PEMILIHAN KETUA DAN SANG RATU
(Part 4)
(Translator : Fulcrum)
Sejak pagi, sekolah sudah dipenuhi dengan atmosfer yang memanas.
Hari ini, tidak ada pelajaran di siang hari; Pertemuan Siswa, Pidato
Kampanye, dan Pemilihan akan dilaksanakan hari ini.
Di zaman modern, dimana murid-murid sudah jarang berkumpul bersama di
kelas, ini menjadi suatu acara yang besar.
Bukan hanya itu, di Pertemuan Siswa, akan ada pengajuan proposal tentang
perubahan kebijakan di sekolah.
Mendasari hal ini, sejak sebelum libur musim panas, konflik antara grup
pendukung dan oposisi sempat pecah di sekolah ini.
Tidak tahu apa karena popularitas Saegusa Mayumi, sulitnya untuk
menentang, atau akibat aksi para anak kelas 1 Golongan 2 di Monolith Code, dari
segi jumlah, anggota pendukung proposal ini semakin bertambah. Dan sebagai
akibatnya, para oposisi semakin bersikeras. Mereka yang melihat situasi ini
pasti akan merasakan adanya aura kekerasan yang muncul di acara sekolah ini.
◊ ◊ ◊
“Semuanya sudah disini? Akan kujelaskan lagi untuk yang terakhir kalinya.”
Setelah pelajaran di pagi, semua anggota Komite Moral Publik berkumpul di
markas.
Karena mereka bekerja sesuai shift
dan kebanyakan mereka bekerja sendirian, jarang sekali semua anggota komite
berkumpul. Pertemuan Siswa adalah salah satu kesempatan di mana semua anggota
Komite Moral Publik dikerahkan.
“Sederhananya, semua anggota komite akan ditempatkan di dalam aula. Di
luar aula, sudah ada kamera pengawas otomatis. Kita di sini untuk membantu
OSIS.”
Seluruh anggota Komite Moral Publik jumlahnya ada sembilan. Karena cuma
itu yang ada untuk menjaga 560 murid yang ada di aula, mereka tidak bisa
mengawasi yang ada di luar. Tapi tetap saja, bahkan jika mereka kekurangan
orang, berhadapan dengan penyusup bukanlah tugas mereka.
“Chiyoda dan aku akan ada di pintu masuk utama; di pintu samping, Tatsumi
dan Morisaki…..”
Sambil mendengarkan arahan Mari, Tatsuya berpikir “Tidak seperti biasa,
suaranya terdenger intens”. Daripada berbicara secara feminin, dia cukup
terdengar seperti laki-laki. Sesuatu yang jarang dilakukannya di hadapan
teman-temannya.
“Sawaki di panggung kiri, Shiba di panggung kanan; itu semua.”
Mari memanggil keras nama dan pos jaga setiap anggota.
Pos Tatsuya sendiri ada di area sekitar panggung.
Jika terjadi penyerangan di panggung, dia dan Sawaki akan menjadi garis
pertahanan terakhir….. tapi Tatsuya tidak terlalu mengkhawatirkan itu.
Setelah berjalan bersama Mayumi kemarin, dia memahami sesuatu. Tidak akan
ada seorang pun murid SMA 1 yang berani mencelakai Mayumi. Maksudnya tidak akan
ada orang yang cukup bodoh dan ceroboh untuk menyerang Mayumi, dan semua kakak
kelas laki-laki pasti sudah paham dengan baik…….
“Semuanya, segera ke posisi. Shiba, tunggu dulu di sini.”
Saat tinggal mereka berdua, Mari kembali ke cara bicaranya seperti biasa.
“Katakan dengan cepat; Tatsuya-kun, bagaimana kemarin?”
Dia tidak perlu menunggu Mari menjelaskan apa yang ingin ditanyakannya.
“Ditarget, tiga kali.”
Wajah Mari mendadak membeku, terdiam.
“Tapi itu ditargetkan ke aku.”
Setelah mendengar itu, dia terlihat agak kebingungan. Ekspresinya hanya
berkata “Huh?”
“Tidak, sepertinya aku cukup meremehkan kaichou.”
“…..Jangan pedulikan waktunya; jelaskan saja semuanya.”
“Singkatnya, mereka sepertinya anggota klub penggemarnya.”
Saat dia mendengar penjelasan santai Tatsuya, wajahnya kembali terlihat
bisa memahami hal itu.
“Sederhananya, mereka cemburu?”
“Tapi Miyuki juga ada di sana, jadi mereka seharusnya sadar kalau
situasinya tidak seperti itu.”
Mengingat kembali kejadian kemarin, rasa lelah kembali menyelimuti
tubuhnya. Setidaknya, itulah yang Tatsuya rasakan.
“Bagaimanapun, aku cuma menyalakan CADku. Mereka sepertinya tidak seberani
itu untuk melakukannya. Mereka mungkin tidak ingin melakukan hal bodoh dan
dibenci kaichou.”
“Jadi begitu…….”
“Aku rasa mereka tidak akan melakukannya meski mereka sebenarnya ingin….
Mereka tahu kalau mereka akan kalah seketika kaichou turun tangan.”
Bahkan seorang penggemar fanatik sekalipun tidak ingin mati bodoh. Bom
bunuh diri dilakukan karena mereka bisa membunuh musuh mereka sekaligus bersama
diri mereka. Penembak tidak akan menembak dari titik yang mudah terlihat, atau
menembak orang yang ada di tempat yang dilindungi kaca tahan peluru.
Mereka berdua merasa bodoh mengkhawatirkan hal yang tidak perlu, dan
berbagi senyuman lega.
…..Setelah itu semua, antusiasme Tatsuya untuk pekerjaannya turun hingga
nol.
Dengan keyakinan kalau dia terlalu serius menjalankan tugasnya
sampai-sampai dia melihat bayang-bayang, dia pergi ke posnya. Berdiri di
samping panggung acara.
Saat dia memikirkannya, jelas kalau ini cuma sebatas pemilihan Ketua OSIS.
Walaupun prestise sebagai ‘Ketua OSIS’ sangat terhormat, berbeda dengan ‘Wakil
Ketua’, ‘Sekretaris’, dan ‘Bendahara’ yang tidak punya prestise sama sekali
setelah lulus nanti.
Di SMA 1, kalau Ketua OSIS menginginkannya, maka bisa ada dua hingga empat
wakil; Golongan 2 tidak diperbolehkan menjadi bagian OSIS untuk alasan harga
diri.
Dan itu adalah harga diri yang cukup tinggi.
(Mungkin aku terlalu terpengaruh pola pikir sekuler.)
Untuk idealisme, untuk uang, untuk kehormatan, untuk harga diri…… dunia
Tatsuya dipenuhi dengan situasi di mana nilai seorang manusia dipandang rendah.
Di hadapan ‘panggung’ di dekatnya, dia merasa seperti bukan bagian dari dunia
ini dan melihatnya seperti sebuah film.
“……Untuk alasan itu, aku memutuskan untuk menghilangkan batasan tentang
siapa yang bisa menjadi anggota OSIS.”
Saat pengajuan proposal Mayumi selesai, tiba-tiba ada yang mengangkat
tangan di barisan anak kelas 3.
Tatsuya tidak pernah melihat perempuan Golongan 1 (sederhananya, dia tidak
ikut serta di Kompetisi Sembilan Sekolah; dia tidak punya kemampuan yang cukup
untuk dijadikan anggota) yang berdiri di podium tanya jawab.
Mikrofon modern bisa menerima suara dari jarak lima puluh meter, jadi
adanya podim tanya jawab sendiri cuma sebuah formalitas.
Dua elemen yang ada, elemen besar dan kecil, begitulah jalannya dunia.
“….Menurutku…. argumenmu terdengar seakan……”
Perkataannya, dari grup oposisi, hanya sedikit sampai di telinga Tatsuya,
lalu dia mengabaikannya. Tentunya, dia tidak sedang memakai earphone atau semacamnya. Dia secara
tidak sadar mengabaikan perkataan orang yang bisa menimbulkan keributan itu.
“Yang jadi masalah apakah memang ada yang perlu dirubah dari sistem saat
ini? Maksudku, memangnya apa ada anak Golongan 2 yang pantas menjadi anggota
OSIS?”
Tatsuya mengerutkan dahinya mendengar hal itu. (Dia tidak merasa perlu
menyembunyikan ekspresinya, karena dia tidak ada hubungannya dengan pertanyaan
itu). Dia menilai kalau cara terbaik menanggapinya adalah dengan
mengabaikannya, tapi Mayumi pasti sudah punya rencana, atau mungkin dia tidak
berpikir sama sekali, karena dia menjawabnya dengan terus terang.
“Aku turun dari posisi Ketua OSIS hari ini. Aku tidak akan menunjuk
anggota yang baru, jadi aku belum kepikiran siapa itu.”
“Tapi kau bisa saja menekan ketua yang baru untuk memilih murid Golongan 2
yang sesuai kemauanmu?”
(Sesuai kemauanmu……)
Tatsuya merasa kalau perkataan itu sangat menghasut.
“Aku tidak punya niatan untuk ikut campur dalam pemilihan anggota OSIS
setelah mengundurkan diri.”
Dia memberikan sebuah tawa nada tingi kecil.
“Hak pemilihan anggota OSIS baru ada di tangan ketua yang baru. Aku tidak
punya niatan untuk mencampuri kewenangan Ketua OSIS baru.”
“Itu berarti ada anak Golongan 2 yang ketua selanjutnya inginkan. Itulah
kenapa kau mengganti sistemnya, bukan?”
Perkataan tajam itu bagai racun menimbulkan kericuhan di aula. Sepertinya
Tatsuya bukanlah satu-satunya yang berpikir “Apa-apaan ini?!”.
“Harap tenang!”
Perintah bersuara dingin itu datang dari Miyuki yang membantu menjaga
acara ini berjalan dengan baik.
Karena Mayumi, sebagai pencetus masalah ini, yang berdiri sebagai pembawa
acara, Hattori sementara berperan sebagai pengendali situasi dan Miyuki menjadi
asistennya. (Omong-omong, secara resmi, mereka sebagai pembicara tidak bisa
rehat makan atau minum selama Pertemuan Siswa.)
“…….Jawaban untuk pertanyaan itu ‘Tidak’. Alasan aku mengajukannya di
momen ini adalah karena cuma ini satu-satunya kesempatan. Karena aku merasa ini
tanggung jawabku sebagai Ketua OSIS untuk memastikan tidak adanya benih-benih
konflik bagi semua adik kelas.”
Di dalam hati, Tatsuya merasa kagum. Tidak peduli bagaimanapun melihatnya,
kharismanya sangat kuat sampai bisa memenuhi seisi ruangan.
“Masalah mampu atau tidaknya Golongan 2 untuk jadi OSIS bukan jadi
penyebab oposisi kami.”
Di sisi lain, orang itu, yang namanya Asano, sepertinya cukup keras
kepala.
“Ini bukan masalah ada atau tidaknya kandidat, Asano-san. Suatu sistem
menggambarkan cara berpikir organisasi tersebut. Sistem kita tidak
memperbolehkan murid Golongan 2 untuk bergabung di OSIS; tertulis di aturan
kalau tidak peduli seberapa berkemampuan murid tersebut, jika dia Golongan 2
maka dia tidak bisa menjadi anggota OSIS. Ini bisa dibilang kalau OSIS percaya
bahwa murid Golongan 2 tidak pantas untuk menjadi bagiannya. Pemikiran seperti
itu tidak benar.”
Itu penjelasan yang agak di luar dugaan, pikir Tatsuya.
Tapi ada tepuk tangan besar di aula mengikuti selesainya Mayumi berbicara.
Dan bukan hanya murid dari Golongan 2 saja yang seperti itu.
“Kau membohongi kami dengan perkataan itu!”
Tidak peduli seberapa keras kepala orang itu, mereka tidak sadar kalau
hampir seluruh isi aula bertentangan dengan dirinya. Di tengah-tengah itu, dia
masih keras kepala; tapi rasanya perkataan Asano cukup histeris.
“Ada murid Golongan 2 yang kau inginkan di OSIS. Itulah kenapa kau ingin
menghapus peraturan ini! Kau punya orang yang ingin dimasukkan, itu bukan!?”
Beberapa suara lain di aula terdengar setuju akan pandangan itu, tapi
mereka segera diejek oleh yang lain. Ejekan itu semakin menyerang orang yang
berdiri podium pertanyaan itu.
“Saegusa-kaichou! Kau ingin memasukkan anak kelas 1 itu ke OSIS ‘kan!?”
Jari Asano yang histeris itu terarah ke Tatsuya.
“Aku tahu pasti itu. Kau bahkan sampai jalan ke stasiun bersamanya kemarin!”
Itu mungkin keputusasaannya, keputusasaannya meluap-luap.
Wajah Asano tampak kusut.
Namun, perkataan itu secara tak terduga berhasil.
Ejekan-ejekan itu mendadak berhenti.
Banyak pasang mata di aula itu berpindah bolak-balik dari Mayumi ke
Tatsuya.
Saat Tatsuya melihat wajah Mayumi yang agak memerah, Tatsuya berpikir
“Wajah itu hanya akan membuat semua masalah semakin buruk!”. Tapi di situasi di
mana dia hanya boleh diam saja, dia tidak bisa mengatakan itu.
Keributan itu berhenti ketika kalimat dingin terlontar dari atas panggung.
“Apa itu saja yang mau kalian katakan?”
Tanpa disadari siapapun (atau mungkin baru sekarang), Miyuki bangkit
berdiri.
Tatapan dingin menusuk wajah kakak kelas itu.
Bahkan dari balik panggung, tidak, bahkan itu terasa datang dari panggung
itu langsung; ekspresinya jelas terlihat seperti seorang ratu yang berbicara
dengan rakyatnya; bibir kakak kelas penyebar gosip itu terdiam seketika.
(Sihir…… tidak digunakan)
Hal pertama yang diperiksa Tatsuya adalah apa Miyuki kehilangan kendali
sihirnya atau tidak.
Tekanan ini bukan sihir.
Tanpa menggunakan sihir, Miyuki menyebarkan rasa dingin yang membuat
seseorang tidak akan bisa bergerak seperti di puncak musim dingin; bahkan
Tatsuya merasakannya.
“Aku menganggap perkataan itu tadi sebagai hasutan. Oleh karena itu,
dengan wewenang yang kupunya sebagai pelaksana acara ini demi kelancaran, aku
meminta senpai untuk segera meninggalkan ruangan; kalau ada keberatan, maka
berikan bukti-bukti untuk mendukung tuduhanmu kalau Saegusa-kaichou punya
perasaan khusus kepada anak kelas 1 itu.”
“Itu……”
Asano kehabisan kata-kata.
Sejak awal, memang ada spekulasi kalau Mayumi punya perasaan khusus kepada
Tatsuya; itulah dasar perkataannya. Bahkan Asano sendiri sadar akan itu.
Mata Miyuki dengan dingin melumpuhkan Asano.
Tidak ada sihir di matanya, hanya hinaan yang terpancar darinya,
tatapannya seolah mampu membekukan keberanian seseorang.
Dan itu benar-benar membekukan nyali si penghasut yang melibatkan kakaknya
dalam hasutannya, sehingga ia sampai tidak mampu bergerak bahkan jarinya
sekalipun.
Itu bukan kewenangan, kedudukan, kelas sosial…… atau pengalaman; itu semua
tidak dimiliki oleh seorang anak SMA. Yang ada saat ini adalah sesuatu yang
disebut ‘harga diri’.
“Aku koreksi. Tidak ada gunanya untuk pergi. Lebih tepatnya, tolong hentikan
pertanyaan ini dan silakan kembali ke kursi, Asano-senpai.”
Orang yang akhirnya mengambil langkah untuk mengendalikan situasi ini
adalah Hattori. Kata ‘akhirnya’…… memang cocok untuk menggambarkan situasinya
yang sempat hening oleh tekanan dari Miyuki.
Miyuki menunduk dengan elegan dan kembali ke kursinya; Asano tidak dalam
kondisi mampu berkata sepatah kata pun dan dengan canggung kembali ke kursinya.
Pada akhirnya, perlawanan grup oposisi berhasil dilumpuhkan.
Setelahnya, aula itu dipenuhi dengan atmosfer intens. Tidak ada sahutan
ceria atau ejekan di mana-mana. Satu per satu pemungutan suara elektronik
dilakukan, proposal untuk menghilangkan kebijakan pelarangan Golongan 2 di OSIS
disetujui oleh kebanyakan murid.
Dan akhirnya ini waktu untuk pidato kampanye Azusa.
Karena hanya ada satu kandidat, daripada disebut pidato kampanye itu lebih
terasa seperti deklarasi semata. Tapi agar tetap formal maka pemungutan suara
akan tetap dijalankan (kali ini menggunakan balot kertas, dan bukan secara
elektronik). Azusa melangkah naik panggung dengan wajah bercampur antusias dan
gugup.
Seketika dia menunduk, serangkaian tepukan tangan melanda isi aula.
Tatsuya dan Miyuki, yang tidak akrab dengan industri hiburan, tidak akan bisa
memahami ini. Tapi aula ini terasa seperti sedang menyambut kehadiran seorang
penyanyi wanita imut dan feminin, dikelilingi penggemar-penggemar laki-laki.
Tatsuya masih belum tahu alasannya kenapa, tapi tanpa perlu tahu nilai
sempurnanya baik secara teori maupun praktik, tanpa perlu dibesar-besarkan, sekaligus
penampilan ramah dan rendah hati Azusa membuatnya dijuluki ‘idola yang
merakyat’ di sekolah, sama tapi sedikit berbeda dari Mayumi.
Dengan mengejutkan (tapi rasanya ini akan terdengar tidak adil untuk
Azusa), dia mengungkapkan pandangan politiknya. Itu sebenarnya adalah
kelanjutkan dari pidato Mayumi. Banyak bagian pidatonya yang hanya berpusat
pada gambaran murid SMA yang ideal, tapi secara keseluruhan, pidatonya bisa
diterima….. Seruan-seruan seperti “Kau bisa!” atau “Berusahalah!” mungkin cuma
candaan belaka.
Masalah mulai muncul kembali saat ia membahas anggota OSIS yang
berikutnya.
“Sesuai dengan keputusan hari ini, aku akan memilih anggota OSIS
selanjutnya, tanpa memandang status Golongan 1 & 2.”
“Apa maksudnya Golongan 2 itu~?”
“Azusa-chan suka yang muda dan liar~”
Komentar-komentar itu mulai datang dari beberapa mulut saja. Semua itu
berdasar dari ketidaksenangan oposisi terhadap fakta bahwa mereka tidak bisa
melakukan banyak hal. Mungkin mereka mengira kalau Azusa akan mengabaikannya
dan memilih untuk melanjutkan pidatonya.
Dan semua kalkulasi itu salah.
Yah, mereka memang benar bahwa Azusa tidak menanggapinya, tapi…..
“Siapa itu tadi yang bicara seperti itu!?”
“Siapa yang berani menghina Nakajou!?”
“Kalau kau mau ngomong, ngomong di depan kita!”
“Ayo tunjukkan dirimu pengecut!”
….karena orang lain mulai berteriak, dia sampai tidak bisa melanjutkan
pidatonya.
Di tengah-tengah acara, keributan
kembali muncul.
Grup oposisi dan penggemar Azusa menjadi terlibat dalam sebuah keributan.
“Tolong tenang! Kembali ke kursi masing-masing!”
“Harap tenang!”
“Hentikan, semuanya!”
Miyuki, Hattori, dan Mayumi menaikkan suara mereka berkali-kali, tapi
keributan ini membuat suara mereka tak terdengar.
Keributan itu kian lama semakin melebar.
Dan juga kian lama semakin tak terkendali.
Jelas tidak ada satu pun dari mereka yang memakai sihir; mereka semuanya
hanya ribut seperti anak kecil, tapi jika dilihat mereka seperti sedang bermain
oshikura manjuu[1].
Semuanya akan lebih mudah kalau tidak ada yang terluka; namun…. Selagi
kesulitan untuk mengontrol keributan ini semakin membuat sakit kepala, Tatsuya
membuat kontak mata dengan Sawaki dan Tatsumi dan memutuskan untuk bersiap-siap
bergerak.
Tapi, keputusannya terlambat.
Mereka sedang meributkan hubungan Tatsuya dan Azusa; saat ada ejekan
vulgar dari salah satu mulut grup oposisi itu, terdengar suara teriakan
melengking mengendalikan seluruh keributan itu.
“Diam!”
Suara itu sangat keras sampai rasanya aneh kenapa mikrofon tidak berdengung
terkenanya. Bukan volume suaranya, tapi kekuatan suaranya lah yang menenangkan
pikiran murid-murid yang beribut satu sama lain.
Murid-murid itu secara refleks langsung mencari sumber suara itu, seketika
selanjutnya semua mata mereka terpejam, selagi berkedip mata mereka sekali lagi
mulai terarah ke atas panggung.
Di atas panggung, sebuah badai Psion menyebar tak terkendali.
Kemarahan besar yang turun ke dunia.
Sihir Modern merubah fenomena dengan menggabungkan badan-badan informasi
yang mampu merubah fenomena.
Mustahil untuk menggunakan suatu sihir tanpa adanya gambaran di pikiran.
Meski begitu, kekacauan akibat badai sihir itu mulai menimbulkan keributan
baru.
Dengan kekuatan seperti ini, bisa-bisa seluruh aula menjadi es.
Mayumi, Hattori, Suzune, dan Azusa semuanya meraih CAD mereka bersamaan
untuk mengendalikan si ratu es, Miyuki.
Tapi, untungnya, pertarungan sihir antar anggota OSIS itu berhasil
dihentikan di detik-detik terakhir.
Seorang murid laki-laki berhasil naik ke atas panggung, membelakangi
tribune penonton dan menyembunyikan Miyuki dari pandangan mereka semua.
Kedua tangannya diletakkan di bahu Miyuki, menghentikan kekuatan yang akan
melenyapkan dunia. Aksi itu entah bagaimana berhasil menghentikannya.
Dari luar panggung, tidak ada yang tahu apa yang mereka berdua bicarakan,
atau yang mereka pikirkan.
Tapi, mulai sejak murid laki-laki itu melepaskan tangannya dari Miyuki
sampai dia turun panggung, semua murid yang ada; kelas 1, kelas 2, dan kelas 3,
fokus melihatnya.
◊ ◊ ◊
Setelah itu, seolah-olah badai salju tadi cuma ilusi, semua orang di aula
kembali tenang.
Tidak ada yang melontarkan ejekan ataupun dukungan. Setelah semua kembali
tenang, para murid, seperti domba yang digembalakan, berdiri dengan rapi antre
memberikan suara.
Hasil pemungutan suara ini akan dihitung di hari yang sama oleh pihak
ketiga yang diperkerjakan dan dibiayai OSIS, hasilnya akan diumumkan keesokan
paginya.
“Selamat, A-chan.”
“Nakajou, selamat.”
“Selamat, Nakajou-san.”
Bahkan tanpa perlu adanya ucapan selamat di pagi hari, Azusa lah yang
terpilih jadi Ketua OSIS baru. Semua masalah sudah terselesaikan, seharusnya
begitu.
“……Shiba-san, aku rasa kau tidak perlu terlalu memikirkannya. Lagipula,
pemungutan suara itu tidak berpengaruh.”
“Sayang sekali. Jumlahmu lumayan dekat, Tatsuya-kun.”
Selagi mendengar simpati dari Suzune dan Mari yang tidak menyembunyikan
kekagumannya, mereka berdua menunjukkan wajah masam melihat hasil pemungutan
itu.
Secara keseluruhan, ada 554 suara yang terkumpul.
Dari jumlah itu, ada 173 yang sah.
Hasilnya adalah….
“Aku tidak pernah menduga hasilnya akan seperti ini.” kata Mayumi.
“Shiba: 220, Nakajou: 173, Tatsuya-kun: 161….” kata Mari.
“…..Tunggu sebentar. Memang benar kita menerima kesalahpahaman orang yang
memilihku, tapi…..”
Sambil mengendalikan suaranya, Miyuki mengomel jelas tidak ingin menerima
semua itu.
“Kenapa ‘Ratu’, ‘Yang mulia Ratu’, dan ‘Ratu Salju’ semuanya dihitung
aku?”
Miyuki mengomel dengan suara orang menangis.
“Karena di kertas-kertas suara itu ditulis ‘Ratu Miyuki’, ‘Yang mulia,
Ratu Shiba Miyuki’, ‘Ratu Salju Miyuki’ dan semacamnya…. Tidak mungkin itu
merujuk orang lain.”
Mendengarkan Suzune yang menjelaskan itu untuk menenangkannya, tidak
mungkin Miyuki masih belum memahaminya.
“Apa-apaan maksudnya itu? Apa menurut mereka aku seperti orang mesum[2]?”
“……Tidak, aku yakin mereka tidak punya maksud seperti itu. Setelah
melihatmu kemarin, aku yakin tidak akan ada orang yang berani seperti itu…..”
Seolah kalah dari dalam dirinya, tubuhnya merosot mendengar jawaban Mari
sambil kebingungan.
“Kalau begitu apa aku semengerikan itu? Apa perbuatanku separah itu?”
Nada bicara Miyuki berubah menjadi seperti sebuah ratapan.
“……Miyuki-san, tenanglah. Lagipula, tidak ada yang berpikir seperti itu.”
Mayumi mencoba dengan semampunya untuk membuat suaranya terdengar
menghibur untuk menenangkan suasana hati Miyuki, tapi itu semua hampir tidak
berguna.
“Pinjamkan aku kertas suaranya! Akan kucari siapa yang menulisnya!”
“Itu absurd……. Memangnya, bagaimana kau melakukannya?”
Miyuki menolah ke arah Tatsuya, matanya mendadak mulai berair.
“Onii-sama…..”
Dengan wajah manja, tepat saat Miyuki akan menangis dan bersandar pada
Tatsuya, Tatsuya mengenyahkan keraguannya.
“Jangan meminta-minta yang mustahil. Karena investigasi itu adalah
pelanggaran serius.”
Dia menepuk kepala adiknya tanpa malu sedikit pun dan memperlakukannya
seperti anak kecil.
“Tapi…… tapi……”
Tidak tahu harus berbuat apa, Tatsuya dengan lembut memeluk adiknya yang
tersedu-sedu.
“Tidak apa-apa.”
Mulutnya berada dekat telinga adiknya.
“Lagipula, kau bukanlah Ratu.”
Dan dengan suara rendah lembutnya,
“Tidak peduli bagaimana orang lain melihatmu, bagiku kau adalah putri yang
manis.”
Tatsuya melayangkan kata-kata hiburan itu.
“Onii-sama….”
Suara sesenggukan adiknya berakhir, bersamaan dengan itu seakan-akan semua
kemarahan dan frustasinya juga berakhir, dan dengan berhasil dihentikannya
amarah itu, semua orang di ruangan menjadi tenang kembali.
Namun, mereka segera tenggelam dalam suasana canggung yang baru.
Walaupun dia sudah berhenti menangis, Miyuki tidak menunjukkan tanda-tanda
akan lepas dari pelukan Tatsuya.
Sebaliknya, kepala dan pipinya secara mengejutkan tersandar di dada
Tatsuya; aura mereka berdua sangat manis sampai yang lain merasa mual.
◊ ◊ ◊
Selama istirahat makan siang, dua bersaudara itu, Tatsuya dan Miyuki,
tidak muncul di ruang OSIS.
Bukan hanya Miyuki menangis di hadapan para senpai-nya, dia juga
memperlihatnya dirinya dipeluk, jadi sudah jelas kalau dia terlalu malu untuk
datang; saat Tatsuya yang tidak tahu malu mengabari mereka tentang itu, Mayumi
dan yang lain menjadi lega.
Azusa dibuatkan perayaan oleh teman-teman kelas 2nya sehingga ia juga
tidak hadir.
Suzune seperti biasa tidak datang kalau dia tidak ada urusan, jadi dia
tidak muncul.
Dan hari ini, tidak seperti biasa, Katsuto datang ke ruang OSIS.
“Ya, masuklah.”
“Aku datang setelah selesai makan siang”, dia menjelaskannya saat Mayumi
menyuguhinya teh. Dia mengangguk berterima kasih dan membawa cangkir itu dekat
mulutnya.
“Jadi, ada apa kau ke sini, Juumonji-kun?”
Walaupun mereka berdua sama-sama tamu, Mari, mungkin karena dia tidak
tahan lagi, bersikap seolah ruangan itu memang tempatnya dan menanyainya; Katsuto
menjawab “Tidak ada apa-apa”.
“Mungkin, karena hari ini adalah hari terakhir Saegusa. Ini terakhir kalinya
aku bisa datang ke sini melihatnya sebagai Ketua OSIS.”
“Aku mengerti, kau datang untuk memberi selamat kepada Mayumi untuk
kerjanya selama ini atau semacamnya.”
“Oh, Juumonji-kun, terima kasih.”
“Ah, sama-sama.”
Selagi tersenyum sombong, mereka berdua melancarkan serangan verbal yang
direspon Katsuto biasa saja.
“……Jadi begitulah. Aku pikir Tatsuya-kun mengingatkanku pada seseorang;
dia merespon semua ini sama seperti Juumonji-kun.”
“Shiba?”
Katsuto bertanya dengan pandangannya “Kita sama?”; Mari mengangkat
bahunya. Meski mereka sekilas terlihat sama, Mari yakin kalau sikap Tatsuya itu
semacam terencana, sementara itu Katsuto lebih seperti spontan, jadi dia merasa
kalau mereka berdua tidak terlalu sama.
“Omong-omong masalah Shiba, bagaimana menurutmu kemarin…….”
Mungkin Mari tahu kalau dia tidak bisa memberitahunya hanya dengan
gesturnya saja, jadi ia mencoba untuk langsung merubah topik pembicaraan.
“Tidak apa-apa……. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Namun, mungkin karena mereka berdua memikirkan hal yang sama, berdua
Mayumi dan Katsuto mengabaikan topik pilihan Mari dan mengubah arah pembicaraan
ini semau mereka.
“Aku terlalu lambat untuk menyadari semuanya, tapi apa Shiba menahan
adiknya? Aku melihatnya seperti itu.”
“Ya. Kekuatan dan kemampuan mereka benar-benar luar biasa.”
Itu tepat seperti yang Katsuto katakan. Apa yang terjadi kemarin tidak
bisa diketahui hanya dengan melihat; hanya mereka seperti Mayumi yang ada di
panggung yang dapat melihat jelas apa yang terjadi.
Mungkin, itu adalah penggunaan ‘Gram Demolition’. Sebuah struktur Psion
seketika terbentuk, sebuah Sihir Non-Sistematik, yang menyelubungi Psion itu
sendiri dan bukan badan informasi yang akan mempengaruhi Eidos. Struktur
semacam jaring itu melenyapkan semua Psion tak terkendali itu dan menekan
mereka dengan kekuatan yang besar, mengembalikannya ke tubuh Miyuki.
Psion tidak dibentuk oleh tubuh seseorang, tapi tubuh bisa menjadi medium
untuk melepas dan menyerap Psion. Rangkaian Aktivasi, yang digunakan CAD,
adalah contoh dari itu.
Tatsuya mengendalikan Psion Miyuki yang tersebar dan, tanpa perlu apa-apa,
bisa mengembalikannya ke dalam Miyuki.
“Tidak peduli seberapa hebat seseorang dalam Sihir Non-Sistematik, tidak
peduli keturunan mereka, apa memangnya ada orang yang bisa mengendalikan Psion
seperti itu? Saat itu Psion itu semua lepas dari kendali Miyuki; itu sudah beda
cerita, tapi……”
Ada beberapa hal yang jadi fokus Mayumi.
“Apa itu salah satu teknik Sihir Kuno-nya? Aku rasa ada ‘Seni Pertapa’
yang mampu mengendalikan Psion dengan baik……”
Mari mengeluarkan hasil risetnya sebagai jawaban; namun,
“Tidak, tidak peduli seberapa hebatnya ia menggunakan Sihir Kuno, akan
butuh waktu untuk menggunakannya. Seni Pertapa yang kau bicarakan perlu waktu
yang lama untuk menggunakannya.”
Katsuto secara tidak langsung membantah tebakan Mari dengan jawaban seperti “Itu tidak menjelaskan semuanya”.
“Jika dilihat dari kekuatan adiknya, seperti yang kuduga, aku rasa
keturunan mereka tidak bisa diabaikan begitu saja……”
“Tapi dia sendiri membantah jadi anggota Sepuluh Master Clan, bukan?”
Dan kali ini, Mari mengeluarkan balasan pada logika Katsuto.
“Ah. Dia tidak kelihatan berbohong tentang itu.”
Saat mereka sampai di jalan buntu, Mari dan Katsuto memiringkan kepala
mereka.
“…..Ayo kita berhenti membicarakan itu. Tidak baik membicarakan keturunan
orang lain…..”
Mayumi mendadak mengajukan untuk berhenti membicarakan itu.
Mari dan Katsuto, berdua merasakan perubahan mendadak sikap Mayumi terasa
aneh; namun, untuk seorang penyihir, pertanyaan tentang keturunan memang
dipandang kurang sopan, jadi mereka tidak menunjukkan pertentangan.
Tentu saja, Mayumi tidak memberi tahu mereka rahasia yang dipikirkannya.
Dia yakin kalau Tatsuya adalah seorang Extra, yang lalu membuat
investigasi terkait keturunannya menjadi sebuah tabu.
Dan itulah bagaimana Tatsuya dan Mayumi, berdua tanpa pernah
membicarakannya, bersama-sama saling menyembunyikan latar belakang Tatsuya.
[1] Permainan anak di Jepang yang biasa dimainkan
di musim dingin dimana para pemainnya berdiri saling membelakangi membentuk
lingkaran. Cara bermainnya dengan mendorong punggung mereka ke dalam sehingga
punggung semua pemain saling berdorongan dan bergesekan menimbulkan rasa
hangat.
Pemenangnya adalah anak yang berhasil mendorong jatuh pemain lain sambil tetap
menjaga posisinya di dalam lingkaran.
[2] Mesum disini maksudnya seperti S & M (Sadist & Masochist). Pada kasus
Miyuki yang dipuja seperti ratu, maka dia tergolong Sadist.
0 Comments
Posting Komentar