MENGHARGAI HARI SEDERHANA
(Translater : Zerard)
Matahari musim gugur lebih lemah di
banding musim panas, namun kehangatannya mirip dengan musim semi.
Duduk di atas rerumputan di
bawah langit biru seperti lukisan, sangatlah mudah untuk terbawa suasana.
Gadis Sapi menguap hebat dan
tersenyum pada pria yang bersamanya.
“Ahhh, rasanya menyenangkan
sekali.”
“......Mrm.”
“Upsss, apa aku melukaimu?”
“Nggak,” dia berkata. “Tapi
aku nggak mengerti kenapa kamu melakukan ini.”
“Karena aku mau?” Dia
mengusap rambut hitamnya dengan satu
tangan, menggerakkan stik kecil di tangan kanannya ke dalam telinganya.
“Heh-heh! Membersihkan telingamu Ini ternyata cukup asik.”
“Benarkah?”
Setelah itu, dia terdiam.
Gadis Sapi menganggap itu
sebagai pertanda bagus, menikmati sebuah beban yang berada di atas lututnya.
Angin sejuk bertiup dari
kota, melewati bukit di mana aster dulunya mekar.
Arunika masih terasa hangat,
namun angin terasa semakin mendingin. (TL Note : Arunika = sinar mentari pagi )
Aroma manis terbawa oleh
angin—zaitun.
Apa aromanya bisa terbawa
sampai sejauh ini? Senandika Gadis Sapi. (TL Note : Senandika = https://kbbi.web.id/senandika )
Dunia terlihat damai.
Pria ini tidak banyak
bercerita padanya, namun...
Hujan telah berhenti, badai
telah berlalu, dan segalanya telah berakhir.
Pengelana dalam perjalanan
pulang mengernyit mmelihat mayat goblin yang mereka temukan di jalan.
Para petualang tingkat
rendah yang telah di berangkatkan tidak lama setelah fajar untuk membersihkan
semua tersisa merasa tidak senang juga.
Namun seseorang yang klandestin
menggali lubang dan memasang perangkap sepertinya tidak terlalu mempedulikan
itu semua. (TL Note : klandestin = https://kbbi.web.id/klandestin )
Festival telah berakhir, dan
dia telah melakukan apa yang harus di lakukan, itu saja. Dan itu artinya...
“Aku harus kembali ke diriku
yang seperti dulu, juga...huh.”
“....Ada apa?”
“Ng-nggak.” Dia berkata,
kemudiam mendekatkan bibirnya ke dekat telinganya dan meniup lembut.
Pria itu bergerak terkejut.
Aku
tahu ini pasti menyenangkan, Senandika Gadis Sapi.
“Selesai. Berguling. Aku
bersihkan yang sebelahnya juga.”
“....Baik.”
Dia menuruti dan berguling,
layaknya seekor anak anjing yang besar.
Walaupun dia sedikit
berbahaya untuk seekor peliharaan, dan mungkin tidak cocok untuk berburu.
Hewan
liar?
Dia membelai rambut pria itu
dan berpikir.
“Nggak juga. Kamu sudah
punya rumah.”
“Kamu ngomong tentang apa?”
“Hmm, apa ya.”
Gadis sapi tertawa kecil tak
berarti, dan menarik kuping pria itu.
“Jangan bergerak, aku nggak
mau memasukkannya terlalu dalam.”
“Itu akan menjadi masalah.”
“Bisa nggak sih kamu jangan
terlalu serius.”
Gadis Sapi tertawa kecil. Seperti
apakah terdengarnya suara tawa gadis itu padanya, setelah mereka berada sedekat
ini?
Suara Goblin Slayer selalu
sedikit teredam oleh helmnya. Apa suara gadis itu terdengar sama bagi Goblin
Slayer?
Seraya Gadis Sapi memikirkan
hal ini, pria itu mendengus.
“Maaf. Ayo istirahat.”
“Huh?” Gadis Sapi berkedip,
namun menarik pembersih telinganya. “Ya, tapi... Ada apa?”
“Kita kedatangan tamu.”
Dia duduk. Gadis Sapi
mengikuti pandangannya dan menemukan beberapa orang.
Satu kecil, satu langsing,
satu pendek, dan satu besar.
“...Ahh.” Bahkan seraya
Gadis Sapi tersenyum mengerti, pria itu memasang helmnya.
Dia menurunkan visornya,
mengikatnya, mengumpulkan perlengkapannya, dan mengangguk. Dia telah siap.
“Kamu nggak perlu malu.”
“Aku nggak malu,” dia
berkata sambil berdiri. Dia memeriksa setiap wajah akan empat rekannya, dan
kemudian bertanya. “Goblin?”
“Yeah! Kok tahu! Walaupun
aku nggak mau tahu sih, tapi....” High Elf Archer membuat
suara antara dengusan dan helaan.” Gadis Resepsionis itu memohon pada kita, dia
bilang nggak ada orang yang mau melakukannya. Jadi kami nggak punya pilihan...”
“Ayo, dimana? Seberapa
besar?” Tidak butuh waktu banyak baginya untuk memutuskan..
Itulah jawaban yang selalu
dia berikan. High Elf Archer memutar matanya ke langit, namun Lizard Priest
sudah terbiasa dengan ini semua.
“Di pegoenoengan. Dan
sepertinja sarang mere’a coe’oep besar.”
“Baiklah. Perlengkapan.”
“Oh! Aku sudah membawa
semuanya!” Priestess terlihat merasa bangga dan sedikit malu dalam waktu yang
bersamaan.
Itu menjelaskan tas yang
cukup besar yyang di bawanya. Jika mereka ingin berpeergian menuju gunung
dengan berjalan kaki dan tidak melalui kereta kuda, maka mereka akan
msmbutuhkan banyak persiapan. Dan Pengalaman Priestess yang cukup banyak telah
membantunya mempersiapkan semuanya.
“Aku rasa, Makanan dan
anggur. Dan semua yang biasanya selalu kita pakai?” tanya Dwarf Shaman.
“Bagus.” Goblin Slayer
mengangguk. “Barang lain yang kita butuhkan, bisa kita dapatkan setelah kita
sampai. Apa sebuah desa yang mengisi permohonan quest?”
“Benar.”
“Kalau begitu mereka paham
akan daerah mereka. Hal pertama yang kita lakukan setelah sampai kesana, kita
pelajari wilayahnya.”
Gadis Sapi memperhatikannya menpersiapkan
barangnya satu per satu.
Terdapat sesuatu yang begitu
menarik perhatian tentang ini semua, sesuatu yang benar-benar dapat di
andalkan, dan dia merasakan senyumnya melebar di wajahnya.
Gadis Sapi berdiri terdiam
di rerumputan. Dan pada saat yang sama, pria itu memutar helmnya mengarah dia.
“Maaf. Aku akan kembali.”
“Iya. Nggak usah khawatir.
Cuma kamu yang bisa melakukannya, kan?”
“....Ya.”
Kemudian pria itu berbicara
lagi, seolah teringgat sesuatu.
“Zaitun.”
“Yeah?”
“Aku menelitinya, tapi aku
rasa itu nggak cocok untukku.”
“Ah, masa?” Gadis Sapi
memiringkan kepalanua, angin meniup rambutnya. “Aku rasa aku nggak setuju
dengan itu....”
“Benarkah?”
“Ya.”
“Begitu.”
Dan dengan itu dia terdiam
dan pergi menuju petualangannya—tidak, pemburuan goblinnya.
Dia akan mengalahkan mereka.
Dia akan mengalahkan mereka dan kembali pulang.
Gadis Sapi mengerti
sepenuhnya bahwa ini adalah bagaimana cara pria itu menghabiskan harinya.
Dan Gadis Sapi akan
menghabiskan harinya menunggu pria ini, seperti yang selalu dia lakukan—karena
sekarang festival telah berakhir.
Gadis Sapi memperhatikannya
pergi, tersenyum, kemudian kembali ke kebun dengan siulan. Kalau begitu, sekarang.
Angin berhembus dari
kejauhan, sekali lagi membawa aroma akan zaitun.
Bunga itu melambangkan empat
hal: kemurnian, kerendahan hati, cinta sejati...dan cinta pertama.
Aku
rasa itu cocok sekali dengannya.
Gumamnya, layaknya aroma
bunga, tertiup oleh angin.
Musim gugur semakin
mendekati akhir, dan musim dingin mulai mendekat.
6 Comments
nice di tunggu lanjutannya
BalasHapusyoi :)
Hapusditunggu PDF Vol 3-nya :v
BalasHapus-_-a
Hapusmakkasih mimin zerard, ditunggu updatenya :)
BalasHapusditunggu kelanjutannya gan. serta ditunggu pdfnya. terima kasih.
BalasHapusPosting Komentar