Tugas Johann
Penerjemah: Hikari
Benno menyelesaikan dokumennya sementara aku mengobrol dengan Freida. Perlu waktu beberapa hari sampai pendaftarannya diproses, yang berarti urusan kami di Serikat Pedagang sudah selesai.
“Sudah dulu ya, Freida.”
Aku melambai selamat tinggal pada Freida dan berjalan sendiri ke tangga, tapi lantai dua dipenuhi banyak sekali orang sehingga aku perlu Benno untuk menggendongku dan menghindarkan diri remuk oleh kerumunan. Begitu Benno mengambil langkah pertamanya ke lantai untuk mendorong maju, sebuah suara teriakan kencang bergema dari antara gumaman orang banyak.
“Tunggu! Tolong, tunggu! Gadis Firma Gilberta!” teriak orang itu. Benno dan aku menatap satu sama lain.
“...Kelihatannya Corinna punya penggemar berat.”
“Bodoh. Kau sedang kugendong, pasti yang dia maksudkan adalah kau. Mengabaikan hal yang tidak kau suka tidak akan mengubah kenyataan.”
Tapi maksudku... Aku tidak ingin bicara dengan siapapun yang berteriak di tempat dengan orang sebanyak ini. Terutama kalau dia memanggilku “gadis Firma Gilberta” saat aku bahkan bukan anaknya Benno.
“Aku sama sekali tidak suka dengan cara orang-orang menatap kita saat ini, jadi ayo pergi ke luar. Dia akan mengikuti kita kalau itu benar-benar penting,” kataku, mendesak Benno untuk cepat-cepat saat kami keluar dari Serikat.
Sesuai dugaan, orang itu mengikuti kami. Benno berhenti di depan alun-alun pusat di luar Serikat dan menurunkanku. Aku berbalik untuk melihat seorang pemuda dengan rambut jingga terang terikat di belakang kepalanya melesat keluar dari Serikat dan mulai berlari ke sini.
...Oh, dia Johann.
Sementara aku memikirkan fakta bahwa aku selalu mengenakan pakaian magang Firma Gilberta-ku saat memesan barang dari Johann, dia akhirnya mencapai kami.
“Ada urusan apa?” tanya Benno dari belakangku. Johann, yang saat ini sedang terengah-engah, berlutut di depanku dan air mancur di tengah kumpulan kerumunan pejalan kaki yang melintasi alun-alun pusat.
“Tolong jadilah patronku!”
...Apa kau bilang?!
Aku bisa merasakan tatapan tajam dari orang-orang pada kamj. Aku bahkan mendengar beberapa dari mereka yang berbisik-bisik bertanya apa yang terjadi, yang membuatku merasa amat canggung.
“Um, Johann, ada banyak orang di sini, jadi mungkin kita sebaiknya pergi ke lokakaryamu?”
“Tidak,” jawab Benno. “Kalau kau ada sesuatu yang ingin dibicarakan, kau bisa datang ke tokoku.”
Benno menolak ide agar kami pergi ke toko Johann, dan malah berkata kami sebaiknya bicara di tempatnya. Kupikir akan lebih baik pergi ke sana karena Johann salah mengira bahwa aku adalah anak Benno, tapi dia tidak membiarkannya begitu saja.
“Akan lebih baik bagimu dan aku untuk sama-sama tahu apa yang akan kau lakukan berikutnya. Bicaralah dengan ada aku dan Lutz di sana.”
“Baiklah. Kalau begitu, Johann, maukah kau datang ke Firma Gilberta denganku?” tanyaku, dan Johann berdiri, matanya berbinar-binar.
“Ya, tentu saja. Ayah mana yang tidak akan khawatir mengirim putrinya ke sebuah lokakarya sendirian saja?”
“Dia bukan ayahku!”
“Dia bukan anakku!”
Benno dan aku berteriak serempak di saat yang sama. Sementara mulut Johann menganga dan matanya membelalak, aku melangkah maju dengan mantap dan menatapnya.
“Aku Myne. Benno banyak sekali membantuku, tapi dia bukan ayahku, dan aku bahkan bukan seorang murid magang di Firman Gilberta.”
“Apa? Tapi kau mengenakan pakaian magang mereka, dan kau punya kartu serikat...” Bergumam tidak percaya, Johann memucat dan mulai menyebutkan semua alasan kenapa dia berpikir aku dan Benno berhubungan.
“Myne adalah penyelia dari lokakaryanya sendiri dan aku adalah wali keuangannya. Dilihat dari umurmu, kurasa kau ingin bicara tentang ujianmu? Cukup bagus kalau begitu, ikuti aku.” Benno bicara dengan helaan napas menyerah, kemudian menggendongku dan mulai berjalan. Tepat karena hal seperti inilah yang membuat orang-orang berpikir kami berhubungan, tapi dia begitu tidak suka lambatnya kecepatan jalanku untuk mengabaikannya. Dia berjalan dengan kecepatannya sendiri, memaksa Johann untuk mempercepat langkahnya dan Lutz jadi berlari-lari kecil.
“Hei, apa mereka berdua benar-benar tidak punya hubungan keluarga?” Johann diam-diam menanyai Lutz, menolak untuk menyerah soal ini.
“Tidak ada. Master Benno adalah seorang bujangan,” balas Lutz dengan jengkel.
Benno mendengar percakapan bisik-bisik mereka dan memelototi Johann, yang bergidik ketakutan dan menegakkan tubuh. Aku melihat itu semua karena melihat dari atas bahu Benno.
Saat kami masuk ke kantor Benno, Lutz mengikuti Mark naik ke lantai atas untuk membuat teh. Johann sebagai perajin biasa di sebuah tempat pandai besi, mungkin tidak pernah dibawa masuk ke kantor pemilik toko besar sebelumnya. Dia melihat sekeliling dengan takut-takut sambil duduk di kursi yang dipersilakan padanya. Sulit untuk memikirkan kalau dia adalah orang yang sama dengan yang dengan terang-terangan berteriak “Tolong jadilah patronku!” di tengah keramaian alun-alun.
“Benno, ujian apa yang kau katakan tadi?” tanyaku sambil bersandar pada meja, memanjat ke kursiku sendiri.
Mata Benno beralih pada Johann. “Itu urusanmu, Johann. Kau yang jelaskan.”
Johann tersentak dan menegakkan punggungnya sekali lagi saat dipelototi Benno. Dia melihat antara aku dan Benno beberapa kali sambil mencari kata-kata. Pada akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam dan mulai bicara.
“...Saat seorang leherl di Serikat Pandai Besi menginjak usia dewasa, mereka harus menjalani ujian untuk diakui sebagai orang dewasa.”
Johann pasti bukanlah orang yang pandai bicara, karena dia berkata dengan nada pelan dan berhati-hati saat mencari kata-kata. Ujiannya adalah membuat salah satu pelanggan yang mengakui kemampuanmu untuk mendanai usahamu sebagai seorang patron; patron itu akan memberikan leherl tersebut sebuah tugas yang harus diselesaikan dalam setahun. Beberapa patron akan meminta senjata dan yang lain barang keperluan sehari-hari.
Yang lebih penting daripada tugas itu sendiri, meski demikian, adalah patron yang mereka dapatkan. Kepuasan mereka terhadap produk yang selesai tentu saja penting, tapi apa yang paling menentukan adalah memastikan kelanjutan dukungan bagi lokakarya ke depannya. Jika seorang pandai besi gagal dalam ujiannya, kontrak leherl mereka akan dianulir dan dibatalkan, memaksa mereka untuk turun ke posisi lehange.
“Tapi kau sangat terampil, Johann. Bukanakah akan mudah bagimu untuk menemukan seorang patron?” tanyaku penasaran.
Johann menurunkan pandangannya sebelum menggeleng pelan kepalanya. “Aku... Aku...aku selalu jadi rewel tentang rinciannya, jadi pelanggan tidak begitu menyukaiku.”
Johann ingin rincian yang teliti tentang pesanannya dan akan berulang kali mengajukan pertanyaan untuk menemukan detailnya, yang mana membuat para pelanggannya berkesimpulan bahwa dia sama sekali tidak terampil sampai tidak bisa membuat apa pun tanpa instruksi yang menjemukan. Dalam beberapa kasus, tidaklah salah untuk menyimpulkan bahwa hal yang menjadi ciri seorang pandai besi yang terampil adalah kemampuan untuk membuat apa yang seorang pelanggan inginkan hanya berdasarkan instruksi kasar, tapi Johann memiliki kemampuan untuk membuat instruksi terperinci menjadi kenyataan, dan kurang lebih melakukan semua pesanan teliti yang diterima lokakaryanya itu sendiri saja.
Sudah pasti, penyelia dari lokakarya Johann tidak ingin membiarkan dia pergi, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan kalau Johann tidak melewati ujian Serikat Pandai Besi.
“Aku adalah satu-satunya leherl di seluruh Serikat yang tidak punya patron... Dan aku akan menginjak usia dewasa di akhir musim gugur, jadi aku benar-benar dalam keadaan terdesak saat ini.”
Ada upacara pembaptisan di awal setiap musim, dan upacara kedewasaan di akhir setiap musim. Berdasarkan berapa lama lagi kami akan masuk musim gugur, Johann benar-benar tidak punya banyak waktu yang tersisa untuk menemukan seorang patron.
“Maaf membuat Anda menunggu, Master Benno.”
Lutz dan Mark menuruni tangga sambil membawa teh. Mark membagikan cangkir-cangkirnya sebelum pergi dan Lutz pindah ke belakang Benno, yang menyerupu tehnya sebelum melirik Johann.
“Myne memang adalah seorang penyelia, tapi dia masih anak kecil. Aku yakin atasanmu tidak begitu senang dengan hal itu,” kata Benno, membuat Johann sedikit menyusut.
“Memang tidak, tapi gadis ini adalah satu-satunya pelanggan yang membawakan bagan yang terperinci untukku...”
Kelihatannya sebagian besar orang tidak setuju kalau seseorang yang di bawah umur sepertiku menjadi seorang patron, alasannya adalah tidak banyak anak kecil yang memiliki uangnya sendiri untuk digunakan. Tapi aku memiliki kartu serikat, aku menghargai bakat Johann, dan aku memiliki riwayat membuat pesanan besar. Selain itu, aku dengan senang hati menjawab pertanyaan mendetail Johann, memuji pekerjaannya, dan secara khusus meminta dia yang mengerjakan.
Kelihatannya dengan meminta dia bekerja beberapa kali, aku jadi memiliki kualifikasi untuk menjadi patronnya. Tapi karena aku masih di bawah umur, aku akan memerlukan ijin dari orang tua atau wali.
“Kau adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi patronku sekarang. Atasanku menendangku keluar dari lokakarya dan mengatakan ini adalah sebuah pilihan yang kemungkinannya kecil, tapi aku harus mencobanya.”
Kelihatannya dia berkesimpulan bahwa putri dari sebuah toko besar akan bersedia menjadi seorang patron untuk pertunjukkan sementara anak itu sebenarnya menggunakan uang ayahnya. Selain itu, Johann akan mendapatkan nama baik dengan mendapatkan Firma Gilberta sebagai patron.
“Ternyata kalian tidak ada hubungan...” Johann memerosotkan bahunya.
Karena Benno menggendongku di sekitar lokakarya dan Serikat Pedanga, ditambah lagi aku mengajukan pesanan mahal sambil mengenakan baju magang Firma Gilberta, kelihatannya semua orang berpikiran kalau aku pastilah anaknya. Yang mana mengingatkanku Otto pernah mengatakan bahwa kami seperti ayah dan anak bagi setiap orang di sekeliling kami. Mengingat perbedaan usia kami, aku tidak bisa menyalahkan mereka.
Tapi bagi Benno yang seorang bujangan, ini benar-benar membuat frustrasi. Dia memelototiku dengan tatapan tajam.
“Tentu saja Myne bukan putriku. Aku tidak akan membesarkan orang bodoh yang tidak punya akal sehat sepertinya. Putriku setidaknya harus memiliki nalar sebaik Corinna,” kata Benno, yang telah membesarkan adiknya sendirian setelah orang tuanya meninggal saat mereka masih muda.
Aku mengerutkan bibirku menjadi sebuah cemberut tajam dan memelototinya sebisa mungkin. Tapi sayangnya Benno sudah jelas lebih kesal karena dianggap ayahku daripada aku yang dikira putrinya.
“Berarti kau tidak bisa menjadi patronku, ya...” Johann, menangkap maksud dari suasana tegang ini, mulai berdiri dengan ekspresi kalah.
Tapi aku menyambar lengan bajunya. Ada sesuatu yang kuinginkan darinya tidak terlepas dari urusan ujian serikat ini. Keperluannya menemukan seorang patron adalah sebuah kebetulan yang pas.
“Benno, Benno. Eheheh. Ada sesuatu yang aku Johann buatkan.” Aku tersenyum pada Benno sambil masih memegangi lengan baju Johann, dan dia pun menggosok pelipisnya sambil menghela napas yang mengisyaratkan padaku bahwa dia sudah menduga ini akan terjadi.
“Baiklah. Aku akan memberimu izin sebagai walimu dan menjadi penjaminnya.” Benno mengizinkan sambil melambaikan tangan dengan acuh. Yang paling terkejut melihatnya memberikan persetujuan dengan begitu santainya seperti itu adalah Johann.
“Um, kalau patron kehabisan uang, maka si penjamin harus...”
“Kau pikir seorang pedagang tidak tahu apa artinya menjadi penjamin? Jangan pikirkan itu. Aku tidak perlu khawatir tentang Myne yang kehabisan uang. Menjadi penjaminnya sama sekali bukan masalah,” kata Benno sambil mengangkat bahu. Dia tahu bahwa sekalipun aku kehabisan uang, aku bisa mendapatkannya lagi dengan menjual buku yang kami cetak sekarang, dan infoku tentang lilin akan lebih membantu memuluskan semuanya.
“Kau baru sjaa mendapatkan seorang patron yang tidak akan kehabisan uang, kau tahu.”
Setiap perajin ingin mendapatkan seorang patron kaya lebih dari apa yang bisa mereka ungkapkan. Kata-kata Benno membuat Johann cerah karena sangat senang.
“Itu hebat! Kau benar-benar akan menjadi patronku, Myne? Uh, maksudku... Nona (Miss) Myne?” Johann tergagap saat memikirkan bagaimana caranya memanggilku, membuatnya mendapat pukulan ringan dari Benno.
“Hei, kau tahu ‘kan kau harus menghormati patronmu? Aku tahu dia hanyalah seorang gadis kecil dalam penampilan dan usia, tapi dia membayarmu agar kau tetap hidup. Panggil dia Nona (Lady) Myne kalau kau benar-benar mengerti maksudnya.”
“Maaf, Nona Myne, kalau begitu.” Johann buru-buru meralatnya.
Aku tersenyum dan melambaikan tangan untuk mengatakan kalau dia tidak perlu khawatir soal itu—aku tidak begitu peduli dengan panggilan dari orang-orang. Gelar tidaklah penting bagiku, tapi tugas yang akan kuberikan padanya.
“Baiklah, Johann. Kurasa aku akan punya katalog dan bagan terperinci dari apa yang kuingin kau buat di lokakaryamu besok.”
Kalau aku mengerahkan segenap usahaku ke sana, aku bahkan mungkin bisa mengatasi masalah proses produksi dan detail lebih rinci pada bagannya pada akhir hari ini. Aku mengepalkan tinju dengan penuh tekad sementara Johann mengerjapkan mata dengan terkejut.
“Huh? Katalog? Maksudnya, beragam hal? T-Tapi ujian ini seharusnya hanya membuat satu barang.”
“Yah, ini adalah satu barang. Huruf-huruf logamnya adalah bagian dari satu set.”
Ketiga-puluh-lima abjad di dunia ini memiliki huruf kapital dan huruf kecil seperti bahasa Inggris, tapi di luar itu masih mirip dengan hiragana dan katakana Jepang. Sudah jelas, aku akan membutuhkan huruf-huruf logam untuk huruf kapital dan huruf kecilnya—bagaimanapun, istilah “huruf kapital” dan “huruf kecil” secara historis berasal dari kasus-kasus yang memiliki huruf-huruf logam ini yang diatur di toko-toko percetakan. Lima puluh buah untuk setiap bunyi vokal dan dua puluh buah untuk setiap konsonan seharusnya cukup.
“Kalau aku akan menjadi patron-mu, aku ingin kau membuat huruf-huruf logam. Kurasa ini akan menjadi tugas yang berat karena setiap hurufnya dibuat sangat mendetail dan ada banyak, tapi yah, begitulah. Apa kau menyesal memilihku menjadi patronmu?”
Aku memberikan penjelasan singkat tentang apa itu huruf-huruf logam, yang membuat Johann mengerjapkan mata dengan mata terbelalak kaget. Dia memandangi Benno dan Lutz untuk meminta bantuan, dan mereka berdua kemudian saling bertatapan sebelum bertukar anggukan ringan.
“Dengarkan lebih lanjut apa yang orang katakan. Sudah kubilang dia adalah patron yang bagus karena dia tidak akan kehabisan uang, ‘kan? Kau seharusnya memikirkan kenapa aku tidak mengatakan hal yang lain,” kata Benno.
“Kalau kau pikir kau tidak bisa mengikuti kegilaan Myne, kau sebaiknya menyerah sekarang dan temukan orang lain. Dia selalu seperti ini,” Lutz menambahkan.
Sulit untuk mengatakan apakah mereka sedang memberikan peringatan atau dukungan. Tidak peduli yang mana, Johann mengepalkan tinju di pangkuannya dan memejamkan mata rapat-rapat. Setelah beberapa saat berpikir masak-masak dia menatapku, matanya dipenuhi dengan tekad.
“...Aku akan melakukannya. Tolong jadilah patronku.”
Aku menjalankan semuanya dengan kecepatan tinggi dan menyelesaikan bagan serta instruksi mendetailnya sebelum hari berakhir. Aku kemudian membawanya ke lokakarya Johann keesokan paginya. Dinilai dari betapa terkejutnya dia saat aku tiba, dia pasti sebenarnya tidak mengira aku akan menyelesaikan bagannya begitu cepat, tapi itu membuatnya begittu bersemangat jadi aku yakin dia akan baik-baik saja.
“Kelihatannya kita satu langkah lebih dekat dengan percetakan yang bisa digerakkan, Lutz.”
“...Kau benar-benar kelihatan sedang bersenang-senang, Myne.”
“Kalau kita bisa mengatasi tantangan kali ini, percetakan dengan huruf yang bisa digerakkan akan berada tepat di depan mata. Begitu Johann menyelesaikan huruf-huruf logamnya, aku akan memodifikasi sebuah alat percetakan untuk membuat percetakan yang sebenarnya. Itu baru ada di musim semi, walau begitu. Aku harus menghabiskan musim dingin untuk menghasilkan banyak uang.”
---o0o---
TL Note:
Patron : Berdasarkan chapter ini, patron bisa dibilang semacam pihak sponsor mnurut istilah era modern kita.- Myne-san dan Myne-sama : Di raw englishnya sebenarnya menggunakan Miss Myne dan Lady Myne, tapi karena spertinya krg pas
0 Comments
Posting Komentar