AKAN MENGHANTAM JATUH NERAKA KE DALAM
KEGELAPAN
(Translator : Zerard)
“Rrrragghhhh!!” sang gadis berteriak,
melompat ke udara, dan gelapnya dunia neraka tersinari oleh kilaunya matahari.
Tempat ini benar-benar
neraka. Sepertiga dari tempat ini terpanggang, hitam keseluruhan, dan dua
pertiga lagi di penuhi dengan para demon. Berdiri tinggi di atas kepalanga,
siap unntuk mencabik papan dunia ini, adalah seekor Rock Eater, serangga
raksasa yang sering sekali di sangka sebuah kelabang besar.
Namun sang gadis, tinggi di
udara, hanya menyeringai dengan imut.
“Seraaangaaaan FAJAR!!”
Matahari
meledak!
Pedang suci di tangannya
melepaskan sebuah cahaya kehijauan, dengan kejam memangkas sebua monster yang
ada di sekitar. Gerombolan Rock Eater, mencondongkan tubuhnya ke depan tidak
sabar untuk menggigit wabita muda ini, telah hancur dalam sekejap mata. Darah
dan cairan yang mungkin telah menodai rambut hitam sang gadis telah terbakar
oleh panas dari kilau kehijauan itu.
Sang gadis menolak untuk
gentar di hadapan semua demon neraka ini, benar, dia berdiri tak terluka.
Sang pahlawan berputar di
udara, mendarat di atas sebuah batu dengan tangan yang di angkat, seraya dia
berteriak, “Ini kiamatmu penghuni neraka, kiamatmu!” Kemudian dia mengayunkan
pedang sucinya mengarah para monster, membentuk sebuah sigil rumut dengan
tangan kirinya. “Carbunculus...Crescunt...Iacta!!”
Sebuah bola api terbentuk
dengan raungan dan melayang terbang, di ikuti dengan bola kedua, kemudian
ketiga. Seraya mayat demon yang terpanggang melambung di udara, sang pahlawan mengatakan,”Aku
senang melakukan jni terus—berapa lama lagi yang kamu butuhkan?!”
“Sedikit...lagi, menurutku!”
Jawaban itu datang dari
antara gerombolan demon.
Sang pahlawan menggenggam
pedang sucinya dengan kedua tangan, berpose seolah ingin mengatakan siapapun
yang berani mendekat akan terbunuh.
Dan pada kenyataannya,
adalah benar hal itu terjadi kepada siapapun yang berani mendekat.
Para demon bergerak, mencoba
mencari posisi yang menguntungkam, namun dalam sekejap, kepala mereka terlepas.
Warrior yang berpengalaman tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menyerang yang
bagus. Dia menunduk dari serangan musuh dengan begitu cepat, hingga kamu tidak
akan dapat melihatnya jika kamu berkedip, kemudian dia menusukkan pedangnya
melalui celah musuh yang mendekat. Gaya bertarungnya brutal, piawai—namun itu
sangat menunjukkan seberapa hebat kemampuannya.
Dia sedang melindungi
seorang mage—seorang wanita yang membawa tongkat besar dan berkonsentrasi
keras. Sang wanita, Sage, sekarang membuka sebelah matanya, melihat pada sebuah
batu yang berada tinggi di atas mereka.
“....Arus air di atas kita
sudah berubah. Sepertinya lingkaran sihir musuh telah hancur.”
“Huh. Aku penasaran apa ada
oetualan lain di sana.” Sang pahlawan membakar beberapa monster kecil dengan
mantra lainnya kemudian melompat masuk ke tengah mereka.
Gerbang
nereka hampir terbuka.
Adalah peringatan yang di
berikan kepada mereka, terukir di dalam sebuah tablet tanah liat oleh penyihir
yang telah hidup dari Jaman para Dewa.
Para wizard ini telah
meneliti mantra Gate, namun mereka telah melakukan kesalahan fatal. Mereka
telah membuka Gate pada tempat yang seharusnya tertutup selamanya: neraka.
Mereka dengan segera menutupnya kembali, namun hanya masalah waktu hingga itu
terbuka kembali. Mereka telah memprediksi tahun dan hari pintu itu akan terbuka
kembali...
Dan
itu terjadi tepat ketika aku berada di sekitar sini. Apa itu keberuntungan atau
kesialan untukku?
Sang pahlawan berlari lurus
ke depan, tidak menoleh ke belakang.
Dia telah mencoba untuk
belajar, namun dia tetaplah tidak dapat benar-benar memahami logika akan dunia.
Dia pernah duduk membaku tebal akan prinsip dan peraturan, namun itu hanya
membuat kepalanya sakit.
Karena itu, adalah
tergantung kepada Sage untuk menyegel Gate itu dengan rapat. Sang Sage sendiri
mengeluhkan bahwa dia masihlah belum secara penuh menguasainya, namun dia tetap
berusaha...
“Mungkin para elf...?”
“Mungkin. Umur mereka memang
panjang—mungkin karena itu gerakan tangan mereka cepat sekali.”
“...Para elf bisa memberikan
serangan fatal dari tempat yang tidak terduga.”
“Selama masa belajarku, aku
sama sekali tidak memahami mereka.” Sage bergumam, dan sang pahlawan mengetahui
bahwa Sage telah jauh lebih banyak belajar dari mereka.
Sedangkan untuk dirinya sendiri,
dia hanya mengayunkan pedang dan membiarkan senjatanya menghasilkan mantra.
Sang pahlawan sekali lagi
terpukau akan keyakinan mutlak bahwa di setiap penjuru dari dunia ini sangatlah
mengagumkan. Dan bukan karena dia kuat atau karena dia seorang pahlawan.
Benar-benar bukan. Apakah fakta sederhana seperti itu dapat merubah nilai
dunia?
Dia memiliki teman, kampung
halaman, benda favorit. Langit sangat memukaum dan dia dapat melihat pelangi.
“”Hah, semuanya bagus! Hanya
ada satu cara untuk menyelesaikan masalah ini—bantai mereka semua!”
Yang semakin menguatkan
alasannyanuntuk tidak membiarkan para monster ini memilikinya.
Dia menendang seekor demon
rendahan ke samping dan mendapati dirinya berhadapan dengan makhluk laba-laba
aneh. Monster raksasa itu pastinya pemimpin di antara kumpulan demon ini.
Adalah makhluk yang
menakutkan; kaki metalnya dapat dengan mudah melindas sang pahlawab.
Dari sudut pandang orang
biasa mungkin akan mengatakan bahwa itu adalah tugas gadis itu untuk bertarung
melawan musuh seperti itu karena dia adalah seorang pahlawab.
Pfft.
Yang benar saja.
Dia tersenyum liar,
menunjukkan semua giginya. Dia terlihat seperti seekor hiu yang mengincar
mangsa.
Sage akan menutup Gate ini
dalam beberapa saat. Sampai saat itu tiba, dia akan bertarung untuk menjaga
dunia ini dari para monster; dia tidak akan menyerahkannya walau hanya untuk
sedetik.
Jika dia dan temannya adalah
satu-satunya orang yang mengetahui mengapa dia bertarung demi dunua, itu sudah
cukup.
“Ayo—majuuuuuu!!”
Sang pahlawan melompat
masuk, berteriak dan mendaratkan (apa yang dia kira) sebuah serangan kritikal.
1 Comments
terimakasih terjemahannya
BalasHapusPosting Komentar