AKHIRNYA, KEMBALI KE KEHIDUPAN SEHARI-HARI
(Translator : Zerard)
“Yah, kamu membuat itu terdengar seperti terlalu positif sekali…” Gadis Guild mungkin tidak mengalaminya sendiri, namun kalimat gadis itu menghangatkan hatinya dengan campuran rasa syukur dan cemas.
“Ya.” Priestess, akhirnya telah menyelesaikan laporannya, mengangguk, tidak dapat mengatakan apapun lagi. Di dekat tangan adalah secangkir the hitam yang telah di tawarkan oleh Gadis Guild kepadanya. Priestess menyeruput satu atau dua kali cairan hangat itu, dan kemudian berkata “Ya” kembali dengan pelan. “Sangat sulit bagi kami… Tapi Goblin Slayer… Seekor ogre? Siapa yang dapat menyangka?”
“Kurasa Orcbolg akan baik-baik saja.” High Elf Archer berkata dari sampingnya. dia telah membantu membuat laporan, dan sekarang dia menepuk meja penuh frustrasi dengan tangannya. “Tapi gadis ini! Dia ini sudah benar… benar-benar teracuni!”
“Teracuni…?” Nggak itu nggak… tersipu, Priestess melirik ke kiri dan kanan mencari bantuan.
“Yah, cepat atau lambat seseorang akan terinfluansi oleh pendahulunya.” Kalimat ini berasa dari Lizard Priest yang girang. Ekornya mengayun di atas lantai dan kedua matanya memutar senang. “Entah itu baik atau buruk, untuk terus dapat bergerak maju, sangatlah pantas di hargai.” Dia membuat gerakan tangan aneh, seraya memperhatikan bongkahan kerajinan besi besar yang menggantung di dinding ruang tunggu Guild. Adalah piagam dari sebuah petualangan dan bukti bahwa bab baru telah di tambah dalam sejarah Guild ini.
Spearman dan Witch, di antara yang lainnya, sedang mempelajari benda itu, bersama dengan party Heavy Warrior yang berada tepat di belakang mereka. Female Knight menjulurkan tangan untuk mencoba mengangkatnya, namun Heavy Warrior menghentikannya, wanita itu menatap kepadanya, cemberut.
Seharusnya aku membawa sekalian perisai bagus atau sesuatu untuk senjata itu.” Dwarf Shaman memperhatikan rasa takjub dan kagum dari mereka, meneguk fire wine dari kendinya, dan menjilat tetesan yang ada di jenggot dengan rasa puas. “Raksasa, vampire, dan terlebih lagi, ogre. Bahkan untuk standar kita saja, itu kumpulan yang ganas.”
“Benar sekali…” Gadis Guild mengangguk, memeriksa lembaran dan laporan petualang mereka. Jika di pikir kembali, belumlah begitu lama semenjak mereka telah menyelamatkan gadis bangsawan itu dari sebuah dungeon, sungguh luar biasa sekali petualangan kali ini juga, tampaknya mereka juga telah bekerja sama dengan petualang yang di kirim dari ibukota juga…
“Jadi siapa yang menjadi dalang dari semua ini?” High Elf Archer bertanya, mengayunkan kakinya.
Pertanyaan yang bagus. Orang misterius yang menghalau datangnya musim semi dan mempunyai ice witch dan ogre sebagai bawahan mereka.
“Benar,” Gadis Guild berkata, mengetuk kertas yang tertata rapid an memutuskan bahwa dia dapat mengatakan ini. “Kami berasumsi beberapa bawahan demon lord sedang merencanakan sesuatu, tetapi…”
Sepertinya pahlawan terhormat sudah menghancurkan mereka.
“Sungguh mengenaskan,” Lizard Priest berkata ringan. Tidak seperti Gadis Guild, tidak terdapat nada syukur maupun cemas dalam suaranya. Dalam pandangan Lizard Priest, selama dia dapat membangun legendanya dan membeli keju dengan hadiahnya, maka tidak ada yang perlu di ucapkan lagi. “Menyinggung pahlawan terhormat ini, tampaknya beliau cukup sibuk datang dan pergi.”
“Ya—seseorang dengan kekuatan seperti gadis itu mempunyai banyak hal yang perlu mereka lakukan,” Gadis Guild berkata.
“Para Silver terkesan seperti mengasuh anak-anak.” Lizard Priest berkata. Dwarf Shaman tertawa, sementara High Elf Archer mengeluarkan helaan kesal. Dia menggembungkan pipi—walau dengan sikapnya yang seperti anak-anak, gerakan itu memiliki keanggunan khas seorang High Elf—dan mengatakan, “Jadi, di mana Orcbolg?”
“Berdasarkan dari beliau...beliau merasa perlu untuk pulang sesekali . Walaupun kurasa dia sering melakukannya sih,” Gadis Guild berkata, setengah kecewa dan setengah menyerah.
“Huh!” High Elf Archer berkata dengan jentikan telinga penasaran. “Aku paham.” (Kalau begitu, mungkin gadis itu) “Kamu bisa berharap sama Orcbolg…terkadang.”
“Yah, kalau membahas siapa yang merasa paling sulit kali ini, aku rasa aku akan menominasi gadis dari kebun itu.”
“Benar, saya mendoakan beliau mendapatkan hari tenang, dan hal ini tidak akan menganggu pekerjaannya.”
“Maksudmu keju,” High Elf Archer berkata lelah, mengundang putaran mata riang dari Lizard Priest.
Seseorang tertawa, yang di mana menyebar ke keseluruhan grup hingga Keseluruhan Guild bergema dengan keriangan lembut.
“”U-um, kurasa—aku rasa teracuni bukan kata yang tepat…” Priestess berlanjut menyatakan keberanan, namun suaranya tenggelam di dalam gelombang tawa. Dia menggembungkan pipinya marah dan melototi semuanya, namun tidak ada seorangpun yang mempedulikan gadis itu. Ketiak Priestess berpaling wajah, cemberut, di sana terdapat Rookie Warrior dan Apprentice Cleric bersama dengan Harefolk Hunter. Warrior muda itu sedang menceritakan kisah petualangnya dengan bersemangat, di iringi dengan beberapa teguran dan selaan dari rekannya. Priestess tidak mengetahui seberapa banyak “experience points” yang mereka bertiga dapatkan, namun dia yakin warrior dan cleric itu, sudah tidak dapat lagi sebut sebagai pemula.
Dan dirinya—bagaimana dengand dirinya?
Priestess ingin mempercayai bahwa dia telah bergerak maju. Jika dia di tanya mantan rekannya…apa yang akan dia katakan kepada mereka?
Dia memejamkan matanya rapat dan memberikan gelengan kepala. Dengan gerakan paling elegan, High Elf Archer mengintip ke wajah gadis itu. “Kenapa? Hei, apa kamu benar-benar marah? Maaf soal tadi. Tadi itu maksudku adalah semacam pujian.”
Priestess menghela napas lega, melihat mata sang elf. “Nggak. Yah…” Kali ini dia yakin. “Mungkin aku sedikit kesal.”
Dia tersenyum menunjuk, mengundang ucapan “Apaaaa?” berlebihan dari temannya yang jauh lebih tua.
Menyadari betapa lucunya ini, betapa menyenangkannya, betapa berkahnya, Priestess mulai tertawa.
*****
Langit begitu biru di segala penjuru, namun dari jendela kebun, adalah biru yang dia kenali. Gadis Sapi melihat pada langit yang membentang di luar, menopang dagu dengan kedua tangan, dan menghela melankolis.
Aku tahu kenapa Paman Khawatir, tapi…
Setelah dia kembali, semuanya begitu menggangu, tidak pasti, namun juga melegakan. Ketika dia kembali ke kota, dia di jemput, di marahi oleh pamannya, di kejar oleh resepsionis, dia telah menunggu pria itu, pergi untuk menemuinya.
Dan kemudian semuanya telah berakhir.
Bahan produksinya telah menjadi buruk, namun setidaknya dia mendengar aransemen pamannya telah tepat waktu. Plot gelap yang berlangsung di sekitar area telah, konon, di taklukkan oleh beberapa petualang luar biasa.
Sekarang semuanya telah kembali seperti biasanya. Pria itu pergi untuk berpetualang bersama rekannya, selagi sang gadis tinggal di kebun. Itu karena, pamannya sudah tidak memperbolehkan dirinya keluar rumah lagi…
Setidaknya paman bisa membiarkanku mengantarkan pesanan sekali-kali.
Tubuhnya sudah mulai melembek—hal terakhir yang dia inginkan adalah menjadi gemuk—dan sangatlah sulit bagi pamannya untuk menangani semua pekerjaannya seorang diri. Tentu saja, memikirkan tentang keadaan pamannya, membuat Gadis Sapi tidak tenang. Dia tidak ingin membuat pamannya khawatir. Namun entah mengapa, walau di tengah kebingungan dan keraguan, satu hal yang tidak pernah dia rasakan adalah takut dan terror.
Setelah semua yang terjadi padaku, pastinya aku akan…?
Namun juga, mungkin dia mengetahui alasannya. Gadis Sapi tersenyum lembut, tertawa pada dirinya sendiri di mana tak seorangpun yang dapat melihat. Satu-satunya yang mendengar dia adalah kenari yang bercuit di sangkar. Gadis Sapi menyelipkan jarinya melewati sangkar dan berdiri dari kerangka jendela.
Yah, merajuk nggak bakal menghasilkan apapun!
“Mulai dari cucian deh!” dia berkata riang, menyemangati dirinya sendiri, dan kemudian dia bergegas melakukan pekerjaan rumah. Dia bekerja dari ruang ke ruang menarik selimut ranjang, dan kemudian melemparkannya ke ember cucian di halaman. Yang perlu dia lakukan hanyalah menambahkan air dan abu, dan dia siap untuk mencuci.
“Oooh,” dia bergumam, merinding pada air sumur yang dingin seraya dia menginjak-injak cucian dengan kakinya. Selimut itu berdecit di bawah kakinya, dia membuka penutup dan menguras air, kemudian mengulangi proses itu. Akhirnya, dia menggantung selimut itu di atas tali di halaman di bawah langit biru, membentangkan selimutnya dan dia selesai.
“Phew!” dia berteriak dengan ayunan dadanya yang besar. Dia mengelap keringat dari dahinya.
“Hrmph, sepertinya aku mencium susu—aku yakin ada banyak di dalam sana.”
“?!”
Suara serak itu mengejutkan Gadis Sapi, dia berputar mengarah suara itu. Dia merasakan hembusan angin. Sebuah angin kering dari arah matahari terbenam. Namun ketika dia merasakan angina itu berlalu, dia melihat bayangan hitam, kecil seperti noda di atas tanah. Bayangan itu berubah menjadi seorang sosok, pria tua menakutkan yang tampaknya dia telah berumur sangat panjang.
Seorang rhea tua. Gadis Sapi berkedip dan berkata, “Er, ada yang bisa ku bantu?”
“Mana bisa kamu bantu.” Rhea itu menggerakkan rahangnya untuk beberapa saat dan kemudian meludah dengan berisik. “Di sekitar sini—dia ada di sini kan?”
“?”
“Petualang, yang aneh.” Rhea tertawa, memaparkan gigi tidak rapinya. “Si tolol. Si bodoh, si tidak bertalenta yang bisanya hanya memperlakukan semuanya terlalu serius.”
Gadis Sapi memanyunkan bibir, sangat tidak terhibur. Dia tahu siapa yang di maksud oleh rhea ini, namun dia ingin mengatakan bahwa semua itu adalah salah.
“Ya, seorang petualang hidup di sini, tapi nggak ada yang seaneh yang kamu jelaskan.” Kalimat itu terdengar tajam, lebih agresif dari yang dia inginkan. Sang pria tua terkejut “Huh!” membuat Gadis Sapi tersadar. Ini bukanlah waktunya. Dia tahu bahwa tadi adalah kekanak-kanan, dan hendak membuka mulut untuk meminta maaf, namun—
“Jadi sepertinya, kalian berdua sudah benar-benar dekat ya, eh?”
Bahkan Gadis Sapi dapat memahami arti di balik nada mengejek itu. Semburan rasa malu menyebar di pipinya. “Kamu salah,” dia membenarkan pria itu.
“Ngomong-ngomong, seorang penyihir tua dulu pernah berkata sesuatu.”
Pergantian topik tiba-tiba dari sang rhea mengejutkan Gadis Sapi. “Pe-penyihir….tua?” hal itu membuatnya mengira bahwa itu adalah rhea yang ada di depannya. Rhea itu berkeriput dan tua.
Namun sang rhea, mungkin menerka pikiran sang gadis, mendengus tidak menyukai. “Dia bilang hal-hal kecil itu lebih berharga dari petualang besar. Dan seorang dwarf berkata sesuatu yang lain, “ Sang rhea berlanjut, dan Gadis Sapi mendapati dirinya condong mendekat. Suara pria itu sama sekali tidak indah, namun anehnya memikat. “Dia bilang di dalam dirimu, ada keindahkan yang bahkan nggak kamu ketahui.” Sebuah tangan layaknya cakar menjulur, dan Gadis Sapi secara tidak sadar mengambil langkah mundur, takut mengira pria itu akan memegang dadanya. Pria tua itu menyeringai bagaikan hiu dengan giginya yang tidak rata—sebuah ekspresi lebar dan liar. “Sampai jumpa kalau begitu gadis desa kecil. Senang aku mampir ke sini!”
Dan kemudian angin berhembus kembali.
“Eep!” Gadis Sapi menjerit, memejamkan matanya terkejut. Ketika dia membukanya, bayangan itu telah menghilang, seolah dia tidak pernah ada di sana. Seolah dia telah di masukkan ke dalam kantungnya.
“…Ap-apa-apaan tadi…?” Gadis Sapi menarik napas dalam dan menghelanya kembali, mencoba untuk menenangkan debar kencang dadanya. Terlintas di benaknya untuk menanyakan hal ini kepada pria itu, namun anehnya, dia merasa ide ini tidaklah benar. Lagipula, keseluruhan kejadian ini hanya berlangsung begitu singkat. Terdapat banyak hal di dunia ini di mana satu gadis manusia muda tidak dapat mungkin membayangkannya. Hal ini mungkin adalah salah satunya.
Dan sejauh dia berpikir, masih terdapat banyak hal yang lebih penting lainnya. “…Oh yeah, aku harus bikin makan malam!”
Dia akan membuat rebusan favorit pria itu dengan banyak susu. Dia memeriksa seberapa kering selimutnya, kemudian kembali ke dalam rumah dengan berlari kecil. Dia meletakkan bahan-bahan di dalam sebuah panci, mendidihkannya, dan mulai mengaduk. Tidak lama kemudian, sebuah aroma manis mulai mengambang keluar dari jendela bersama dengan angin.
Dia melihat sesosok figure hitam sedang berjalan kembali dari kota, swastamita merah kehitaman di belakangnya. Adalah sesosok petualang paling gila, paling menyedihkan, namun juga paling keren sedunia.
Gadis Sapi mulai bersenandung ketika dia melihat pria itu dari jendela, memberikan pria itu senyuman seraya pria itu masuk melalui pintu. “Selamat pulang!”
Dunia belum berakhir kemarin. Dunia telah berlangsung hari ini, dan Gadis Sapi yakin besok akan terus berlangsung.
Tidak ada hal yang lebih berharga dari itu.
2 Comments
Wih ganyangka si rhea bakal datang dong. Up terus min semangat 🙏
BalasHapusMantap, semangat min. Makasih tl nyaa~
BalasHapusPosting Komentar