat. Pada hari Sabtu
juga ada pelajaran, tapi murid kelas 3 tidak benar-benar harus masuk sekolah,
dan jumlah mereka yang belajar di rumah hari ini dan besok tidaklah sedikit.
“Aku rasa aku tidak kuat untuk lebih
lelah lagi.”
“Aku mengerti. Jadi kau pergi dan
masuk sekolah?”
Azusa memiringkan kepalanya,
memandang jawaban Mayumi dengan wajah bingung.
Lagipula, datang ke sekolah karena
lebih lelah tinggal di rumah mungkin bukanlah sesuatu yang dapat dimengerti
orang lain.
Dia merasa malu untuk menjelaskannya.
Karena itu, Mayumi tidak menjawab
pertanyaan Azusa dan sedikit menguap ‘aah’ dengan satu tangan menutupi
mulutnya.
Dia melipat kedua lengannya diatas
meja.
Lalu, menaruh pipinya diatasnya.
Dia merasa kalau mata Asuza
terbelalak saat dia tiba-tiba berbaring dan mulai mengantuk, tapi Mayumi tidak
peduli dan mulai menarik nafas lega seolah-olah ia tidur.
[1] Kata yang dimaksud adalah ‘Maid’ yang berarti
pelayan dalam Bahasa Inggris.
[2] Dalam mitologi Jepang, rakun adalah hewan
yang dapat berbuat jahat dengan muka datar.
[3] Kembar identik
2 Comments
Lanjut terus om, semangat
BalasHapusTanpa disadari, saya membaca semua bab ini meski tidak ada miyuki dan onii-sama (cuma sekedar disinggung)
BalasHapusPosting Komentar