BAB 6
(Translater : Hikari)
Bagian
1
—Di panggung arena yang mengadakan [Duel Para
Kreator]
《Gift Game : Duel Para Kreator》
Komunitas yang Berpartisipasi :
** Total dua puluh empat peserta. ※Tercantum
di lampiran.
Garis Besar Game :
*Babak penyisihan akan menjadi pertarungan
antara tiga peserta.
*Yang terakhir bertahan akan maju ke babak
berikutnya.
Syarat kemenangan :
*Saat lawanmu jatuh di luar area arena.
*Saat kau menghancurkan Gift lawanmu.
*Saat lawanmu tidak memenuhi syarat kemenangan
(termasuk menyerah)
Kondisi diskualifikasi :
*Saat peserta jatuh di luar area arena
*Saat Gift yang dimiliki peserta hancur
*Saat peserta tidak memenuhi kondisi kemenangan
yang disebutkan di atas.
Sumpah : Menghormati isi pernyataan di atas,
berdasarkan Kehormatan dan Bendera kami, kami akan mengadakan Gift Game.
Cap "Salamandra"
Cahaya matahari terbenam dan gemerlap kandelir
lilin mengguyur arena.
Disebabkan oleh Konvensi Para Master yang akan
diadakan segera setelah ini, peristiwa ini mengarah ke peningkatan tak terduga
pada 【Duel
Para Kreator] yang diadakan sebulan sekali, dan acara ini menjadi lebih meriah
dibanding biasanya.
Ketiga peserta berdiri di tiga sudut arena
seakan mereka sedang menunggu gong yang mengisyaratkan mulainya game.
Kudou Asuka berdiri di ujung barat arena
petarung sambil mengamati lawannya dengan ekspresi masam.
(Tidak
pernah terpikir olehku hari di mana aku akan menghadapi Kasukabe-san sebagai
lawanku di Gift game akan datang… …Di sisi lain, Willa sang Ignis Fatuus[1],
mungkinkah itu… …)
Gadis yang di sana itu, sang pemimpin dari
[Will-O'-Wisp] .
Asuka dapat merasakan pesona jahat yang memancar
dari karakteristik gadis yang secara kontras terlihat seksi dan imut.
Penampilannya adalah lambang dari imoralitas karena mencuri dan mengunci
tatapan para Pria dengan sosoknya yang menggoda itu. Namun, jelas bahwa gadis
ini tidak sadar dengan pesonanya tersebut; dengan rambut twin tail yang selembut hidangan penutup terbaik yang meleleh di
mulut yang menegaskan wajah baby facenya.
Sementara itu dadanya yang montok dan sosok yang dapat menyebabkan orang lain
untuk melemparkan tatapan penuh nafsu padanya karena mereka tak berdaya
tertarik ke arah itu.
Asuka memandanginya dan Willa yang menyadari
tatapan itu, menoleh padanya.
"……?"
Dia memberikan gerakan manis menawan memiringkan
sedikit kepalanya ke samping. Kebanyakan orang mungkin tidak memahami alasan
menjadi fokus dari tatapan Asuka. Setiap gerakannya terlihat imut dan di saat
yang sama, menggairahkan tanpa batas.
—Tapi Asuka jelas tentang satu fakta.
Gadis menawan itu adalah iblis yang memerintah
Jack o' Lantern.
—dan juga salah satu dari sedikit peserta, yang
dapat dihitung oleh jari-jari di satu tangan, yang mewakili Sisi Utara.
"……"
Saat mereka saling bertemu tatap, Willa
tiba-tiba mengeluarkan sebuah senjata tumpul berbentuk salib.
*zugashu!*
"‼?"
Rasa sakit menyengat yang mendadak muncul dari
dahi Asuka dan dia bergumul di tengah bintang-bintang yang sepertinya
melayang-layang dalam pandangannya. Buru-buru, dia mencoba memahami situasinya
dengan melihat ke sekitarnya, hanya untuk menemukan senjata tumpul berbentuk
salib yang seharusnya ada di tangan Willa—Tidak, lebih tepatnya, palunya berada
di sini saat ini.
Terpicu oleh serangan awal yang dilancarkan
sebelum pengumuman resmi Game, Asuka melonjak dari kursinya tapi Ayesha segera
menghentikannya.
"Tidak, tolong tunggu, maaf soal yang
barusan! Itu kebiasaan buruk Willa one-san……"
"Kebiasaan buruk? Melemparkan senjata
tumpul ke kepala orang lain?!"
"Ye, yea! Melemparkan senjata tumpul pada
lawan yang membuatnya tertarik, untuk melihat respon si target, itulah
kebiasaan buruknya! Aku akan memberinya teguran keras soal itu, jadi tolong abaikan
masalah ini kali ini saja!"
Ayesha dengan susah payah menahan Asuka di
pundaknya. Meskipun Asuka tidak ingin menahan amarahnya, untuk saat ini, dia
memutuskan bahwa hal yang terbaik adalah memendamnya.
Bagaimanapun, ini adalah Panggung Game dan
hutang apapun yang dimiliki dapat diselesaikan dalam Game tidak lama lagi.
(Begitulah
yang kuinginkan! Aku tidak akan membiarkanmu lari setelah menggigitku seperti
ini, wahai konstestan terkuat dari Utara!)
"Aku percaya pada kalian semua, Deen.
Dan—Almathea."
{"Jangan khawatir, tenanglah,
tuanku."}
Bagian
2
—Pintu Masuk Selatan arena [Duel Para Kreator].
Kasukabe Yō dengan tenang memfokuskan pikirannya
di sudut Selatan.
Dia tidak tahu kenapa Asuka ingin mengikuti Game
ini.
Tapi dia tahu bahwa sekarang ada alasan bagi
dirinya sendiri untuk menang dalam game [Duel Para Kreator] ini.
Yō melirik sekilas pada Willa sang Ignis Fatuus
di Sisi Timur sambil mengingat kembali percakapan mereka sebelumnya.
"Bagus. Dengan begini, aku bisa memenuhi
janji yang kubuat dengan Koumei."
Masih diragukan apakah gadis itu tahu apapun
mengenai ayahnya tapi dari nada bicaranya itu, sepertinya dia mengenalnya.
Kalau memang benar begitu, tidak masalah lawan manakah yang berdiri di
jalannya. Yo harus meraih kemenangan.
Terlebih lagi, Kudou Asuka adalah temannya. Dia
tidak bisa membiarkan dirinya kalah dengan cara yang memalukan dalam
pertarungan ini.
(Kuro
Usagi dan Jack juga ada di bangku penonton. Kurasa itu berarti Asuka telah
menerima Gift barunya. Jadi, aku harus mendapatkan hasilnya dalam sekejap
sebelum dia bahkan mendapat kesempatan untuk menggunakannya.)
Yō tersenyum saat merasakan semangat tempurnya
yang kuat, kepercayaan diri, dan ekspetasi terhadap rekannya membuncah dalam
dadanya. Jika Asuka dapat bertahan melawan serangan pertamanya, itu akan
membuktikan bahwa Asuka telah mengatasi kelemahannya dari yang sebelumnya.
Sebagai seorang teman, itu akan memberinya
perasaan gembira, dapat diandalkan, sedikit mengancam dan menyenangkan.
(Terlebih
lagi, barusan…dia…telah menyadari Gift Willa-san dan memberikan balasan yang
baik untuk itu… …Tidak masalah. Aku tidak akan kalah.)
Yō berpegangan pada kepercayaan diri yang mutlak
serta strateginya.
Tepat saat dia menaikkan konsentrasinya ke
tingkat tertinggi, suara dari gong yang menandakan dimulainya Game begema di
dalam arena.
Bagian
3
Kuro Usagi, Jack dan Laius duduk di bangku
penonton di mana suara-suara orang banyak naik hingga ke titik puncaknya. Dan
trio tersebut menunggu mulainya Game.
"Uu……Ini…Ini gawat! Siapa yang mengira
bahwa Asuka-san, Yō-san dan Willa-san akan dipasangkan bersama di babak
penyisihan yang sama?!"
"Yahoho……benar. Gadis itu yang bertindak
sesukanya, aku sudah memberitahunya berkali-kali untuk langsung datang ke
bengkel kerja. Tapi seharusnya tidak akan ada masalah untuk Asuka-chan!"
"Ta-Tapi, kemampuan fisik Yō-san jelas
berlawanan dengan Asuka-san. Begitu dia terjatuh keluar dari arena……game ini
bahkan mungkin mendapatkan pemenangnya muncul dalam sekejap."
"Mustahil."
Jack
menyela tajam dan Kuro Usagi hanya dapat menutup mulutnya karena itu.
Jack telah melihat secara langsung dengan jelas
perkembangan kekuatan Yō di [Underwood] namun nada bicaranya memiliki keyakinan
dan kepastian.
"Yahoho… …Kasukabe-chan memang seorang
musuh yang kuat tapi tetap mungkin bagi Asuka-chan untuk mengalahkannya.
Bagaimanapun, Asuka-san belum memahami kemampuan sejatinya… Meskipun berkata
begitu, aku hanya memahaminya dari mendengar penjelasan Garol-dono. Tapi
setelah mendengarkannya itu dapat membuat seseorang mengerti bahwa kekuatannya
bukanlah mengenai mengendalikan gift yang dianugerahkan padanya, tapi milik
pihak yang menganugerahkannya——sama dengan menganugerahkan [Mock Divinity].
"YES." Kuro Usagi menganggukkan
kepalanya sebagai jawaban, dia juga memiliki perasaan semacam itu.
Di Little Garden, hal yang disebut [Divinity]
menunjuk pada Gift yang dapat menyebabkan sebuah ras atau objek untuk
meningkatkan kekuatan spiritualnya hingga ke tingkat maksimal. Di antara semua
ini terdapat sesuatu yang disebut [Mock Divinity] yang khusus dalam mendorong
Gift ke potensi maksimalnya, menyebabkan mereka melepaskan kekuatannya ke
tingkat yang mirip dengan Gift kelas Divine.
Tapi, karena hanya meningkatkan output, ada
kemungkinan bahwa itu akan menghancurkan Gift setelah didorong hingga sepenuhnya,
karena ketidakmampuannya untuk menahan proporsi peningkatan spiritual.
"Itu adalah kemampuan yang menakutkan
sekaligus sangat sulit untuk dikendalikan. Terutama metode penganugerahannya
kebetulan adalah 'Pemberian Divinity(bahasa)'. Bahasa menjadi medium di mana
kekuatan spiritual menghilang secara instan dan itu memiliki ciri khas merosot
kekuatannya sebelum mencapai target yang diinginkan. Tidak lupa juga kita harus
memperhitungkan kekuatan spiritual dari target yang mungkin dapat menahan
dampaknya. Karena itulah Kuro Usagi-dono, salah mengira kekuatannya sebagai
[Kendali] sangat bisa dimengerti."
"YES.. …, tapi memikirkan itu, tidak ada
seorang pun yang seharusnya menganggap itu sebagai pemberian keilahian tipuan
dari awal."
Telinga Kuro Usagi gemetar marah memprotes.
Jack menahan senyum simpulnya saat mengacungkan
jari telunjuknya.
"Karena itulah kami telah menyiapkan
perlengkapan paling cocok untuk Kudou Asuka……Gift yang dapat mengeluarkan
potensi luar biasa dalam dirinya—Untuk saat ini aku bahkan bisa dengan tenang
mengatakan bahwa Asuka-chan sebanding dengan tingkat kekuatan Faceless."
Jack berkata dengan percaya diri.
Melihat bagaimana dia begitu yakin soal itu,
Kuro Usagi hanya dapat berharap hal itu menjadi kenyataan.
Dan menelan ludah saat dia melihat arena tempur
melingkar itu.
"Sebanding dengan—Faceless-sama?"
"Yahoho! Bukankah aku sudah mengatakannya?
Asuka-chan mungkin saja menang—"
"Mustahil. Pemenangnya hanya bisa
Willa."
Suara dingin dari samping telah menerobos
percakapan mereka.
Laius yang duduk di sebelah Jack dengan tanpa
ampun menginjak-injak harapan mereka.
"Willa adalah yang terkuat dari Sisi Utara.
Hanya sekedar orang tanpa nama tidak dapat menandinginya. Tapi jika orang yang
dibicarakan tersebut memiliki 'Benteng' yang telah kuciptakan, dia mungkin
dapat bertahan kira-kira lima menit."
Kata-kata Laius menyela percakapan santai kedua orang itu.
Jack menghela napas, kelihatan kehilangan
momentumnya dalam suaranya yang ceria:
"Haiz…
…Kelihatannya kau benar-benar berharap Asuka-chan kalah, ya? Tapi itu
adalah senjata yang hanya bisa digunakan sampai potensi tertingginya di tangan
Asuka-chan. Laius-kun, kau tahu itu lebih daripada siapapun, 'kan?"
"Hmph, memang kenapa? Aku tidak begitu
peduli dengan hal semacam itu. Aku hanya ingin gadis itu dipermalukan. Dan
bahan-bahan untuk 'Benteng' itu adalah Adamantium Ore dan bulu domba tersebut.
Memisahkannya menjadi logam olahan dan bulu domba untuk dipasarkan akan masih
cukup menguntungkan, bukan?"
Laius menyunggingkan senyum tipis dan menyebalkan.
Kuro Usagi mengerutkan alis karenanya, tapi hal
yang dia khawatirkan adalah masalah lain.
('Benteng'
pastinya adalah Gift baru, 'kan? Tapi benda apakah itu, Adamantium Ore dan bulu
domba yang dibicarakan itu?)
"Harus kukatakan, Laius-kun, bulu domba itu
dipinjam dari [No Name] dan kau tidak bisa menjualnya begitu saja. Terlebih
lagi, sekaliun kau mau menjualnya, tidak ada banyak kegunaannya—]
"Haha, kau benar-benar orang kampung tak
bergigi sampai tidak tahu ini. Lembaran bulu kambing gunung itu sebenarnya
adalah salah satu barang mewah yang dapat digunakan untuk membantu Komunitas
pertanian. Itu begitu penting sampai-sampai mereka bisa menelan ludah saat
melihatnya."
"Per, Pertanian? Bulu kambing gunung?"
Bukannya itu Gift yang disebut [Benteng]? Tidak
dapat memahami hubungan antara kedua hal itu, Kuro Usagi menelengkan kepalanya
kebingungan.
Memang benar, mereka telah mengambil Gift-Gift
yang cocok dari perbendaharaan [No Name] untuk digunakan dalam pembuatan Gift,
tapi Kuro Usagi tidak pernah mendengar kegunaannya.
Tapi karena itu adalah Gift yang diinginkan
untuk pertanian, itu pastilah sesuatu yang menguntungkan untuk membangun
kembali ladang-ladang.
Lily dan anak-anak lain akan sangat senang
mendengar ini. Bisa jadi Jack telah merencanakan hal itu dengan menyiapkan Gift
semacam itu.
"……Ah! Dimulai!"
Kuro Usagi menunjuk ke pusat arena tempur.
Begitu suara gong yang menandai dimulainya Game
bergema di udara, tatapan para penonton semuanya terfokus pada area bermain
berbentuk melingkar tersebut.
Dan seruan-seruan antisipasi berkumandang di
bangku-bangku penonton.
Setelah tiga pukulan gong yang menandai
dimulainya acara, gadis yang berperan sebagai Wasit — Ayesha Ignis Fatuus,
muncul di tengah-tengah arena dengan rambut biru berkuncir duanya bergoyang di
belakangnya.
"Ay…Ayesha-san? Kenapa dia yang jadi
wasitnya?"
"Yahoho! Kami dari [Will-O`-Wisp] telah ada
di Game ini sebagai peserta tetap! Jadi, Sandra-sama telah menominasikan Ayesha
untuk tugas ini sebagai penghargaan keikutsertaan kami yang panjang!"
Jack melonjak-lonjakkan kepala labunya saat
tertawa bangga.
Komunitasnya telah muncul di bagian yang
dihormati pada [Tablet Lautan Bintang].
Dan alasan kenapa Willa disebut sebagai Pemain
terkuat dari Utara tepatnya adalah karena catatannya yang tidak terhitung dalam
memenangkan Game, menjadi legenda yang tak terkalahkan.
Memilih wasit dari Komunitas [Will-O`-Wisp] yang
telah menunjukkan hasilnya dengan baik pada Festival Kelahiran Naga Api juga
adalah sesuatu yang seharusnya tidak begitu mengejutkan.
(Akhirnya
dimulai. Yō-san… …Asuka-san… …)
Kuro Usagi menautkan jemarinya seperti sedang
berdoa.
Berdiri di atas panggung arena pertempuran,
Ayesha mulai membacakan nama-nama dari ketiga kontestan yang sedang menunggu di
sudutnya masing-masing.
"—Ronde pertama akan dimulai sekarang!
Dari [No Name], Kudou Asuka!
Dari [No Name, Kasukabe Yō!
Dan idola semua orang! Kandidat paling populer
untuk meraih kemenangan mutlak!
Wanita super yang tidak terkalahkan!
Dari [Will-O`-Wisp], Willa sang Ignis
Fatuus—!"
"―Woooooooooooooooooooooooh!‖"
Mendengar perkenalan yang dibuat untuk Willa, seluruh tribun menjadi liar dan
bersorak-sorai meriah.
Meskipun dia tidak seakrab Kuro Usagi, tapi
Willa masih cukup terkenal. Tapi orang yang dibicarakan malah memiringkan
kepalanya kebingungan karena keriuhan semacam itu di tribun.
Melihat kehebohan para penonton, Ayesha
menganggukkan kepalanya dengan puas saat dia mengangkat tangan untuk membuat
pengumuman.
"Dengan ini kunyatakan——permulaan resmi
[Duel Para Kreator]‼!"
Bagian
4
Dalam sekejap—
Angin yang bercahaya sebiru langit muncul dari
tanah.
Kasukabe Yō yang dengan cepatnya memasuki posisi
tempurnya, dengan segera menilai bahwa fenomena adalah angin yang dilepaskan
oleh Willa.
Spiritnya yang bernama [Iblis Api Biru] sebagian
adalah karena kemampuannya untuk memanggil gas fosfor yang dapat terbakar dari
fosil. Kalau hanya itu, Yō hanya perlu memunculkan pusaran angin untuk
menghindarinya.
Tapi sampai terkenal sebagai api terkuat dari
Utara, seharusnya tidak sampai di situ saja level fenomena alamnya.
"—Summon, [Ignis Fatuus]."
"……!?"
Gelombang hawa panas terbawa dalam angin biru
langit itu dan atmosfir diliputi oleh sensasi terpanggang yang sedikit
tersembunyi dari indera.
Meskipun warna apinya berbeda, tapi Yō jelas
menyadari bahaya yang dimiliki api tersebut. Karena dia dapat merasakan bahwa
ini sama dengan perasaan saat itu di mana Jack telah melepaskan api yang amat
sangat kuat saat mereka di [Underwood].
Angin dari Api Penyucian yang telah dipanggil
dari Neraka.
Gift yang hanya memerlukan tujuh lentera saja
untuk menghancurkan seluruh kota dengan lidah-lidah apinya.
(Apa…Apa-apaan
orang ini?! Apa dia mencoba memanggil Api Penyucian di arena……?!)
Game baru saja dimulai dan Willa telah berencana
untuk menggunakan kekuatan serangannya yang terkuat. Gerakan pertama yang
direncanakan untuk menjadi sebuah serangan skala besar dalam area yang luas dan
jurus terang-terangan yang tidak dapat dibayangkan itu muncul dari seseorang
yang berpenampilan menggemaskan.
Willa berencana untuk menggunakan serangan
pertamanya untuk mengalahkan mereka berdua sejak awal.
(Perubahan
rencana……! Karena dia menggunakan Api Penyucian dari Neraka, Asuka juga akan
berada dalam bahaya‼!)
Kurang dari sedetik dalam Game, Yō telah
mengalihkan targetnya untuk fokus pada Willa. Situasinya telah memaksanya untuk
mengabaikan strateginya.
Mencengkeram [Genome Tree]nya, Yō
mematerialisasi lempengan berkilau pelindung kaki dari [Pegasus] sambil
memunculkan angin menyilaukan untuk menyerbu ke arah Willa. Dan tepat saat dia
berseluncur di angin dan akan mendaratkan tendangannya—
Sosok Willa tiba-tiba menghilang.
"Ini gawat—!"
Teleportasi instan—Hanya mereka yang
mengendalikan portal antar dunia yang dapat membuka [Gerbang Astral].
Metode aktivasi portal unik semacam ini pada
dasarnya berbeda dari kemampuan Jack yang muncul dari dalam api.
Jack dapat bergerak dari satu api ke api
lainnya, sebuah pergerakan dari satu titik ke titik lainnya dalam cara linear,
tapi teleportasi gadis itu adalah jenis yang instan dan tanpa tanda-tanda awal
atau hubungan dengan objek atau penghalang apapun.
Pertemuan sebelumnya juga sama dengan yang ini
dan Yō tidak dapat mengerti trik teleportasinya ini.
—Meskipun itu pernah didengar, tapi memang Gift
ini melampaui apa yang dapat dipahami pikiran.
Kekuatan semacam itu mustahil untuk ditandingi
oleh kecepatan dan kekuatan lima indera. Menghadapi kekuatan semacam itu
memerlukan sebuah Gift yang berbeda sama sekali sifatnya tapi sekarang bukanlah
waktu untuknya bereksperimen untuk menciptakan Gift baru.
(Angin
Biru Langit itu tidak berhenti… …Kalau ini terus berlanjut……)
Yō mendongakkan kepalanya untuk berteriak sekuat
tenaga.
"Asuka‼ Cepat! Larilah dari arena
ini!"
"Eh—" Wajah Asuka terlihat terkejut
dan tercengang. Jelas bahwa dia sama sekali tidak mengerti sifat dari ancaman
yang berupa api biru langit itu.
Akan tetapi, sudah pasti bahwa tidak ada cukup
waktu bagi Yō untuk bergegas menyelamatkannya.
Ini baru dua detik sejak dimulainya Game.
Willa sang Ignis Fatuus telah memanggil [Ignis
Fatuus] dan menyebabkan angin biru langit berhembus melintasi arena. Ayesha
yang telah dinominasikan sebagai wasit juga lari dengan wajah pucat menuju luar
arena, tapti terhempas ke bangku penonton saat gelombang angin panas meledakkan
dia dari belakang.
"Oi, Willa-nee, itu benar-benar berle…
…Yaaaaaaah!"
Rambut kuncir duanya memunculkan asap hijau saat
Ayesha terjatuh ke bangku penonton.
Bangku penonton disesaki dengan Gift pertahanan
untuk melindungi hadirin, jadi kerugiannya hanya sampai situ, sementara pusat
dari arena berubah mejadi pemandangan yang mengerikan.
Melampaui Api Penyucian yang dipanggil Jack,
lidah-lidah api yang lapar ini membakar segala sesuatu yang ada di dunia
alamiah. Seluruh area pertarungan menyala-nyala oleh api biru langit dan dalam
sekejap mengubah panggung menjadi garing.
Dan pilar-pilar api biru tersebut menjulang
hingga ke Selubung Little Garden.
Gelombang panas yang membakar itu terlepas
hingga ke puncaknya sampai cukup kuat untuk memecah lautan awan di langit.
Iblis yang berada di celah antara hidup dan
mati—Willa, telah menunjukkan kekuatan yang dapat membinakasan apapun dalam
pilar-pilar tersebut. Yang membuat para penonton terdiam atas pertunjukkannya
itu.
"Ba…Bagaimana bisa… …"
Tangan Kuro Usagi gemetar saat dia mengerang
pilu.
Kekuatan sejati Willa melampaui perkiraannya.
Tepatnya karena Kuro Usagi tahu apa yang telah
dilepaskan oleh Willa, dia gemetar atas pemandangan brutal di hadapannya. Kalau
dugaan Kuro Usagi tepat sasaran, Asuka dan Yō bukanlah tandinya baginya.
Memanggil Api Penyucian dari Neraka bukanlah
perkara mudah.
Seperti Shiroyasha yang dapat memanggil papan
Game [White Night Plateau], Willa telah melepaskan kekuatan spiritualnya untuk
menghancurkan portal antara realita dan perapian Neraka untuk membakar arena.
"Beraninya dia… …pada mereka berdua…
…rekan-rekan Kuro Usagi… …"
Kuro Usagi yang telah membuang sebagian besar
logikanya karena murka, telah berubah menjadi ke rambutnya yang sewarna persik
menyala.
"Kuro Usagi-san, jangan khawatir. Lihat
baik-baik, mereka berdua tidak terluka sama sekali oh~!"
Jack menggunakan nada bicaranya yang riang untuk
memberitahu Kuro Usagi yang memancarkan kilat-kilat merah saat hampir menerjang
dengan tatapan membunuh.
"—EH?" Kuro Usagi berseru bodoh.
Suara itu mungkin hanyalah tanda untuk serangan
balasan, atau mungkin itu hanya murni kebetulan.
*Ding
Ling* Pilar-pilar api biru yang
membakar—hancur oleh suara merdu seruling dan denting bel.
Bagian
5
Percher yang berjalan ke arena sendirian
tertegun oleh keajaiban di depan matanya. Tepatnya karena perubahan dramatis
dalam arena yang telah menyebabkan dia memiliki pandangan seperti itu di
wajahnya.
—Itu benar. Ini bukanlah sebuah kiasan.
Angin Api Biru yang mengamuk dari Langit ke
Bumi—membeku menjadi sebuah pilar es raksasa sebelum pecah menjadi
serpihan-serpihan salju yang halus.
"Membekukan seluruh pilar api tersebut…
…Mungkinkah itu Asuka—"
Berkata demikian, dia melihat ke arah
lubang-lubang dan terkejut lagi.
Asuka tidak lagi berada di gelanggang petarung.
Hanya ada Willa yang berdiri di tengah-tengah arena dan Yō yang meloloskan diri
ke langit. Dan alih-alih apa yang tadinya adalah permukaan arena—Sebuah bola
besi yang tadinya tidak ada sebelumnya, kini berada di tempat tersebut.
(Bola
itu……Deen tidak mungkin berubah menjadi bola besar itu.)
Di area arena di mana api penyucian mengamuk,
bola misterius itu sama sekali tidak tergores oleh serangan hebat tersebut.
Sebuah aliran listrik samar-samar dapat terliaht menari di permukaan bola besi
itu dan memberikan kesan sebuah pertahanan tak tertembus melawan serangan
siapapun.
Seluruh stadion terdiam dan dari pusat
arena—datang suara Asuka, di tengah-tengah angin yang membekukan.
"Tidak apa-apa sekarang. lepaskan
pelindung, Alma."
{"Baik, tuanku."}
—*Plonk* Bola itu memantul.
Bagian luar sangkar logam yang dingin itu
terlihat berdenyut sebelum berubah bersama suara desis kilat di sekelilingnya.
Tanduk-tanduk panjang yang agung, empat kaki
hewan berkuku belah yang kuat, rambut hewan keperakan yang terus berkilauan
dengan listrik. Sosok luar biasa dari Divine Beast Kambing Gunung berdiri di
sebelah Asuka, menjagainya.
(Kambing
Gunung….Divine Beast? Dan dapat mengeluarkan kilat? Itu tidak mungkin Divine
Beast biasa!)
Kisah ini telah diceritakan turun-temurun dalam
legenda-legenda, Gift 'Petir' yang merupakan simbol dari roh kelas Dewa.
'Petir' adalah energi alam terakhir yang Umat Manusia berhasil kendalikan, dan
dapat mempertahankan rasa hormat dan keyakinan yang abadi sejak zaman kuno.
Pengucapan bahasa Jepang untuk 'Petir' juga bisa
ditulis sebagai 'Raungan Dewa'. Angin kencang, hujan dan raungan hebat
halilintar adalah kumpulan rasa takut yang tidak terbatas untuk Manusia saja
tapi untuk banyak ras lainnya juga, menjadi keyakinan tertua dari semuanya.
Roh kelas Dewa dari spektrum terakhir Tetua Dewa
akan secara bertahap akan semakin sulit untuk mengeluarkan petir saat mereka
semakin dekat dengan Dewa-Dewa normal di akhir spektrum.
(Itu
aneh……Divine Beast Kambing Gunung sudah jelas memiliki kekuatan yang lebih
besar daripada Asuka. Bagaimana bisa Asuka berhasil menjinakkan monster semacam
itu……?)
"Percher! Apa yang kau lakukan di tempat
seperti ini?"
Percher yang cepat-cepat mengembalikan
pikirannya ke saat ini, segera menolehkan kepalanya. Orang-orang yang
memanggilnya barusan adalah Jin dan yang lain yang berpisah jalan sebelum ke
Koridor Pajang.
Trio tersebut berlari ke arah Percher yang
mereka temui secara tidak sengaja dan menyadari bahwa Rin tidak terlihat di
mana pun, mereka bertanya :
"Di mana Rin?"
"Entahlah, aku tidak tahu. Dia mengatakan
sesuatu tentang harus melakukan hal yang mendesak dan karena itulah kami
berpisah jalan. Soal masalah apakah itu, kurasa Yang Mulia adalah orang yang
harusnya kau tanyai, 'kan?"
"Hm? Oh, tidak masalah. Aku tahu soal itu.
Rin seharusnya sekarang sedang mengejar penjahat dari 'Kamikakushi' saat ini,
ya 'kan?"
"Begitukah?"
"Karena dia mengatakan sesuatu tentang
menemukan beberapa petunjuk— Dibandingkan dengan itu, coba lihat arena. Harus
kukatakan bahwa Game ini terlihat akan sangat menarik."
Yang Mulia menyipitkan iris matanya yang
keemasan saat tertawa riang.
Bersandar di selasar, dia sepertinya mengamati
Asuka dan Divine Beast Kambing Gunung dengan tatapan penuh selidik.
"Terlihat seperti boneka tapi bukan sebuah
boneka. Bagaimanapun itu memiliki kesadarannya sendiri dan terlihat hidup. Aku
penasaran siapa yang dapat membuat mahakarya semacam itu."
"Um……itu mungkin Gift yang diciptakan Jack
dan Willa-san dari [Will-O`-Wisp], kurasa."
Jin membuka mulutnya untuk membalas santai dan
Yang Mulia mengnaggukkan kepala tanda mengerti.
"[Iblis Api Biru]……iblis yang mengendalikan
portal antara hidup dan mati? Aku mengerti, sepertinya memang begitu. Karena
bagi wanita itu, menganugerahkan nyawa tidaklah terlalu sulit. Makhluk itu
mungkin adalah reinkarnasi Divine Beast."
"Reinkarnasi?" Jin dan Percher
menelengkan kepala mereka.
Yang Mulia tersenyum saat menudingkan jari pada
Ayesha yang pingsan di antara para penonton.
"Sebagai contohnya gnome itu. Dia adalah
sesosok gnome yang diimplankan pada tubuh orang mati, untuk terlahir dalam
bentuk kehidupan yang baru. Kebanyakan tubuh hidup pada dasarnya kehilangan
hasil spiritual yang dicapainya setelah mati, tapi ada beberapa yang bahkan
melanjutkan hidupnya setelah mati dan bereinkarnasi ke kehidupan berikutnya."
"……Apa maksudmu kebangkitan?"
"Tentu saja bukan! Bagaimana mungkin?
Sebuah kehidupan baru memiliki warisan dari kepribadian yang baru. Terlebih
lagi, bagi yang sudah mati sepenuhnya untuk kembali hidup akan memerlukan
operasi kosmologi independen. [Iblis Api Biru] belum mencapai kekuatan selevel
itu. Meskipun roh akan kurang lebih mempertahankan sebagian ingatannya, tapi
apa yang benar-benar dia warisi adalah penampilannya saja. Dalam reinkarnasi
semacam itu, kekuatan spiritualnya sudah pasti akan berkurang—"
Mendadak, Yang Mulia menghentikan kata-katanya.
Senyum yang dia miliki sebelumnya kini terhapus
sepenuhnya dari wajah saat dia terlihat terkejut menatapi Divine Beast Kambing
Gunung.
(…kalau
ini melewati proses reinkarnasi, kekuatan spiritualnya sudah pasti akan
berkurang. Karena jumlah kekuatan spiritual yang diwariskan dalam reinkarnasi
akan tergantung dari kekuatan spiritual generasi berikutnya. Dalam kasus
normal, keilahian dari kehidupan masa lalu juga akan kembali… … Kalau begitu,
kenapa Kambing Gunung itu masih bermaterialisasi sebagai Divine Beast?)
Yang Mulia penuh dengan keraguan saat dia
memandangi Asuka dengan tatapan tajam.
Dalam perang di [Underwood], dia telah mendengar
tentang Gift yang dimiliki Kudou Asuka.
Menurut Aura yang telah melawannya, gadis itu
tidak diketahui kelahirannya, tapi dia dapat mengendalikan api yang dapat
menyebabkan [Mata Maut Balor] menjadi tidak efektif.
Karena itulah, Yang Mulia berspekulasi bahwa
gadis itu memiliki semacam kekuatan luar biasa super Gift pembunuh Dewa yang
mirip dengan garis keturunan Garuda Phoenix.
(Tapi
orang ini tidaklah sama. Untuk meningkatkan kekuatan spiritual, akan memerlukan
anugerah Divinity atau kemampuan dengan area efek yang luas—Tidak peduli apa
pun itu, semuanya melampaui kemampuan pengaruh alam Manusia.)
Yang Mulia merunduk menatapi Asuka dan Divine
Beast misteriusnya.
Setelah itu, dia menangkap pemandangan dari
Kasukabe Yō, yang meloloskan diri ke langit, dari sudut matanya. Yō telah
menggunakan [Genome Tree] yang menggabungkan Gift dari Salamander dan Rat,
mengenakan lamellar armor kulit
'Tikus Api' yang dapat membuatnya dapat meloloskan diri dari badai ganas Api
Penyucian.
(Oh?
Yang satu ini menggunakan [Genome Tree] untuk lolos dari kematian? Kelihatannya
api Penyucian Neraka tidak dapat membunuh tikus yang lahir dari plasenta api.)
Tapi menggunakan Salamander dan Tikus untuk
bergabung menjadi 'Tikus Api' bukanlah ide yang sangat bagus karena itu sama
saja dengan mengumumkan pada orang lain mengenai kekuatanmu yang sebenarnya.
Yang terbaik adalah tetap dengan kombinasi sederhana agar tidak membongkar
rahasia mengenai fakta bahwa dia mengendalikan Pohon Filogenetik.
(Meskipun
itu sedikit kasar dan kekanak-kanakan……tapi [No Name] ini benar-benar harta
karun seperti yang kuharapkan. Akan jauh lebih baik kalau aku dapat membungkus
mereka dan membawanya sebagai oleh-oleh.)
Yang Mulia mengedutkan ujung-ujung bibirnya
menjadi seulas senyuman. Tersenyum gembira seperti seorang anak kecil yang
mendapatkan mainan baru, dia juga mulai memperlihatkan raut wajah menakutkan
yang ingin merampas segala yang ada di depan matanya untuk dirinya sendiri.
Jin melirik sekilas sebelum mengembalikan
pandangannya ke bawah cepat-cepat untuk melihat-lihat bangku penonton.
"……Ah, Kuro Usagi! Dan Jack!"
Mendengar namanya disebut, telinga kelincinya
bergerak dengan cepat.
Kuro Usagi melihat ke sekeliling untuk waktu
yang lama sebelum akhirnya menemukan Jin di bangku penonton atas.
"Jin-bocchan! Apa yang kau lakukan di
sini?!"
"Yaho? Sandra-sama juga di situ!"
"Aku membawa Jin berkeliling kota untuk
berjalan-jalan sedikit. Senang bertemu denganmu, [Bangsawan Little Garden]-san,
lama tidak bertemu sejak yang terakhir kali."
Sandra mengenakan senyum pura-puranya dengan
nada bicara dewasa untuk berbohong begitu saja. Setelah terbiasa dengan peran
sebagai seorang Master, mungkin saja dia secara tak terduga bagus dalam acting.
Laius yang pada dasarnya merasa tertekan saat
melihat Master Sandra, segera berdiri untuk menunjukkan senyum tulus yang tidak
pernah terlihat dari dirinya sebelumnya sambil mempersilakan mereka untuk duduk
di sampingnya.
"Wah, bukankah ini Sandra-sama dari
[Salamander]? Saya tidak mengira akan bertemu Anda di bangku penonton biasa!
Silakan, duduklah!"
"Anda benar-benar ramah, terima kasih, Laius-sama.
Anda juga tiba di wilayah Sisi Utara, ya?"
"Ya. Saya tidak tahan dengan suasana
daratan negara Sisi Timur dan tertarik dengan budaya peradaban Utara. Dan saat
ini kami dari [Perseus] telah mengembangkan hubungan dengan Komunitas Jack o
Lantern."
"Itu terdengar sangat bagus. [Will-O`-Wisp]
sedang dalam peningkatan, mendapatkan bantuan dari tekhnik yang diberikan Gift
[Perseus] sudah pasti bagaikan Naga dengan tambahan sayap untuk mengarungi
Little Garden. Tolong berikanlah kepada mereka tekhnik-tekhnik dan kemampuan
berharga sebagai ganti kebudayaan tersebut."
"Um……soal itu…Yah, saya akan menangani
sebaik yang dapat saya lakukan."
Laius menyunggingkan senyuman yang seperti
kejang-kejang sebagai balasan.
Sandra secara halus memintanya untuk 'menyerahkan
semua tekhnik yang berharga pada Jack dan yang lainnya'. Dengan permintaan
semacam itu, Laius tidak dapat melanjutkan responnya yang ramah dan hanya dapat
membalas dengan ambigu.
Setelah digoda oleh Sandra, Laius melihat ke
arah Jin dan lainnya yang berdiri di belakangnya dengan perasaan tidak senang.
Kemudian tiba-tiba, pandangannya berhenti pada
Yang Mulia.
"Oi, bocah berambut puitih di sana."
"Apa?"
Yang Mulia dengan tenangnya membalas cara
memanggil yang tidak sopan itu.
Di saat-saat biasa, Laius pasti akan marah
dengan sikap semacam itu dari Yang Mulia. Dia yang memiliki harga diri yang
tinggi tidak akan pernah membiarkan seorang anak remaja biasa yang kelihatannya
berumuran dua belas tahun untuk berbicara dengan nada semacam itu.
Tapi ini adalah kasus yang berbeda.
Dia mengamati bocah berambut putih dengan iris
mata keemasan itu yang adalah Yang Mulia sebelum menegakkan tubuhnya sedikit
untuk bertanya :
"Kau…. Pernahkah kita bertemu di suatu
tempat sebelumnya?"
Bagian
6
Di tengah-tengah badai datang suara renyah dari
tiga permata berwarna biru langit yang pecah saat mereka menyentuh tanah.
Itu semua adalah cangkang-cangkang kosong Gift
yang berjatuhan dari tangan Asuka setelah membekukan Api Penyucian.
(Uu……Padahal Permata Beku jauh lebih mahal
daripada Permata Api……)
Asuka penuh penyesalan dalam hatinya saat dia
bersedih atas penggunaan Giftnya yang boros itu.
Akan tetapi, sebagai seorang Ojou-sama dari
keluarga yang kuat keuangannya, dia tidak bisa membiarkan perasaan semacam itu
muncul di wajahnya.
—Hanya membicarakannya sedikit, meskipun itu
melenceng dari topik pembicaraan.
Alasan mengapa Permata Beku lebih mahal sudah
pasti bukan karena perbedaan penggunaannya.
Alasan sebenarnya adalah Gift semacam itu dapat
menyebabkan pembalikan dalam energi kinetik sebuah objek dan menyangkal hukum
kedua termodinamika; sebuah berkah yang mustahil bagi Umat Manusia tiru. Kalau
fenomena semacam ini dengan mudah ditiru, Manusia akan dapat membuat sebuah
Mesin Gerak Abadi dengan gampang. Karena itulah, meskipun ini adalah dunia
Little Garden, satu-satunya keberadaan yang dapat menentang hukum fisika ini
hanyalah Iblis.
Dan Gift mahal semacam ini sudah dapat dibeli
untuk harga yang mahal sebesar satu keping koin emas untuk satu permatanya!
——Oke, selesai sudah gossip yang melenceng ini.
Asuka telah memperbesar kekuatan angin beku ini
untuk menciptakan "fenomena pembekuan" dalam skala besar yang ada di
hadapan mereka.
Itu adalah sebuah Gift yang berada di ujung lain
spektrum Api Penyucian yang seharusnya dapat membuat semua yang ada menjadi
abu. Bahkan di antara Dewa-Dewa Nordik, hanya ada satu dewa yang dapat
mengendalikan badai sebesar ini.
Benturan antara keduanya telah menyebabkan
panggung Game meleleh ke tanah, sama sekali tidak meninggalkan bayangannya.
Tapi jika seseorang menajamkan matanya untuk melihat lebih dekat, jejak-jejak
samar keberadaannya dapat terlihat dan bergerak keluar dari arena tersebut akan
segera menjadi diskualifikasi.
Saat Asuka menegaskan kembali garis keliling
arena pertarungan, Yō turun di sebelahnya.
Diselubungi lamellar
armor 'Tikus Api, Yō menyeka keringat dinginnya saat mendekati Asuka sambil
tersenyum.
"Asuka, itu hebat! Tapi bagaimana caranya
kau membuat api itu……"
"Hoho, itu rahasia……Meskipun itu yang ingin
kukatakan, tapi lawan kita sepertinya bukanlah orang yang mudah untuk diajak
main-main kali ini," Asuka melemparkan tatapan tajam pada Willa.
Tidak repot-repot menyembunyikan rasa
permusuhannya, Asuka langsung berniat membunuh.
"Senang bertemu denganmu untuk yang pertama
kalinya, Willa-san. Namamu juga terkenal di Sisi Timur tempatku tinggal."
"……"
"Tapi, aku sama sekali tidak menyangka kau
akan mencoba membunuh kandidat potensial untuk Aliansimu. Aku meminta jawaban
darimu, pemimpin [Will-O`-Wisp]. Tolong jelaskan apa motifmu."
Asuka berdiri dengan berkacak pinggang saat
bertanya dengan nada mengancam pada Willa.
Yō juga memiliki pemikiran yang sama karena
[Duel Para Kreator] yang diadakan Master tentunya melarang membunuh lawan. Itu
adalah aturan yang diketahui dengan baik dan tidak perlu dituliskan pada [Geass
Roll].
Melihat Willa melepaskan serangan fatal
tersebut, hampir benar bagi orang lain untuk berkesimpulan bahwa dia
melakukannya tanpa niat untuk bermain mengikuti aturan Game dan atau mungkin
kekurangan akal sehat dasar.
"Tolong jawablah. Kenapa kau memanggil api
seberbahaya itu? Tergantung dari jawabanmu, kami mungkin harus memikirkan ulang
perjanjian Aliansi kita."
"……?"
Willa tertegun untuk sesaat.
Menelengkan wajahnya yang bisa dibilang lebih
manis daripada permen, dia memperlihatkan raut muka yang sedikit kebingungan
saat dia bertanya:
"……bahaya?"
"Huh?"
"Apa. Bahayanya. Dari. Api. Selevel.
Itu?"
—Kachi,
mereka berdua menjadi kaku di saat bersamaan.
Pikiran dan tubuh mereka secara tak sadar
mematung seakan dikutuk.
Tidak perlu dikatakan, jawaban Willa telah
mencabik-cabik harga diri mereka sampai berkeping-keping. Jawaban tanpa emosi
semacam itu lebih tepatnya digambarkan sebagai 'mencabik-cabik keberadaan
mereka sampai berkeping-keping'.
Tidak pernah mereka bayangkan bahwa dirinya yang
membuka tungku Neraka dapat digambarkan olehnya hanya sebagai "Selevel.
Itu." Karena dari nada bicaranya jelas terasa bahwa dia telah menahan
diri.
Asuka menahan kemarahannya sambil memaksakan
tersenyum menatap Willa.
"Be…Begitukah? Yah, kau benar. Api seperti
itu bukan apa-apa."
"Te…Tentu saja. Sama sekali tidak masalah
dengan api seperti itu."
Asuka dan Yō menanggapi dengan tergagap-gagap……
Kata-kata yang terdengar kaku itu sudah jelas bukan karena masalah dengan
pendengarannya.
Dan memikirkan apa yang terjadi pada kedua orang
itu, Willa memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan seperti seekor hewan yang
kebingungan sementara kuncir duanya berayun bersama gerakan itu. Kemudian,
sepertinya menyadari sesuatu, dia mengangkat kepalanya.
"—kalian, kuat."
"Eh?"
"Kalian memandang rendah diri kalian.
Kata-kataku sama sekali bukan sindiran. Saat melawan kalian berdua, Api
Penyucian dari Neraka sama sekali bukan apa-apa. Bahkan tidak mendekati apa
yang harusnya kalian takutkan."
"……"
"Haah*
Asuka secara tidak merilekskan suasana dirinya yang tegang yang hampir menarik
keluar pedangnya dalam situasi yang membuat emosi tersebut.
Badai ganas Api Penyucian benar-benar
mengerikan, atau setidaknya itulah kasus yang ada di ingatan Asuka dan Yō. Tapi
setelah merasakannya secara langsung, mereka berdua masih tidak terluka sama
sekali.
Setiap kali Yō lolos dari cengkeraman dingin
Kematian, dia akan menjadi lebih kuat.
Meskipun Asuka kerepotan dengan bakatnya,
kelihatannya dia akhirnya mendapatkan Gift yang sesuai.
Sejak hari di mana mereka tiba di Little Garden,
mereka berdua telah mengumpulkan pencapaian dan karma yang jumlahnya terus
bertambah, membuat bakat mereka mekar dalam kecepatan yang tidak terduga. Itu
adalah kata-kata yang Willa coba katakan.
"Terutama Asuka. Aku sudah mendengar
tentang situasimu dari Faceless."
"Benarkah? Dari dia?"
"Mhm. Mendengar itu darinya, aku kemudian
menciptakan Giftmu—[Benteng Almathea]."
Willa menjulurkan jari telunjuknya.
Menuding tepat ke Divine Beast Kambing Gunung
yang terlihat agung.
"[Benteng Almathea] adalah aku dan Jack…dan
Lulu kerjakan bersama—"
"Lulu? Siapa itu? Mungkinkah maksudmu
adalah si Tuan muda?"
"Uhuk, apa yang barusan kukatakan tidak
termasuk."
Willa memulainya dari awal. TAKE 2[2]
"[Benteng Almathea] adalah aku dan Jack…dan
Laius kerjakan bersama untuk menciptakan sebuah mahakarya. Dirimu saat ini,
dapat sebanding dengan Fei Fei…Ehem
Face. Less. Jadi kau seharusnya lebih percaya diri."
Willa mencoba sebisa mungkin untuk membuat
wajahnya kaku dengan keseriusan.
Meskipun dia berusaha keras untuk menasehati
mereka berdua, akhirnya tetap saja jauh dari kata sempurna, dengan beberapa kekeliruan
dalam tindakannya.
Tapi kelihatannya dia ingin melanjutkan dengan
sikap serius sampai akhir saat dia membentangkan lengannya dalam gestur
menyambut mereka berdua.
"……Aku tidak suka bertarung ataupun
berpartisipasi dalam Game. Tapi agar kalian berdua menyadari potensi sejati
kalian—Aku telah ikut serta dalam kompetisi ini sebagai Pemain Terkuat dari
Sisi Utara. Dan aku akan memberikan yang terbaik untuk membuat ini sebagai
tanda terima kasih pada kalian."
"Tanda terima kasih?"
"Jack dan Ayesha telah diselamatkan dua
kali dari tangan Raja Iblis oleh kalian. Tanda terima kasih ini adalah untuk
itu," si gadis terkuat dari Utara tersenyum.
Asuka dan Yō menatap satu sama lain sebelum
mengangkat bahu sambil merasa sedikit kebingungan.
"……Bagaimana mengatakannya, ya. Kurasa
orang yang merasa diselamatkan adalah kami."
"Mhm. Dan kami belum pernah
membalasnya."
Menganggukkan kepala, mereka berdua mengambil
posisi bertarung untuk bersiap bertempur.
Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk
menikmati [Duel Para Kreator] sepenuhnya.
Dia, pemain terkuat dari Utara, membentangkan
lengannya menerima tantangan tersebut, bagaimana mungkin mereka menahan
perasaan tersebut? Anak-anak bermasalah dari Timur tidak pernah merasa sesenang
dan sesemangat ini sebelumnya.
"Meskipun ini akan berat bagi Willa-san,
kami akan meminta maaf lebih dulu karena melakukannya secara dua lawan
satu."
"Tidak masalah. Aku juga akan menunjukkan
kekuatanku sepenuhnya di pertarungan berikutnya. Kalau kalian tidak
melakukannya secara tim, mungkin akan berbahaya."
Berkata demikian, Willa mulai melepaskan angin
biru dari tangannya.
Meskipun dalam skala kecil, bersentuhan dengan
[Ignis Fatuus] tidak diragukan lagi akan menyebabkan luka fatal.
Pertama-tama, mereka harus menembus angin biru
tersebut. Dan meskipun lamellar armor
kulit 'Tikus Api' bisa saja menahannya, itu tidak dapat melancarkan serangan.
Terlebih lagi, kalau mereka tidak punya cara untuk menangani teleportasi instan
itu, semuanya akan sia-sia.
Yō memeras otaknya memikirkan sebuah rencana
untuk menyerang saat Asuka mencondongkan tubuh untuk berbisik pelan.
"Kasukabe-san, aku ada rencana…… Bagaimana
denganmu?"
"……Apa resikonya?"
"Hanya bisa mendapatkan keuntungan besar
dengan resiko yang besar, 'kan?"
Asuka tersenyum nakal. Bagi Asuka yang bahkan
membicarakan rencana, itu artinya ada kemungkinan hal tersebut berhasl.
Mengerti tentang bagian dirinya yang itu, Yō mengangguk setuju.
"Baiklah. Katakan padaku, rencanamu itu
kalau begitu."
Dalam sekejap Asuka menganggukkan kepalanya——
Situasinya telah mengalami perubahan dramatis.
[1] Ignis Fatuus berari Api si Bodoh yang
membakar para orang bodoh
[2]
TAKE 2 : Seperti saat syuting dan si sutradara bilang "Take One"
"Take Two"
0 Comments
Posting Komentar