BAB 8
(Translator : Orion)
--- Apa yang
sebenarnya sedang terjadi saat ini, pikir Izayoi.
Meski Izayoi memiliki
kemampuan deduksi yang luar biasa seperti Sherlock Holmes, hal yang terjadi di
depan matanya membuatnya sedikit kesulitan untuk menyimpulkan kejadian tragis
yang terjadi. Tampaknya Willa dan Asuka terlihat baik-baik saja dan tidak
terluka sedikit pun di arena pertarungan. Tapi Jack, Yō, dan
Kuro Usagi yang tampak babak belur di bangku penonton.
Biasanya,
orang-orang akan berpikir kalau ada keributan besar terjadi di antara para
penonton.
Namun, Izayoi
mengerti betul dengan kekuatan sejati Kuro Usagi dan dirinya yang terluka parah
hingga seperti ini, hal ini merupakan perbuatan yang sangat tidak mungkin
dilakukan oleh lawannya. Sangat tidak mungkin jika luka-luka yang didapatkannya
berasal dari pertarungan biasa.
Jadi satu-satunya
opsi yang bisa menjelaskan kejadian saat ini adalah-----Orang yang melukai Kuro
Usagi melakukannya dengan sengaja.
Ketika melihat
kondisi mereka pertama kali, Yō, Jack dan Asuka juga akan terlibat dalam pertarungan
yang sedang terjadi.
“---!”
Lalu, siapa yang
melakukan ini kepadanya?
Izayoi melirik ke
arena pertarungan sekali lagi.
Satu-satunya yang
bisa melakukan hal seperti ini kemungkinan Willa the Ignis Faatus. Ini adalah
kesimpulan yang ia dapatkan ketika ia masih kebingungan dengan situasi yang
terjadi di depannya---tapi ketika matanya melirik ke arah bocah berambut putih
dengan matanya yang berwarna emas, kesimpulan yang sebelumnya didapatkan langsung
dibuang jauh-jauh.
Menatap ‘Yang
Mulia’ tanpa terlihat sedikit pun ekspresi di wajahnya, Izayoi bertanya kepada
Jin yang berdiri di dekatnya.
“………Oi,
Ochibi-sama.”
“Y…Ya?”
“Ia orang yang
melukai Kuro Usagi dan Kasukabe kan?” Izayoi menyuarakan kesimpulan yang
didapatnya.
Nada bicara yang
digunakan oleh Izayoi menunjukkan sikapnya yang sedingin es hingga membuat
orang-orang yang kenal Izayoi dengan baik merinding ketakutan. Baik Asuka atau Yō menjadi salah satu orang-orang yang pertama kali melihat
Izayoi berbicara dengan nada yang begitu dingin.
Izayoi tetap
menatap ke arah ‘Yang Mulia’ terus-menerus sembari berjalan mendatanginya
dengan ekspresi sedingin es terpampang di wajahnya dan ia bertanya ke ‘Yang
Mulia’ dengan pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan ke Ochibi-sama.
“………Apa kau yang
melakukan hal ini kepada Kuro Usagi?”
Ia menatap ‘Yang
Mulia’ dengan tubuh yang lebih pendek dan umur yang lebih muda darinya, dan
bertanya dengan cueknya.
Ketika keduanya
saling menatap satu sama lain, ‘Yang Mulia’ mengangguk menyetujui hal itu
dengan santainya.
“Yeah, Aku yang
melukai kelinci itu.”
“Jadi begitu.”
----Dalam sekejap,
Izayoi
memelototkan matanya.
“Kalau
begitu---Aku tidak perlu alasan lain lagi untuk menghajarmu, dasar bocah
berambut putih---!!!”
Setelah mengatakan
hal itu, Izayoi menendang ‘Yang Mulia’ di kepala belakangnya dengan kekuatan
yang mampu menghancurkan sungai dan gunung.
“Gya…!!?”
Tangan yang
digunakan untuk melindungi dirinya juga ikut merasakan dampak dari tendangan
yang dilakukan Izayoi. Bukan karena ‘Yang Mulia’ sedang lengah, tetapi
kemarahan disertai dengan serangan yang tiba-tiba membuatnya tidak bisa
melindungi dirinya sepenuhnya.
Meskipun serangan
tersebut hampir membuat pingsan ‘Yang Mulia’, ia masih dapat berdiri dengan
menggunakan seluruh kekuatan yang ada di dirinya untuk focus pada saat ini.
Sayangnya, hal ini
menjadi langkah terburuk dan kesalahan terbesar yang akan menjadi kekalahannya.
‘Yang Mulia’
seharusnya bergerak menjauh ketika ia meredam tendangan tersebut.
Hanya perlu
sedikit menjaga jarak dan---- ia tidak akan tertangkap oleh tangan Sakamaki
Izaayoi.
“Sialan…….”
‘Yang Mulia’
meraih pergelangan tangan Izayoi dan menggengam erat-erat dengan maksud untuk
melukainya. Namun, pergelangan tangan Izayoi tidak terluka sedikit pun.
Izayoi juga meraih
pergelangan tangan ‘Yang Mulia’ dan membantingnya dengan keras.
Dampaknya cukup
mematikan hingga bisa mengguncang Langit, menyebabkan lantai arena pertarungan
hancur berkeping-keping. Efek dari serangan tersebut juga menhancurkan
terowongan sungai bawah tanah.
Setelah kehilangan
kendali dirinya atas amarahnya, Izayoi terus memburu ‘Yang Mulia’ dan
menyerangnya bertubi-tubi; tanpa mempedulikan dampak dari serangannya ke
sekitarnya. Ia yang biasanya memikirkan untuk berhati-hati ketika menyerang
sekarang sudah tidak mempedulikan hal itu lagi.
Alasan kenapa
Izayoi mengabaikan hal yang dipercayainya dan kontrol dirinya hanya ada satu.
Tampak tidak
menyadari dua orang yang ada di sampingnya-----Izayoi berteriak seperti makhluk
buas saat ia memastikan sosok Kuro Usagi yang berlumuran darah dengan kedua
matanya sendiri ketika bertarung melawan ‘Yang Mulia’.
“Yahoho………? Si……
Situasinya tampak buruk!”
Untuk merawat Kuro
Usagi yang terluka, Jack buru-buru menggendong Kuro Usagi dan menjauh dari
arena pertarungan dengan melarikan diri ke langit. Asuka juga mengajak Yō untuk
melarikan diri, tapi dirinya masih syok.
Ini pertama
kalinya dia melihat Izayoi yang sedang marah; Asuka mau tidak mau harus menarik
napas Panjang saat dia menyaksikan pemandangan yang ada di depan matanya.
“Ini… Ini
benar-benar….”
“………sangat marah.”
Keduanya telah
lupa akan keinginan untuk melarikan diri. Izayoi yang marah sudah cukup membuat
bocah berambut putih dengan mata berwarna emas itu sibuk.
Pukulan ketiga
tidak hanya menghancurkan lantai arena pertarungan tapi dampak dari tinju itu
juga sampai ke Galeri Seni dan menghancurkan tempat itu. Kekuatan dari pukulan
itu juga menghancurkan beberapa rumah yang ada di sekitar hingga menjadi
puing-puing. Hanya butuh tiga pukulan hingga memunculkan dampak seperti
diterjang oleh angin topan yang dahsyat.
Dipukul ketika ia
sedang berdiri --- di bagian belakang kepalanya, dadanya, dan panggulnya. ‘Yang
Mulia’ memuntahkan darah hingga tubuhnya jatuh ke tanah. Sungguh menakjubkan
melihat tubuhnya masih masih utuh dan dirinya yang masih sadar membuatnya
menjadi sesuatu yang ditakuti.
Izayoi melangkah
maju dengan niat untuk melanjutkan serangannya saat dirinya masih penuh dengan
amarah.
‘Yang Mulia’
kemudian mengangkat kepalanya sambil menatap ke arah Izayoi— dan tiba-tiba
tersenyum sinis.
“………Kalian lama
sekali. Apa saja yang kalian lakukan selama ini?”
Dengan menambah
sedikit kecepatan di pukulan yang akan diberikannya, Izayoi akan menciptakan
dentuman keras dengan kecepatan pukulannya. (Note: Ini maksudnya jika Izayoi
mempercepat pukulannya sedikit lagi, pasti akan tercipta suara supersonik.)
Mendaratkan
pukulan yang ia yakini sebagai yang terakhir, tinju-nya tidak mengenai
sasarannya. Karena ketika pukulannya akan mengenai ‘Yang Mulia’, ia menghilang
tanpa jejak.
“Menghilang?
Mungkinkah karena si bajingan yang sebelumnya?”
“Oh, seperti yang
kau duga”, tawa yang terdengar mengejek seperti dari aktor drama terdengar.
Suara yang
terdengar seperti orang mabuk terdengar di atas puing-puing yang awalnya arena
pertarungan.
Sosok yang menatap
[Kota Kouen] ketika kota itu dipenuhi oleh warna senja di sore hari. Namun,
bukan hanya satu atau dua orang saja yang menatap [Kota Api] ini.
[Naga Berkepala
Tiga yang mengigit Ekornya sendiri] ------Kekuatan besar yang berkumpul di
bawah Bendera Aliansi [Ouroboros] dan sosok mereka menunjukkan wajah jahatnya.
“Ara, maafkan aku akan
hal itu. Dirimu yang mengatakan hal yang sama dengan kejadian pagi tadi,
artinya kau menyadari hal kecil seperti itu dan dapat menduga seperti yang kau
ucapkan sebelumnya. Bukankah orang seperti dirinya adalah hal yang harus kita
waspadai, ‘Penasihat’-dono.”
“Hentikan
ocehanmu. Jangan berbicara denganku sekarang.”
Rin menegurnya
dengan suara gemulai-nya saat dia berlutut di hadapan ‘Yang Mulia’. [Note: Ara~
Ara~ Sound]
“Aura, bagaimana
keadaan ‘Yang Mulia’?”
“Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan. Meskipun lukanya parah, tidak ada yang fatal. Tampaknya
dampak dari semua pukulan itu sedikit meleset dari organ vital-nya.”
“Wajar saja.
Lagipula, ia adalah pemimpin kita. Ia tidak akan bisa dikalahkan dengan mudah
oleh seorang yang tak dikenal dari sisi lawan.”
Di belakang gadis
cantik dengan Panjang rambutnya yang melebihi bahunya----Rin, para anggota
terkuat telah berkumpul.
Seekor Griffin
hitam legam dengan satu tanduk.
Seorang penyihir
yang memakai jubah panjang yang tampak aneh.
Dan seorang pria
yang menonjol dari kerumunan tersebut dengan pakaian anehnya-----memakai mantel
dengan warna terang merah dan biru. Seorang pria yang tampak seperti seorang
badut memancarkan aura mengancam dengan kehadirannya, menjadikannya orang yang
paling berbahaya.
Setelah sebelumnya
pernah bertarung dengan mereka, Asuka dan Yō langsung mengenali mereka.
“Wanita berjubah
itu……juga muncul pada pertempuran di [Underwood].”
“Griffin Hitam itu
juga ada di sana. Tampaknya bocah berambut putih itu adalah……”
Keduanya menatap
pasukan utama dari Aliansi Raja Iblis saat mereka berdiri di langit di atas
mereka berdua.
Kemenangan di [Underwood]
belum ditentukan dari kekuatan mereka. Hal ini karena anggota kelompok tersebut
jelas mempunyai kekuatan hebat dan akan jadi hal yang buruk jika langsung
menyerang mereka.
Bahkan Izayoi yang
membuat ‘Yang Mulia hingga babak belur seperti itu masih enggan menyerang
mereka langsung, ia hanya berdiri menatap mereka dengan tatapan sinisnya.
Melihat musuh yang akan mereka lawan dalam waktu dekat, Asuka dan Yō tidak bisa
menahan sedikit rasa ketakutan mereka dalam mengantisipasi hal yang akan
dating.
“Mereka…adalah
Komunitas yang memimpin kumpulan Raja Iblis.”
“Aliansi Raja
Iblis dan pemimpinnya…….”
Keduanya melayang
di langit saat mereka menyaksikan situasi yang sedang terjadi di bawah.
Menyadari kalau
kekuatan mereka saat ini tidak cukup, namun hal itu tidak meredam keinginan
mereka untuk bertarung melawan Aliansi Raja Iblis.
Mereka telah
bertekad untuk terus bertarung jika orang-orang dari Aliansi Raja Iblis itu
ingin memulai pertarungan lagi.
Aliansi Raja Iblis
juga mewaspadai pergerakan Asuka dan Yō saat mereka sedang merawat luka ‘Yang
Mulia’. Setelah sebagian banyak darah yang ada di wajahnya dibersihkan oleh
Aura, ‘Yang Mulia’ merapikan pakaiannya dan berdiri memimpin Aliansi Raja
Iblis.
“………Rin, apakah ia
yang mengalahkan Ras Terkuat?”
“Ya. Ia orangnya.”
“Aku mengerti.
Jadi pria itu juga seorang kandidat untuk [Origin] huh?”
Darah masih
menetes dari sudut bibirnya saat ia melihat kea rah Izayoi dari atas
puing-puing.
Izayoi
menghilangkan amarahnya tapi terus menatap ke arah gerombolan yang membelakangi
Matahari Terbenam.
Saat tatapan
keduanya yang dipenuhi oleh kebencian dan dendam atas satu sama lain bertemu,
‘Yang Mulia’ tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
“………...Hahaha,
kebetulan sekali. [Genome Tree] dan kandidat dari [Origin] berasal dari
komunitas yang sama? Sepertinya aku tidak perlu bersusah payah lagi karena
semua hal yang kuinginkan mulai bermunculan satu per satu.”
“Ini yang disebut
sebagai bukti dari kekuatan anda yang sangat hebat hingga Langit akan tunduk
pada Yang Mulia. Jadi apa rencana anda? Jika Yang Mulia menginginkannya, kami
dari Aliansi akan mengabulkannya sekarang juga.”
“Tunggu dulu. Kita
hentikan dulu sampai di sini dan mundur. Pasukan utama [Salamandra] juga akan
segera tiba.” ‘Yang Mulia’ menunjuk ke arah Istana---Wilayah Komunitas
[Salamandra], dimana beberapa naga api besar mulai terbang keluar dari area
Istana.
Selain itu,
pasukan polisi militer yang telah diberi tahu oleh Mandra tentang keributan
yang terjadi di tempat ini mulai mengerumuni tempat kejadian.
“Meskipun cukup
menarik jika kita terus bertarung dalam keadaan seperti ini, tapi ini akan jadi
sia-sia karena kita telah mendapatkan [Demon King of Confusion] yang bergabung
ke kelompok kita. Kurasa kita akan bermain-main lagi setelah tercipta rencana
yang bagus nanti……… bagamana dengan rencanamu itu, Rin?”
“Mhm. [Demon King
of Confusion]-san sudah siap untuk mengatur Game-nya kapan saja.”
“Begitukah? Jadi
hanya tinggal………. ”itu” yah. ‘Yang Mulia’ tertawa sinis.
Seketika,
puing-puing yang ada di dekatnya mulai bergetar dan keluarlah Percher, dari
balik puing-puing, dan Jin yang dilindunginya dari gelombang kejut. Mereka
akhirnya muncul kembali setelah terkubur beberapa saat sebelumnya.
“Terima kasih,
Percher. Kau benar-benar sangat membantu.”
“………Ini bukan
apa-apa. Lagi pula, kita ini terhubung sebagai tuan dan pelayan-nya, hal ini
wajar aku lakukan.”
*Fui* Percher
berpaling ketika dia membalas perkataan Jin.
Menatap keduanya,
‘Yang Mulia’ menggunakan nada bicaranya yang ramah saat mereka pertama kali
bertemu dan memanggil mereka berdua:
“Hey tampaknya
kalian baik-baik saja. Jin, dan Percher!”
“Ugh. ‘Yang
Mulia…!”
Dua orang ini
segera menatap ke atas sedangkan Percher dan anggota dari Aliansi Raja Iblis
bersiap dengan posisi bertarung mereka.
Namun, ‘Yang Mulia’
memberi isyarat kepada mereka dengan tangannya untuk menahan aksi mereka.
Dengan memberikan
senyuman seperti orang yang tak bersalah, ‘Yang Mulia’ yang beridi di atas
puing-puing menaikkan volume suaranya.
Dengan niat agar
orang lain mendengarkan percakapan itu, ia kemudian mengumumkan---
“Ah, sungguh hari
yang menyenangkan setelah menghabiskan waktu Bersama kalian berdua hari ini!
Aku pasti akan mengingat kenangan ini sebaik-baiknya! Tentang tawaran
sebelumnya----Mengenai undangan agar bergabung dengan Aliansi Raja Iblis,
pikirkan saja dulu baik-baik, okay?!”
“Ap……” Keduanya
menelan ludah saat mereka menyadari betapa buruk situasi mereka saat ini dengan
situasi di sekitar mereka.
Ketika di
sekeliling mereka banyak pasukan polisi militer berkumpul, pemimpin dari musuh
mereka malah mengucapkan kata-kata tersebut. Selain itu, banyak saksi mata yang
menyaksikan kalau mereka sedang menghabiskan waktu bersama ‘Yang Mulia’
sebelumnya.
Jika hal ini terus
berlanjut, mereka akan dicap sebagai mata-mata dan pergerakan mereka akan
terbatas.
“’Yang Mulia’… Kau
ini……”
“Hoho, aku selalu
ingin melakukan hal ini. Nah? Aku memimpin lagi kan, Jin?”
‘Yang Mulia’
menunjukkan senyum gembira dan tulus nya yang menandakan kalau ia sedang
membuat lelucon. Seperti senyuman anak kecil yang telah setengah berhasil
menunjukkan kenakalannya, seperti tidak ada maksud jahat dari senyuman yang
ditunjukkannya.
Jin akhirnya
menyadari kalau ini adalach cara ‘Yang Mulia’ membalas dirinya atas apa yang ia
perbuat sebelumnya.
Dihadapan senyum
yang polos dan tak berdosa itu, Jin tidak bias menahan keringan dingin yang
mulai mengalir dari bahunya.
“Kau…….
benar-benar orang busuk.”
“Mhm. Memang aku
orangnya begitu kan?” ‘Yang Mulia’ tidak bisa menahan tertawa kecilnya.
Rin yang berdiri
di dekatnya juga tersenyum dan menatap ke arah Percher.
“Percher, aku
benar-benar serius kau tahu? Aku yakin kalau kau akan bergabung dengan kami di
baawah Bendera komunitas yang sama. Aku akan menunggu hari itu tiba.”
“……Begitukah?
Tapi, maaf, aku secara resmi menolak undanganmu itu.”
Percher
membalasnya tanpa ragu kali ini.
Hal ini terjadi
karena dia telah melihat secercah harapan dari tuannya ini, Jin. Meskipun Jin
masih belum bisa dibilang sebagai dewasa saat ini, dirinya juga sama. Selain
itu, Jin pernah mengungkapkan isi hatinya-----Jika ada sesuatu yang aku
inginkan, aku akan melatih diriku sendiri untuk mewujudkan hal itu, tanpa
bergantung kepada yang lain selama yang kubisa.
Dengan tanggung
jawab memimpin seratus dua puluh jiwa telah membuatna berkembang hingga sejauh
ini.
Lalu dirinya
sendiri, yang bertanggun jawab atas 80 juta roh jahat, tidak ada alasan bagi
dirinya untuk tidka berubah.
“Aku secara resmi
memutuskan hubunganku dengan Aliansi Raja Iblis. Kita akan bertemu lagi ketika
berada di medan pertempuran…… Aku juga tidak akan menahan diri selanjutnya.
Jika kau ingin mencariku, maka kau harus bersiap-siap.”
Percher mengatakan
hal itu dengan suara yang lantang.
Mendengar
pernyataan perang seperti itu, Rin akhirnya menghapus senyum manis yang ada di
wajahnya.
“Aku mengerti……
Mari kita lihat nanti. Suara dari 80 juta roh jahat, apakah mampu mengubah
takdir yang sudah pasti akan terjadi? Sebelum mimpimu itu padam seperti api
yang diterpa oleh angin--- Kau akan bangkit sebagai Raja Iblis sekali lagi. Jangan
menyesal nanti, Percher.”
Setelah
mengucapkan ramalan yang disebutkannya, Rin berbalik dan memberikan sinyal
untuk mengakhiri percakapan ini.
Dan ketika dia
kembali ke sisi ‘Yang Mulia’, pusaran es yang kuat muncul di sekitar Aliansi
Raja Iblis.
Menyadari kalau
ini adalah kemampuan yang sama digunakan ketika menghilangnya Demon King of
Confusian, Izayoi menatap wajah mereka seraya mengingat sosok mereka semua ke
dalam ingatannya.
“……”
“Kau tidak perlu
menatapku. Akan tiba waktunya dimana kita akan mencari tahu siapa yang lebih
kuat……Ini sudah pasti.”
Sesaat sebelum
mereka menghilang, ‘Yang Mulia’ membalas tatapan IZayoi dengan mata berwarna
emasnya.
Izayoi juga terus
menatap ‘Yang Mulia’ hingga dirinya dan kelompoknya menghilang.
Aku----pasti akan terlibat
dalam pertarungan berdarah dengan bocah itu ya.
Ini adalah
perasaan yang ia rasakan ketika dirinya dan ‘Yang Mulia’ saling bertemu dan hal
ini akan terus dirasakannya dalam waktu yang lama.
0 Comments
Posting Komentar