PERTEMUAN (3)
(Translator : Theten)
Mengatakan
bahwa dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan saat ini, Utano-san
mengantarku keluar dari kamarnya. Ketika aku meninggalkan ruangan yang hangat,
koridor yang terasa lebih dingin dari biasanya membuatku menggosok-gosokkan kedua
tanganku.
Aku
teringat ekspresi Utano-san saat dia mengantarku keluar dari kamarnya. Aku
merasa tatapannya 3 kali lebih dingin dari biasanya. Apakah kasus Solnea begitu
membebani pikirannya? Karena hampir tidak ada hal-hal yang bisa membuat
Utano-san khawatir.
Menghela
nafas, dan memikirkan beberapa cara untuk mengangkat suasana hatinya lagi, aku
menuju tempat Pelatihan. Mungkin untuk pergi dan bertemu Souichi dan yang
lainnya juga. Aku juga harus menunjukkan wajahku kepada O'brien-san. Karena dia
sibuk dengan tugas-tugas Ksatria dan aku menghabiskan lebih banyak waktu di
guild, kami entah bagaimana belum bertemu. Jika aku menundanya lagi, aku merasa
dia akan marah dan berteriak kepadaku.
Meskipun
usianya telah mencapai lima puluhan, dia masih aktif di lapangan. Aku bahkan
tidak tahu apa yang akan terjadi ketika dia marah.
Ketika
aku muncul di lapangan, Kuuki datang ke arahku dengan wajah terkejut. Aya juga
datang bersamanya.
Ketika
melihat Aya, aku jadi ingat percakapan dengan Utano-san …… tentang Solnea.
Untuk sesaat, aku tidak bisa memikirkan cara untuk memulai pembicaraan
dengannya. Sementara itu, Aya datang tepat di depanku dan melihat ke arahku. Rambut
kuncir kuda sampingnya bergoyang-goyang memamerkan pesona gadisnya.
"Apakah
terjadi sesuatu?"
"Hm?"
"Tidak,
kamu terlihat seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu." (Aya)
Begitulah.
Iya. Tunggu, bisakah aku mengatakan bahwa sebenarnya aku sedang khawatir?
Aku
ingat bagaimana Utano-san menanyaiku tentang berbagai hal mengenai hubunganku
dengan Solnea. Yang bernar saja, aku baru bertemu dengannya hari ini. Bahkan,
aku tidak hanya 'bertemu' dia seperti yang dilakukan orang biasanya. Akan lebih
baik jika aku mengatakan bahwa aku membawanya di bawah perlindunganku untuk
saat ini.
Sambil
memikirkan itu, aku tersenyum pada Aya sebagai ucapan terima kasih karena
mengkhawatirkanku. Mendengar itu, Aya juga tersipu dan tersenyum malu.
Kepolosan Aya benar-benar menyembuhkanku.
"Jadi
apa yang terjadi?"
"Oh
ya, Kuuki, coba dengar ini .." (renji)
“……
..uwahh. aku tidak mau. "(Kuuki)
Sambil
disembuhkan oleh Aya, aku mencoba berbicara dengan Kuuki tetapi dia membuat wajah
tidak senang secara terang-terangan. Sialan, bajingan tak berperasaan ini.
Waktu
itu, dia terbiasa mendengarkan ku dengan senyum bahagia. Pasti itu. Dia pasti
merasa puas setelah berhubungan dengan sang putri. Aku kira itu juga pertumbuhan
yang bagus. Sungguh iri. Menikah saja sana. Kemudian, aku akan memberikan semua
berkat (kutukan) kepadamu.
“Aku
membantu seseorang dan akhirnya malah memperburuk suasana hati Utano-san.” (Renji)
"Cukup
minta maaf saja kepadanya."
“……
..”
"Itu
pasti wanita lain lagi, kan ?”
Dia
bahkan tidak berpikir sebelum berbicara, seolah-olah itu semua salahku. Oh
well, kurasa ini bukan pertama kalinya sesuatu seperti ini terjadi, jadi kurasa
mereka tidak bisa disalahkan.
Untuk
menyelamatkan seseorang, kamu membutuhkan kekuatan. Apakah itu kekuatan tempur,
keuangan, atau ketenaran / reputasi. Itu sudah pasti diperlukan. Saat itu, aku
kurang dalam semuanya namun aku tetap ingin menyelamatkan orang lain jadi aku
akhirnya mencoba menyelamatkan mereka semua. Akibatnya, aku akhirnya membuat
Utano-san tidak senang berkali-kali. Dan aku bahkan tidak dapat menyangkal
bahwa tidak satupun dari semua itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan
wanita.
Lagipula
aku seorang pria. Mau tak mau aku akan mengulurkan tangan ke seorang wanita yang
dalam kesulitan. Dan juga itu membuatku menjadi termotivasi. Terlebih lagi jika
itu wanita cantik. Tidak, aku juga telah menyelamatkan banyak pria juga, oke? Tapi
tetap saja, kurasa gambaran tentang diriku di dalam kepala Utano-san adalah
seorang 'Playboy'. Meskipun sebagian besar dari semua itu tidak disengaja.
“kamu
pikir aku ini orang seperti apa ?” (Renji)
Apa
maksudnya dengan 'pasti wanita lainnya' dan 'lagi', hah ? Seperti aku hanya
mencoba menyelamatkan wanita saja. Padahal aku benar-benar mencoba
menyelamatkan orang terlepas dari jenis kelamin mereka, kau tahu? Sungguh pria
yang kasar. Saat aku berbicara dengan Kuuki, lengan bajuku ditarik dengan
ringan. Itu Aya.
Tapi
sekarang, Aya tidak menunjukkan senyuman yang sebelumnya dan menatapku dengan
wajah yang agak bermasalah.
[Ada
apa, Aya?]
"Ah,
umm ....."
aku
kira dia pasti penasaran dengan orang yang aku selamatkan.
Dia
ingin bertanya tapi pasti merasa malu untuk melakukannya. Reaksinya terlihat
sangat imut bahkan aku merasa bahwa itu akan buruk untukku terus menatapnya
seperti ini dan tidak melakukan apa-apa.
[Jangan
terlalu menyusahkan Aya, Renji.]
"Aku
tidak berniat melakukannya. Aku akan menjawab selama dia bertanya dengan baik.
”(Renji)
"Uuu..."
[Itulah
yang mengganggunya, bodoh!]
Ketika
aku tertawa melihat Aya yang tidak bisa berkata apa-apa setelah apa yang
dikatakan Ermenhilde, Ermenhilde menghela nafas padaku. Melihat interaksi kami,
Kuuki hanya bisa tersenyum masam. Aya
akhirnya tenang dan ekspresinya menjadi lebih baik setelah menarik nafas
panjang. Saat itu, terdengarlah dengkingan suara ledakan yang diikuti teriakan
para prajurit. Menilai dari orang-orang yang ada di lapangan sekarang dan suara
yang baru saja terdengar, itu pasti pedang iblis milik Masaki-chan. Itu pasti
salah satu kemampuannya.
Aku
akan khawatir jika lawannya adalah orang normal tetapi jika itu Souichi, dia
akan bisa menangkisnya dengan benar. Dua orang lainnya yang bersamaku tampaknya
memiliki pendapat yang sama karena mereka tidak terlihat panik sedikitpun. Kami
dengan santainya berpindah dan menjadi bagian dari kerumunan tentara yang
berkumpul. Terkejut karena kemunculanku yang tiba-tiba, kerumunan tentara
tersebut terbelah dua untuk memberiku jalan masuk. Merasakan semua tatapan
mereka berkumpul ke arahku, aku menggaruk kepalaku dengan tidak nyaman dan
tersentak sesaat. Kuuki dan Aya tampaknya terbiasa dengan ini karena mereka
berjalan menyusuri jalan yang dibuat oleh para prajurit secara normal. Saat aku
dengan cepat mengikuti mereka berdua, aku melihat Souichi dan Masaki-chan
bertukar pukulan di tengahnya. Di tangan mereka ada Pedang Suci biru dan Pedang
Iblis Merah. Nah, dalam hal ini, akan lebih cocok jika menyebut pedang milik
Masaki-chan sebagai katana iblis.
Yayoi-chan
dan Kudou berdiri agak jauh sambil berbicara satu sama lain. Seperti biasa,
senyum yayoi-chan agak menakutkan. Mengesampingkan kedua orang itu, aku menoleh
ke arah Souichi dan Masaki-chan yang saling menebas dengan kecepatan yang sulit
diikuti dengan mata manusia.
Dengan
suara melengking, percikan berterbangan di atas lapangan dan tanah tercungkil
setiap kali mereka bergerak. Melihat kedua pedang mereka tidak diselimuti oleh
api biru dan api merah seperti biasanya, aku bisa mengatakan bahwa mereka
bahkan tidak serius saat ini. Mereka hanya menguji satu sama lain. Yah seperti
itu lah. Tetapi meskipun begitu, setiap tebasan mereka mampu membelah udara dan
menghancurkan lantai bebatuan. Para prajurit di sekitar telah mengambil
langkah-langkah pencegahan agar tidak ikut terluka tetapi itu masih terlihat
berbahaya bagi mereka. Aku tidak tahu apa yang Kudou katakan untuk menghasut
mereka berdua, tetapi saat ini, keduanya hanya mencoba melihat perkembangan
mereka masing-masing. Melihat lebih dekat, keduanya benar-benar tersenyum satu
sama lain sambil menggunakan tebasan mematikan satu sama lain. Mereka yakin
bahwa lawan mereka bisa menghindari serangan tingkat ini.
Kami
adalah orang asing. Dipanggil dari dunia lain, menerima perlindungan ilahi dari
dewi, dan menerima kekuatan dan kemampuan yang asing bagi penghuni dunia ini.
Kekuatan dan kemampuan itu jauh lebih kecil di dalam diriku, tetapi tetap saja
aku tidak akan pernah kalah dari orang sembarangan. Tetapi dua belas orang
lainnya berbeda. Terutama mereka berdua yang ada di depanku. Terlebih lagi, meskipun
mereka menahan diri, mereka masih berada pada level yang tidak bisa dicapai
oleh satu orang pun yang ada di sini. Dalam pertarungan jarak dekat, bahkan
Kuuki atau Aya tidak akan menang melawan keduanya. Mereka kekurangan orang yang
memiliki tingkat kekuatan yang sama. Itu sebabnya mereka sangat menikmati
latihan satu sama lain. Suara melengking dari pedang saling beradu dan ledakan
api yang menderu membuat gendang telingaku bergetar. Apakah mereka mulai lebih berkonsentrasi,
aku bahkan tidak bisa menangkap suara pedang yang saling bentrok sekarang.
Setiap gerakan mereka sangat cepat. Sambil mengayunkan pedang mereka pada kecepatan
yang menyisakan bayangan, mereka terus bertarung sambil tersenyum dan
benar-benar menikmatinya. Tetapi itu tidak akan berlanjut selamanya.
Masaki-chan adalah orang pertama yang menyadari kehadiranku. Meskipun mereka
bertarung dengan kecepatan yang tak terbayangkan, aku bisa mengatakan bahwa
mata kami bertemu selama sepersekian detik. Dan pada sepersekian detik itu,
gerakannya menjadi tumpul. Souichi tidak cukup naif untuk melepaskan celah itu.
Dia itu memiliki kepribadian yang pemalu, tetapi dia tidak akan pernah
membiarkan celah di pertahanan musuh pergi begitu saja. Dia memiliki kekuatan
untuk sepenuhnya memanfaatkan celah itu. Dia memiliki kemampuan untuk tahu
persis kapan harus melakukan pukulan terakhir. Dan hasilnyaa, Souichi lansung
menyerbu menuju Masaki-chan. Masaki-chan membalas dengan dorongan super cepat
yang mengincar arah kepala.
Hasil
akhirnya datang dalam sekejap. Meluncur diantara dorongan katana, pedang biru
itu ditusukkan tepat di bawah tenggorokan Masaki-chan. Suara pedang berhenti dan
keheningan mucul di tempat latihan.
"Aku
menyerah. Ini kekalahanku. "(Masaki)
"Yeeah!"
(Souichi)
Kesunyian
terpecahkan oleh penyerahan diri Masaki-chan dan teriakan sukacita Souichi.
Setelah semua aksi itu, mereka tampaknya hanya sedikit kehabisan nafas. Tubuh
mereka membuat mereka hampir tidak bisa merasakan kelelahan. Para prajurit yang
tersisa hanya menatap mereka dengan linglung. Jadi seperti inilah pahlawan itu.
Pemberani yang menyelamatkan dunia. Manusia yang menjadi harapan rakyat. Dalam
tatapan mereka ada perasaan hormat dan aspirasi, dan kegembiraan.
Setelah
beberapa saat, para prajurit kembali ke pelatihan mereka sambil termotivasi dari
pertempuran yang mereka lihat. Sang Pemberani (The Brave) dan pengguna Pedang Iblis (Demonic Sword User). Pertempuran antara dua Pahlawan yang berdiri
di garis depan yang mengayunkan pedang mereka selama perjalanan untuk
menaklukkan Dewa Iblis. Wajar saja mereka termotivasi setelah melihat
pertempuran seperti itu.
"Yo."
(Renji)
"Mouu,
jangan tiba-tiba muncul begitu saja ketika sedang bagus-bagusnya,
Yamada-san." (Masaki)
“Apakah
itu salahku?” (Renji)
"Tepat
ketika aku mulai bersemangat, aku menjadi kehilangan konsentrasi."
[Tapi
itu salahmu kehilangan konsentrasi, kan?]
"Muuu."
Dengan
menggembungkan pipinya, dia, Hisaki Masaki, dengan cepat kembali menunjukkan
senyum energik yang manis. Pengguna Pedang Iblis yang menginginkan dewi untuk
memberikan [Pedang yang bakan dapat menebas nasib]. Jika diingat dengan benar,
rumahnya adalah sebuah kuil tetapi dia sendiri kurang memiliki sikap sopan
seorang wanita. Jika aku harus mengatakan, dia lebih seperti tipe kakak
perempuan. Bahkan sekarang, dia hanya menertawakan kekalahannya dari Souichi.
Tapi di dalam hatinya, dia pasti berencana membalas dendam atas kekalahannya
nanti.
Dia
seorang pecundang tapi memiliki keinginan yang kuat. Aku ingat dulu dia terbiasa sering mengatakan "Saya adalah seorang
Miko!". Yah dengan rambut hitam panjangnya, pakaian miko pasti akan sangat
cocok untuknya, tapi tidak dengan kepribadiannya. Dia tipe wanita yang cara
bersenang-senangnya adalah dengan cara bertarung pedang melawan Souichi. Dan
dia terlalu mudah dibaca. Lebih spesifiknya, dia adalah tipe orang yang selalu
cepat bertindak dan melompat langsung ke arah gerombolan monster dan mulai
mengayunkan pedangnya. Dia sebenarnya lebih jantan daripada aku, dalam artian
tertentu.
“Huh,
Renji-niichan. Kapan kamu datang ke sini? "(Souichi)
Dan
Souichi terkejut, akhirnya dia menyadari aku ada di sini. Apakah kamu terlalu
berkonsentrasi dalam pertarungan? Yah, itu adalah bagian dari kekuatannya. Tapi
tetap saja, melihatnya berdiri di samping Masaki-chan, apakah dia benar-benar
tidak tumbuh banyak dalam hal tinggi badan dalam satu tahun terakhir? Dia
sebenarnya sedikit lebih pendek dari Masaki-chan. Belum lagi ia memiliki wajah
androgini yang menyerupai wajah saudara perempuannya. Mungkin akan menyenangkan
jika menyuruhnya melakukan crosdressing kapan-kapan.
Yah,
jika aku melakukan itu, aku akan benar-benar terbunuh oleh Masaki-chan dan
Yayoi-chan.
“Aku
baru saja datang, sambil melihat pertarungan mu. ”(Renji)
"Ya,
aku menang!"
"Kuhh."
(Masaki)
Mengatakan
itu, dia mengangkat tangannya ke udara. Di sebelahnya, Masaki-chan membuat
wajah menyesal tetapi karena itu hanya akan menimbulkan masalah yang lebih
banyak jika aku mengatakannya, jadi aku memilih menutup mulut. Bagaimanapun,
mereka akan memiliki pertandingan ulang cepat atau lambat. Aku juga mengangkat
tanganku dan melakukan tos dengan Souichi. Seperti biasa, dia tidak menahan
dirinya sama sekali dan membuat tanganku sakit tanpa alasan. Aku tidak
menunjukkannya di wajahku tapi Kudou pasti menyadarinya karena dia menahan
tawanya. Sialan dia. Dia luar biasa reseptif hanya pada hal-hal aneh seperti
itu. Ketika aku menatap tajam kearah pelayan yang cantik itu (tn: Kudou saat itu berpakaian seperti
pelayan), dia mendatangiku dengan wajah geli yang terlihat langka. Dia pasti
menikmati menggoda Souichi, melihat dia tidak menampilkan wajah tanpa ekspresi
seperti biasanya. Benar-benar kepribadian yang menyebalkan. Di sampingnya,
yayoi-chan juga berjalan ke arah kami. Dengan Aya sudah di sampingku, rasanya
menyenangkan dikelilingi oleh gadis-gadis cantik. Kudou, yah, seperti itulah. Menurutku
sungguh menyakitkan rasanya karena mengetahui kepribadian seseorang. Meskipun
wajahnya bagus. Hanya wajahnya saja.
“Lama
tidak bertemu, Renji-san.” (Yayoi)
"Yayoi-chan
juga, senang melihatmu aman dan sehat lagi." (Renji)
"Iya.
Terima kasih telah melindungi Aya-chan seperti biasa. ”(Yayoi)
Saat
dia membungkuk mengatakan itu, aku merasa agak malu. Tapi akulah yang pada
akhirnya dilindungi. Tapi aku juga ragu untuk mengatakan itu, dan pada akhirnya
aku hanya bisa menggaruk pipiku.
Reaksiku
pasti lucu ketika Yayoi-chan tertawa elegan. Meskipun dia bukan wanita
bangsawan tinggi atau apa pun, Yayoi-chan selalu memancarkan keanggunan. Dia benar-benar
Yamato Nadeshiko. Aku kira, tidak akan aneh juga jika seseorang seperti dia
mendapatkan gelar [Saint]. Yah, tapi semua itu langsung lenyap ketika
menyangkut apa pun yang melibatkan Souichi.
“Kamu
selalu mudah terprovokasi oleh Rin-chan …… aku khawatir, yayoi.” (Aya)
“Maaf,
Aya-chan.” (Yayoi)
Aya-chan
juga bergabung dengan percakapan kami. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda takut,
bahkan senyumnya hampir terasa seperti racun. Yah, dia pasti tahu bahwa Kudou
sengaja mencoba bermain-main dengan mereka ketika dia sedang bersama Souichi. Tapi
meskipun kamu sudah mengetahuinya, kenapa kamu masih mau menanggapinya ? Untuk
berakhir dengan terpancing, aku kira 'cinta itu memang buta'.
Ketika
aku melihat anak-anak berbicara dengan senyuman, aku merasa aku sudah bertambah
tua. Meskipun aku sudah terbiasa dengan adegan ini. 3 tahun yang lalu, setelah
dipanggil ke dunia ini, ini hanyalah percakapan biasa antara teman-temanku.
Sungguh nostalgia rasanya. Ini pasti karena aku telah tinggal jauh dari mereka
selama satu tahun terakhir. Sementara aku memikirkan itu, aku mengeluarkan
Ermenhilde dari sakuku dan dengan lembut membelai medali itu. Tepat setelah
dipanggil, tidak ada yang memikirkan bahaya yang akan kami hadapi dan hanya
menikmati saling berhadapan dengan pedang. Sungguh nostalgia.
[ada
apa ?]
"Tidak,
tidak apa-apa."
Aku
merasa sedih ketika aku memikirkannya juga. Aku bahkan tidak bisa menjawab
dengan benar suara khawatir Ermenhilde. Seberapa putus asa kah aku? Meskipun
aku telah memilih Ermenhilde di atas semuanya dan telah membuat jarak di antara
kami semua. Pada akhirnya, aku kembali lagi ke sini. Aku tidak merasa sedih tentang
hal itu, sebenarnya aku juga menikmatinya. Sangat menyenangkan untuk
berpetualang bersama Ms Francesca dan yang lainnya, tapi untuk begitu dekat
dengan teman-teman yang aku percayai rasanya sangat nyaman. Terlebih lagi, itu
mengingatkanku bahwa tempatku untuk kembali akan selalu ada di sini.
"Oi
Kuuki, apakah kamu tahu di mana O'brien-san berada?" (Renji)
"Komandan?"
(Kuuki)
"Bagaimanapun
juga, aku harus bertemu dengannya cepat atau lambat."
"Itu
benar. Meskipun kalian berdua memiliki waktu yang kurang tepat, dia benar-benar
ingin bertemu denganmu lagi, kau tahu? ”
“itu
, entah kenapa kedengarannya sangat menakutkan.”
Ketika
aku mengatakan itu, Kuuki tertawa. Karena aku hanya menerima sedikit kemampuan
dari pemberkatan kami, jadinya aku banyak diajari oleh O'brien-san. Dia pasti
tertawa mengingat hal itu. Terkutuklah kau.
"Tapi,
hari ini mungkin sulit." (Kuuki)
"Mengapa?"
“Karena
hari ini benar-benar sibuk. Kurasa itu pasti karena iblis yang dibawa Souichi
hari ini. ”
Oh
ya, ada itu juga disana. Aku mengerti. Mengingat bahwa Utano-san tampaknya juga
sibuk, aku menggaruk kepalaku. Dia pasti mencariku. Meskipun dia memiliki mata
yang menakutkan, dia adalah yang paling baik diantara kami semua. Meskipun dia
mungkin akan menguburku jika aku mengatakan itu di depan wajahnya.
Setelah
berbicara dengan Kuuki, aku memutuskan untuk berjalan perlahan tanpa membiarkan
anak-anak yang sedang berbicara dengan senang memperhatikanku. Tapi, tepat
ketika aku akan meninggalkan pekarangan, Aya menemukanku.
"Aku
akan pergi denganmu."
“Ah,
hm, tidak, aku akan pergi sendiri.” (Renji)
"Aku
tidak diizinkan?"
"Tidak."
Bahkan
jika kamu melihatku seperti itu, aku tidak bisa membawanya ke tempat yang aku
tuju. Jika aku melakukannya, Utano-san benar-benar akan marah padaku. Aya
tampaknya mengerti ke mana aku akan pergi karena dia tidak mendesak lebih jauh.
Aku belum pernah menunjukkan tempat itu kepadanya tetapi dia pasti sedikit menyadari
kemana tujuanku. Atau mungkin, dia sudah tahu betul ke mana tepatnya aku akan
pergi.
Aya
bukan anak kecil lagi. Souichi dan yang lainnya juga tidak. Akan datang waktu
dimana kamu akan menunjukkan sisi gelap manusia tetapi untuk saat ini, aku
ingin mereka menghabiskan masa remaja mereka dengan bahagia. Meskipun Itu
mungkin hanya untuk kepuasan diriku sendiri.
"Katakan,
apakah kamu bebas malam ini?" (Renji)
"Eh?
Eh, um ?? ”(Aya)
"Bagaimana
kalau kita pergi makan malam bersama?" (Renji)
Tapi
tetap saja, mengapa aku harus melalui kesulitan bertindak seperti ini tepat
setelah aku membuatnya merasa agak sedih. Aku sedikit terlalu pintar, jika aku
harus mengatakannya sendiri. Karena hal-hal seperti inilah hubunganku dengan
Utano-san dan aya menjadi tidak stabil. Ini bukan berarti kita masih seperti
satu tahun yang lalu. Aku selalu saja mengambil keuntungan dari kelembutan para
wanita ini.
Sangat
berbeda dari ekspesinya yang sebelumnya, Aya tersenyum lebar. Ya, ini pasti
lebih cocok untuknya. Tiba-tiba aku merasa ada yang menatapku dan saat melihat
sekeliling aku melihat Souichi dan Kudou yang sedang tertawa sambil melihatku.
Serius, kesalahpahaman apa yang ada dalam pikiran mereka saat ini?
“Lagipula,
aku harus menunjukkan diriku di tempat Toudou. Haruskah kita pergi bersama?
”(Renji) (tn : Toudou adalah juru masak
dari 13 pahlawan)
"Dengan
senang hati!" (Aya)
"Aku
mengeri. Lalu kita akan pergi ke sana sebelum matahari terbenam. "
Mengatakan
itu, aku meninggalkan pekarangan. Aya pasti akan digoda oleh Souichi dan yang
lainnya tapi itu hanya akan membuatku merasa lebih ringan. Tempat yang aku tuju
adalah tempat yang menyedihkan sehingga aku ingin berada dalam suasana hati yang
setinggi mungkin. Dan sebagai hadiah untuk diriku sendiri, nantinya aku juga
akan pergi untuk makan malam dengan wanita cantik seperti Aya. Jadi mari tetap
kuat.
[Kamu
benar-benar pintar berbicara.]
“Tidak
juga, aku juga tidak punya niat buruk. Aku hanya tidak ingin membuatnya merasa
sedih, itu saja. ”
Apakah
itu hanya imajinasiku bahwa aku merasakan rasa tidak senang pada suara Ermenhilde?
Apakah itu karena aku memperlakukan Aya seperti anak kecil atau karena aku
punya rencana kencan makan malam dengannya?
Tempat
yang aku tuju adalah ruang bawah tanah. Tempat itu dingin dan terasa sangat
menakutkan; mungkin karena aku tidak memiliki ingatan yang menyenangkan saat
berada di bawah tanah. Memerangi mayat hidup, diserang oleh lendir, basah kuyup
dalam limbah dan kotoran, dan hampir terkubur hidup-hidup. Hanya dengan
mengingat semuanya membuatku bersyukur karena aku masih hidup sampai sekarang.
[Jika
itu masalahnya, mengapa tidak membawa Aya bersamamu?]
“Di
bawah tanah terasa dingin. Aku akan dimarahi oleh Utano-san jika aku membiarkan
Aya masuk angin atau apalah. ”
[Jangan
mengatakan hal-hal yang tidak kamu maksudkan, sangat menyakitkan diperlakukan
seperti anak kecil, kau tahu?]
Apakah
kata-kata itu berasal dari pengalaman pribadi? Suara Ermenhilde tampak suram
dan sedih. Aku tidak benar-benar bercanda tentang masuk angin. Ketika aku hanya
mengangkat bahu, Ermenhilde menghela nafas.
"Tapi,
bagi orang dewasa, anak-anak akan selalu menjadi anak-anak."
Persis
seperti apa yang dikatakan Astraera bahwa kamu itu sangat berharga. Tapi tetap
saja dia------ Aku menggelengkan
kepalaku, aku tidak bisa membiarkan pikiranku pergi kesana. Itulah yang
seharusnya aku tanyakan kepadanya ketika aku kehilangan Eru dan mendapatkan
Ermenhilde tetapi aku tidak pernah bisa. aku benar-benar tidak memiliki
keberanian untuk melakukannya. Tidak, aku hanya tidak bisa menerima apa yang
dikatakan oleh Raja Iblis dan sang Dewi. Dan bahkan setelah satu tahun, Raja
Naga mengatakan hal yang sama kepadaku. Aku belum tumbuh sama sekali. Aku belum
mengalami kemajuan sama sekali.
Tapi
segera ……. Akhirnya sudah tiba waktunya untuk bergerak maju. Sementara aku di
sini di ibukota, ketika orang yang mengenalku ada di sisiku, aku akhirnya
berpikir seperti itu. Aku orang dewasa yang tidak berguna. Aku benar-benar
memikirkan itu dari lubuk hatiku. Bahkan Souichi dan yang lainnya masih
memberikan segalanya saat tinggal di dunia ini.
[Apa
yang terjadi?]
"Tidak
ada. aku hanya berpikir bahwa penjara sudah jelas bukan tempat dimana kamu
membawa anak-anak. ”
Orang-orang
dijajah oleh Dewa Iblis, mereka menggigil kedinginan, rumah-rumah mereka
dibakar, ternak mereka terbunuh, dan mereka tidak punya pilihan selain tetap
hidup dengan sangat sedikit dukungan. Dianggap beruntung hanya dengan bertahan
hidup. Banyak orang tua yang kehilangan anak-anak mereka dan anak-anak yang kehilangan
orang tua mereka. Orang-orang akan bekerja sama dengan teman dan tetangga
mereka, dan saling membantu. Ancaman monster masih ada seperti biasa. Dan
bahaya bagi kehidupan mereka masih belum juga hilang.
Tapi,
itu tidak berarti bahwa tidak ada kejahatan di dunia ini. Pencurian,
pembunuhan, pemerkosaan, dll. Kegelapan manusia selalu ada. Itu adalah fakta
yang tidak bisa diubah. Jika ada orang kaya maka ada juga orang miskin. Ada
orang yang menginginkan uang, darah, dan kekuasaan. Itu adalah kebenaran dunia
yang tidak pernah berubah. Dan seperti halnya ada orang yang tidak kehilangan
pikirannya, akan selalu ada yang kehilangan pikirannya.
Koridor-koridor
batu di kastil itu terasa dingin tetapi penjara-penjara yang dibuat untuk
memenjarakan para penjahat terasa lebih dingin. Ketika aku berjalan melaluinya
sambil menggunakan mantel bulu musim dingin untuk menutupi tubuhku, para
penjahat yang ditangkap di sel membuat suara dengan memukul jeruji besi sel
mereka. Suara itu benar-benar menjengkelkan. Karena satu-satunya sumber cahaya
adalah lampu redup yang menempel di dinding, aku bisa merasakan mata narapidana
bersinar ketika mereka mencoba menarik perhatianku. Jumlah selnya tidak kurang
dari 20. Aku benar-benar tidak menghitungnya tapi perkiraanku lebih dari
setengahnya saat ini ditempati oleh penjahat. Mereka adalah manusia yang telah
melukai orang dari ras mereka sendiri meskipun dunia masih di bawah ancaman
monster. aku tahu bahwa kadang-kadang tidak ada pilihan bagi orang lain selain
mengambil jalan seperti itu, tetapi itu tidak berarti aku bersimpati dengan
mereka. Aku yakin mereka juga adalah korban dari beberapa tragedi tetapi pasti
ada banyak juga yang telah menjadi korban dari orang-orang ini.
Sel-sel
hanya memiliki tidak lebih dari beberapa selimut untuk digunakan dan baskom
kotor sebagai pengganti toilet. Dan masing-masing sel diisi dengan 5-10
penjahat. Penjahat-penjahat ini terdiri dari manusia, kurcaci dan binatang buas
juga. Tidak ada elf disini. mungkin karena karena mereka bisa menggunakan
sihir, mereka harus dimasukkan ke dalam penjara yang dibuat untuk pengguna
sihir. Suasana dingin membeku pasti mematikan tetapi mereka harus membayar
kesalahan mereka sendiri. Bahkan setelah menyelamatkan dunia, menyelamatkan
manusia, kita tidak bisa menyelamatkan penjahat apa pun yang terjadi.
Benar-benar tidak ada perasaan.
Aku
mulai merasa agak sedih lagi. aku benar karena tidak membawa Aya ke sini. Masih
terlalu dini untuk anak itu. Hal yang sama berlaku untuk Souichi dan yang
lainnya.
[Seperti
biasa, ini adalah tempat yang benar-benar menyedihkan.]
"Bagaimanapun,
ini adalah penjara."
Tempat
seperti itulah penjara. Mau bagaimana lagi. Aku merasa seperti suara Ermenhilde
mencoba menyiratkan kepadaku bahwa dia ingin kembali secepat mungkin. Yah,
bahkan aku tidak akan berada di sini jika aku tidak memiliki sesuatu untuk
dilakukan.
Ketika
aku terus berjalan melalui koridor sambil mengabaikan teriakan permohonan dari
para penjahat, sebuah penjara yang jauh lebih terlihat kokoh muncul di depan
mataku. Ada lima di antaranya. Batang-batang sel itu tidak terbuat dari besi
melainkan dari Mithril. Dan jeruji ini diukir dengan pola dan huruf yang
terlihat rumit membentuk sebuah mantra. aku tidak bisa membacanya tetapi aku
pikir itu adalah huruf yang digunakan oleh Elf. Sihir yang terukir disana
adalah [Sealing]. Di dalam sana, penggunaan sihir tidak akan mungkin. Itu
adalah tempat untuk menahan penjahat yang menggunakan sihir. tempatnya cukup
besar untuk menampung sepuluh orang di dalam satu sel pada saat yang sama. aku
juga bisa melihat salah satu sel itu saat ini ditempati oleh beberapa orang
juga. Ketika aku mendekat, mereka menyadari kehadiranku dan seorang tentara
membuka gerbang sel untukku.
“Yamada-kun”
"Halo,
Utano-san."
Mengatakan
itu, aku masuk kedalam. Di dalam sel, ada juga seorang ksatria tua dan 5
prajurit dengan armor di belakangnya. Dan Utano-san juga. Yang terakhir adalah –
aku tidak bisa memastikannya karena penerangan yang redup, tapi itu pasti
adalah iblis yang waktu itu kami tangkap di Kota Sihir. Tangannya telah diikat
ke belakang dan saat ini dia sedang berbaring di lantai sel. Darah merembes
keluar di tempat dekat perutnya. Melihat tidak ada perawatan yang dilakukan,
itu mungkin adalah cara untuk menyiksanya. Memastikan situasi saat ini dengan
pandangan sekilas, aku menoleh ke arah knight tua berperingkat tertinggi yang
berdiri di sini.
“Lama
tidak berjumpa, O'brien-dono.” (Renji)
"Anda
seharusnya tidak menundukkan kepala kepada orang lain dengan begitu mudah,
Renji-dono." (Ob) (tn: 'ob' untuk
O'brien)
Tapi
tetap saja, cara bicara formal seperti itu benar-benar tidak cocok untuk kami.
O'brien-san pasti memikirkan hal yang sama ketika dia berdeham dan sedikit
menggerakkan tubuhnya. Armor mithril di seluruh tubuhnya membuat suara saat
bergerak. Dia satu kepala lebih pendek dariku tapi aku seratus persen yakin di
bawah armornya terdapat tubuh yang jauh lebih berotot dan kekar daripada
milikku. Bahkan armor full body yang dia kenakan mungkin akan membuatku tidak
bisa bergerak jika aku mencoba memakainya.
Ordo
Kesatria Kerajaan Imnesia, Komandan Kesatria O'brien Arbelia. Saat ini di usia
48, ia masihlah seorang pria yang bertarung langsung di garis depan
pertempuran. Dihormati bahkan oleh raja sendiri, ia juga dipuja oleh setiap
prajurit. Bisa dikatakan dia adalah bagian pusat dari seluruh Ordo Kesatria.
Ngomong-ngomong dia juga adalah guru yang mengajariku cara bertarung. aku masih
ingat bagaimana dia biasa melatihku dari siang hingga malam, terus menyerangku
terlepas dari kenyataan bahwa aku adalah salah satu pahlawan. Souichi dan yang
lainnya sudah bisa bertarung di atas tingkat prajurit normal sejak awal, tetapi
dia mengkhawatirkanku karena aku tidak bisa. Ngomong-ngomong, pada malam hari
aku akan berada di perpustakaan besar untuk belajar tentang bahasa dan naskah
dunia ini, sejarahnya, ekologi monster, dasar-dasar sihir, dll; semua itu
ditanamkan di kepalaku. Sungguh menakjubkan aku benar-benar bisa bertahan sampai
akhir. Kerja bagus diriku. Ketika aku mengingat kembali tentang hal itu, aku menyadari
betapa selama ini aku sudah terlalu
banyak bekerja. Yah, terima kasih juga untuk itu kami bisa bertahan dalam
perjalanan kami dan sekarang bisa hidup seperti ini.
"Kau
seharusnya lebih mempertimbangkan posisimu, wahai penyelamat."
[Tepat
sekali.]
"Tidak,
yah, bertindak penuh harga diri dan bersikap sombong benar-benar tidak cocok
untukku, kurasa."
“Tidak
perlu bersikap sombong. Semua orang tahu itu bukan kamu sama sekali. Tapi,
penting untuk bersikap penuh harga diri. Tidak peduli seberapa keras kamu
berusaha melarikan diri, kamu tetap merupakan salah satu dari 13 Pahlawan.
”(Ob)
Aku
merasakan mulutku sedikit kram ketika dia berkata 'melarikan diri'. Yah dia
benar juga. Entah itu Fafnir atau dia, orang yang lebih tua dariku benar-benar
tidak bersikap lembut terhadapku. Tapi yah, kurasa nantinya itu juga akan
menjadi merepotkan.
Tidak
dapat menyangkal apa yang dia katakan, aku mengalihkan pandanganku dan melihat
ke arah iblis yang terbaring di tanah. Ekspresinya terkejut sesaat, lalu dengan
cepat berubah menjadi ekspresi penuh kebencian dan kemarahan.
"Pertama,
saat ini aku hanyalah seorang petualang dan anda, O'brien-san, adalah komandan
Ordo Kesatria. Bukankah status yang anda miliki lebih tinggi dariku?
"(Renji)
"Jika
dibandingkan, antara seorang ksatria tua dengan seorang pahlawan yang
menyelamatkan dunia, kamulah orang dengan status yang lebih tinggi, dasar
bodoh." (Ob)
Aku
merasa kasihan pada para prajurit yang berdiri di belakangnya yang merasa panik
dan merasa kebingungan dengan pembicaraan kami. Untuk saat ini, aku akan lebih
senang jika kamu mengabaikanku dan melanjutkan penyiksaannya. Tidak tunggu, itu
bukan berarti aku menikmati melihat itu
atau apapun juga.
Aku
penasaran apa yang dia pikirkan tentangku ketika Utano-san mendekatiku dan
berbisik di telingaku.
"Kenapa
kamu di sini?" (Yuuko)
"Jika
ini berhubungan dengan Dewa Iblis, aku hanya datang sebagai orang-orang yang
peduli tentang itu." (Renji)
Bahkan
jika aku melarikan diri dari gelar Pahlawan, aku tidak ingin melarikan diri
dari Dewa Iblis. Bukan karena aku adalah seorang utusan sang dewi, juga bukan karena
aku seorang pembunuh dewa.....hanya karena aku adalah manusia yang dipanggil ke
dunia ini. Karena itulah jalan yang dia (Eru)
pilih. Karena itulah yang dia harapkan. Dan karena itu adalah keinginannya,
yang gagal aku penuhi.
"Yamada
Renji !!" (iblis)
"lagi,
eh?"
Aku
bertanya-tanya apakah saat ini sedang populer di kalangan iblis untuk
memanggilku dengan nama lengkapku seperti saat ini. Aku merasa Shelfa .......
Raja Iblis juga memanggilku dengan nama lengkapku. Mengabaikan tatapan penuh
kebenciannya, aku mundur beberapa langkah. Dan seolah-olah bergantian denganku,
O'brien-san dan para prajurit maju. Itu membuatku merasa mual hanya memikirkan
apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi tetap saja, aku harus menghadapinya.
"Seperti
biasa, kamu sangat dibenci oleh iblis, eh?"
"Yah,
bagaimana pun aku telah membunuh Dewa mereka."
Aku
membunuh dewa yang mereka sembah. Seharusnya kebencian mereka padaku tidak
terbatas. Bagi kami manusia, itu akan seperti iblis yang membunuh Dewi. Tidak
ada yang mau menerima itu, tidak ada yang mau mengakui sesuatu seperti itu. Itu
sebabnya mereka akan mengarahkan kebencian mereka pada orang yang bertanggung
jawab. Meskipun kami selalu berusaha untuk saling membunuh, aku masih belum
terbiasa dibenci seperti ini. Tapi tetap saja, ini baik-baik saja aku pikir.
Selama kebencian itu menunjuk ke arahku dan bukan ke arah Utano-san atau
Souichi dan yang lainnya.
Utano-san
menghela nafas tetapi O'brien-san tidak memedulikannya saat dia menendang iblis
itu ke tanah. Tidak ada aturan di sini. Manusia, Demihuman, Beastmen, dan iblis
saling membenci dan membunuh satu sama lain. Ini sudah diputuskan apa yang akan
terjadi ketika kamu ditangkap seperti ini.
Bahkan
di dunia kami, selama perang dunia, orang-orang melakukan hal-hal yang tak
terkatakan dan tidak manusiawi. Dan mengingat di sini mereka bahkan bukan ras
yang sama, tidak ada kendala dalam melepaskan kebencianmu. Aku bisa mengerti
mengapa Dewi sangat khawatir. Akankah akan datang hari dimana tidak ada satupun
yang akan bekerja sama satu sama lain?
"Jadi,
apakah kamu mempelajari sesuatu?"
"Tidak
ada sama sekali. Mulutnya tertutup rapat. ”(Ob)
[Tidak
mengherankan kok.]
Aku
setuju dengan kata-kata Ermenhilde. Lagipula iblis itu akan terbunuh. Dia tidak
akan memberikan info yang akan menguntungkan kami apapun bayarannya.
Apakah
cara sebaliknya dengan membujuknya dengan lembut benar-benar mustahil? Ketika
aku melihat ke arah Utano-san, dia hanya menggelengkan kepalanya. Sejak awal,
tidak ada jaminan bahwa dia benar-benar memiliki info yang dapat memuaskan
kita. Mengendalikan banyak monster dan bahkan memiliki kemampuan untuk
memanggil Keturunan dewa iblis itu memang nyata tetapi hal lainnya tampak
berantakan. Iblis ini pasti hanyalah pion yang dapat dibuang. Mungkin dia hanya
bekerja sendirian. Jika tidak, Souichi seharusnya diserang saat dia membawa
iblis ini ke sini.
O'brien-san
tampaknya memahami fakta itu juga. Setelah menginterogasi sedikit lagi, dia
mungkin akan mengakhirinya.
"Oh,
benar juga." (Renji)
Mengingat
sesuatu, aku mengeluarkan pecahan kristal yang aku miliki. Ini adalah pecahan
kristal dimana Solnea tertidur di dalamnya. Terlalu banyak yang tidak aku ketahui
tentang ini, jadi aku harus bertanya tentang itu. Aku berjongkok di dekatnya
dan menunjukkan padanya kristal itu.
"Ini
sepertinya familier bagimu?" (Renji)
“apa
itu?” (Ob)
"bukan
sesuatu yang besar." (Renji)
Sambil
mendengarkan O'brien-san aku mengamati ekspresi iblis dengan cermat.
Ekspresinya benar-benar diwarnai oleh kebencian terhadapku dan tidak
menunjukkan perubahan.
"Bagaimana
dengan nama Solnea?" (Renji)
"Tidak
tahu. Meskipun aku mengetahuinya, siapa juga yang akan mengatakan itu kepada
orang-orang sepertimu? "(Setan)
"Aku
juga tidak mempercayai kata-katamu tapi, yah, ekspresimu muncul di wajahmu jadi
itu tidak masalah."
Mengatakan
itu, aku berdiri.
Aku
rasa, sedang tidak beruntung disini. Sambil memainkan pecahan kristal dengan
jari-jariku, aku berpikir tentang gadis itu. Karena sama sekali tidak ada info
tentangnya, aku juga tidak akan menemukan jawaban. Aku ingin tahu apa yang
dipikirkan Utano-san saat dia melirik ke arahku. Apakah
dia curiga padaku lagi?
0 Comments
Posting Komentar