REUNI (3)
(Translator : Hikari)
"Sekarang
aku ingat—"
Saat
kami meninggalkan arena latihan, Anastasia, yang sedang menarik lengan bajuku,
berbicara. Aku penasaran seperti apakah pemandangan di mana seorang pria
berumur 28 tahun ditarik-tarik oleh sebuah boneka yang melayang?
Kalau
itu adalah pria manis seperti Souichi dan bukannya aku, mungkin tidak akan
masalah tapi dalam kasusku… …bagaimana mengatakannya, ya. Bahkan aku sendiri
tidak bisa membayangkannya sama sekali. Rasanya itu akan menyakitkan (secara
mental).
"Sebelum
itu, bisa tidak kau turun dari lenganku?" (Renji)
"Ah,
maaf." (Peri)
Saat
aku berkata begitu, si ratu peri loli melepaskan tanganku dengan raut wajah
malu-malu. Memangnya ada alasan untuk merasa malu begitu?
Mengabaikan
reaksinya yang aneh, aku mengguncangkan lengan kananku yang tadi ditarik,
beberapa kali. Lengan atas kananku rasanya benar-benar capek sekarang. Tapi aku
tidak apa yang Anastasia pikirkan tentang tindakanku ini, dia menudingkan
telapak tangan kecilnya ke arahku dengan seulas senyuman. Dan dalam telapak
tangan kecilnya itu, mendadak sebuah energi sihir berwarna hijau yang terlihat
membahayakan mulai berkumpul…. Kenapa!?
"Aku
sama sekali tidak mengerti, tapi ini hanya bercanda!" (Renji)
"Itu,
kenyataan bahwa kau tidak mengerti itulah yang membuatku kesal sekarang."
(Peri)
"Ini
hanya bercanda."
"…
…haah."
Karena
tatapan dinginnya sangat menakutkan, aku mengangkat kedua tanganku dalam posisi
menyerah.
Setelah
beberapa saat berlalu, dia hanya menghela napas letih. Tidak, tunggu, siapa
yang bisa mengerti situasi saat ini?
Sementara
berpikir bahwa ini entah kenapa rasanya tidak masuk akal, aku mulai berjalan
kembali ke kamarku. Anastasia, seakan ini adalah hal yang normal, terbang dan
mendarat di pundak kananku. Kalau aku bilang rasanya berat saat ini juga, aku
pasti akan ditembak dengan sihir yang barusan. Belum lagi dia ahli
mengendalikan kekuatan sihirnya dengan sempurna untuk menyebabkan cukup rasa
sakit tanpa benar-benar melukai lawannya.
"Jadi,
apa yang akan kau katakan barusan?" (Renji)
"Eh?"
"Bukannya
kau akan mengatakan sesuatu padaku?"
Saat
aku menanyainya lagi, dia menepukkan kedua tangannya seakan akhirnya teringat
kembali. Seperti biasa, dia melupakan segalanya saat marah.
"Janji
apa yang Faf bicarakan tadi?" (Peri) (TL: Faf adalah kependekan dari
Fafnir.)
"Oh
itu, hanya janji yang kubuat dengan Eru." (Renji)
Kalau
kuingat lagi, Anastasia tidak tahu soal itu, 'kan? Sebenarnya hanya ada sangat
sedikit orang yang tahu soal itu di antara kami. Yah, sebuah janji dengan
seseorang bukanlah sesuatu yang kau umbar-umbar pada orang lain bagaimanapun
juga. Aku juga ragu Eru sendiri mengatakannya pada orang lain soal itu.
"Itu
rahasia." (Renji)
"…
…rasanya menjijikkan saat seorang pria mengatakan itu, kau tahu." (Peri)
"Seperti
biasanya, lidahmu juga tajam, wahai ratu."
"Hanya
padamu, Renji."
"Wah,
bukankah itu sebuah kehormatan."
"Haah."
Saat
aku membalas percakapan remehnya dengan cara yang sama, dia menghela napas
lagi.
"Kata
orang, kau membiarkan kebahagiaanmu lepas setiap kali kau menghela napas, kau
tahu?" (Renji)
"Yuuko
dan yang lain juga sudah mengajariku itu."
"Kalau
begitu jangan terlalu banyak menghela napas."
"Aku
tidak bisa berbuat apa-apa soal itu."
Walaupun
dia berkata begitu, dia sebenarnya kelihatan cukup senang.
"Tapi
tetap saja, bukannya tidak adil kalau Faf tahu sementara aku tidak?"
(Peri)
"Yah,
begitulah. Pria-pria baik memiliki banyak rahasia." (Renji)
"Kau
benar-benar memiliki selera yang buruk, serius."
"…
…Aku sangat yakin kau jauh lebih buruk dariku."
Kau
akan membuatku menangis! Kau benar-benar akan membuat seorang pria dewasa
menangis, kau tahu! Sialan!
Sambil
menikmati candaan tak berguna ini, kami berjalan melintasi koridor dan mencapai
kamarku lebih cepat daripada yang kukira. Saat aku dengan santainya membuka
pintu, sebuah armor hitam tinggi berdiri di tengah-tengah kamarku. Di tengah
kamar yang dihias penuh warna itu, berdiri seorang kesatria hitam yang begitu
sampai-sampai aku harus mendongakkan kepala untuk melihatnya secara utuh. Tapi,
aku sudah terbiasa dengan pemandangan aneh semacam ini juga.
Di
saat yang sama aku membuka pintu, helm kesatria yang terlihat seperti iblis itu
menoleh ke arahku juga. Tapi matanya—tidak, kepala yang seharusnya berada dalam
helm itu tidak ada. Sebuah armor hitam lengkap yang kosong di dalamnya. Itu
adalah kesatria hantu, Knight.
Jiwa
dari para kesatria yang tak terhitung banyaknya dan yang masih memiliki ikatan
dengan dunia ini serta tidak dapat menyeberang ke dunia sana, berkumpul
bersama-sama dan melahirkan kesatria abadi ini. Dia adalah monster pertama yang
dikontrak oleh Yui-chan.
"Oh,
jadi kalian di sini." (Renji)
"…
…Ah, Renji-san."
Duduk
di kursi, seakan terus-menerus dilindungi oleh kesatrianya, seorang gadis kecil
putih berbicara dengan suara kecil. Rambut putih dan mata merah. Menurut
kata-kata di dunia kami, dia adalah seorang albino. Salah satu dari 13 orang
yang dipanggil bersama kami, Hiyuu Yui.
Melihat
ekspresi yang lebih dewasa di wajahnya daripada yang ada dalam ingatanku, aku
merasa sedikit senang dalam hati. Aku penasaran apakah ini yang seorang ayah
rasakan ketika melihat puterinya tumbuh besar.
"Kau
sudah tumbuh besar. Apa kau lebih tinggi?" (Renji)
"Y,
ya. Tapi…hanya sedikit." (Yui)
"Bahkan
rambutmu lebih panjang sekarang. Kau kelihatan lebih dewasa, Yui-chan."
Saat
aku berkata begitu, dia menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. aku
penasaran apa yang dia pikirkan saat melihat Yui-chan seperti itu, tapi Knight
berdiri di hadapannya seakan menyembunyikannya di belakangnya. Karena dia
benar-benar besar, dia menyembunyikan gadis itu dengan sempurna.
Seperti
seekor hewan kecil, sikapnya itu benar-benar sangat imut. Begitu imut sampai
aku merasa sayang sekali dia tersembunyi oleh Knight. Kurasa, dia sekarang
berumur 16 tahun. Karena dia adalah yang termuda di antara kami semua,
pertumbuhannya jadi lebih terlihat.
Tinggi
badannya bertambah, dan tubuhnya tidak kekanakan juga. Bahkan rambut polosnya
yang tidak ditata, kini diikat rapi menjadi dua kepangan. Saat itu, dia hanya
setinggi pinggangku, tapi sekarang dia hampir mencapai dadaku. Saat dia
bergerak-gerak gelisah karena merasa malu, dia tidak hanya terlihat manis tapi
juga begitu kewanitaan. Dengan pakaian bahan kelas atas yang dia kenakan
sekarang, dia benar-benar terlihat seperti seorang gadis bangsawan.
Karena
rasanya aneh untuk berbicara sambil berdiri, aku duduk di kursi sambil langsung
menghadap Yui-chan. Aku masih membayangkan dirinya yang terlihat rapuh dan
berwajah pucat dalam kepalaku, tapi sekarang dia benar-benar terlihat seperti seorang
gadis seumurannya. Bahkan rambut putih albinonya yang tidak biasa kulihat saat
itu, sekarang rasanya terlihat indah seperti biasa. Itu pasti berkat diriku
yang berkenalan dengan wanita berambut perak seperti Mururu atau Astraera.
Sementara aku mengamati Yui-chan, Anastasia sekali lagi memukul kepalaku. Dia
mencoba mencolok mataku dengan jari-jarinya yang kecil. Sebagai seorang ratu,
kelakuannya benar-benar buruk.
"Tunggu,
ini bahkan tidak masuk akal sekarang." (Renji)
"Menatapi
seorang gadis seperti itu, apa kau ini orang mesum?" (Peri)
"Aku
tidak menatapinya. Aku hanya merasa senang melihat bagaimana Yui-chan
bertumbuh."
"Tapi
tatapanmu rasanya benar-benar seperti orang cabul."
Saat
kami mulai bertengkar, si kesatria hitam melepaskan kekuatan yang luar biasa menekan
dalam diam. Dengan tinggi badannya, dan sosoknya sebagai hantu yang asli,
rasanya benar-benar aneh. Atau tepatnya, melihat energi magis keluar dari
sendi-sendi armornya seperti lidah-lidah api terlihat benar-benar menyeramkan.
Aku
tahu apinya tidak akan benar-benar menyebar tapi melihat sosok manusia terbakar
di depan matamu benar-benar hal yang menakutkan. Sepertinya Anastasi merasakan
hal yang sama karena dia cepat-cepat menutup mulutnya.
"Umm,
tolong jangan berkelahi….." (Yui)
"Tidak,
tidak, kami sama sekali tidak berkelahi. Ini, yah, itu, ya 'kan Renji?"
(Peri)
"Kami
hanya bercanda, Yui-chan. Jadi tolong, tahan Knight sedikit." (Renji)
Api
biru energi sihir yang menandakan bahwa dia memasuki mode bertarung. Itu mungkin
tidak serius tapi tekanan yang diberikan terlalu berlebihan. Aku merasa nyawaku
akan terpangkas hanya dengan mendekatinya.
Karena
dia adalah hantu dari para kesatria, kemampuan tarungnya berada di level yang
benar-benar berbeda. Selevel dengan Souichi dengan kekuatan cheatnya, bahkan mungkin lebih kuat. Sudah
jelas, aku percaya diri kalau aku akan kalah dalam pertarungan satu lawan satu.
Bahkan sekalipun Anastasia membantuku, dalam situasi saat ini, dia akan dihajar
bahkan sebelum bisa mencoba menggunakan sihir, dan kemudian aku akan dengan
perlahan dimasak sampai matang olehnya. Yah, aku yakin dia hanya mencoba untuk
mengancam dan tidak serius.
"Ah,
Knight-san, tidak apa-apa sekarang." (Yui)
Saat
dia berkata begitu, Knight mengambil satu langkah mundur. Tekanannya juga dalam
sekejap menghilang dan api birunya lenyap. Dia benar-benar setia pada gadis
itu. Aku jadi tersenyum melihat Knight yang biasanya. Dia benar-benar sama
sekali tidak berubah. Aku tidak tahu apakah aku merasa senang dengan hal itu
atau hanya merasa nostalgik
"Fuuh,
itu menakutkan." (Peri)
"Ma,
maaf…. Ana." (Yui)
"Tidak
apa-apa. Memang aku yang salah karena terlalu menggoda Renji. Bukan salah
Yui." (Peri)
Anastasia
terbang ke sebelah Yui-chan. Dan, seakan itu adalah tempatnya yang biasa, dia terbang
dan duduk di bahu Knight. Kekontrasan antara warna putih dan hitam tersebut
benar-benar indah untuk dilihat seperti biasanya juga.
"Yah,
sudah cukup lama, kurasa aku jadi terlalu banyak bercanda." (Peri)
"Fufu,
Ana merasa kesepian karena tidak bertemu Renji-san begitu lama, ya 'kan?"
(Yui)
"Tidak
mungkin. Aku hanya berpikir bahwa dia mungkin saja sudah mati di suatu tempat
di jalanan. Kenapa aku harus mengkhawatirkan orang seperti dia? Aku tidak
bercanda, kau tahu?" (Peri)
Kenapa
kau menatapiku untuk meminta persetujuan? Untuk sementara waktu, aku
mengalihkan saja pandangan mataku sambil menggaruk pipi.
"Eh,
tunggu, apa-apaan reaksimu itu!?" (Peri)
Saat
aku bersikap seakan-akan aku malu, kau juga jadi malu, ya? Sementara aku
menikmati reaksi yang terduga dari Anastasia dalam pikiranku, aku tetap diam. Seperti
yang kukira, sekarang dia mulai membuat alasan-alasan tak berguna. Padahal aku tidak
berpikir situasi ini memerlukan penjelasan darimu.
Dan
tatapan Yui-chan saat melihat Anastasia dengan hangat juga menawan. Seperti
biasanya, Anastasia benar-benar menghibur.
"Anastasia."
(Renji)
Saat
aku memanggil namanya dengan suara selembut dan semanis mungkin, dia jadi
benar-benar terdiam dalam sekejap.
"Tunggu,
aku tidak malu hanya karena itu. Aku bukan anak kecil‼" (Peri)
Detik
berikutnya, telapak tangan yang dia arahkan padaku ditangkap oleh kelebatan
lengan Knight. Pandangan Yui-chan berubah dari hangat menjadi cemas. Atau tepatnya,
dia mulai kebingungan dengan perubahan situasi yang mendadak ini.
"Lepaskan
aku, Knight. Tidak apa-apa, aku tidak akan membunuhnya." (Peri)
"Jangan
katakan hal sekejam itu dengan senyuman, oh ratu." (Renji)
"Haruskah
aku benar-benar mencambukmu, dasar bodoh?" (Peri)
"Waa,
tolong jangan lepaskan dia, Knight-san. Ana juga, kau seharusnya sekarang
terbiasa dengan kepribadian Renji-san….." (Yui)
Karena
Knight menahan Anastasia, aku punya banyak kebebasan tapi kata-kata Yui-chan
secara tak terduga memberikan kerusakan yang paling besar. Pasti karena belum
lama terbangun setelah cedera parah, tapi tubuhku sepertinya mendadak mulai bergoyang.
Melihatku seperti itu, Yui-chan semakin kebingungan. Dia benar-benar imut. Aku merasa
seperti orang tua yang penyayang, entah bagaimana.
"Abaikan
saja itu, Yui-chan—" (Renji)
"Apa
maksudmu dengan 'itu'!?! Beraninya kau memperlakukan kesucian gadis muda dengan
remehnya!?" (Peri)
Siapa
yang gadis muda? Kau lebih tua dariku, brengsek.
"Renji-san
juga, jangan terlalu menggoda Ana." (Yui)
"Reaksinya
sangat menggelikan. Mau tidak mau aku melakukannya." (Renji)
Tapi
tunggu, karena para peri semuanya adalah perempuan, mungkin dia benar-benar
adalah seorang gadis?
Sementara
aku sedang memikirkan hal bodoh seperti itu, Anastasia mengamuk dengan wajah
memerah. Melihat ekspresi Yui-chan yang sama sekali tidak mengerti situasinya,
aku jadi merasa sedikit bersalah. Kurasa aku benar-benar harus menghentikan
candaan semacam ini di depan Yui-chan dan Aya.
"Maaf,
maaf. Aku akan mendengarkan apapun yang akan kau katakan, jadi maafkan aku
untuk saat ini." (Renji)
"Beraninya
kau membicarakan hal ini dengan ringannya?! Aku tidak akan memaafkanmu,
bodoh!" (Peri)
"Apa
kau yakin?"
"Eh?"
"Aku
akan mendengarkan apapun, oke? Apapun,
aku serius."
"….uu."
Yah,
karena ini Anastasia……setidaknya di depan Yui-chan, dia tidak akan mengatakan
apapun yang terlalu beresiko. Mungkin. Untuk sementara waktu, aku akan mundur
ke mana pun Yui-chan berada kapan pun Anastasia mengungkit hal ini nantinya. Tapi
kalau dia masih menuntutku hal yang aneh……yah, akan kupikirkan hal pada saat
itu. Mari kesampingkan itu untuk nanti.
Karena
Anastasia akhirnya tenang, aku menghela napas lega. Yah, akulah yang sepenuhnya
bersalah. Tapi ada sedikit kesalahan pada Anastasia juga karena memberikan
reaksi menghibur semacam itu saat dikerjai, menurutku.
"Entah
kenapa, kau sepertinya sangat bersemangat, Renji-san." (Yui)
"Yah,
aku tidak bisa terus-terusan tidur sepanjang waktu, 'kan." (Renji)
Saat
aku mengatakan itu, Yui-chan mulai terkekeh. Rambutnya berayun saat tertawa dan
tinggi badannya yang bertambah membuatku sekali lagi menyadari betapa waktu
benar-benar telah berlalu.
"Senang
melihatmuaa juga penuh semangat, Yui-chan." (Renji)
"Ya."
"Knight
juga, terima kasih karena selalu melindungi Yui-chan."
Saat
aku berkata demikian, Knight mengangguk diam. Helm dan armornya saling
berbenturan mengeluarkan suara kering. Sosoknya yang menjawab hanya dengan
gestur tubuh karena tidak dapat berbicara membuatnya terlihat keren seperti
biasa. Tapi karena aku punya kebiasaan berbicara tanpa henti, aku tidak pernah
bisa seperti dia. Suatu hari nanti, aku ingin menjadi seorang pria yang bisa
berbicara hanya dengan tindakannya saja. Yah, kemungkinan besar aku tidak akan
bisa. Aku mungkin akan ditertawakan karena mencoba bersikap keren.
"Ngomong-ngomong,
Yui-chan. Apa kau tahu di mana Ermenhilde?" (Renji)
"Eru-san?"
(Yui)
"Ya,
Utano-san dan Aya tidak mengatakan apapun padaku. Tentu saja, Anastasia juga
tidak."
"Apa
maksudmu dengan 'tentu saja'……mouu."
(Fairy)
Mengabaikan
Anastasia yang menggembungkan pipinya dengan tidak senang, aku melihat
Yui-chan. Tapi sepertinya dia tidak tahu apapun karena dia menggelengkan
kepalanya. Aku memandang Knight juga, tapi dia hanya menggeleng dalam diam. Rasanya
sedikit tidak nyata.
"Yah,
menyerah saja. Kau sudah diundang Yuuko nanti malam, 'kan? Minta saja padanya
untuk mengatakan padamu kalau begitu." (Peri)
"Kelihatannya
begitu. Yah, setidaknya aku harus menggerakkan tubuhku." (Renji)
Tepat
saat aku berkata begitu, aku pun menguap.
"Kau
sebaiknya tidak terlalu banyak bergerak setelah berbaring di tempat tidur
begitu lama……bagaimana kalau kau tidur lagi?" (Peri)
"Kurasa
sebaiknya begitu. Aku kehabisan stamina lagipula." (Renji)
"A……Apa
kau baik-baik saja?" (Yui)
Suara
keterkejutan dan kecemasannya terasa benar-benar menyenangkan untuk didengar.
"Yui-chan,
kaulah satu-satunya orang yang mengkhawatirkanku seperti ini." (Renji)
"…Ahn?"
(Peri)
"Apa?
Bukannya barusan kau bilang kau sama sekali tidak mengkhawatirkanku?"
"Ugh……"
Saat
aku mengingatkannya, Anastasia mengerang dengan suara yang sama sekali tidak feminin.
Serius, apa para peri tidak masalah yang satu ini menjadi Ratu mereka?
Saat
aku menggoda Anastasia seperti itu, Yui-chan tertawa senang.
"Yui-chan,
kau akan ada di ibu kota untuk beberapa waktu juga?" (Renji)
"Ya.
Turnamen pertarungan juga sebentar lagi." (Yui)
"…Oh,
benar."
Sekarang
aku mengingatnya, sudah waktunya untuk itu di tahun ini. Di dunia ini, setahun
terdiri dari 9 bulan. Setiap tahun di bulan kedelapan di awal musim dingin, diadakan
festival terbesar benua Imnesia. Ini lebih seperti Olympic sebenarnya. Bagaimanapun
acara ini penuh dengan hal-hal yang berbahaya. Turnamen yang melibatkan pedang,
tombak dan sihir, dll.
Karena
aku tidak punya kenangan yang bagus soal itu, aku hanya bisa membalas pendek
seperti itu.
"Sepertinya
Souichi-oniichan dan yang lain juga akan ikut." (Yui)
"Oh
iya, aku memang mendengar hal seperti itu darinya juga, kurasa…."
Tapi
tetap saja, Souichi akan ikut ambil bagian. Di tahun pertama saat kami
dipanggil, Souichi dan Masaki-chan memenangkan turnamen pria dan wanita. Sudah 2
tahun sejak saat itu. Benar-benar nostalgik.
"Renji-san,
apa kau akan ikut juga?" (Yui)
"Aku
sama sekali belum mendengar soal itu, jadi, tidak." (Renji)
"Kau
mungkin akan ikut. Atau tepatnya, pak tua itu atau Yuuko akan membuatmu ikut,
ya 'kan?" (Peri)
"Jangan
mengatakan hal serealistis itu……itu pertanda buruk." (Renji)
Pak
tua yang dibicarakan Anastasia——O'brien-san, kalau itu dia, dia pasti akan
mencoba membuatku untuk ikut serta. Atau malahan, dia benar-benar akan
memaksaku melakukannya. Aku berutang lebih daripada sekedar nyawaku, jadi kalau
dia memintaku……yah.
Oh
kumohon, tidak. Aku tidak mau mencolok seperti itu. Yah, karena Souichi ikut
ambil bagian juga, aku akan bersembunyi saja dalam bayang-bayangnya. Seorang pria
yang tetap tersembunyi selama setahun dan si Pemberani yang tampan. Sudah jelas
siapa yang paling banyak menarik perhatian.
Untuk
sementara waktu, ayo tidak mencemaskan hal itu karena aku masih belum mendengar
apapun tentang aku yang ikut dalam hal itu. Tidak baik terlalu khawatir.
"Baiklah
kalau begitu, kita juga harus kembali sekarang, Yui." (Peri)
"Y,
ya. ……umm, kalau begitu, sampai ketemu nanti?" (Yui)
Saat
Anastasia berkata demikian, Yui-chan dengan kikuk mengatakan itu juga.
"Yah.
Aku akan ada di ibu kota untuk beberapa lama juga. Kenapa kita tidak pergi
keluar untuk bermain kapan-kapan?" (Renji)
"Ya.
Aku akan menantikannya!" (Yui)
Senyumannya
benar-benar terlalu menyilaukan. Itu membuatku sekali lagi sadar betapa banyak
dia telah bertumbuh. Dulu, dia lebih muram dan akan selalu lebih pendiam bahkan
saat seseorang mencoba untuk mengajaknya pergi seperti ini. Melihatnya menjadi
lebih dewasa seperti ini, aku merasakan kehangatan dalam hatiku. Saat dia
dengan cepat berjalan ke pintu dan membukanya untuk pergi, dia berbalik dan
memberikan satu lambaian sebelum pergi. Ini mungkin kekanakan mengingat dia
sudah 16 tahun, tapi itu hanya membuatnya semakin kelihatan manis.
Setelah
dia, Knight, dengan Anastasia di pundaknya, merunduk sedikit dan pergi juga. Karena
tingginya hampir 2 meter, kurasa mau tidak mau harus begitu. Aku tertawa
singkat.
"Nah
sekarang." (Renji)
Setelah
mengantar kepergian Yui-chan, aku berbaring di ranjangku. Tidak lama kemudian,
aku memejamkan mata dan tertidur.
Sementara
mataku terpejam, aku teringat sesuatu dari masa lalu. Kalau kupikirkan lagi,
saat itu Yui-chan biasa memanggilku [Onii-chan] juga. Aku penasaran kapan dia
memanggilku seperti itu lagi. Perasaan rumit muncul dalam hatiku. Aku merasa
senang melihatnya bertumbuh, namun di saat yang sama, kenyataan bahwa begitu
banyak waktu yang berlalu membuatku merasa sedikit sedih. Selagi memikirkan
itu, kesadaranku perlahan memudar.
Di
saat terakhir, hanya kata-kata Fafnir yang tersisa.
[Kenapa
kau begitu terobsesi pada Ermenhilde?]
Itu
adalah kata-kata yang sama yang juga dikatakan padaku oleh Astraera dan Shelfa,
setahun yang lalu.
Naga,
Demi, Raja Iblis. Kenapa semua makhluk yang melampaui manusia selalu mengganggu
pikiranku dengan begitu mudahnya? Mereka punya terlalu banyak waktu.
……..Tapi,
aku tahu makna di balik kata-kata mereka juga. Ermenhilde. Eru. Satu-satunya
yang tidak dapat kulindungi. Satu-satunya yang benar-benar ingin kulindungi.
Aku
tertidur lelap. Kuharap, hanya untuk malam ini saja, aku tidak ingin melihat
mimpi apapun.
1 Comments
semangat terus min
BalasHapusPosting Komentar