PROLOG
(Translater :
Orion)
---------Gerbang Luar No.2222 ‘City of Moonlight’
Kuro Usagi menangis ketika dia berlari melewati
hutan tempat tinggalnya yang terbakar. Tubuh mungilnya mati-matian memaksa
dirinya berlari hingga terengah-engah sementara dia ketakutan oleh makhluk buas
yang melolong di bawah sinar bulan, dengan panik dia terus berlari. Jalan utama
sudah dipenuhi oleh para makhluk buas dan tidak bisa lagi dilewati. Jalan yang
dilaluinya sekarang adalah jalan kecil yang biasanya dilalui oleh binatang.
Berlari dengan bertelanjang kaki di atas kerikil dan duri, kaki mungilnya
terluka parah dan berdarah-darah. Tapi meski begitu, Kuro Usagi terus berlari
meskipun dia menangis menahan semua rasa sakit itu.
“Haah. Haah…….!”
---------Hari ini harusnya menjadi perayaan ulang tahun yang
membahagiakan. Dia akan mengenakan pakaian bak
tuan putri yang dipilih oleh ibu dan bibinya untuknya, dan dia seharusnya
bersenang-senang hingga matahari terbit seperti tahun-tahun sebelumnya setelah
melakukan Hounou-Enbu (Tarian Api) yang telah dia latih sejak lama. Tapi
ketika dia melihat ke belakang, kampung halamannya telah menjadi lautan api dan
sedang kacau-balau.
“…..Hi, cu……..!”
Dia menahan paksa tangisannya. Jika para makhuk buas menyadari hal itu,
dia akan mendengar raungan para makhluk buas yang menyerang komunitasnya
mengejar dirinya. Jika dia berhenti berlari sekarang, tubuh mungilnya dapat
dengan mudah dicabik-cabik. Bahkan Kelinci Bulan yang kuat dan tangguh dapat terbunuh
jika diperlakukan seperti itu. Mereka yang diberkahi oleh banyak Gift dan bahkan diakui sebagai yang
terbaik di Little Garden dapat dengan mudah terbunuh oleh para binatang buas
tersebut. Terlepas dari penghalang yang seharusnya mendapatkan perlindungan
dari Śakro devānām indraḥ, para makhluk buas itu datang dengan
pasukan yang mirip seperti kumpulan Dewa.
“Ibu……..Ayah………!!”
Orang tuanya mengalihkan perhatian agar dia bisa
melarikan diri. Meskipun dia mengkhawatirkan keselamatan mereka, Kuro Usagi
terus berlari hingga akhirnya dia terjatuh. Tapi di belakangnya, dia mulai
mendengar langkah kaki makhluk buas tersebut. Tubuh yang seperti pohon besar,
cakar sekeras baja yang mampu mencabik mangsanya dengan mudah, dan taringnya
yang tajam mampu membelah gunung dan sungai. Makhluk buas tersebut mengguncang
tanah ketika ia berlari mendekati Kuro Usagi dari belakang. Meskipun hal ini
terjadi saat malam hari, cahaya bulannya bersinar dengan sangat terang di malam
ini sehingga akan mudah untuk melihat sosoknya. Semakin dia mendengar langkah
kaki yang semakin mendekat, semakin takut dirinya. Ketika Kuro Usagi ditatap
oleh tatapan ganas ketika dia melarikan diri melalui hutan, dia diserang oleh
sensasi haus darah tersebut.
“……Ah.”
Kakinya tersandung dan dia terjatuh seraya dia
merasakan tatapan intimidasi yang tertuju kepadanya. Terguling-guling, Kuro
Usagi menabrak batang pohon besar yang lebih besar dari kebanyakan batang pohon
di hutan itu.
“O,Ow…….!”
Dia terlempar hingga mengenai akar yang mencuat dari
tanah dan dia menjerit kesakitan ketika tubuh mungilnya mengenai benda tersebut.
Meskipun jika dia mengamati keadaannya, sudah tidak mungkin baginya untuk terus
berlari. Dia gemetar ketakutan sambil menempel di batang pohon. Suara getaran
dan napas makhluk buas diiringi dengan tekanan luar biasa dari kehadirannya
ketika makhluk buas itu menghancurkan pepohonan ketika mendekati mangsanya.
Makhluk buas yang perlahan muncul dari balik gelapnya malam adalah------seekor
mutasi dari tubuh ular putih disertai dengan dua lengan dan dua kepala.
“Uh, ah…….!?”
Dengan mata merah delima yang menatap ke arahnya dan
hal itu sudah cukup untuk membuatnya gemetar ketakutan hingga tidak bisa mengeluarkan
suara apapun dari mulutnya. Rahangnya yang besar dapat dengan mudah menelan
Kuro Usagi bulat-bulat. Setelah melihat mangsanya, monster berkepala dua itu
melompat dan menindih Kuro Usagi. Setelah mendapatkan seekor mangsa yang lezat,
ular berkepala dua itu meneteskan air liur dari mulutnya sambil mengintimidasi
Kuro Usagi. Dengan pelannya menyentuh kulit Kuro Usagi muda yang lembut nan
cantik seputih salju dengan cakarnya, dan juga menjilati darah dari lukanya.
Meminumnya seperti bir, ular putih berkepala dua yang senang itu berebut
menentukan kepala mana yang akan melahapnya terlebih dahulu. Kuro Usagi mungil
gemetar ketakutan dan bersiap untuk kematiannya.
“------------GEEEYAAAAA!!!”
Sebuah raungan dahsyat yang menggetearkan langit dan bumi. Tapi raungan
tersebut bukan berasal dari ular putih berkepala dua tersebut. Hal itu berasal
dari seekor singa emas dengan surai yang secerah matahari.
“Eh……..!?”
Kuro Usagi berpikir kalau dirinya sedang berkhayal untuk sesaat. Singa itu
menerjang ular putih berkepala dua yang hanya berjarak sepuluh sentimeter dari
dirinya. Surai-nya yang bergerak begitu cepat terlihat seperti meteor; semua
yang melihat hal itu akan berpikir kalau itu adalah tanda dari sang raja hutan.
Sang singa menancapkan giginya ke salah satu kepala dari ular tersebut dan
membantingnya ke tanah setelah mengguncangnya seperti boneka kain. Pada saat
itu, semburan darah dari ular tersebut terlihat seperti menari di udara.
Ular putih berkepala dua tersebut menerima serangan mematikan, tapi dari
darah yang tumpah keluarlah ular dan kalajengking yang mengikat tubuh sang
singa. Ular putih tersebut sekarang menduduki sang singa yang terikat. Cakarnya
yang tajam mencabik-cabik surai sang singa. Sang singa berguling-guling untuk
menutupi titik-titik vitalnya, tapi surai yang dicabik-cabik oleh ular putih
tersebut lebih keras dari Vajra (https://id.wikipedia.org/wiki/Wajra). Jika sang singa terkena
langsung serangan tersebut, pasti akan fatal akibatnya. Ular putih berkepala
dua tersebut terus-menerus menyerang sang singa. Tiba-tiba seakan menggangu
keduanya, sosok lain melompat keluar dengan memaki sang singa.
“Dasar bodoh, jangan lengah! Kenapa sang singa matahari terlihat menyedihkan
seperti itu!”
“Grr. Aku tidak perlu mendengar hal itu dari orang sepertimu, dasar
iblis!!!”
Kata-kata makian tersebut berasal dari sang wanita. Dengan pantulan cahaya
bulan yang menerangi punggungnya, dia muncul dengan rambutnya yang berkilau cerah
seperti benang emas dan pandangan yang mempesona. Tidak peduli betapa besarnya
Little Garden, hanya ada satu ras dengan penampilan yang memikat seperti itu.
Kuro Usagi yang masih tidak bisa menggerakan kakinya, menahan napasnya karena
terpukau.
“S, Seorang vampir berdarah murni……..dan seekor singa matahari……!?”
Bingung dengan situasi yang sangat tidak biasa, Kuro Usagi akhirnya
berbicara. Sekilas, siapapun bisa tahu kalau mereka adalah kombinasi yang aneh.
Vampir yang seorang penguasa malam, dan sang penguasa siang-----seekor singa
yang menarik kereta Surya. Melihat ras yang sifatnya berlawanan satu sama lain bersama
di medan pertempuran bukanlah pemandangan yang aneh.
“Dasar kadal bodoh, jangan berpikir kau bisa menahanku selamanya!!!”
Sang singa emas tersebut mengeluarkan raungan seperti badai angin.
Bersamaan dengan surai-nya yang memancarkan gelombang panas dan berubah menjadi
badai api yang membakar ikatan sang singa.
“………..!?”
-------------Seorang vampir berdarah murni dan seekor singa matahari.
Melawan keduanya sangat tidak menguntungkan. Memutuskan hal itu, ular putih
berkepala dua tersebut melarikan diri ke kegelapan hutan. Sang vampir dan singa
tersebut baru saja akan mengejarnya, tapi terdengar suara yang memanggil mereka
untuk berhenti.
“Kalian berdua, sudah cukup. Tidak perlu mengejarnya lagi.”
Suara yang menyuruh mereka untuk berhenti juga datang dari seorang wanita.
Tercengang akan perisitwa yang terjadi di depan matanya, Kuro Usagi mendongak
memandangi sosok wanita yang muncul dari jalan kecil tersebut. Dia mengenakan
jas trench-coat putih, sepatu bot
kulit panjang, dan tindikan dari kulit kerang di kedua telinganya. Rambut pirangnya
yang lembut seperti confetti, dan wajahnya yang ramah menandakan bahwa
sifatnya terkesan seperti orang baik. Sang singa yang patuh menghadap ke arah
wanita pirang itu dan bertanya.
“Tapi Canaria. Jika kita biarkan saja, makhluk itu akan terus bertambah
banyak. Jika kita ingin benar-benar menghentikan ini, maka harus sekarang.”
“Tidak ada yang akan berubah jika kita hanya membunuh salah satu dari
mereka. Kecuali jika kita menghancurkan tubuh utamanya, mereka akan terus
membelah diri tanpa batas.
“Meskipun jika kau bilang begitu, membiarkan salah satu dari mereka,”
“Cukup dengarkan aku. Kau mungkin dibantu dengan kekuasaan dari matahari,
tapi kau hanya bisa menangkis senjata tajam. Kau akan kalah melawan Naga
tersebut……..tapi sebelum itu.”
Wanita yang bernama Canaria menghela napas ketika dia menatap Kuro Usagi.
Mengangkat Kuro Usagi dari tanah dengan tangannya, dia memiringkan lehernya dan
tersenyum.
“Senang bertemu denganmu, kelinci kecil. Apa kau baik-baik saja?”
“Y,Ya.”
Dia menelan ludah sambil mengangguk. Canaria juga mengangguk balik,
tersenyum ketika rambutnya berayun seperti confetti.
“Untuk memenuhi sumpah kami kepada Aliansi, kami bergegas ke tempat Kelinci
Bulan. Siapa namamu?”
“K, Kuro Usagi.”
Oh? Canaria berkata seraya memiringkan kepalanya. Tapi dengan cepat
mengerti situasinya, dia menunjukkan senyum getir.
“Aku mengerti. Kau masih belum mendapatkan namamu, bukan begitu.”
“Y,Ya. Di perayaan ulang tahun hari ini, ibuku yang seharusnya-------”
Dia akan mengucapkannya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Air mata
tiba-tiba terggenang dari matanya saat kesedihannya muncul. Ibu dan ayahnya,
keluarga serta bangsanya, semuanya mengorbankan diri untuk membiarkan dirinya
melarikan diri. Dengan kondisi seperti itu, bahkan Kuro Usagi yang berusia
sepuluh tahun mengerti artinya. Jadi bahkan jika dia mati-matian untuk
menahannya, air matanya meluap tak terbendung.
“………..Dimana orang tuamu?”
“Mereka bilang mereka akan menjaga gerbang yang mengarah ke Surga dari
Tiga puluh-tiga Dewa……..seluruh bangsaku, mereka akan tetap berada di kastil.
Karena aku sebagai pewaris…….Bawa berkah yang diberikan kepada Kelinci Bulan
dan larilah, kata ayahku………!”
Saat dia menumpahkan tangisannya dengan keras, dia menyerahkan sebuah gift card kepada Canaria. Melihat gift card dengan gambaran setengah-bulan
hitam dan putih, dia tertunduk saat dia memahami situasinya.
“Kuasa Bulan dan Chandra Mahal (Istana Bulan)…….Aku mengerti. Jadi kau
adalah pewaris yang dibicarakan.”
Canaria dengan lembut menghapus air matanya dan kemudian memeluknya.
----------Kelinci Bulan biasanya diberkahi oleh berbagai macam Gift oleh pelindung mereka yang
merupakan Dewa para Dewa, tapi diantara banyaknya Gift tersebut, ada satu yang memiliki kekuatan khusus dan bahkan
berada di peringkat teratas dari armor suci. Terlepas dari sejarah panjang
bangsa mereka, disebut-sebut hanya ada tiga orang yang diberkahi oleh perangkat
suci tersebut. Tapi di generasi sekarang ini, catatan-catatan tentang hal itu
sudah hancur total.
Kuro Usagi yang baru berusia sepuluh tahun, dan Kelinci Bulan yang
diwariskan dengan empat jenis senjata suci.
‘Vajra’s Replica’
‘Mahabharata Karna’
‘Brahmastra’s Replica’
Kuasa Bulan ‘Chandra Mahal’
Śakro devānām indraḥ, disertai dengan gerombolan dewa perang, dua belas
Aditya. Di antaranya, senjata suci dari empat dewa perang diberikan ke gadis
ini. Bakatnya yang luar bisa jelas membuat bangsanya sangat gelisah. Mengingat
salah satu dari anak mereka yang tidak hanya lahir dengan kuasa bulan, namun
juga dengan kuasa atas kampung halaman mereka yang lama. Chandra Mahal. Meskipun
sudah menjadi hal yang biasa bagi beberapa anak dari ras Kelinci Bulan yang
terlahir dengan Kuasa Bulan, tapi yang diberikan kepada Kuro Usagi sejak lahir
adalah kampung halaman mereka yang telah lama hilang---[Chandra Mahal].
Pertanda baik ini akan menjadi kemakmuran bagi Kelinci Bulan, dan tidak ada
yang meragukan hal ini karena mereka menaruh harapan pada dirinya. Sejak saat
itu, Kuro Usagi menjadi ‘pewaris’ dari Kelinci Bulan, dan mereka merayakan
ulang tahunnya setiap tahun. Di saat seperti ini, dia seharusnya menghabiskan
waktunya bersenang-senang dengan ayah dan ibunya.
“Mm……. Kau telah berjuang dengan baik sejauh ini. Serahkan sisanya pada
kami, dan tidur yang nyenyak malam ini. Kami akan segera menyelesaikan hal ini
ketika kau bangun di pagi hari.”
Ketika Canaria mengatakan hal itu, angin sepoi-sepoi bertiup di hutan itu.
Tiupan angin tersebut menghembuskan kumpulan awan di langit malam, memperlihatkan
taburan bintang yang ada di langit. Dengan santainya mengangkat tangan
kanannya, Canaria memasukkan kekuatannya kedalam cincin yang begitu
menyilaukan. Menunggu di belakangnya, mulut Leticia berkedut karena terkejut.
“H, Hey, Canaria.”
“Dengan gerbang surga yang menghubungkan ke Surga dari Tiga puluh-tiga
Dewa dihancurkan, jalan bagi kedua belas Aditya untuk datang ke Little Garden
telah disegel. ……..Yang berarti satu-satunya yang bisa menghentikkan raja iblis
tersebut hanya kita. Jika tentara surgawi lain yang keluar, lantai tengah dan
bawah akan musnah dengan alasan penyucian. Aku lebih memilih agar hal itu tidak
terjadi. -----Jadi dengan situasi yang seperti itu, waktunya giliran kita,
Baron La Croix.”
Begitu dia mengatakan hal ini, sebuah bayangan yang lebih gelap dari abyss
menghiasi langit malam. Milik sejumlah kecil roh suci dan iblis, ini adalah
kekuatan untuk mengendalikan batas dunia-----Gerbang Astral, yang menembus
langit dan membuka gerbangnya. Bayangan yang merangkak keluar dari celah di
langit malam segera mewujudkan dirinya kedalam bentuk manusia, berdiri di depan
Canaria mengenakan sebuah jas tailcoat
dan topi bowler.
Di hadapan makhluk yang lebih menyeramkan dari ular putih sebelumnya, Kuro
Usagi tidak bisa menahan keterkejutannya.
“S, S, Seorang malaikat maut asli………..!?”
“YA! Khaha, ini hal yang sangat kusuka, kelinci liar dengan masa depan
yang sangat menjanjikan! Tidak diragukan lagi kalau anak ini akan tumbuh
menjadi wanita yang seksi! Apakah dia persembahan untuk kali ini, master!? Mari
kita bersiap-siap!! Kita akan tidur bersama selama tiga hari tiga malam tanpa
makanan dan minuman, jadi mari kita lakukan dengan sebaik-baiknya.
*Eeek* Merasa jijik, teling kelinci-nya terkulai saat Canaria memeluk
dirinya. Seakan rasa ketakutan dari Kuro Usagi adalah hal yang menarik bagi
dirinya, iblis bertopeng yang mengenakan jas tailcoat menyeringai dan tertawa hingga terguling-guling di tanah.
-------------Sang Malaikat Maut atau yang lebih dikenal dengan ‘Tailcoat
Demon Lord’.
Dirinya adalah roh dari sekte yang saat ini mendiami daerah di Amerika
Selatan, dikenal oleh orang-orang sebagai roh suci dari kehidupan, kematian,
dan hawa nafsu. Berada di persimpangan dari dua dunia, dikatakan kalau ia
sebagai pengawas dari roh orang mati dan menjadi sangat bijaksana. Meskipun ia
dikenal sebagai roh suci yang bijak, sifat sejatinya ternyata vulgar dan
menganggap hal yang normal untuk berhubungan dengan lawan jenis atas dasar
hasrat, seorang Dewa Cinta. Pada minggu musim gugur, hari orang mati atau yang
biasanya disebut Halloween, keberadaannya yang ditandakan oleh ribuan aktivitas
roh di beberapa belahan dunia menjadikannya sangat kuat.
Karena tidak ada pilihan lain, dia menyerahkan Kuro Usagi yang sangat
ketakutan dengan malaikat maut ini ke Leticia. Setelah menghela napas, Canaria
yang kehabisan kata-kata menginjak ‘barang’ yang tergantung di selangkangan
Tailcoat Demon Lord.
“Oh f-!?”
“Tenanglah sedikit, dasar iblis menyedihkan. Dia jadi ketakutan.”
“M, Meski begitu, kenapa kau harus menginjak ‘magnum’ emasku, dasar master
sialan…….!?”
“Tidak ada yang peduli akan hal itu, lalu wakilkan aku dan beritahu
Aliansi. Katakan ke mereka, ‘Kumpulkan semua pasukan’.”
-----------Sosok yang mengejang seraya memegang selangkangannya langsung
terdiam. Sosok malaikat maut itu bertanya kembali dengan nada suara yang aneh.
“……..Semua pasukan kau bilang?”
“Ya, semuanya. ----------Aku tidak akan membiarkanmu mengatakan kalau kau
tidak bisa melakukannya, Tailcoat Demon Lord. Di awal musim dingin ini, dimana
keberadaanmu menguat bersamaan dengan kekuatanmu. Panggil semua komunitas yang
bisa bertarung.”
Dia menyatakan hal itu tanpa rasa takut ketika jas putihnya berkibar.
Ekspresi lembut yang ditunjukkan sebelumnya menghilang. Canaria saat ini
menunjukkan wajah seperti seorang prajurit yang telah melalui ratusan
pertempuran, saat dia mengeluarkan perintah dengan aura yang dimilikinya. Saat
itu juga Tailcoat Demon Lord berhenti bermain-main. Ia melihat ke arah langit,
dengan teliti mengamati melalui mata yang menyembunyikan kebijaksanaannya.
Setelah beberapa saat mengamati situasinya, ia melihat tubuh utama musuh dan
mendecakkan lidahnya.
“………..Kau pasti bercanda kan? Kadal itu merupakan raja iblis tertua di
antara yang lainnya. Awalnya, levelnya setara dengan dua belas Aditya atau Dewa
para Dewa. Bahkan jika kau dibantu oleh semuanya, siapa yang tahu jika kita
bisa menang.”
“Dasar bodoh. Justru karena hal itulah yang menjadikan pertarungan ini
menjadi sangat menarik.”
Siapa yang tidak tertarik akan situasi ini, Canaria tersenyum jahat.
Sosoknya membuatnya terkejut seketika, tapi seakan terpengaruh oleh
semangatnya, ia hanya tertawa.
“………..Aku merindukannya, semangatmu itu. Hal ini mengingatkanku ketika kau
membunuh Dystopia Demon Lord. Membuatku jatuh hati padamu lagi dan lagi.”
“Heheh, silahkan jatuh hati kepadaku sepuasmu. ------Kau bisa
melakukannya, kan?”
Sosok yang mengenakan jas tailcoat tersebut
mengabulkan harapan tuannya. Mematuhi perintahnya, sang pelayan itu tertawa seraya
ia menebas langit malam dalam bentuk salib.
“Khahahahah!!! Baiklah, aku mengerti! Mari kita persilahkan mereka untuk
masuk ke area pertempuran dengan megahnya---------!!!”
Dalam sekejap, keberadaan Tailcoat Demon Lord membesar hingga menutupi
langit.
Celah yang ada di langit menjadi gerbang yang menghubungkan dunia mereka
dengan dunia roh, dan hal tersebut mulai memanggil para anggota Aliansi dari
jauh. Gerbang Astral yang berbentuk salib ini adalah salah satu Gerbang Langit
yang dipercayakan kepada malaikat maut yang bijaksana. Di sisi lain gerbang,
yang dibuka oleh ribuan aktivitas roh adalah----------banyaknya lambang dari
banyak komunitas yang terhitung lebih dari seratus, mendesak keluar.
“Bendera……….mereka semua………!?”
Ketika digendong, Kuro Usagi bergumam dengan takjub. Mereka semua adalah
bendera dari komunitas veteran.
Bendera dari [Iblis Laplace], dengan jutaan mata.
Bendera dari [Salamandra], dengan nyala api yang menerangi malam.
Bendera dari [Draco Greif], yang membentang di langit.
Bendera dari [Avalon], dengan cahaya dari pedang suci.
Bermarkas di wilayah empat digit, mereka semua adalah veteran kuat yang
mungkin saja setara dengan seribu komunitas. Semuanya adalah mantan penghuni
tingkat atas dan Floor Master terhebat sepanjang sejarah. Yang pertama kali
muncul, [Salamandra], membentangkan benderanya dan muncul di depan Canaria.
Diikuti dengan bendera naga api, semua naga bersayap muncul satu demi satu dan
mendarat di depannya.
Canaria tersenyum ke arah mereka, karena sedikit terkejut.
“………Aku terkejut. Tidak kuduga kalau yang akan datang pertama kali adalah
kau. Apa kau ingin memberi tahuku alasannya, pak tua Salamandra?”
Canaria bertanya dengan senyum jahat. Naga tua besar yang terlihat seperti
pemimpin, mendengus kesal.
“Hmph………Aku tidak akan mendengarkan omong kosongmu. Kau seharusnya
bersikap lebih baik kepada yang lebih tua ini.”
“Kalau begitu berhenti saja. Sala-chan akan jadi Floor Master yang manis.”
“……….Apa yang kau tahu.”
Naga api tersebut mendengus lebih kuat lagi mendengar kata-kata dari
Canaria sedangkan dia hanya tersenyum lembut. Tepat dibelakang mereka adalah
komunitas [Draco Greif] dan salah satu Griffin, Draco Greif. Tanduk naga
yang mirip dengan Dewa-dewi Yunani, mengeluarkan petir yang setara dengan sebuah badai. Mengepakkan sayap
besarnya, Draco Grief mendarat dan yang ada di punggungnya, seorang Griffin muda
memunculkan kepalanya.
“Sis! Lama tak bertemu! Kulihat kau baik-baik saja!”
“Lama tak bertemu, Garol. Kau juga, Draco………. Apakah tanduk yang patah itu
baik-baik saja?”
“Hmhm, bukan hal yang pantas untuk ditanyakan setelah dipanggil tiba-tiba.
Situasinya sedang gawat, bukan begitu?”
“Seperti itulah. Kali ini, untuk mengalahkan raja iblis ini kita butuh
jumlah yang banyak agar bisa menang. Draco akan memimpin para Griffin dan
beri dukungan ke Avalon. Garol, temuilah anak-anak Laplace dan bantu sebisanya.
Dan Koumei-----------er, tunggu sebentar.”
Dia mengerutkan alisnya kebingungan. Setelah melihat sekelilingnya, dia
menghela napas.
“……….Di mana Koumei? Bukankah ia bersamamu, Draco?”
“Kurasa ia pergi ke barat beberapa hari yang lalu.”
“Apakah ia meninggalkan sebuah pesan?”
“Ia tidak meninggalkan apapun, dan juga aku tidak mendengar apa-apa
darinya.”
Dengan kedua tangan di pinggangnya, dia menghela napas karena sangat
terkejut dengan yang terjadi.
*Sheesh*………dasar orang yang sangat bebas hidupnya. Ia tidak tahu kalau
dirinya adalah partner terkuatku, bukan begitu?”
“Khahahah! Tidak mungkin si bodoh itu tahu!”
Dasar, semuanya juga memikirkan hal yang sama. Rasa lelah melanda Canaria
ketika dia menjatuhkan bahunya, tapi dia segera menenangkan dirinya dan
mengangkat wajahnya kembali.
“Baiklah! Draco, Garol, jalankan perintah yang tadi kuberikan. Salamandra,
buatlah garis pertahanan dan sebuah penghalang sebelum gerombolan musuh
tersebut berhasil keluar. Tolong diingat kalau kita membiarkan salah satu dari
musuh yang setara dengan Dewa tersebut kabur ke lantai bawah, akan menyebabkan
situasinya menjadi kacau-balau.”
“Mengerti.”
“Semoga beruntung juga, sis!”
Mengepakkan sayapnya, Draco Greif dan Garol Gandach terbang ke langit.
Naga Salamandra yang terbang selanjutnya. Kuro Usagi yang hanya mendengarkan
dari tadi terheran-heran dengan situasi yang baru saja terjadi, akhirnya
pertanyaan tentang ‘Siapa dia?’ muncul di kepalanya.
Seorang vampir berdarah murni. Tailcoat Demon Lord. Rekan dari seekor
singa matahari.
Floor Master selatan, [Avalon] dan [Draco Greif]. Floor Master utara,
[Salamandra] dan [Iblis Laplace].
Jika dipikir berkali-kali pun, mereka semua tidak memiliki suatu kesamaan,
sebuah kelompok yang tidak masuk akal. Memanggil begitu banyak komunitas dengan
begitu cepat, dia berpikir betapa pentingnya orang itu. Menyadari pandangan
Kuro Usagi yang ingin menanyakan sesuatu, Canaria menanggapinya dengan senyuman
yang menggoda.
“Kalau dipikir-pikir, Aku belum memperkenalkan diriku, pewaris Usagi-sama.
Namaku Canaria yang ditugaskan untuk menjadi penasihat dari ‘ ‘.”
“………..Canaria-sama.”
“Benar. Kita bisa membicarakan masa depanmu ketika matahari terbit. Kami
akan menjaga Kelinci Bulan yang berhasil selamat seaman mungkin.”
“B, Benarkah?”
“Kami dari Aliansi ‘ ‘
tidak akan meninggalkan siapapun. Terutama Kelinci Bulan yang sudah bertempur
bersama dengan kami. Tidak mungkin kami mengabaikan mereka.
Jadi----------------”
Tenang saja, katanya. Setelah mengatakan hal itu, dia mencium keningnya.
Pada saat itu juga, Kuro Usagi diserang oleh rasa kantuk yang hebat.
Dengan suara yang lembut mirip dengan ibunya dan pelukan hangat seperti
ayahnya, Kuro Usagi tertidur. Sesaat sebelum dia tertidur, Canaria membisikkan
sebuah janji.
‘Ketika kau bangun nanti, mimpi buruk ini akan berakhir.’
*
* *
Dan begitulah bagaimana mimpi buruk malam itu berakhir. Setelah itu, Kuro
Usagi akan menjadi anak angkat Canaria setelah bertemu dengannya lagi dan akan
diterima ke komunitas ‘
‘. Ini adalah---------pertemuan takdir antara Kuro Usagi dan Canaria
yang nantinya di masa depan akan menjadi komunitas yang disebut dengan ‘No
Name’.
1 Comments
mantap min tolong di up lgi min saya nunggu gk nambah" hehehehe
BalasHapustpi makasih min udah di up vol 7 nya
Posting Komentar