RERUNTUHAN DASAR LAUT MELJEENE
(Translator : Elsa)
Arah barat laut, 300 kilometer jauhnya dari [Kota Laut, Elisen].
Itu adalah lokasi salah satu dari Tujuh Dungeon Agung, [Reruntuhan Dasar Laut Meljeene] sebelumnya rombongan Hajime dengar lokasi dungion itu dari Miledi Raisen.
Akan tetapi, mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk mendengarkan Miledi saat itu, jadi ia hanya menekankan pada bagian ‘Bulan’ lalu di sertai dengan adanya ‘Guryuu-en’s proof’ (‘bukti Guryuu-en’) tanpa memberikan detail lokasinya.
Dan begitulah, rombongan Hajime melanjutkan perjalanan melalui lautan luas berasarkan informasi yang di dapatkan pada sebelumnya. Namun, mereka tidak menemukan apapun ketika mencari-cari di sekitar titik lokasi dasar laut pada siang hari. Mereka tadinya mengira akan menemukan sejenis bukti karena lokasi pencariannya adalah reruntuhan dasar laut, tetapi pemikiran mereka terlalu naif.
Lokasi yang ditunjuk itu cukup dangkal jika dibandingkan dengan daerah lain dalam radius 100 kilometer, jadi pastinya sekarang mereka berada di lokasi yang tepat… itulah yang terlinta dalam pikiran Hajime.
Dengan enggan, mereka memutuskan untuk menghentikan pencarian dan menunggu sampai malam tiba, ketika bulan menampakkan wujudnya, sesuai perkataan Miledi pada mereka. Sekarang adalah waktunya matahari terbenam. Sang Mentari memunculkan kilauan merah – setengah darinya tersembunyi di balik cakrawala, menyinari dunia untuk terakhir kalinya pada hari ini. langit dan lautan membentuk cahaya lurus tampak seperti jalan yang di beriwarna oranye pada lintasannya, warna oranye yang di hasilkan oleh pantulan cahaya matahari yang melintas di atas cakrawala.
Pemandangan alam yang menawan, tidak peduli dunia apa ini. Hajime memandang matahari yang terbenam itu di geladak kapal selam yang semakin mendekati sang surya. Tiba-tiba, dia terpikirkan sesuatu yang tidak bisa dipercaya – apakah mungkin dia dapat kembali ke Jepang jika terus melanjutkan perjalanan melalui jalan cahaya yang memimpinnya menuju matahari? Hajime tersenyum masam saat sedang memikirkan hal tersebut.
“Apa terjadi sesuatu?”
Menyadari perubahan yang terjadi pada Hajime, Kaori memanggilnya.
Karena mandi di dalam kapal beberapa waktu lalu, rambut Kaori agak basah. Tidak, tidak hanya Kaori. Yue, Shia, dan Tio telah menaiki geladak kapal sebelum Hajime menyadarinya. Mereka semua telah mandi di dalam kapal selam kebanggaan Hajime. Pipi memerah, rambut setengah basah, serta tengkuk mereka yang terlihat, membuat sosok mereka benar-benar memikat hati. Air shower kamar mandi diatur ke mode “hujan” tepat di langit-langitnya, jadi bukan masalah jika mereka berempat mandi bersama-sama.
Ngomong-ngomong, alasan Hajime berada di geladak kapal memandang matahari terbenam adalah karena kemungkinan bahwa dirinya akan diajak masuk ke kamar mandi jika lengah.
Ketika gadis-gadis itu akan mandi, Tio mengajak Hajime, yang disetujui oleh Kaori, Shia, dan tentunya, Yue. Kemudian, mereka berempat memotong kata-kata Hajime sebelum laki-laki itu berhasil menolak. Hajime yang tidak akan memeluk wanita lain selain Yue sudah dengan jelas berkata bahwa dia tak akan melakukan *skinship saat telanjang dengan wanita lain.
*Skinship : hadaka no tsukiai yang punya arti hubungan telanjang saat mandi.
Namun, gadis-gadis itu mengabaikan Hajime sambil tersenyum. Menatap tajam Yue yang pipinya memerah sambil tersenyum menggoda, Kaori dan Tio yang ‘menjepit’ Hajime dari samping, sementara Shia mencoba membuat Hajime tidak sadar menggunakan Doryukken dari belakang. Merasakan bahaya yang akan datang itu di sekujur tubuhnya, Hajime lari terbirit-birit menuju geladak kapal… tetapi, bukankah sangat disayangkan bila seorang pria menolak makanan yang disiapkan hanya untuk dirinya?
Hajime berpikir bahwa itu adalah pertanyaan bodoh dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku hanya sedikit mengingat tentang Jepang. Lagipula, pemandangan di sini tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan di sana.”
“… Bagitu ya. Ya, memang. Pemandangan ini mirip dengan matahari senja yang kulihat di laut sebelumnya… Entah kenapa hal ini membuatku teringat masa-masa itu. Meskipun bahkan baru setengah tahun berlalu, eh.”
“Ya, itu karena terlalu banyak hal terjadi di dunia ini setiap harinya.”
Telah duduk di samping Hajime, Kaori menyetujui kata-kata Hajime sambil menatap ke arah kejauhan. Ia pastinya sedang mengingat kembali hari-hari yang dilaluinya di Jepang. Mungkin karena merasa kesepian mendengar percakapan mereka berdua, Yue menggerakkan tubuhnya yang masih berwarna kemerahan itu menuju Hajime dan duduk di pangkuannya. Ia mempercayakan punggungnya pada dada Hajime, meskipun pastinya ia sedang merasa kepanasan. Kemudian, Yue mulai menatap Hajime, tepat di bawah wajah lelaki tersebut.
Pandangan matanya terang-terangan mengekspresikan bahwa ia ingin mereka mengizinkannya ikut mengobrol. Yue merasa kesepian, dan di saat yang sama ingin mendengar tentang kampung halaman Hajime. Hajime yang dalam hatinya sudah dibuat tidak berdaya oleh keimutan Yue itu mencubit pipi Kaori yang duduk di sampingnya untuk menegurnya, dan muncul suara “Ha-nya!?” dari bibir gadis itu.
Hanya karena itu, perasaannya menjadi lebih baik, yang mana memunculkan rasa campur aduk dari dalam diri Hajime. Hajime berpikir, ‘Untuk apa ia melakukan semua ini demi orang yang tidak membalas perasaannya…’ Meski berpikir demikian, Hajime tidak mengungkapkannya. Lagipula, itu tidak akan sopan mengingat perasaan Kaori.
Saat mencubit pipi Kaori, saat ini, Shia mendekatinya melalui arah yang berlawanan dari Kaori dengan mata berbinar-binar. Shia pastinya memberi isyarat bahwa ia ingin diperhatikan juga. Menggunakan tangan yang satunya, Hajime mengusap-usap telinga kelinci Shia. “Ehehe~”, Shia menunjukkan senyum nyaman.
Tio bersandar pada punggung Hajime. Ia tidak menuntut apapun, hanya duduk memunggunginya dengan tenang. Namun, Hajime sadar akan perasaan Tio saat itu, dan wanita ini mempercayakan berat tubuhnya pada Hajime. Hal ini agak sulit dipercaya, karena satu-satunya yang ada dalam pikiran Hajime adalah melemparkannya ke laut jika meminta hal-hal mesum.
Kemudian, mungkin karena merasakan sesuatu dari aura Hajime, tubuh Tio memberikan sinyal dan ia gemetaran selama beberapa detik sambil diselingi oleh nafasnya yang berubah menjadi kasar…
Rombongan Hajime saling memeluk satu sama lain di atas lautan luas. Akan butuh waktu hingga malam tiba dan bulan cahaya mulai menyinari langit malam. Jadi untuk menghabiskan waktu, Hajime mulai sedikit membicarakan tentang kampung halamannya.
Kisah Hajime membuat Yue dan dua gadis lainnya terpikat, sementara Kaori menambahkan senyum berseri ke arah Hajime. Waktu berlalu dengan cepat saat mereka menikmati suasana damai, dan matahari telah jatuh sepenuhnya ke sisi lain dari cakrawala. Bulan pun mulai bersinar terang menggantikannya.
Berpikir bahwa sekarang sudah waktunya, Hajime mengeluarkan liontin yang merupakan bukti bahwa mereka telah menaklukkan [Gunung Berapi Guryuu-en] dari saku dadanya. Corak liontin tersebut yakni ‘seorang wanita menggantungkan sebuah lentera, dan di dalam lentera itu terdapat sebuah lubang, memunculkan ruang hampa.’
Bahkan saat tinggal di Elisen, Hajime telah mengeluarkan liontin ini dan memegangnya ke arah bulan, serta mengisinya dengan kekuatan sihir, tetapi tidak ada perubahan yang berarti.
‘Sebenarnya bulan dan liontin ini harus diapakan?’, itulah yang dipikirkannya sambil memiringkan kepala. Untuk saat ini, Hajime mencoba memegang liontin ini dan mengarahkannya ke bulan. Bulan ini dapat dilihat melalui lubang pada corak lentera.
Dia menunggu beberapa saat, namun tidak ada perubahan. Hajime yang tidak tahu harus melakukan apa itu pun mengembuskan nafas dan mulai mencoba cara lain.
Tetapi pada saat itu, perubahan muncul pada liontin tersebut.
“Waah, cahayanya berkumpul ke dalam lentera. Cantiknya~.”
“Itu adalah… cahaya yang misterius. Meskipun bagian lenteranya itu terlihat hampa…”
Shia mengagumi pemandangan tersebut. Kaori, dengan kedua mata berbinar-binar, setuju dengannya.
Sesuai ucapan mereka berdua, bagian lentera pada liontin itu menyerap cahaya bulan dan sinar pun mulai terakumulasi di dalamnya. Berbarengan dengan itu, bagian lubang yang gelap itu dipenuhi oleh cahaya. Tertarik juga akan itu, Yue dan Tio memperhatikan liontin yang dibawa oleh Hajime.
“Padahal aku sudah mencobanya semalam…”
“Hmm, Tuan. Mungkin tidak akan ada pengaruhnya jika tak melakukannya di tempat ini, kan?”
Mungkin dugaan Tio benar. Tidak lama kemudian, lentera selesai mengumpulkan cahaya, dan kini liontin telah terselimuti olehnya. Pada saat yang sama, sebuah cahaya tertembak lurus, tepat melalui liontin, menunjuk ke arah lokasi tertentu pada permukaan laut.
“… Indah sekali. Benar-benar berbeda dari milik Miledi.”
“Betul. Ini terlihat seperti mimpi, bahkan aku sendiri sidikit kagum karenanya.”
“Dipimpin oleh sinar rembulan”, seperti pada kisah-kisah romantis. Tidak hanya Hajime, Yue dan yang lainnya berdecak kamgum saat melihatnya. Kesan yang didapatkan Shia, seperti Hajime dan Yue, sama kuatnya dengan sesorang yang telah memasuki [Dungeon Agung Miledi]
Mereka tidak tahu berapa lama cahaya akan dilepaskan dari lentera liontin, jadi kapal pun segera berlayar, dipimpin oleh cahaya tersebut untuk menunjukan jalan.
Peandangan lahit pada hari itu begitu gelap, atau lebih cocok dibilang bahwa semua yang terlihat hanya warna hitam pada sekeliling daerah tersebut.Terlebih, dengan permukaan air masih terang karena sinar bulan, mereka dipimpin oleh cahaya yang di tunjukan oleh liontin mengarah pada perairan dalam, dan demikianlah seluruh pandangan berubah menjadi gelap seketika. Cahaya yang dilepaskan oleh kapal selam dan liontin itu adalah satu-satunya yang memotong gegelapan tersebut.
Cahaya yang menembus kaca berbahan kristal front (sejenis batuan kokoh dan transparan) di depan kapal selam itu menunjuk ke arah dasar laut.
Lokasi yang ditujuk adalah wilayah berdinding batu di dasar laut. Banyak sekali dinding-dinding batu berbentuk aneh yang bersatu membentuk pegunungan. Itulah tempat yang dicari-cari oleh mereka pada siang hari tanpa hasil… tetapi ketika kapal selam mendekat ke batu yang ditunjuk oleh cahaya liontin, getaran mulai terasa bersamaan dengan suara gaduh yang amat kuat.
Bunyi dan getaran itu disebabkan oleh dinding batu yang mulai bergerak. Salah satu bagian dari batu itu terbelah menjadi dua, membuka ke arah kanan dan ke kiri seperti pintu gerbang yang terbuka. Jalanan gelap yang menuntun ke dalam itu seakan-akan mengundang mereka masuk ke dala neraka.
“Begitu… jadi karena itulah kita tidak bisa menemukannya tak peduli mau berusaha sekeras apapun juga. Bodohnya aku, bisa berpikir akan berhasil menemukannya jika kita beruntung.”
“… Apa boleh buat, tetapi pencarian itu cukup menyenangkan.”
“Yue benar. Tidakkah kau berpikir bahwa melihat-lihat dasar laut di dunia yang berbeda ini adalah pengalaman yang luar biasa?”
Bahu Hajime turun saat mengerti bahwa pencarian yang mereka lakukan di siang hari itu sia-sia, tetapi kelihatannya Yue dan Kaori menikmatinya.
Hajime menggerakkan kapal selam dan rombongannya pun memasuki celah yang terbuka tadi. Lentera liontin masih memiliki sekitar setengah dari cahayanya, tetapi benda tersebut telah berhenti melepaskan cahaya. Hanya cahaya kapal selam yang bersinar di dalam lautan gelap saat ini.
“Umm~, Aku sudah memikirkannya sejak mendengar tentang reruntuhan dasar laut, tetapi tidakkah mustahil bagi orang awam untuk memasuki labirin ini tanpa “kapal selam” ini?”
“… Mustahil, kecuali orang itu menggunakan dinding pembatas yang kuat.”
“Mustahil bila mereka tidak dapat mengontrol udara, cahaya, dan arus air pada saat yang sama, eh.”
“Tetapi, mereka perlu menaklukkan [Gunung Berapi Agung Guryuu-en], jadi menurutku hanya orang-orang yang mampu menaklukkan Dungeon Agung-lah yang sanggup masuk kemari. “
“Mungkin kita harus menggunakan sihir Spatial.”
Bergerak masuk pada lauran yang dalam, rombongan Hajime memikirkan cara-cara lain untuk menaklukkan dungeon ini tanpa menggunakan kapal selam. Mereka dikagumkan oleh pintu masuknya yang fantastis. Tetapi memang, saat memikirkan bagaimana orang awam melakukannya, terkecuali terdapat puluhan pengguna sihir kelas atas, memasuki dungeon ini adalah hal yang mustahil. Tempat yang merepotkan, mirip dengan Dungeon-dungeon Agung lainnya.
Dengan waspada, rombongan Hajime mengamati dasar laut melalui kristal front.
Dan saat itu,
FwwwOOOOooooosh~!!
“Uwoh!?”
“Nh!”
“Wawah!”
“Kyah!”
“Apa—!?”
Bagian samping kapal selam tiba-tiba terkena benturan dan seketika, kapal pun terlempar ke suatu arah. Sama seperti ketika terlempar ke dalam arus deras magma, kapal selam terputar-putar, tetapi mereka sudah memikirkan solusi untuk masalah ini. Menggunakan batu gravitasi yang terpasang pada bagian bawah kapal untuk menaikkan beratnya, mereka menstabilkan kapal.
“Uh, aku tidak ingin merasakan putaran ini lagi~”
Shia memucat ketika teringat saat mereka tersapu ke bawah tanah pada [Gunung Berapi Agung Guryuu-en] dan menggeleng-gelangkan kepala agar bisa berhenti mengingat pengalaman itu.
“Tidakkah kondisi kita bisa segera kembali normal? Aku sudah bilang semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang. Terlebih lagi, sebenarnya ke mana arah arus ini pergi…”
Sambil tersenyum masam kepada Shia yang demikian, Hajime mengamati dunia luar melalui kristal front. Sinar milik batu Cahaya Hijau melingkari gua yang gelap itu, mengizinkan mata Hajime menangkap pemandangan dari lingkungan sekitarnya. Dari yang dapat dilihatnya, rombongan mereka sepertinya telah tersapu oleh arus menuju sebuah gua bundar raksasa.
Sembari mengoperasikan kapal selam, rombongan Hajime melanjutkan perjalanan dengan mengikuti arus. Setelah beberapa saat, ‘Farsight stone/Batu Pandangan Jarak Jauh’ yang terpasang pada bagian belakang kapal menangkap objek-objek bersinar hitam kemerahan dengan jumlah yang tak terhitung banyaknya.
“Sepertinya ‘mereka’ mendekati kita… Yah, kemungkinan besar mereka demonic beast yang berselimutkan kekuatan sihir berwarna hitam kemerahan, huh.”
“… Mungkinkah kita?”
Ketika Hajime bergumam, Yue yang duduk di sisinya sedang mengumpulkan kekuatan sihir di tangannya dan berkata demikian dengan nada seperti seorang gangster, tetapi ia masih terlihat manis.
“Tidak, kita gunakan senjata di sini. Aku juga ingin memastikan efektivitasnya.”
Hajime mengoperasikan ‘benda menarik’ pada bagian belakang kapal. Kemudian, torpedo-torpedo seukuran botol hewan peliharaan dalam jumlah banyak yang telah mewarnai Oasis Ancadi dengan warna merah pun diluncurkan. Hajime ‘mengecat’ dengan teliti agar mereka terlihat seperti hiu yang tersenyum jahil.
Karena berada dalam arus yang deras, daya gerak torpedo hanya bisa menggerakkan torpedo-torpedo itu dalam kadar yang rendah, dan hasilnya, torpedo pun terpisah-pisah seperti ranjau laut.
Kapal selam bergerak maju, dan tanpa menunggu lama, demonic beast berpenampilan menyerupai ikan terbang yang berselimutkan kekuatan sihir hitam kemerahan itupun masuk ke dalam gerombolan torpedo.
BOOoOOoooOOoom!!!
Ledakan-ledakan besar yang dihasilkan secara berurutan dari belakang kapal selam dan gelembung-gelembung berjumlah banyak pun membungkus kelompok ‘ikan terbang’ tersebut. Setelahnya, tubuh ikan-ikan itu tercabik-cabik, dan daging beserta darah mereka tersebar dari dalam gelembung, terlihat seperti rumput laut yang terlempar ke dalam arus yang deras.
“Yap, senjata kita lebih kuat dari sebelumnya. Penyempurnaannya berjalan lancar.”
“Uwaah~ Hajime-san. Baru saja, ada ‘sesuatu’ bermata ikan yang tersapu keluar.”
“Shia, itu ikan-ikan mati.”
“Sekali lagi, ini membuatku berpikir bahwa artefak yang dibuat oleh Hajime-kun itu curang.”
Sejak itu, rombongan Hajime melanjutkan perjalanan sambil dengan mudahnya mengalahkan ‘ikan terbang’ yang sering mereka temui.
Mereka terus maju ke depan tanpa tahu akan seberapa lama perjalanan tersebut berlangsung.
Ketika itu, mereka mulai menyadari sesuatu yang ganjil pada pemandangan yang tak mengalami perubahan tersebut. Rombongan Hajime sampai pada tempat di mana dinding yang mengelilinginnya telah dihancurkan tanpa alasan yang jelas. Ketika melihat dengan teliti, kepala-kepala makhluk menyerupai ikan terbang yang sudah terpisah dari tubuhnya itu diletakkan di antara dinding-dinding batu, dengan mata hampa, memperhatikan lautan.
“… Hmm, bukankah ini wilayah yang kita lewati sebelumnya?”
“… Kelihatannya begitu. Apa kita hanya memutari tempat ini?”
Tampaknya, rombongan Hajime berputar-putar dalam gua berbentuk cincin. Mereka mengira Dungeon Agung berada di depan, jadi mereka terus melaju ke sana, tetapi Hajime sangat ragu kalau dia telah salah jalan, seakan wilayah yang mereka lalui itu hanya gua dasar laut biasa. Hasilnya, rombongan ini kini tidak melanjutkan perjalanan mengikuti jalan yang terlihat. Mereka pun mengamati sekeliling untuk mencari petunjuk dengan teliti.
Hasilnya,
“Ah, Hajime-kun. Di sana juga ada!”
“Dengan ini, ini sudah tempat kelima…”
Rombongan menemukan beberapa tempat di dalam gua yang terukirkan simbol Meljeene, lima puluh sentimeter panjangnya. Ukiran simbol Meljeene itu adalah pentagtam dengan garis-garis yang terhubung ke lima titiknya, dan bagian tengahnya diukir dengan corak menyerupai bulan sabit. Ukiran-ukiran ini dimiliki oleh kelima tempat yang mereka temukan dalam gua cincin ini.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut, rombongan Hajime mendekati simbol pertama yang mereka temukan. Karena mereka tak terlindung dari arus yang deras itu, Hajime yang mengendalikan kapal selamnya.
“Hmm, terdapat lima tempat yang memiliki pentagram ini, jadi bila sisa cahaya di dalam liontin ini digunakan…”
Bergumam, Hajime mengeluarkan liontin yang dipakai pada lehernya dan memegangnya di hadapan kristal front. Kemudian, liontin bereaksi, dan sinar dilepaskan langsung dari lentera. Mengikuti itu, sinar lentera menyentuh simbol Meljeene dan simbol pun bersinar.
“Ini akan menjadi bencana bagi orang-orang yang datang kemari menggunakan sihir… jika tidak segera menyadarinya, kekuatan sihir mereka akan terkuras habis.”
Sesuai ucapan Kaori, metode seperti pada dunia RPG ini akan terlalu kejam bagi yang entah bagaimana selamat hanya dengan mempertahankan sihir mereka. Mungkin karena tujuannya adalah membuat mereka mencapai batas akhir, dalam cara yang berbeda dengan [Gunung Berapi Agung Guryuu-en].
Setelahnya, tiga simbol lagi pada lokasi mereka juga tertuangi sihir dari dalam lentera, dan rombongan pun sampai di hadapan lambang terakhir. Cahaya yang dikumpulkan di dalam lentera berkurang ketika sedang dilepaskan untuk menerangi simbol terakhir ini, dan sisanya hanya cukup untuk satu kali penggunaan lagi.
Hajime mengulurkan liontin dan menuangi lambang terakhir dengan cahaya. Akhirnya, jalur untuk melanjutkan perjalanan dari gua cincin ini terbuka. Dengan suara gemuruh, dinding gua pun terbagi menjadi dua.
Tidak banyak yang terjadi saat mereka melalui bagian dalam gua; hanya saja, air yang berada di bawah mereka itu menyurut. Kemudian, kapal selam terasa seakan mengambang, dan ketika itu, kapal pun terjatuh.
“Ohh?”
“Nh.”
“Hyah!?”
“Nuoh.”
“Hauu!”
Secara berurutan, mereka berlima memperdengarkan teriakan yang berbeda-beda. Hajime menahan rasa mengambang ini di antara kunci pahanya. Pengaruh yang hebat ini tersampaikan ke bagian dalam gua, dan Kaori yang tubuhnya tidak begitu kuat itu mengerang.
“Kh… Kaori, apa kau baik-baik saja?”
“Uhh, a-aku baik-baik saja. Terlebih lagi, ini di mana?”
Sembari bermuka masam, Kaori melihat keluar melalui kristal front, dan tidak seperti beberapa saat sebelumnya, yang terlihat di dunia luar bukanlah air laut, melainkan sebuah saluran. Karena tidak ada tanda-tanda keberadaan demonic beast, rombongan Hajime pergi ke luar.
Apa yang ada di luar kapal selam adalah suatu ruangan hemisfer raksasa. Pada saat mereka melihat ke atas, terdapat sebuah lubang besar di situ, namun mereka tidak tahu apa yang membuat permukaan air terus berguncang. Tanpa setetes air pun, permukaan terus berguncang, dan itulah tempat rombongan Hajime terjatuh.
“Kelihatannya tempat ini asli. Daripada sebuah reruntuhan dasar laut, ini lebih bisa dibilang gua, ya.”
“… Baguslah jika tidak ada air di mana-mana.”
Mengembalikan kapal selam ke dalam ‘Treasure Box/PetiHarta Karun’, Hajime mendesak Yue dan yang lainnya agar melanjutkan perjalanan menuju jalan kecil yang dapat mereka lihat dari dalam sana… tetapi Hajime memanggil Yue sebelum rombongannya mulai bergerak.
“Yue.”
“Nn.”
Hanya dengan itu, Yue segera membuat sebuah dinding pembatas di sekitar mereka.
Sesaat, sebuah arus air menyerupai laser menyerang mereka dari atas seperti meteor. Laser yang terbuat dari hasil tekanan air ini mirip dengan ‘Rupture/Pemecahan’ yang digunakan Yue pada [Dungeon Agung Raisen].
Akan tetapi, dinding pembatas Yue ini benar-benar kuat meskipun dibuat dengan tergesa-gesa. Sebagai buktinya, dinding ini dengan mudahnya menghalangi serangan yang akan datang dari atas mereka. Karena Hajime merasakan peningkatan kekuatan sihir dan hawa membunuh pada waktu yang tepat, serta Yue yang segera menjawabnya, serangan kejutan ini tidak lagi menjadi ‘kejutan’. Secara natural, pada detik di mana Hajime memanggil Yue, Shia dan Tio telah menduga serangan ini dan tidak merasa terganggu olehnya.
Rupanya, Kaori tidak memiliki reaksi yang sama dengan mereka.
“Kyaa!?”
Serangan-serangan intens yang datang terlalu tiba-tiba ini membuat Kaori menjerit secara naluriah. Ia langsung berpegangan pada Hajime yang berada di sampingnya.
“M-maaf.”
“Tidak usah dipikirkan.”
Mencuri pandang pada Hajime yang terpisah darinya, Kaori biasanya akan tersipu, tetapi kali ini, raut wajahnya tidak terlihat bagus. Tampaknya, ia merasa agak murung karena menunjukkan perilaku memalukannya saat berpegang erat pada Hajime.
Selain itu, sekali lagi ia dikejutkan oleh keahlian sihir Yue.
Ketika masih bersama rombongan Kouki, Kaori juga menggunakan sihir pertahanan untuk membantu Suzu. Ia berlatih keras, dan kecepatan aktivasi sihirnya tidak lebih inferior dari seorang ‘Barrier Master/Ahli Dinding Pembatas’ seperti Suzu. Meskipun demikian, ketika membandingkannya dengan Yue, sihir perlindungannya hanya seperti guyonan anak-anak.
Kaori sudah merasakan ‘itu’ ketika rombongan Hajime menyelamatkannya beserta teman-temannya di [Dungeon Agung Orcus]. Kaori mengerti, tetapi ia menekan ‘rasa rendah diri’ ini jauh ke dalam benaknya, karena ia baru dapat berada di sisi Hajime ketika berhasil melakukan itu. Namun, pertanyaan tentang apakah ia hanya akan menjadi beban,pemikiran tersebut kembali merasuki otaknya.
“Apa kau tak apa-apa?”
“Eh? Ah, tidak. Tidak ada yang salah tentangku.”
“… Begitu ya.”
Kaori segera mencoba menipunya dengan membuat senyum paksa. Meskipun sedikit menyipitkan kedua mata melihat tingkah laku Kaori, Hajime tidak mengatakan apapun.
Tindakan Hajime membuat Kaori merasa sedikit kesepian, tetapi juga lega pada saat bersamaan. Kemudian, ia menyadari Yue yang terus menghalangi hujan mengerikan itu menatap dirinya. Kedua matanya seperti melihat dan menembus ke dalam hati Kaori. Hal ini membuat Kaori memperkuat tatapannya dan menatap balik ke arah Yue.
Kaori tidak akan membiarkan perasaannya ditertawakan seperti saat itu. Lagipula, jika itu terjadi, gadis cantik di hadapannya yang menerima cinta Hajime itu akan berhenti menganggapnya sebagai ancaman.
Itu adalah… hal yang tidak akan bisa ditanggungnya.
Menerima tatapan penuh kekuatan Kaori, Yue sedikit tersenyum dan sekali lagi melihat ke atas. Pada saat yang sama, Tio menembakkan apinya untuk membakar langit-langit. Dengan itu, pelaku penyerangan ini jatuh dalam kehancuran.
Pelaku penyerangan tersebut ialah demonic beast yang mirip teritip. Banyak dari mereka yang menempel di langit-langit, menembakkan ‘Rupture’ dari lubang di atas sana. Sebuah pemandangan yang mengundang rasa jijik.
Mungkin karena masih merupakan makhluk bawah air, mereka lemah terhadap api dan segera terbakar oleh sihir api Tio, ‘Spiral Flame/Api Spiral’.
Setelah mengalahkan demonic beast ‘teritip’ tadi, rombongan Hajime berjalan ke arah jalan sempit tersebut. Mereka menuju ke tempat yang lebih dalam dari ruangan sebelumnya, bahkan air laut sudah mencapai paha mereka.
“Ah~ sulit berjalan di sini…”
“… Haruskah aku turun ?”
Dengan suara-suara cipratan air yang terdengar saat mereka melanjutkan perjalanan melalui air laut, Hajime mulai mengeluh. Dan akhirnya, Yue, yang duduk di bahunya bertanya. Yue digendong oleh Hajime karena dengan tinggi badannya, pasti ia akan lebih cepat basah kuyup daripada yang lainnya.
Hajime mengalihkan pandangannya, seakan mengatakan bahwa tidak ada masalah bila dia melakukan itu, sambil mengabaikan tatapan iri hati Kaori dan Shia. Kemudian, Hajime meletakkan tangannya pada paha Yue agar gadis itu tidak jatuh, menempatkannya pada posisi yang sama rapat-rapat. Yue juga melingkarkan tangan pada leher Hajime.
Kaori dan Shia semakin menunjukkan tatapan iri hati, tetapi kini mereka memfokuskan diri pada masalah lain; serangan dari demonic beast.
Para demonic beast yang muncul itu terlihat seperti shuriken. Mereka bergerak searah dengan garis lurus menuju target sembari berputar-putar dalam kecepatan tinggi. Terkadang, mereka juga terbang dengan gerakan menikung. Hajime menarik Donner dan tanpa ragu, menembak semuanya yang ada di udara. Meskipun beberapa telah mati dengan tubuh yang masih utuh, demonic beast yang mengambang di permukaan air itu memiliki bentuk seperti bintang laut.
Ditambah lagi, mengetahui keberadaan demonic beast menyerupai ular berenang cepat pada perairan di bawah mereka, Yue menusuk para demonic beast itu menggunakan tombak es.
“… Tidakkah mereka terlalu lemah?”
Terkecuali Kaori, seluruh anggota rombongan ini setuju dengan gumaman Hajime.
Musuh-musuh yang ada dalam Dungeon Agung secara teoretis itu sudah kuat secara individu, dan menjadi merepotkan bila lebih dari satu musuh muncul. Akan tetapi, bintang-bintang dan ular-ular laut itu mirip dengan demonic beast yang menyerang mereka di laut segera setelah keluar dari gunung berapi laut, atau setidaknya mereka lemah. Benar-benar tidak cocok disebut sebagai demonic beast Dungeon Agung.
Terkecuali Kaori yang tidak tahu banyak mengenai Dungeon Agung, mereka semua memiringkan kepala, tetapi jawabannya akan terlihat di dalam ruangan raksasa pada ujung lain jalan sempit yang mereka lalui.
“… Apa-apaan?”
Segera setelah rombongan Hajime memasuki ruangan tersebut, sebuah tubuh tembus pandang yang seperti jelly pun menghalangi pintu masuk menuju jalan tersebut.
“Biarkan aku melakukannya! Uryaaah!!”
Seketika, Shia yang berada di garis belakang itu mengayunkan Doryukken untuk mnghancurkan ‘dinding’ tersebut. Namun, permukaannya hanya tersebar, sedangkan dinding jelly itu tak hancur. Mengikuti itu, sisa-sisa jelly yang tersebar itu tertempel pada dada Shia.
“Hyaa! Apa-apaan benda ini!?”
Shia memperdengarkan suara yang melambangkan kebingungan dan keterkejutan. Ketika rombongan Hajime berbalik, pakaian yang membalut dada Shia meleleh. Jelly itu membungkus pakaian beserta pakaian dalamnya, dan bukit kembar Shia yang menggiurkan itu mulai menjadi semakin dan semakin terlihat.
“Shia, jangan bergerak!”
Segera, Tio membakar ‘cipratan jelly’ itu dengan sempurna. Sedikit bagian dari payudara Shia, tempat menempelnya jelly itu membengkak kemerahan. Kelihatannya, jelly yang menghalangi pintu masuk tersebut memiliki tingkat keasaman yang tinggi.
“Kh! Ada lagi yang mendekat!”
Hajime memperingatkan, dan tepat setelah mereka menjauh dari dinding jelly, tentakel dengan jumlah yang tak terhitung pun menyerang dari atas. Tentakel tersebut terlihat seperti tombak-tombak tajam, tetapi penampilannya mirip dengan jelly yang menghalangi jalan.
“Jujur saja, kombinasi pertahanan Yue dan penyerangan Tio terasa seperti permainan yang licik.”
Pertahanan tak terkalahkan dan penyerangan berat sebelah pada saat bersamaan. Karena itulah Hajime tidak dapat melakukan apapun selain bergumam demikian. Melihatnya sebagai kesempatan, Shia perlahan-lahan mendekat ke sisi Hajime sambil menunjukkan belahan dadanya yang tidak bersembunyi itu. Benar-benar licik, saat ia mulai memohon dengan pandangan mata melirik ke atas sambil tersipu.
“Permisi, Hajime-san. Dadaku terbakar, jadi bisakah Hajime-san mengoleskan obat di sini?”
“… Haah, tidakkah kau mengerti situasi kita?”
“Yah, aku rasa tidak akan ada masalah karena Yue-san dan Tio-san itu tidak terkalahkan… Selain itu, jika aku tidak menarik perhatian saat ini, aku akan dikalahkan oleh Kaori-san juga…”
Shia mengatakannya sembari mendekati Hajime untuk memamerkan luka bakar pada belahan dadanya.
Kemudian,
“Bawalah kesucian serta kesembuhan menuju tempat ini – ‘Heaven’s Blessing/Berkat Surgawi’.”
Kaori menyembuhkan luka Shia sambil tersenyum dengan cantik. “Ahh~ padahal itu kesempatan agar dadaku disentuh!” Shia bersedih, sementara itu yang lainnya menatap gadis itu dengan dingin.
“Hm? … Hajime, kelihatannya jelly ini juga melelehkan sihir.”
Saat Hajime memberi Shia yang bersedih itu tatapan dingin, Yue mengatakan ini padanya. Ketika Hajime memperhatikan, dia dapat melihat beberapa bagian dari dinding pembatas Yue meleleh.
“Mhm, Aku juga berpikir demikian. Aku merasa aneh bahwa apiku yang sebelumnya kehilangan kekuatannya. Sepertinya, jelly ini juga melelehkan kekuatan sihir di dalam api itu.”
Jika yang dikatakan Tio itu benar, artinya jelly ini mampu melelehkan kekuatan sihir. Kemampuan yang kuat dan merepotkan. Sesuai standar demonic beast Dungeon Agung.
Meskipun harusnya belum mendengar apa yang dipikirkan Hajime, akhirnya sosok demonic beast yang mengendalikan jelly tersebut muncul.
Sosok tersebut muncul menembus retakan-retakan yang ada pada langit-langit, terdiam di udara, kemudian mulai berubah bentuk. Humanoid semi-transparan dengan bentuk lengan seperti sirip, bintik-bintik merah berkilauan pada sekujur tubuhnya serta memiliki dua ‘tanduk perasa’ yang tumbuh di atas kepalanya. Sosok berlengan ‘sirip’ yang berenang di udara ini menyerupai Clione. Yah, lagipula, seekor Clione setinggi sepuluh meter ini bukan apa-apa kecuali monster.
Tanpa gerakan pendahuluan apapun, tentakel-tentakel tertembak keluar dari tubuh raksasa Clione ini. Pada saat bersamaan, jelly tersemprot dari kepalanya seperti hujan.
“Yue, serang dia juga! Serahkan pertahanan padaku! ‘Divine Interruption’!”
Menggunakan skill turunan dari ‘Delayed Activation’, Kaori mengaktifkan ‘Divine Interruption’ yang manteranya ia baca sebelumnya. Mengangguk ke arah Kaori, Yue mengarah menuju Tio, dan bersama-sama mereka menembakkan lidah api ke arah Clione raksasa. Shia juga mengubah mode tembakan Doryukken dan menembak makhluk itu.
Clione telah terkena semua serangan mereka dan tubuhnya tercecer ke segala arah. One hit kill! Yue dan dua gadis lainnya menunjukkan ekspresi puas, tetapi Hajime mengeluarkan peringatan kepada mereka.
“Masih belum! Hawa keberadaannya masih ada. Kaori, pertahankan dinding pembatasnya… Apa-apaan ini, hawa keberadaan demonic beast ini masih ada di seluruh ruangan…”
Kemampuan persepsi Hajime menangkap hawa keberadaan demonic beast tersebut. Apalagi, semua yang dilihat oleh Mata Sihir-nya terselimuti warna hitam kemerahan, seakan ruangan ini adalah demonic beast itu sendiri. Ini adalah situasi yang tidak pernah dia hadapi sebelumnya, jadi kedua mata Hajime menjadi lebih tajam secara naluriah.
Tepat setelahnya, seakan merasakan kecemasan Hajime, Clione yang tercecer itu beregenerasi dalam sekejap. Ditambah lagi, di perutnya terdapat ‘bintang laut’ dan ‘ular laut’ yang mereka hadapi dan kalahkan. Makhluk-makhluk itu meleleh sembari mengeluarkan bunyi mendesis.
“Hmm, kelihatannya demonic beast yang Aku anggap lemah itu memang benar-benar demonic beast biasa, dan kelihatannya mereka adalah makanan makhluk ini… Tuan. Tidak masalah jika demonic beast ini terus beregenerasi. Tetapi di mana batu sihir miliknya?”
“Karena Tio-san menyinggung ini, kenapa aku tidak bisa melihat batu sihirnya meskipun makhluk tersebut transparan?”
Menyetujui asumsi Tio, Shia kini menatap Hajime, tetapi Hajime menunjukkan ekspresi penuh kesulitan sambil mencari lokasi batu sihir Clione raksasa itu.
“… Hajime?” Ketika Yue memanggil, Hajime menggaruk-garuk kepala dan melaporkan apa yang dilihatnya barusan.
“… Tidak ada. Makhluk itu tidak memiliki batu sihir.”
Kata-katanya membuat mereka semua bingung.
“H-Hajime-kun? Jika tidak memiliki batu sihir… Kalau begitu, bukankah artinya ‘dia’ bukan demonic beast?”
“Aku tidak tahu. Namun, jika harus kukatakan, tubuh milik jelly itu, semuanya adalah batu sihir. Mata Sihir-ku melihat sekujur tubuhnya terselimuti warna hitam kemerahan. Selain itu, berhati-hatilah karena seluruh ruangan ini juga terbungkus warna yang sama. Atau mungkin kita sudah berada di dalam perut makhluk tersebut.”
Bersamaan dengan waktu ketika Hajime memberitahukan tentang fakta mengejutkan tersebut, Clione raksasa mulai menyerang mereka lagi. Kali ini, tidak hanya tentakel-tentakel yang menyerang ketika jelly menghujani mereka, tetapi kaki-kaki Clione juga memasuki air laut dan beberapa bagian tubuhnya ditembakkan seperti torpedo.
Hajime mengeluarkan senapan besar berwarna hitam dari ‘Treasure Box’. Senapan besar ini memiliki ‘tabung gas’ yang terpasang pada tempat peluru, dan juga tinggi mutu yang tak bisa dipercaya.
Itu sudah selayaknya. Lagipula, itu bukanlah senapan…
FWOOOOSH!!
Itu adalah penyembur api. Batuan Api berbentuk cair membuat penyembur ini menyemburkan api bersuhu 3.000oC. Semburannya bukan ditujukan pada Clione, bukan juga pada tentakel maupun semprotan jelly, melainkan pada ‘dinding’ yang memberi reaksi hitam kemerahan. Clione tersebut dipercayakan pada Yue dan dua gadis lainnya.
Mungkin karena Clione ini memiliki kemampuan meniru, dindingnya tidak terlihat berbeda dari biasanya, tetapi lidah api yang dilepaskan oleh Hajime ini membakar dan mengupasnya dari dinding seperti wallpaper. Hajime merasa agak lega karena yang ada di dinding itu bukan Clione raksasa lain.
Akan tetapi, jelly transparan terus bermunculan melalui celah-celah dinding, tidak peduli seberapa keras kau membakarnya, dan akhirnya jelly tersebut muncul dari bawah kaki Hajime. Sol sepatunya merasakan suara desisan.
Intensitas serangan pada tubuh asli Clione oleh Yue, Shia, dan Tio juga meningkat, dan bahkan Clione raksasa sepertinya mulai serius saat jelly tumbuh dari seluruh dinding dengan momentum yang dahsyat. Ditambah lagi, tingkat ketinggian air meningkat sebelum mereka menyadarinya. Pada awalnya, air hanya setinggi paha, tetapi kini meningkat menjadi setinggi pinggang. Bagi Yue, area dadanya telah terbasahi oleh air.
Yue dan dua gadis lain telah mengalahkan Clione raksasa ini berkali-kali, tetapi jelly yang mengelilingi mereka segera terkumpul, dan pada akhir pertarungan sudah tidak terlihat lagi.
Itu adalah situasi yang sangat buruk jika mereka tidak menemukan cara untuk mengalahkannya, dan mereka akan mati tenggelam. Saat kekuatan bertarung mereka berkurang, mereka tidak akan mampu terus menerus menyerbu Clione itu. Kalaupun mereka mengaktifkan sihir pembatas dan memasuki kapal selam, dinding pembatas itu akan meleleh kecuali mereka menemukan cara untuk mengalahkan Clione raksasa tersebut.
Demikianlah, Hajime memilih untuk mundur. Namun seluruh jalur telah terhalangi oleh jelly. Hajime dengan gelisah melihat sekeliling. Kemudian, dia menemukan celah di tanah yang menyebabkan pusaran air masuk.
“Aku akan setidaknya menyelamatkan kita dari situasi ini. Di bawah tanah juga terdapat ruangan. Yah, aku tidak tahu tempat itu terhubung ke mana, jadi persiapkan diri kalian!”
“Nh.”
“Ya~”
“Dimengerti.”
“Oke!”
Menerima jawaban mereka semua, Hajime menggunakan ‘Transmutasi’ ke arah celah itu, sambil memutar-mutar penyembur api demi membakar jelly yang akan datang ke arah mereka. Celah tersebut dipaksa untuk membesar dan berangsur-angsur sebuah lubang yang dalam terbuka.
Sembari masih berada di bawah air, Hajime mengeluarkan sebuah tabung sepanjang 15 cm serta berdiameter 3 cm. Di tengahnya adalah bagian mulut pipa selam permukaan. Itu adalah tabung oksigen kecil yang diciptakan dari batuan berisikan sihir Spasial, menggunakan sihir Penciptaan. Demikianlah, bagian dalam tempat diletakkannya oksigen pun membesar, seperti ‘Treasure Box’.
Namun, ketika melakukan persiapan di Elisen, Hajime memprioritaskan peralatan yang rusak dan hilang. Apalagi, sulit baginya menggunakan sihir Spasial, jadi ruang yang diciptakan jauh lebih sempit dibanding ‘Treasure Box’. Karena itu, tabung-tabung oksigen kecil ini hanya dapat bertahan sekitar 30 menit.
Melihat pembatasan waktu di ujung pikirannya, Hajime berulangkali ‘mengubah bentuk’ air, dan tidak lama kemudian, dia mengeluarkan lubang perlindungan dari ‘Treasure Box’ saat tidak ada lagi reaksi di tanah. Setelah menetapkan jangkar di dasar perairan, Clione menyerang.
Mengikuti itu, Hajime menarik pelatuknya untuk menghancurkan lantainya.
KABOooOOOOoom~!!
Di dalam air, suara petir yang teredam pun terdengar dan tersebar melalui getaran.
Pada detik selanjutnya, air mengalir ke dalam lubang yang dimasuki tersebut dengan momentum yang dahsyat. Air laut yang telah mencapai sekitar pinggang seketika mulai mengalir dengan hebatnya. Ini menyebabkan Yue dan tiga orang lainnya tersapu dan terlempar ke lubang.
Dalam arus yang deras itu, Hajime mati-matian berusaha melawan arus dan mengeluarkan sebuah batu raksasa dan granat pembakar yang tak terhitung jumlahnya melalui ‘Treasure Box’. Setelah itu, dia melemparkannya berbarengan dengan saat ketika dirinya tersapu menuju ruangan di bawahnya bersama Yue dan tiga orang lain.
Di belakang Hajime, suara redaman dari raungan-raungan terdengar. Akan tetapi, Hajime tidak bisa memastikan apakah dia berhasil mendapatkan sedikit saja waktu untuk melawan pengejaran Clione raksasa.
0 Comments
Posting Komentar