(Translater : Fulcrum)
Di akhir pekan, SMA 1 akhirnya sudah kembali seperti biasa setelah syok dengan perubahan di Kompetisi Sembilan Sekolah. Mereka sudah menyeleksi ulang atlet-atlet sesuai dengan pemberitahuan yang mereka terima di 2 Juli; dan di Sabtu, 7 Juli, latihan sudah dilakukan lagi.
Ujian mulai di hari Selasa; tapi, mereka ingin kalau setiap atlet setidaknya latihan sekali. Terutama untuk cabor-cabor baru seperti Rower and Gunner dan Shield Dwon, agar bisa memahami jalannya lomba itu, mereka akan membuat simulasi-simulasi. Mereka tidak bisa mulai latihan untuk Steeplechase Cross-country; besarnya skala area yang dibutuhkan masih belum selesai mereka persiapkan.
Kolam latihan Battle Board digunakan untuk latihan Rower and Gunner; target yang digunakan dipinjam dari Klub Biathlon dan Berburu. Sementara untuk Shield Down, mereka membuat sebuah ring portabel di lapangan olahraga untuk latihan divisi laki-laki dan perempuan, yang baru dimulai seusai jam sekolah.
Sekarang ini, di ring perempuan, yang ukurannya sama persis dengan punya laki-laki, dengan panjang dan lebar 20 meter, ketinggian 1 meter, sang atlet perempuan, Chikura Tomoko, sedang berhadapan dengan Erika.
Selain ukurannya, ring Shield Down terlihat seperti ring tinju yang tidak memiliki pilar dan tali; tapi, permukaan lantainya dibuat dari bahan yang tidak selip dan meredam getaran. Meski lantainya tidak terlalu cocok dibuat lari di atasnya, Erika dengan bebas melakukannya.
“Apa, cepat sekali….!”
Untuk beberapa saat ini, Tomoko terus mencoba untuk mendorong Erika keluar ring dengan sihir ‘Bias Release’nya. Cara normal untuk menggunakan sihir itu adalah dengan mengompresi udara di satu sisi, lalu memberikan tekanan tinggi pada udara itu di sisi yang lainnya.
Namun, dia sama sekali tidak bisa mengikuti pergerakan Erika, yang menggunakan Sihir Akselerasi Diri. Tomoko kehilangan jejak Erika saat ia bergerak zigzag, dan seketika, mendaratkan sebuah serangan dahsyat di tamengnya.
Erika memanfaatkan tempat berpijaknya yang miring dan menyerang tameng Tomoko dengan miliknya. Teknik ini bisa dibilang hantaman tameng miring. Di saat yang sama mereka bersentuhan, hantaman Erika, yang memaksimalkan inersia tamengnya, mendorong Tomoko terlempar keluar ring dengan tamengnya.
Erika melompat turun dari ring dan mengulurkan tangannya untuk membantu Chikura Tomoko, yang terjatuh dan tenggelam di bantalan-batalan yang ditaruh di luar ring. Di samping Tatsuya, Hattori memerhatikan mereka dan menghela napas. Menyadari kalau Tatsuya memberikan lirikan penasaran padanya, Hattori mengalihkan pandangannya ke ring laki-laki. Di sana, Sawaki dan Leo sedang berduel dengan pedang, atau lebih tepatnya tameng, dengan pasangan lawan mereka, Kirihara dan Tomitsuka.
Tameng yang digunakan di Shield Down dibuat dari kayu. Luas permukaannya untuk laki-laki sekitar 0.5 meter persegi, sementara untuk perempuan sekitar 0.3 meter persegi. Selain pegangannya, peraturan lomba mengatakan kalau bentuknya tidak boleh memiliki lebih dari dua permukaan yang melengkung. Mudahnya, asalkan permukaan tameng dan kedua sisinya tidak bergelombang atau semacamnya, bentuknya bisa bulat, kotak, bahkan bentuk bintang pun boleh.
Dengan melihat pola serangan para atlet dari simulasi ini, SMA 1 menggunakan tameng yang berbentuk seperti spindel. Kirihara mengarahkan ujung runcing tamengnya pada Leo.
Di tengah ring, Leo berlutut untuk menahan tusukan Kirihara. Tidak gentar sama sekali, Leo memang benar-benar luar biasa, tapi Kirihara, yang juga tidak terdorong oleh daya tolak hadangan itu, juga sama luar biasanya.
Gerakan keduanya berhenti. Memanfaatkan momen itu, Tomitsuka melakukan serangkaian serangan pada Leo.
Tomitsuka menghindari Sawaki yang terus menatapnya, dengan lincah mengitari Kirihara dari kananya. Kirihara yang terjebak memegang tameng satu tangan di lengan kanannya; tameng Tomitsuka lebih panjang dan dia memegang dua pegangannya dengan kedua tangannya. Dengan posturnya menaruh tameng di depan samping kanannya, dia terlihat seperti akan menusukkan tombak pada Leo.
“Uwaa!?”
Namun, dengan cepat sebelum itu, tubuh Tomitsuka terdorong oleh terpaan angin. Saat Tomitsuka berlari ke sisi kanan Kirihara, Sawaki pergi ke samping kiri Leo. Sawaki, yang memegang tameng di lengan kirinya, menjulurkan tinju kanannya pada Tomitsuka.
Sawaki ahli dalam menciptakan gelombang tekanan udara dengan kecepatan tinjunya. Sihirnya melebarkan luas permukaan tanpa menambah berat dengan menyelimuti tangannya dengan selubung udara tebal, dan melancarkan pukulan udara menggunakan tinju sihirnya. Berdasarkan aturan Shield Down, memukul benda selain tameng dengan objek serangan padat atau cair merupakan pelanggaran, tapi tidak ada peraturan tentang serangan gas.
Tubuh Tomitsuka sedikit terguling di atas ring. Dia hampir terlempar keluar; tapi, walaupun tidak diserang dengan serangan jarak jauh, Tomitsuka, seketika, dibuat tak berdaya. Kirihara sedang beradu tameng dengan Leo, tapi tangan kirinya bisa mengoperasikan CAD yang dipakai di lengan kanannya.
Hanya ada satu serangan yang bisa menaklukkan mereka. Dia perlu menggabungkan sihir untuk menghancurkan tameng Leo, menggunakan ‘Sonic Blade’ di tamengnya. Kirihara menggunakan Rangkaian Sihir frekuensi tinggi dan Rangkaian Aktivasi sihir lain untuk mencegah sihirnya menghancurkan tamengnya sendiri.
Gelombang itu dialirkan ke tameng Leo melalui titik kontak kedua tameng mereka-
“Nuoh!?”
Tameng Kirihara separuh hancur. Secara tak sengaja, Kirihara berteriak terkejut, reaksinya cukup normal. Alasan tamengnya hancur dari osilasi itu ialah karena Rangkaian Sihir Kirihara, yang untuk mencegah tamengnya sendiri hancur, kalah dengan Sihir ‘Fortification’ Leo.
Leo menghantam pinggiran tameng Kirihara. Tameng Leo yang dikuatkan sihir memecah belah tameng Kirihara.
Hal ini menyebabkan Hattori menghela napas lagi. Dia menggelengkan kepalanya dua sampai tiga kali dan terbata-bata berbicara dengan Tatsuya.
“Shiba…. Bukannya akan lebih baik kalau kita mengambil Chiba dan Saijou jadi anggota tim?”
Sebenarnya, mereka sudah pernah direkomendasikan sebagai anggota, tapi Tatsuya lah yang paling menolaknya.
“Kalau tidak ada larangan serangan, mereka berdua pasti akan menjadi kandidat yang kuat, tapi-“
“Mereka tidak akan menang dengan peraturan Shield Down? Kau bilang saat seleksi, tapi di pertarungan langsung, ini….”
“Hanya karena baik Chikura-senpai ataupun Kirihara-senpai tidak terbiasa menggunakan metode pertarungan Shield Down. Minami.”
Setelah membantah perkataan Hattori dengan halus, Tatsuya memanggil Minami, yang menonton latihan ini dari dekat ring perempuan.
“Ya, Tatsuya-niisama?”
Minami mulai berlari ke arahnya; namun, Tatsuya menghentikannya dengan gestur tangannya dan langsung berjalan ke ring perempuan. Gadis di samping Minami, yang menjadi rekan Minami di Shield Down kelas ganda putri kelas 1, terdiam gugup.
“Erika.”
“Apa?”
Tatsuya menyapa Erika dengan lambaiannya sambil berjalan. Erika, yang sudah memerhatikan ring Leo, segera kembali ke ring perempuan.
“Erika, tolong lawan Minami.”
“Maksudmu satu lawan satu?”
“Ya.” “Hmmm…. Baiklah kalau begitu.”
Setelah memerhatikan Minami dari ujung kepala sampai ujung kaki, Erika mengangguk setuju dan naik ke ring.
“Minami.”
Sambil terkejut dengan perkembangan tak terduga ini, Erika terus naik sementara Minami dipanggil berhenti dan Tatsuya membisikkan sesuatu padanya.
Melihat hal ini, Erika tidak bisa menahan seringaiannya.
“Maaf membuatmu menunggu, Chiba-senpai. Silakan mulai saja kapanpun senpai siap.”
Setelah Minami naik ke atas ring, dia menunjukkan kesopanannya dan
“Aku penasaran taktik seperti apa yang diberitahukannya padamu. Ini akan seru.”
Erika menjawab dengan senyuman mematikan menghiasi wajahnya.
“Kalian berdua sudah siap.”
Seperti Kompetisi Sembilan Sekolah yang tidak punya wasit di arena kompetisi, maka tidak ada seorang pun yang ada di atas ring Shield Down saat ini. Daripada menggunakan bel elektrik, Tatsuya memilih meniup peluit.
Erika langsung menyerang Minami. Dia tidak menahan diri karena dia tidak meremehkan Minami. Dia penasaran bukan main dengan rencana yang Minami dapat dari Tatsuya.
Saat dia dihadapkan dengan Erika yang menerjangnya, Minami dengan cepat dan tenang menggunakan CADnya.
Tubuh Erika mendadak terhenti. Karena inersia yang bekerja pada tubuhnya telah dihilangkan, jadi dia tidak bisa bergerak sesuai kehendaknya sendiri.
Minami menciptakan sebuah dinding yang dihantam tameng Erika. Tidak ada daya tolak yang dihasilkan karena inersianya sudah dikurangi sebisa mungkin. Namun, itu juga berlaku untuk Minami. Tidak terkena dampak serangan itu, Minami melanjutkan sihirnya.
Tubuh Erika sedikit terangkat. Dia melambung bukan karena keinginannya. Dia terjebak di pelindung yang Minami ciptakan. Bahkan inersianya dihentikan, gravitasi masih berdampak padanya jadi itu bisa terbaring di atas pelindung itu. Tapi, dia tidak bisa menggerakkan kakinya.
“Tunggu…..”
Erika dengan kelabakan mencoba untuk menghentikan sihir itu, tapi sayangnya dengan kemampuannya dia tidak bisa dengan cepat menghentikan sihir ini. Inersianya sudah dikurangi, tapi kecepatannya masih tetap. Akibatnya, Erika dikeluarkan dari ring dengan gerakan pelindung Minami yang membuatnya seakan punya sayap.
“Mustahil, baru saja….. bukannya itu ‘Phalanx’ punya Juumonji-senpai!?”
Hattori berbisik, suaranya penuh keterkejutan.
“Tidak. Metode yang baru saja digunakan ini adalah gerakan lanjutan dari pelindungnya.”
Tatsuya cepat membantahnya.
“Prinsip kerjanya sama seperti Sihir Tipe Gerakan sederhana. Tapi untuk gerakan sihirnya, proses sihir itu merubah koordinat target, satu per satu. Dalam kasus ini, target perubahan koordinat bukanlah objek fisik, melainkan koordinat pelindung itu.”
“Apa iya sesederhana itu……?”
Keterkejutan Hattori tidak hilang, sebaliknya, sedikit bertambah. Kalau bisa segampang itu, maka orang lain akan bisa meniru aspek serangan ‘Phalanx’.
“Perbedaannya ada di derajat kesulitan proses yang Minami lakukan dan ‘Phalanx’ sangat berbeda. Lagipula, ‘Phalanx’ tipe menyerang adalah sihir yang secara terus menerus membentuk lapisan-lapisan pelindung yang menghantam ojek fisik secara konstan dan unik. Minami tidak perlu membentuk dan memertahankan kekuatan yang besar untuk menyerang targetnya dengan rangkaiannya.”
Setelah dia menjawab pertanyaan itu, dia meninggalkan Hattori dan berjalan ke arah Chikura Tomoko. Di sana, Erika, yang terjatuh dari ring, dan Minami, yang turun dari ring dengan wajah menyesal, berkumpul.
“Aduh~, aku kalah. Tapi, astaga, aku tidak menyangka akan keluar ring secepat itu.”
“Kalau seranganmu sejelas itu, jelas kau akan dibalas dengan hadangan lawan. Keahlian Erika adalah kecepatan yang tidak bisa diikuti mata; singkatnya, lawannya harus menggunakan sesuatu yang tidak perlu memerdulikan lokasinya.”
“…..Bisa diterima.”
Tatsuya mengalihkan pandangannya dari Erika, yang terlihat tidak senang teknik rahasianya dibocorkan di depan Tomoko.
“Aku yakin senpai sudah dapat cara untuk menghadapi lawan yang memilih pertarungan jarak dekat.”
“…..Aku tidak bisa membuat pelindung seperti itu.”
“Chikura-senpai, bukannya senpai ahli merubah vektor?”
Mungkin karena dia tidak sadar Tatsuya tahu keahliannya, mata Tomoko sedikit terbelalak.
“…..Ya, itu benar.”
“Membalik vektor lawan tepat sebelum tamengnya bersentuhan dengan punya senpai efektif untuk mendorong lawan keluar ring dengan sihir.”
Rasanya menjengkelkan mendengar Tatsuya menyarankan teknik yang tidak dibayangkannya. Di Kompetisi Sembilan sekolah ini, Tatsuya memegang dua posisi, teknisi dan penasehat ahli strategi. Tidak aneh baginya untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan para atlet. Bisa dibilang ini hal yang cukup jelas, tapi itu ada alasannya. Potensinya berhadapan dengan situasi seperti ini terbilang tinggi.
Selain apa yang dipikirkan Tomoko tentang sikapnya, ia secara keseluruhan bisa memahami nasihat Tatsuya. Orang yang kelihatan mau ngomong sesuatu adalah Erika, tapi perhatian Tatsuya tertuju pada terminal informasi di sakunya yang menyala.
Dia mengeluarkannya dan membaca pesannya. Tatsuya lalu berbalik dan berbicara dengan Hattori.
“Sepertinya persiapan untuk Pillars Break sudah selesai. Aku akan ke sana, jadi ini bisa kuserahkan pada senpai?”
“Ah, baiklah. Kuambil alih dari sini.”
Sudah menduga hal itu, Hattori dengan cepat mengiyakannya.
Untuk berjaga-jaga, Tatsuya memerhatikan ring laki-laki. Di samping teknisi kelas 3 yang dipercaya untuk mengatur CAD Sawaki, Hirakawa Chiaki sedang mendengarkan Tomitsuka dengan sekuat tenaga. Mungkin dia akan mendengarkan kesannya tentang CAD yang akan digunakannya di kompetisi. Merasa kalau tidak ada masalah, Tatsuya menunduk pada Hattori dan Chikura dan berbicara pada Erika dan Minami, lalu pergi ke lapangan latihan Pillars Break di hutan.
Latihan Pillars Break setiap tahun dilakukan di tempat terbuka di atas sebuah kolam dengan panjang lima puluh meter di dalam hutan latihan. Kolam itu bukan untuk berenang; itu untuk latihan kontrol cairan. Kolam yang biasanya kosong ditutup dan diisi air, di mana pilar-pilar es dibuat lalu diberdirikan dengan sihir. Dan akhirnya, latihan Pillars Break bisa dimulai. Begitulah prosedurnya setiap tahun.
Sampai tahun kemarin, persiapan ini membutuhkan waktu yang lama. Tapi, tahun ini, persiapannya selesai hanya seperempat waktu biasanya.
“Ah, Onii-sama. Persiapannya sudah selesai.”
Karena tahun lalu dia anak kelas 1, Miyuki dengan tahu diri memilih tidak membantu, tapi tahun ini dia sudah terlibat banyak dalam persiapan ini dan terus membuktikan apa yang mampu dilakukannya. Tatsuya sadar kalau tahun lalu dia hanya melakukan separuh dari kemampuannya, tapi kemampuan Miyuki bahkan melebihi ekspektasi Tatsuya. Sebenarnya, mereka hanya butuh menunggu mengisi air kolam itu.
“Terima kasih atas kerja kerasmu. Itu cepat sekali.”
“Lagipula aku tidak bisa membuat Onii-sama menunggu.”
Perkataan Miyuki menjaga citranya sebagai Yamato Nadeshiko; namun, tatapannya pada Tatsuya benar-benar tidak sesuai dengan perkataan dan citranya. Matanya berkata jujur. Dia ingin Tatsuya untuk kembali padanya secepat mungkin. Maksud aslinya jelas bisa diketahui siapapun yang melihatnya; Kanon dan yang lain bisa terlihat jijik dengan hal ini.
“Astaga, aku tidak mengira dia bisa membentuk dua puluh empat pilar es dan membekukannya dalam sekali kerja.”
“Apa Tatsuya-san merancang sihir kontrol fluida itu?”
Omelan Kanon itu bercampur dengan sindiran; tapi, Shizuku tertarik dengan teknik yang digunakan Miyuki.
“Penerapan teori duplikasi sejenis itu ideku, tapi untuk penggunaannya itu Miyuki.”
“Aku hanya mengira-ngira cara menggunakan sihir dari Rangkaian Aktivasi yang sudah dirancang Onii-sama.”
Kakak-adik itu saling memuji kerja satu sama lain. Di titik ini, bukan hanya Kanon, tapi Shizuku juga meninggalkan mereka berduaan untuk menikmati waktu.
“….Lagipula, karena persiapannya sudah selesai, ayo kita mulai.”
Miyuki segera ke posisi begitu mendengar Tatsuya.
Gerakan Kanon dan Shizuku entah bagaimana terasa malas-malasan yang mana bukan salah mereka.
Seperti yang orang lain sudah ketahui, kolam dengan panjang 50 meter, lebar 20 meter, dan kedalaman 5 meter bukanlah untuk berenang. Oleh karena itu, tempat itu tidak dirawat sesuai standar kebersihan. Apa yang mereka lakukan hanyalah menutupi permukaan dinding dan dasar kolam itu dengan lempung tahan air. Namun, ini membuat tempat ini cocok untuk dibuat latihan Pillars Break.
Miyuki ada di satu sisi kolam.
Sementara di sisi lainnya ada Kanon dan Shizuku.
Ini adalah pertandingan dua lawan satu, tapi bisa dibilang kalau mereka berdua sudah dirugikan sejak awal.
Tidak boleh ada kombinasi sihir kecuali dalam keadaan tertentu. Kalau kombinasi sihir Kanon dan Shizuku tidak berjalan dengan baik, sihir keduanya tidak akan jalan. Atau, sebaliknya, kalau mereka gagal, tidak ada efek yang akan dihasilkan dari sihir mereka. Ini adalah masalah yang perlu dipecahkan oleh pasangan-pasangan lain juga, tapi ini bisa dibilang lebih rumit dalam kasus Ice Pillars Break.
“Semoga beruntung, Shizuku!”
Honoka menyemangati Shizuku. Karena konstruksi Mirage Bat ditunda, dia datang untuk menonton latihan Pillars Break, setidaknya itu alasannya untuk bisa bersama Tatsuya.
“Miyuki-senpai, semoga beruntung!”
Izumi mendukung Miyuki, tapi ia sedikit malu-malu. Dia adalah atlet Ice Pillars Break divisi kelas 1, jadi selagi dia mungkin punya pemikiran-pemikiran aneh, dia sebenarnya juga ke sini untuk belajar.
“Baiklah kalau begitu, mulai.”
Saat Tatsuya melanjutkan perkataannya, lampu yang terpasang memancarkan sinar merah sebelum berganti kuning. Ketika berganti hijau, sihir meledak di kolam.
Kanon, yang duduk di kursi lipat, mengerutkan dahinya dari kejauhan. Miyuki dan Shizuku sedang berdiri, memandangi masing-masing seolah-olah mereka bingung mau melakukan apa.
Mereka sudah melakukan latihan ini selama lima ronde yang berakhir dengan Miyuki yang selalu memperbaiki semua pilar-pilar es itu, singkat cerita, tidak peduli seberapa besar kekuatan yang digunakannya, Miyuki sudah menang lima ronde. Bahkan orang sekelas Kanon pun kesal melihat hasil ini.
“Chiyoda-senpai yang menyerang; Shizuku yang bertahan. Kurasa strategi ini tidak akan bekerja.”
Dan tidak peduli dengan kekesalan Kanon, Tatsuya berbicara kepadanya tanpa ragu-ragu.
“Apa maksudmu kami kalah bukan karena sihir? Jadi karna apa?”
“Maksudku bukan senpai melakukan kesalahan; senpai kurang latihan koordinasi satu sama lain. Karena hari ini hari pertama, ini bisa dimaklumi.”
“…..Dari segi apa itu tidak baik.”
“Dari segi dimana sihir senpai diaktivasi, area ‘Fortification’ senpai dan Shizuku agak tumpang tindih.”
Mendengar penjelasan Tatsuya, Shizuku menundukkan kepalanya di depan Kanon.
“Maafkan aku, senpai. Itu salahku.”
“Itu benar. Untuk bisa menyerang daerah yang dipengaruhi sihir Miyuki, kau mungkin perlu melebarkan target yang di’Fortification’ untuk bisa melindungi semua daerah, tapi seperti yang kuduga, Sihir ‘Fortification’ bisa digunakan tidak hanya di suatu daerah, tapi juga di Badan Informasi seseorang. Selain itu, di Pillars Break, asalkan setidaknya masih ada satu pilar yang tersisa, artinya masih belum kalah, jadi kau Cuma perlu mengurangi jumlah target sihirmu.”
“Ya, aku mengerti.”
“Onii-sama, apa ada nasihat untukku?”
Dengan sebuah ‘senyuman’, Miyuki menyela di depan Shizuku, yang wajahnya saat bertatapan dengan Tatsuya terlihat seperti anak anjing yang ingin di elus-elus.
“Saat kau kalah, Miyuki, akan kukasih nasihat. Dan kalau itu karena kau tidak berusaha, aku akan menegurmu.”
“Menegur…. Aku tidak akan sengaja mengalah. Itu akan jadi penghinaan untuk senpai dan Shizuku.”
Miyuki menjawab ucapan Tatsuya dengan nada marah, tapi dia sendiri memerah sambil memalingkan matanya.
Kanon melihat pemandangan ini sampai kehabisan kata-kata. Dia sebenarnya tidak senang dengan Tatsuya, karena bukan Isori, yang menjadi teknisi latihan. Jadi dia ingin mencari-cari kesalahan Tatsuya; tapi, melihat kedekatan Miyuki dan Shizuku pada Tatsuya dengan mata kepalanya sendiri, dalam hatinya, Kanon tersenyum nakal dan bilang ‘Kurasa aku akan menerimanya sampai kompetisi nanti’ pada dirinya sendiri.
◊ ◊ ◊
Sabtu malam, 7 Juli. Dengan panjangnya hari di musim ini, sekarang masih bisa dibilang sore, meski begitu, rumah utama Keluarga Saegusa sudah sunyi senyap.
Putra tertua kepala keluarga, Kouichi, sudah menikah dan sekarang tinggal di kondominium pusat kota dengan istrinya. Putra kedua selalu menginap di bekas Seventh Institute atau salah satu fasilitas penelitian sihir lain yang didirikan Keluarga Saegusa, oleh karena itu bisa dibilang itu semua menjadi rumahnya. Mereka berdua adalah anak dari mendiang istri Kouichi dan mereka punya kebiasaan menghindari adik-adik perempuan mereka, anak dari istri kedua. Bukan bermaksud buruk, tapi mereka mungkin punya sedikit kekesalan dalam hati mereka.
Untuk putri-putri Kouichi sendiri, Mayumi, yang tertua, sekali lagi sedang menghadiri pesta dan belum pulang. Pesta malam ini bukan bagian dari acara-acara sosial yang diadakan Numbers, tapi sebuah pesta Festival Bintang yang disponsori universitas; tapi, ia mungkin akan pulang tengah malam seperti biasa.
Kasumi dan Izumi sudah mandi sebelumnya dan masuk ke kamar mereka masing-masing. Karena mereka berdua kelelahan hari ini, mereka mungkin sudah tidur.
Meski seperti putri terkecilnya, Kouichi kelelahan, dia tidak bisa beristirahat. Di ruang belajarnya, bawahan yang bekerja sedang menunggu untuk diperbolehkan masuk.
“Masuk.”
Sebuah ketukan meminta izin masuk ke ruangan. Yang mengetuk adalah Nakura, tangan kanannya.
“Apa yang dikatakan Zhou Gongjin?”
Dalam penjelasannya, Nakura menahan dirinya agar memberikan infomasi yang ringkas. Tentu saja, Nakura tidak sekadar menghemat bicaranya; dia juga memberikan jawaban datar.
“Seorang pengungsi dari Great Asian Alliance sudah menerima informasi dari kepala Kelurga Kudou.”
“Hmm…. Apa alasan mereka menghubungi Keluarga Kudou?”
“Untuk campur tangan di uji performa gynoid yang dirasuki Parasite, Boneka Parasite, di Kompetisi Sembilan Sekolah, dengan membuat mereka menciptakan keributan dan melukai peserta. Dia bilang tidak akan sampai membunuh. Apa menurut Tuan tidak apa-apa membiarkan semua ini?”
“Metodenya?”
“Dengan menggunakan teknik yang akan membuat boneka Parasite itu tidak waras.”
“……Sihir Non-sistematik Eksternal yang mengganggu roh, huh.”
Kouichi bergumam, terlihat sedikit tertarik. Namun, dia sepertinya segera hilang ketertarikan dan memutar kursinya.
“Kerja bagus.”
Perkataannya berisi perintah untuk pergi. Tetapi, Nakura tidak langsung melakukannya.
“Apa tidak apa-apa membiarkannya seperti ini?”
“Bukan urusanku.”
Kouichi menjawab sambil memunggungi Nakura.
“Uji performa boneka Parasite dilaksanakan dalam cabor Steeplechase Cross-country. Anak kelas 1 bukan target mereka.”
“Apa maksud Tuan ini bukan urusan kita karena kita tidak dirugikan?”
“Bisa dibilang seperti itu.”
Tidak ada sedikitpun jejak pertentangan di nada bicara Nakura, tapi Kouichi merasa kalau ada sesuatu yang perlu ia tanggapi dan memutar kursinya menghadap Nakura.
“Kenapa aku harus melakukan sesuatu untuk anggota keluarga lain?”
Nakura menunduk, mengakui kesalahannya dan Kouichi benar. Lagipula, mengingat hubungannya dengan ini, akan aneh baginya untuk peduli dengan keluarga lain.
“Selain itu, orang pertama yang mengintervensi acara ini adalah orang-orang militer garis keras. Uji boneka Parasite adalah ide yang dilakukan ketika Kudou-sensei ingin menggunakannya untuk kepentingannya sendiri dan menggantikan penyihir dengan mesin. Sampai sekarang, mungkin sudah ada satu atau dua rencananya yang berjalan.”
Karena kedekatannya dengan orang-orang komite, Kouichi sangat familiar dengan perubahan drastis pada peraturan dan cabor Kompetisi Sembilan Sekolah.
Pada awalnya, pengikut militer anti-Great Asian Alliance garis keras menyampaikan pandangan mereka. Mereka dengan keras menolak perjanjian perdamaian dengan Great Asian Alliance November tahun lalu.
Mereka berpendapat kalau kita perlu memanfaatkan kesempatan kekalahan sepertiga armada Great Asian Alliance dan menyerang mereka, mengakhiri musuh lama. Sederhananya, mereka ingin memulai perang. Sebelum Insiden Yokohama, ada segelintir orang di militer yang berpendapat seperti itu, tapi sejak Yokohama, pendukung pendapat itu semakin bertambah.
Namun, ancaman militer itu berhasil dihentikan. Sesuatu yang semakin meningkatkan perlawanan pada orang-orang garis keras, yang punya pengaruh yang terlalu besar sehingga tidak bisa diabakan para petinggi-petinggi militer.
Disetujuinya pemberian tekanan pada Asosiasi Sihir sebagian besar dipengaruhi oleh usaha untuk meredam gerakan para garis keras. Akibatnya, Kompetisi Sembilan Sekolah tahun ini dibuat berbau militer.
Untuk apa yang terjadi selanjutnya, Kouichi hanya bisa mengira-ngira saja, tapi Kudou Retsu belum menghentikan jalannya acara-acara sejak itu, hanya merubahnya. Retsu, dengan tujuan menguji sebuah senjata sihir, tertarik dengan pemikiran para garis keras, untuk menunjukkan kepada mereka pemandangan penyihir yang dikalahkan boneka Parasite; daripada membuat senjata dari penyihir, dia berencana membuat mereka berpikir kalau pengembangan produksi boneka Parasite dapat memberikan keuntungan militer.
Tidak ada bukti untuk itu. Itu tidak lebih dari dugaannya semata yang keluar dari situasi saat ini. Namun, tidak peduli seberapa keras Kouichi memikirkannya, rasanya aneh Kudou Retsu memilih melakukan ini daripada mengembangkan penyihir sebagai senjata.
“Nakura, tidak ada alasan untuk mengurus masalah ini. Bahkan jika Makoto-dono masuk jebakan, sensei yang akan turun tangan.”
Sikapnya menunjukkan seberapa besar percayanya Kouichi pada mantan gurunya.
◊ ◊ ◊
Minggu, 8 Juli. Tatsuya pergi mengunjungi fasilitas penelitian Divisi Tiga FLT walaupun ini hari libur, mungkin itu kalimat yang cocok untuk menjelaskan situasinya. Atau mungkin akan lebih tepat karena dia tidak sekolah hari ini.
Satu-satunya hal yang aneh adalah Tatsuya yang sendirian. Karena ujian akan dimulai Selasa depan, Miyuki sedang belajar di rumah. Terus berlatih sampai kelelahan tidak akan gunanya, tapi belajar untuk ujian jelas lebih efektif.
Seperti biasa, laboratorium itu dipenuhi peneliti-peneliti tidak peduli hari kerja ataupun libur. Mereka semua sibuk bekerja. Divisi Tiga saat ini sedang berada di tahap akhir pengembangan sebuah produk baru.
Sebuah CAD kognitif. Perangkat ini akan membawa terobosan dalam Pengaktifan Sihir Berbasis Mesin. Setengah tahun lalu, Perusahaan Sihir Rozen berhasil menciptakan model CAD kognitif pertama di dunia, yang mana barangnya, berukuran cukup besar.
Berbeda dengan itu, CAD kognitif yang dikembangkan FLT khusus untuk membentuk Rangkaian Aktivasi untuk pengoperasian CAD yang diinput Sihir Non-sistematik. Saat CAD tradisional fokus untuk membentuk Rangkaian Aktivasi sihir dengan input jari, perangkat ini bisa melakukannya dengan input Sihir Non-sistematik.
Meski model CAD kognitif FLT membutuhkan pemasangan perangkat lunak penghubung yang tersambung dengan CAD, mereka merasa kalau akan lebih menguntungkan jika penyihir bisa menggunakan CAD yang mereka familiar. Setidaknya, itulah yang dirasakan Divisi Tiga FLT. Perangkat lunak penghubung ini sudah ada di 80% CAD yang sudah dipasarkan dalam lima tahun terakhir, terlepas dari CAD itu model umum atau khusus. Karena itu bisa dikendalikan oleh gelombang Psion saja, produk baru ini diharapkan dapat menang dari segi desain dan mendapat permintaan pasar yang tinggi sebagai produk pendukung.
Hari ini adalah hari dilakukannya pengujian akhir; kalau tidak ada masalah, maka mereka akan mulai meluncurkan produk komersilnya. Saat Tatsuya menunjukkan wajahnya di ruang monitor, pengujiannya sudah dimulai.
“Selamat pagi. Apa aku terlambat?”
“Selamat pagi, Tuan Muda! Tidak, Anda tepat waktu. Kami tidak sabar untuk menunggu, jadi kami mulai lebih awal.”
Ushiyama menundukkan kepalanya meminta maaf, tapi matanya terlihat kegirangan.
Senyumannya bukan bermaksud tidak sopan pada Tatsuya; senyuman itu adalah senyuman seorang pencipta yang bangga akan hasil karyanya.
“Jadi begitu. Kalau begitu tidak apa-apa, tapi….”
Matanya melihat ke monitor yang terpasang di dinding dan Tatsuya memasang senyuman yang sama seperti Ushiyama.
“Sepertinya ini akan lancar.”
Monitor besar itu menayangkan hasil dari 22 penguji yang kerja bersamaan. Mereka sedang melakukan pemeriksaan Empat Sistem Penting dan Delapan Tipe Utama Sihir satu per satu dan mengganti CAD satu per satu.
“Sejauh ini, semuanya lancar! Waktu yang dibutuhkan juga di bawah perhitungan kami.”
Para penguji hanya menggunakan sihir dasar. Ini adalah pemandangan biasa saat pengujian CAD model baru. Namun, ada dua hal yang berbeda. Pertama, pergantian CAD ini tidak disentuh tangan sama sekali. Dan yang kedua, alat berbentuk medali itu digantukan pada leher penguji oleh sebuah rantai kecil.
Objek perak bentuk cakram ini berdiameter 3 cm, tebal 6 mm. Ini adalah sebuah CAD kognitif. Visualisasi aktivitas cahaya Psion yang terpampang di monitor adalah status CAD bentuk medali mereka saat sedang menerima Psion dan membentuk Rangkaian Aktivasi. Tatsuya memerhatikan salah satu penguji yang tampil di monitor dengan kemampuan pengamatannya, baik Badan Informasi dan Rangkaian Aktivasi yang dihasilkan medali, saat Psion orang mulai membentuk Rangkaian Sihir, dilihat dari gelombang Psion yang berkumpul pada satu titik kecil, terpusat di tombol pada gelang yang dipakai di tangan kirinya, dan masuk ke dalamnya.
Meski CAD punya tombol untuk pengoperasiannya, CAD juga mempunyai antena untuk menangkap sinyal Psion. Antena ini, yang mana adalah saklar yang tidak perlu pengoperasian, langsung terhubung dengan Psion dan tidak perlu diatur manual; tapi, pengguna yang tidak terbiasa dengan pengendalian Psion sayangnya akan sering gagal menghasilkan Rangkaian Sihir yang benar, dan kemungkinan kalau CAD itu sendiri akan menyadari kesalahannya cukup kecil. CAD kognitif ini dikembangkan untuk penyihir bahkan yang tidak ahli mengendalikan Psion sekalipun, dan juga untuk menghilangkan kesalahan interpretasi CAD.
Oleh karena itu, rencana yang Tatsuya dan timnya cetuskan adalah ketika gelombang Psion berkumpul di antena itu, mereka akan mengirimkan Sihir Non-sistematik. Untuk bisa menghasilkan Rangkaian Aktivasi butuh sihir untuk menggunakan sihir. Tentunya, siklus itu berulang, tapi hanya karena itu cara terbaik untuk menggunakan CAD, jadi beban penyihir hampir akan selalu kecil dan bisa dianggap tidak ada. Dengan pemikiran itu, daripada menghasilkan Rangkaian Aktivasi yang benar secara manual, metode ini cukup sederhana.
“Aku juga ingin mencobanya.”
“Silakan. Hei, berikan Tuan Muda model ujinya!”
Tatsuya mengambil CAD yang dikontrol pikiran bentuk medali itu dari peneliti yang berlari ke arahnya menjawab panggilan dan Ushiyama dan pergi ke ruang uji coba.
◊ ◊ ◊
Siang harinya, Tatsuya membawa Miyuki jalan-jalan. Atau lebih tepatnya, Miyuki yang membawanya.
Pengujian CAD model baru berjalan mulus dan selesai sebelum siang. Tatsuya sudah mengembalikan kartrid khususnya ke kotak CAD yang biasa digunakan dan dia tidak bisa menemukan kesalahan apapun.
Untuk alasan itu, waktu yang disisihkannya untuk memperbaiki bug jadi kosong.
Sudah bukan ‘purwarupa’ lagi, Tatsuya kembali pulang dengan versi akhir CAD kognitif sebagai oleh-oleh untuk Miyuki yang menatapnya kecut, yang mulai merasa stres. Tentu saja, Miyuki tidak kesal dengan Tatsuya, jarang sekali dia seperti ini, saat ini dia hanya menatapnya dengan tatapan kecut dan marah.
Namun, Tatsuya tidak bisa mengabaikannya. Sejak ujian masuk SMA, Miyuki selalu berada di posisi dua dalam tes tulis (jika skor total, Miyuki jelas nomor satu). Miyuki sama sekali bukan tidak mengerti materi yang dipelajarinya; meski begitu, dia bukanlah tipe orang yang terobsesi untuk mengejar posisi satu. Hanya perlu sekali pandang saja untuk mengetahui kalau stres Miyuki bukan karena belajar.
(Apa mungkin persiapan untuk Kompetisi Sembilam Sekolah membebaninya…..)
Memikirkan itu, Tatsuya mengajak Miyuki untuk jalan-jalan memerbaiki suasana hatinya.
“Jalan-jalan sama Onii-sama? Ayo! Ayo kita pergi!”
Selagi Miyuki menjawab seperti itu, Tatsuya kelabakan dengan kesigapan adiknya. Mudahnya, Miyuki ingin Tatsuya untuk pergi bersamanya. Dia merasa kalau respon adiknya agak berlebihan, adiknya hanya ingin dimanja oleh kakaknya. Tatsuya ragu karena itu, tapi dia tidak masalah memanjakan Miyuki.
“Bagaimana denganmu, Minami?”
Pertanyaan Tatsuya dilontarkannya dengan maksud tidak mengabaikan orang yang serumah dengannya.
“Tidak, saya harus belajar untuk ujian dan saya mau sedikit bersih-bersih.”
‘Kau tidak perlu repot-repot memikirkanku’, itu kesimpulan tolakan halus Minami. Dalam hati ia berkata ‘Bukannya aku harus memenuhi tugasku sebagai Guardian dan menemani mereka’, tapi pada akhirnya, perasaan ‘Tidak mungkin aku tahan ada di tengah-tengah kemesraan menjijikkan itu’ menguasai dirinya.
Tatsuya lah yang mengajaknya keluar rumah, tapi dia belum menentukan apa yang akan dia lakukan. Jadi untuk tujuan mereka semua diserahkan pada Miyuki, dan karena itu, mereka pergi berbelanja di Shibuya.
Kelemahan Miyuki adalah baju-baju cantik. Dia masih punya sedikit ketertarikan untuk kosmetik, tapi dia senang melihat-lihat dan memakai baju cantik, pikir Tatsuya. Perasaan asli Miyuki sedikit berbeda; dia senang Tatsuya menemaninya cari baju. Lagipula, ini sudah kebiasaan, kalau jalan-jalan bersama Miyuki mereka akan mendatangi berbagai macam toko. Jadi hari ini juga, mereka berdua datang ke pusat fesyen yang baru dibuka.
Di tempat itu, masing-masing toko tidak buka sendiri-sendiri, lebih seperti pemilik-pemilik toko tiap lantai berkolaborasi dalam bisnis; tidak ada partisi di setiap toko. Pajangan gaun pesta ada di samping toko yang menjual pakaian dalam, tampilan toko ini membuat lelaki manapun yang jalan di dekatnya jadi tidak nyaman.
Tatsuya juga menarik perhatian saat dia datang ke sini pertama kali, tapi karena dia hanya menemani Miyuki, dia mengabaikannya begitu saja. Karena dia tidak merasa malu, Tatsuya merasa kalau aneh jika orang merasa canggung ketika melewati toko pakaian dalam dan baju renang.
Hari ini, pemikiran itu akan merugikannya.
Miyuki sedang memegang gaun musim panas longgar di area yang menjual pakaian kasual dan menunjukkannya ke pegawai toko untuk bisa mencobanya; sayangnya, tidak ada kamar pas yang kosong. Berdua Miyuki dan Tatsuya tidak masalah menunggu pelanggan sebelum mereka selesai; tapi, mungkin karena kekagumannya terhadap kecantikan Miyuki, pegawai itu memandu Miyuki ke kamar pas lain yang kosong di lantai itu.
Yang mana di area yang menjual baju renang.
Seperti biasa, Tatsuya berjalan di tengah area yang memajang baju renang perempuan; namun, bahkan orang sepertinya saja merasa agak tidak enak berdiri di depan kamar pas. Saat Miyuki menutup pintu kamar pasnya, Tatsuya bilang kepadanya untuk memanggilnya lewat terminal informasi kalau dia butuh dan Tatsuya pergi meninggalkan area itu.
Namun, pemikirannya itu salah. Dari empat kamar pas yang berjejer dan tertutup, ini yang paling ujung, dan saat Tatsuya keluar di koridor menuju ke lantai utama, dia melewati tiga kamar pas lainnya, tempat di depan yang paling dekat pintu, dia berpapasan dengan dua gadis muda. Mereka adalah adik kelas yang Tatsuya kenal.
“Shiba-senpai? Kenapa kau di sini! Ini ruang ganti perempuan!”
Orang yang mengatakan itu dengan suara kesal dan meminta jawaban darinya adalah Saegusa Kasumi, yang berpenampilan tomboy dengan kaos bergambar binatang dan jeans yang ujungnya dilipat.
“Ini bukan ruang ganti, ini kamar pas, Kasumi-chan….. Ah, apa mungkin! Shiba-senpai lagi bersama Miyuki-senpai!? Miyuki-senpai dimana!?”
Setelah membenarkan perkataan saudara kembarnya, Saegusa Izumi mendadak kegirangan mendekati Tatsuya, mengenakan gaun tanpa lengan feminin yang berenda dan punya bukaan leher yang lebar dan rok setinggi lima senti di atas lutut.
Dan kalau mereka berdua ada di sini maka kemungkinan bisa ditebak siapa yang ada di dalam kamar pas. Diselimuti dengan perasaan tidak enak, Tatsuya mencoba untuk meninggalkan tempat itu. Sayangnya, dia terlambat.
“Apa yang kalian berdua ributkan…… Oh.”
Ini salah kamar pasnya yang tidak tertutup seluruhnya. Meski Mayumi bisa mendengar suara ribut adiknya, dia tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka katakan jadi dia membuka pintu dan menegurnya.
Dia tahu kalau dirinya sedang dilihat dari belakang. Kalau dia langsung lari di sini, semuanya akan mengira kalau ia ke sini untuk mengintip. Daripada dirinya dituduh melakukan tindak kriminal, Tatsuya dengan enggan menghadapi kecanggungan ini. Tatsuya sudah memperkirakan dengan cepat semunya dalam kepalanya dan memaksa dirinya untuk menoleh dengan pelan.
Lagipula, tidak mungkin dia keluar sambil telanjang, kemungkinan terburuk Mayumi Cuma memakai pakaian dalam saja.
Apa yang dipakai Mayumi, yang berdiri diam terbelalak di depan Tatsuya, hanya menutupi sedikit tubuhnya, area dada dan pinggul, bokong, dan selangkangannya, adalah sebuah bikini warna putih.
Dadanya yang besar tidak cocok dengan tubuh kecilnya dan ada belahan yang jelas antara dua gundukan itu.
Kerampingan pinggulnya cukup di luar dugaan dan dengan pinggang kecilnya membentuk lekukan tubuh yang indah.
Pahanya tampak mulus seperti marmer tapi entah bagaimana memberi kesan lembut.
“Ap…..Tats…..dia……”
“Tolong tenanglah, Saegusa-senpai.”
Dia melambaikan kedua tangannya di depan Mayumi, yang mulai gemetaran takut dan berulang kali mencoba membuat gestur menenangkan dirinya. Dengan kata lain, gesturnya sesuai dengan apa yang Tatsuya katakan. Entah bagaimana, persuasi Tatsuya berhasil.
Mayumi perlahan-lahan menjauh dari Tatsuya, masuk kembali ke kamar pas dan, dengan bunyi klik, menutup pintunya.
“Kyaaaaaa!”
Jelas apa yang didengarnya dari balik kamar pas adalah teriakan Mayumi. Sekali lagi, Tatsuya ingin melarikan diri.
“Kukira ada apa di sini…..”
“Aku yang salah…..”
Yang dibutuhkan hanya omongan tulus Miyuki untuk membuat Mayumi meminta maaf dengan menunduk.
“Tidak, ini bukan salah senpai. Sebaliknya, akulah yang seharusnya meminta maaf.”
Mereka sekarang sedang ada di kafe di pusat fesyen itu. Tatsuya, Miyuki, Mayumi, Kasumi, dan Izumi duduk semeja.
“Ini karena aku mengajak Onii-sama menemaniku ke tempat seperti itu….. Senpai, Onii-sama, aku minta maaf.”
Miyuki mengajak mereka berempat ke kafe ini. Dia mengajak Mayumi karena dia ingin membicarakan masalah ini dengan benar; Kasumi dan Izumi di sisi lain di ajak sebagai saksi oleh Tatsuya.
“Tidak, ini bukan salahmu, Miyuki-san. Ini bukan…. Lagipula aku tadi tidak telanjang. Agak aneh aku malu dilihat saat masih memakai baju renang. Maafkan aku, Tatsuya-kun. Aku tadi berteriak refleks kaget.”
Karena ia lebih tua atau mungkin karena dia sadar kalau ia perlu bersikap seperti orang yang lebih dewasa, Mayumi bersikap seperti orang dewasa. Namun, di saat yang sama, jelas terlihat kalau omongannya itu untuk dirinya sendiri. Kalau dilihat dari pipinya yang merah dan matanya yang tidak bisa diam tenang, jelas kelihatan kalau dia masih belum tenang dari masalah tadi.
Tatsuya tidak berkata apa-apa. Kalau dia membantah perkataan Miyuki, dia akan terkesan membela adiknya, dan jika ia meminta maaf pada Mayumi, itu akan membuat Mayumi malu bukan main.
“Tidak, aku tidak masalah.”
Butuh usaha keras Tatsuya buat menjawab seperti itu.
Namun, itu membuat salah satu gadis-gadis itu tidak senang. Kasumi diam-diam, sebenarnya ia menyembunyikannya, kesal dengan Tatsuya yang membuat Mayumi malu.
Kalau perasaan Kasumi diutarakan dalam kata-kata kira-kira akan seperti ini ‘ini semua karena senpai pasti mau melihat Onee-sama berpose memalukan saat Onee-sama lengah!’. Dia punya alasan yang cukup untuk tidak menyebutnya ‘Tukang ngintip mesum!’ tapi dari caranya memandang, dia saat ini sedang marah pada Tatsuya.
Untung buat Tatsuya, Izumi mungkin tidak memiliki perasaan yang sama dengan Kasumi.
“Miyuki-senpai, apa senpai sudah tahu mau apa setelah ini?”
Di saat seperti ini, pikiran Izumi sepenuhnya tertuju pada Miyuki.
“Aku mau lihat-lihat pakaian Barat sebentar, lalu pulang. Karena minggu depan ada ujian.”
“Jadi, apa aku bisa ikut?”
Kemampuan Izumi untuk berpikir rasional sudah hilang dan dia meminta Miyuki membiarkannya ikut bersama mereka. Dia memandangi Miyuki dengan tatapan kegirangan. Dengan kesulitan, Miyuki memertahankan senyuman di wajahnya mendengar perkataan Izumi yang mengatakan isi hatinya terus terang.
“Hmmmm, kalau Onii-sama mengizinkan.”
“Izumi-chan, tidak sopan mengganggu keluarga orang lain.”
Jawaban Miyuki bukan ‘ya’ atau ‘tidak’, tapi perkataan Mayumi jelas mendiamkan Izumi. Biasanya, Izumi bisa cepat merespon. Ditegur halus oleh kakaknya membuatnya segera berpikir rasional lagi.
“Itu benar. Maafkan ketidaksopananku, Miyuki-senpai.”
Kalau selesai sampai situ, Shiba bersaudara dan tiga Saegusa ini mungkin sudah akan berpisah. Namun, Kasumi agak lebih berani menyampaikan perasaannya daripada Izumi.
“Benar, Izumi. Tidak boleh mengganggu kencan Shiba-senpai dengan Shiba-senpai.”
“Kencan!?”
Untuk alasan tertentu, yang berteriak adalah Mayumi.
“Kasumi. Kami tidak lagi berkencan atau semacamnya.”
Suara Tatsuya terlalu tenang untuk sebuah bantahan. Seperti biasa, jawaban tak berekspresi ini berefek lain pada Kasumi.
“Tidak ada cara di dunia ini untuk menyakinkanku kalau ada anak SMA laki-laki dan perempuan belanja bersama dan tidak kencan.”
Mayumi dengan malu-malu melirik wajah Miyuki.
Untuk alasan tertentu, Miyuki menahan itu semua dengan senyuman lebar.
“Aku rasa itu tidak benar kalau laki-laki dan perempuan itu kakak-beradik.”
“Aku rasa tidak ada gunanya sama sekali untuk kakak-beradik pergi berkencan!”
“Kasumi-chan, kau sangat tidak sopan.”
Izumi menyela dari sampingnya dengan suara yang tajam. Jelas kalau dia tidak memotong, Kasumi akan kelewatan batas.
Bahkan Kasumi sendiri sadar kalau dia sudah keterlaluan. Namun, untuk alasan tertentu, setiapkali dia bertemu Tatsuya, pasti ada suatu hal yang akan membuatnya marah. Tidak biasa orang bisa punya kebencian seperti Kasumi; bahkan ia sendiri merasa dirinya aneh.
Tetapi, teguran itu tidak bisa menandingi mulut Kasumi.
“Penyihir hebat punya tugas untuk punya keturunan! Apa Shiba-senpai mau menikah dengan adik sendiri?”
“Kasumi.”
Namun, omongan Kasumi dihentikan oleh suara Tatsuya yang tidak terlalu keras.
“Kalau begitu, bukan itu berarti tidak ada gunanya kau jalan-jalan dengan saudarimu?”
“Grr!”
Dalam sekejap mata, wajah Kasumi merah padam.
Tatsuya membalas tatapan kesal Kasumi dengan dingin.
“Senpai, kami pergi dulu.”
Dan segera setelah itu, Tatsuya menunduk pada Mayumi saat dia berdiri.
“Ah, aku saja yang-“
Melihat struk di tangan Tatsuya, Mayumi langsung bangkit.
“Tidak, karena kau sudah harus merasakan keantikan kouhaimu ini, ini gantinya.”
Tapi, hampir tidak ada respon dan Tatsuya pergi membayar.
Miyuki berdiri, menunduk pada Mayumi dan mengikuti Tatsuya.
Di meja, kakak dan adik Kasumi menatap wajahnya yang sudah hampir menangis dengan khawatir.
Setelah meninggalkan kafe itu, Miyuki berjalan sedikit lalu menoleh ke belakang. Sepertinya, mereka tidak mengikutinya. Dengan tampang agak lega, Miyuki berbicara dengan kakaknya.
“Umm, Onii-sama. Aku rasa Kasumi tidak punya maksud apa-apa.”
Untuk sesaat, Tatsuya melihat kembali Miyuki dengan eskpresi aneh dan segera setuju dengan tersenyum kecut.
“Aku juga berpikir seperti itu.”
Ketegangan mereda dengan jawaban Tatsuya, Miyuki menghela napas lega.
“Aku tahu Kasumi tidak punya maksud seperti itu. Aku hanya menghentikan Kasumi sebelum kelewatan tapi…. kurasa aku agak berlebihan.”
Tatsuya tersenyum seolah menyalahkan dirinya sendiri, tapi Miyuki tahu kalau dia tidak benar-benar merasa begitu.
“…..Aku suka dengan sifat Onii-sama yang tidak terlalu lembut sama perempuan lain.”
“….Kau sendiri juga punya sifat-sifat nakal.”
Pipi Miyuki menggembung ‘humph!’
Kelakukan kekanak-kanakan itu membuat Tatsuya tersenyum manis.
4 Comments
Lanjutkan dong
BalasHapusAuthornya penganut incest
BalasHapusSasuga onii-sama
BalasHapusNgebayangin keimutan Miyuki jadi senyum2 sendiri
BalasHapusPosting Komentar