Bab 1
Pertemuan Kembali
(Penerjemah : E-chan)
Setelah itu, pria tua tersebut memandu Eto dan party-nya, yang masing-masing telah memilih sebuah barang dari ruang harta, ke halaman depan istana kerajaan.
"Kakek, berkat Anda, saya bisa mendapatkan barang bagus di sana. Terima kasih banyak."
"Tidak masalah. Aku juga bisa melihat sesuatu yang menarik lagipula. Dari sini kau bisa tinggal meminta kesatria itu untuk memandu kalian keluar istana. Aku permisi dulu."
Pria tua itu kemudian pergi begitu saja, bahkan tanpa memberitahu namanya. Walaupun Eto berpikir dirinya seharusnya paling tidak menanyakan nama orang itu, pada akhirnya, karena dia tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap di hadapan penjaga ruang harta kerajaan, dirinya pun memutuskan untuk tidak melakukannya.
Meski demikian, kesatria itu, yang kebetulan ditugaskan di dekat tempat itu, kelihatannya tahu bahwa Eto dan party-nya memainkan peran penting dalam mengakhiri penyerbuan dan memperlakukan mereka dengan hormat sejak awal.
Kemudian, dipandu oleh kesatria itu, Eto dan party-nya berjalan melintasi halaman depan yang didekorasi dengan indahnya sambil mengagumi koridor bersejarah yang dipahat dengan halus di setiap sudutnya dan ruang Phoenix di mana para bangsawan secara berkala berkumpul untuk mengadakan pesta.
Semua anggota party Eto termasuk dirinya sendiri berasal dari pedesaan yang damai. Kecuali Eto, yang pernah tinggal di istana selama setahun sebelumnya, ketiga orang lainnya tidak pernah melihat dari dekat bangunan-bangunan bersejarah dan tradisional ini, membuat mereka terpukau oleh keindahan karya dari dinding-dinding dan pilar-pilar yang menopang bangunan itu sembari mereka berjalan.
Sorano kelihatannya tertarik dengan lukisan-lukisan dan patung-patung yang ditempatkan di kedua sisi koridor panjang itu. Sementara itu, Kohaku terkesan dengan begitu banyaknya lampu gantung di langit-langit koridor. Tapi mungkin karena dia mendongak untuk memandangi langit-langit sepanjang waktu, kaki-kakinya jadi agak goyah, membuat Amou harus menahan bahunya sambil mendengarkan sejarah istana kerajaan yang disampaikan oleh si kesatria. Tapi itu hal yang lumrah, karena bagi para rakyat jelata yang berasal dari pedesaan yang jauh seperti mereka, dapat melihat-lihat tempat ini adalah hadiah yang sebenarnya. Dan begitulah, sambil menikmati jalan-jalan di istana dengan perasaan tenang, mereka berempat menuju ke pintu keluar.
"Ini adalah area latihan bagi para kesatria dan prajurit yang bekerja di istana."
Di dalam bangunan yang dijelaskan oleh si kesatria, ada sebuah lapangan area latihan besar yang cukup untuk membuat orang-orang berpikir ini bukanlah di dalam ruangan. Lantai berlapis batu di lapangan latihan, dengan area yang dipisahkan oleh dinding setinggi dua meter. Ada juga tempat-tempat duduk bagi penonton.
"Benar-benar tempat latihan yang luar biasa. Hanya dengan melihat tempat itu, aku sudah bisa merasakan semangat berlatih yang ada di kerajaan ini.
Si kesatria mengangguk senang terhadap perkataan Eto.
"Para kesatria dan prajurit di istana juga mengadakan semacam turnamen beberapa kali dalam setahun. Selama mereka berperan aktif di sini, mereka akan diberikan kesempatan dipilih untuk pekerjaan besar."
Dan kemudian, berdasarkan rekomendasi dari kesatria itu, Eto dan party-nya memasuki lapangan latih tanding itu di mana mereka menemukan beberapa kesatria sedang berlatih pedang dan tombak. Sampai suatu ketika mendadak sekumpulan kesatria dan orang-orang berpakaian sehari-hari muncul di situ, dan ketika kesatria yang memimpin rombongan itu melihat Eto, mereka mendekat.
"Kau benar-benar akan berlatih tepat setelah mengikuti pertemuan resmi? Aku terkesan."
Pria yang Eto ajak bicara adalah seorang anggota dari pasukan bunuh diri yang melawan Mata Merah. Dan sebagai salah satu dari para kesatria, orang itu selalu bertindak sebagai penyerang garis depan bagi mereka. Sama seperti Eto, kesatria itu juga ikut dalam pertemuan resmi dengan Paduka Raja sampai beberapa saat yang lalu.
"Tentu saja tidak. Beberapa orang dari tempat kelahiranku yang akan bergabung dalam kesatriaan baru saja datang mengunjungiku. Karena ini sudah direncanakan, tidak mungkin aku menolak mereka."
Dengan seulas senyum getir, kesatria itu kemudian memperkenalkan setiap orang yang tidak lama lagi akan menjadi rekan kesatrianya pada Eto. Dia juga memberi tahu mereka bagaimana Eto dan juga party-nya bertarung dengan gagah berani saat operasi pasukan bunuh diri. Kelihatannya, kesatria-kesatria junior juga sudah diberi tahu beberapa hal tentang penyerbuan monster, yang mana bisa dilihat dari bagaimana mereka memandang Eto dan party-nya dengan hormat, tidak meragukan kata-kata si kesatria.
Akan tetapi, ketika Eto akan pergi, beberapa orang yang kelihatannya adalah bangsawan memasuki arena latihan. Mungkin karena dia baru saja melihat cara para kesatria berdiri dan berlatih, para bangsawan itu terlihat agak lemah di mata Eto. Titik tumpu tubuh mereka terlihat tidak bagus, menandakan bagaimana mereka tidak terlalu banyak menggerakkan tubuh mereka, apalagi berlatih fisik.
Dan ketika mereka melihat Eto beserta party-nya, yang berpakaian sebagaimana biasanya para petualang, orang-orang itu terang-terangan mengerutkan wajah.
"Siapa pengemis-pengemis ini? Siapa yang mengizinkan kalian memperlihatkan wajah-wajah kotor itu di sini?”
Si bangsawan muda mengerutkan wajah dan berkata seakan-akan dia baru saja melihat sesuatu yang tidak ingin dia lihat muncul di hadapannya.
‘Ah, ya ya. Tentu saja, pasti ada orang-orang semacam ini.’
Berpikir bahwa tidak perlu baginya untuk merasa marah pada orang seperti itu, Eto memandang si kesatria yang memandu mereka, mendesaknya untuk mengantar mereka pergi meninggalkan tempat itu. Memahami situasinya, si kesatria pun mengangguk.
“Mereka ini adalah orang-orang yang bekerja keras menyelesaikan masalah Penyerbuan Goblin dan belum lama ini diperkenankan untuk menghadiri pertemuan resmi dengan Paduka Raja. Saya rasa sikap kurang sopan terhadap mereka akan mempermalukan kehormatan istana kerajaan. Dan mengingat ada urusan yang harus ditangani, kami mohon diri.”
Si kesatria mungkin menilai bahwa menjelaskan siapa sebenarnya Eto dan party-nya, akan lebih baik untuk menghindari masalah yang akan datang. Dengan demikian, setelah memberi tahu para bangsawan informasi minimal tentang Eto, kesatria itu memimpin Eto dan party-nya untuk keluar dari arena latihan.
Tapi tiba-tiba, dari tengah-tengah kumpulan bangsawan itu, seorang pria muda berpakaian armor putih bersih pun muncul. Melihat sosoknya, Eto langsung menarik napas terkesiap dan menjadi kaku, terlihat kehilangan kekuatannya. Dia bergumam ‘Ah…aku akhirnya bertemu orang ini lagi, ya…’
Pria muda yang mengangkat dagu dan memandang ke bawah pada mereka adalah sang pahlawan, Ronaldo, yang dia temui untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Bab 2
Kedua Orang Yang Tidak Pernah Berubah
“Hoo, jadi kalianlah yang disebut-sebut sebagai pahlawan yang menyelamatkan ibukota kerajaan, ya. Kalian terlihat cukup bisa diandalkan. Hm? Kau… Bukankah kau Eto, yang lari dari party kita! Kenapa kau di sini?”
Ronaldo berkata dengan sarat emosi, seakan-akan dia sedang mempertunjukkan sebuah drama. Dan Eto memandang Ronaldo dengan tatapan dingin. Walaupun Eto menyadari perubahan dalam cara bicara Ronaldo, dia mengerti bahwa mungkin seperti inilah dia berbicara pada rakyat jelata yang tidak lagi menjadi anggota party-nya.
“Lama tidak bertemu, Ronaldo-sama. Ngomong-ngomong, aku tidak kabur dari party Hero, kau yang mengusirku keluar. Atau mungkin kau sudah lupa tentang itu? Dan, aku saat ini di istana kerajaan karena aku diperbolehkan untuk bertemu langsung dengan Paduka Raja atas pencapaianku dalam menyelesaikan penyerbuan yang terjadi beberapa hari yang lalu. Setelah pertemuan selesai, kesatria ini kebetulan berbaik hati memandu kami berkeliling istana kerajaan saat kami akan pulang.”
Setelah memberikan penjelasan singkat, Eto sekali lagi melirik pada si kesatria. Melihat sinyal Eto, kesatria itu segera menilai bahwa tetap berada di sini hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah bagi mereka.
“Baiklah kalau begitu, kami permisi dulu.”
Kesatria itu kemudian membawa Eto dan party-nya untuk keluar dari area latihan.
“Wah wah, padahal sudah lama sekali kita tidak bertemu, sikapmu itu sangat tidak bagus, Eto-san. Atau mungkin sebaiknya aku memanggilmu Eto, sang Pahlawan?”
Suara itu tidak diragukan lagi adalah milik Mirei, yang berbicara dari belakang Ronaldo. Sudah jelas, Eto tahu itu adalah suara Mirei bahkan tanpa melihatnya, tapi dia merasa bahwa cara wanita itu bicara lebih vulgar dibandingkan dengan saat Eto masih di party mereka, yang selalu kedengaran seakan-akan dirinya berada di posisi yang lebih tinggi. Eto kemudian mengalihkan pandangannya pada Mirei dan menundukkan kepalanya sedikit.
“Lama tidak bertemu, Mirei-sama. Ngomong-ngomong, aku bukanlah seseorang yang tepat untuk dipanggil pahlawan. Aku hanyalah seorang petualang yang menyelesaikan tugas yang dipercayakan padaku. Selain itu, tidak hanya kami, ada banyak petualang, kesatria, prajurit, dan penyihir lainnya yang juga ikut serta dalam operasi ini. Dan kami hanya bisa menyingkirkan ancaman bagi Kerajaan itu berkat pengorbanan mereka. Karena itulah, daripada aku, semua orang yang berpartisipasi dalam operasi ini adalah para pahlawan yang sebenarnya.”
Walaupun Eto berpikir jawaban itu terlalu tipikal, dia tahu bahwa dirinya tidak bisa menunjukkan sedikit pun kelemahan saat berhadapan dengan orang-orang itu, jadi dia memberi mereka sebuah tanggapan yang sempurna. Selain itu, memang hal itulah yang benar-benar Eto pikirkan.
Mendengar tanggapannya, Ronaldo dan Mirei menatap tajam Eto dengan raut wajah frustasi, mungkin karena mereka juga ingin dipanggil pahlawan karena menuntaskan masalah penyerbuan itu. Ketika Ronaldo menyadari pandangan dari sekeliling, dia cepat-cepat tersenyum, seakan-akan dia sudah mempersiapkan diri.
“Itu benar-benar luar biasa, Eto-kun. Kelihatannya kau melakukan yang terbaik bagi Kerajaan setelah meninggalkan party. Aku sudah mendengar beritanya juga. Kelihatannya kau menggunakan budak-budakmu dengan sangat baik.”
Berkata demikian, Ronaldo memandang rendah Eto. Dan Mirei, yang terlihat suram sampai saat tadi, mulai tertawa seakan-akan dia kembali berada di atas angin.
‘Ah, aku ingat tatapan-tatapan ini.’
Pada saat itu, Eto masih percaya bahwa Hero adalah seorang pria yang berkarakter. Atas alasan itu, dia tidak pernah menyalahkan Ronaldo yang selalu memandang rendah dirinya, malah dia benar-benar merasa bahwa dirinya bertanggung jawab untuk apapun itu. Tapi sekarang keyakinan semacam itu sepenuhnya hilang, satu-satunya hal yang Eto rasakan ketika menerima tatapan seperti itu adalah rasa tidak senang.
“Bahkan sekalipun kau bilang penyerbuan, lawan hanya sekedar Goblin, ya ‘kan? Jika Ronaldo-sama dan aku ada di ibu kota kerajaan pada saat itu, aku yakin bahkan kami pun tidak memerlukan bantuan Eto-san dan teman-temannya. Benar-benar patut disesalkan.”
Dari kata-kata tersebut, Eto bisa dengan jelas melihat betapa Mirei sepertinya telah kembali ke sikapnya yang sebelumnya yang berpikir bahwa dirinya berada posisi atas.
“Aku yakin sejumlah besar Goblin hanyalah ancaman kecil. Jadi, mereka yang mengalahkan para Goblin itu, tidak diragukan lagi, adalah para pahlawan. Selain itu, kita bisa mendapat lebih banyak prestasi dengan memusnahkan monster-monster yang lebih kuat, benar bukan?”
Dan kata-kata yang Ronaldo utarakan itu jelas tidak memperlihatkan rasa hormat sedikit pun pada mereka yang bertaruh nyawa bagi ibu kota kerajaan.
Bab 3
Kekhawatiran Sorano
Saat Eto mencoba mengatakan sesuatu untuk mengendalikan situasi tanpa membuat keributan, seorang kesatria yang mendengar percakapan mereka dari kejauhan tiba-tiba datang dan berdiri di hadapan Ronaldo dan grupnya.
“Hero-sama, saya sangat mengerti bahwa ini kurang sopan, tapi perkenankan saya untuk mengatakannya. Nama saya adalah Kirigan Hartfield dari divisi pertama kesatria. Dan dalam penyerbuan yang terjadi beberapa hari yang lalu, saya bergabung dengan pasukan bunuh diri bersama dengan party Eto-dono dan menyerang hingga ke bagian terdalam wilayah lawan. Hero-sama barusan berkata bahwa gerombolan Goblin hanyalah『sebuah ancaman kecil』, bukan begitu? Tapi apakah Anda tahu bahwa untuk mengirim kami pada pimpinan lawan, 2000 pasukan kavaleri dikerahkan oleh para kesatria dan pasukan kerajaan mempertaruhkan nyawa hanya demi membuka jalan bagi kami untuk mencapai pimpinan lawan? Dan dari 2000 pasukan kavaleri itu, lebih dari 600 orang kehilangan nyawa atau menghilang saat operasi tersebut. Walaupun kami mencoba untuk menyelamatkan mereka, beberapa di antaranya masih berada di antara hidup dan mati. Selain itu, banyak orang lainnya yang cedera parah atau kehilangan anggota tubuhnya, yang menyulitkan mereka untuk bekerja sebagai kesatria atau prajurit. Dengan demikian, apakah Hero-sama benar-benar berpikir 『sebuah ancaman kecil』 akan mengakibatkan korban jiwa sebanyak ini? Dengan segala hormat, kata-kata yang Hero-sama ucapkan adalah sebuah penghinaan bagi mereka yang mengorbankan nyawa demi melindungi ibukota kerajaan.”
Kesatria tersebut berbicara sambil menatap tegas Hero dan grupnya. Eto, tentu saja, paham bahwa ada banyak korban jiwa dalam operasi itu, tapi ini pertama kalinya dia mendengar angkanya secara spesifik. Dengan demikian, kata-kata kesatria itu juga bergema kuat dalam diri Eto dan party-nya, yang selamat dari operasi ini. Kemudian, para kesatria dan prajurit yang sedang berlatih di area latihan itu pun berkumpul dan berbaris di sebelah Kirigan, mengarahkan tekanan sunyi pada para bangsawan.
Di hadapan tekanan seperti itu, Ronaldo kelihatan goyah sesaat. Tapi, mungkin karena dia merasakan tatapan dari para bangsawan di belakangnya, dia dengan berani tersenyum, seakan menunjukkan sikap tenangnya.
“Tidak, tidak. Aku minta maaf jika kalian salah paham. Aku tidak berniat untuk mempertanyakan pengabdian kalian terhadap kerajaan. Tapi, sebagai mantan anggota party, aku hanya ingin mengeluh tentang Eto-kun, yang mendapat ketenaran dengan memanfaatkan budak-budak.”
Tidak perlu dikatakan lagi, tidak mungkin kesatria, yang menganggap Eto dan party-nya sebagai penolong yang menyelamatkan ibu kota dapat diyakinkan dengan omong kosong semacam itu. Tapi saat para kesatria mencoba bicara, terdengar suara yang tidak asing dari belakang Eto.
“Orang ini gila ya?”
Mendengar itu, Ronaldo mengerutkan alisnya dan melirik ke sumber suara itu. Akan tetapi, si pembicara itu kelihatannya sama sekali tidak mempedulikan pandangan Ronaldo.
“Biar kutanyakan lagi, apa orang ini benar-benar si Hero? Benarkah, manusia? Sekarang ini benar-benar membuatku cemas.”
Sorano terus bicara dengan nada yang terdengar seakan dia sungguh-sungguh tidak mengerti alasannya. Dan Kohaku, yang tidak bisa menahan tawanya, akhirnya terbahak-bahak, membuat kerutan di alis Hero menjadi semakin dalam.
Sementara itu, Eto menggeleng kepala dan berpikir, 'Ah, mereka melakukannya.' Meski demikian, Sorano tidak berhenti di situ.
"Sebelum itu, apa orang ini tahu kekuatan Eto?"
“Kekuatan Eto? Saat dia masih di party kami–"
Ketika Ronaldo akan bicara, tanpa ragu, Sorano menyelanya.
"Tidak, aku tidak begitu tertarik dengan kisahmu. Aku bicara tentang kekuatannya saat ini. Kalau kau ada keluhan, kau bisa saja mencoba melawannya di sini."
Akan tetapi, Ronaldo kelihatannya tidak langsung memahami apa yang Sorano katakan, karena dia menatap Sorano untuk beberapa saat.
"Fufufu…… hahahaha. Aku mengerti… kekuatan Eto, hah! Kurasa bukan hanya aku, semua orang di sini juga ingin mengetahuinya, 'kan? Baiklah, kalau begitu, aku akan jadi lawanmu. Kau tidak masalah dengan itu, Eto-kun?"
Berkata demikian, Ronaldo menatap Eto dengan tajam, seakan dia tidak akan membiarkan Eto berkata tidak. Meski begitu, Eto masih bertanya-tanya bagaimana cara untuk menolaknya, sebelum sekali lagi, Sorano mulai bicara seakan-akan menyiramkan minyak ke api.
"Eto, tidak masalah 'kan? Ini tentang pengalaman. Biar orang ini merasakannnya sendiri."
“Para kesatria, bisakah kalian memberikan ruang untuk kami? Tolong persiapkan pedang latihan juga. Mirei, bawa semua orang ke tempat duduk penonton. Baiklah kalau begitu, Eto-kun. Mari kita uji kemampuan kita masing-masing."
Tanpa menghiraukan reaksi Eto, Ronaldo langsung mempersiapkan latih tanding saat itu juga. Ya, itu seakan-akan dia tidak berniat untuk memberi Eto waktu senggang.
Eto kemudian memandang Sorano dengan ekspresi kebingungan, tapi dia tahu bahwa wanita itu hanya mengatakan apa yang dia pikirkan. Di sebelahnya, Kohaku memberinya sebuah pukulan ringan dan berkata, ‘Ayo lakukan, Eto!’. Bahkan Amou, yang paling masuk akal di dalam party, hanya mengangguk dan menatap Eto dengan rasa iba.
Dengan demikian, tidak ada lagi yang bisa dilakukan, Eto menghela napas dalam-dalam dan pergi memilih sebuah pedang latihan yang disiapkan oleh para kesatria.
Bab 4
Pertarungan Uji Coba
Eto menghadapi Hero Ronaldo yang berdiri di kejauhan.
Saat Eto masih ada di party Hero, Ronaldo adalah simbol kekuatan baginya. Pria itu dapat mengalahkan monster apapun hanya dengan satu sabetan Pedang Sucinya dan jarang sekali mengalami cedera apapun. Dan saat ini, bahkan meskipun ini hanyalah pertarungan uji coba, Eto akan bertarung melawan orang itu.
Eto mengayunkan pedang latihannya yang dia pegang dengan tangan kanan beberapa kali untuk mengetes kondisi tubuhnya. Kelihatannya, tubuhnya tidak merasa kaku akibat ketegangan, yang mana sebenarnya aneh bahkan bagi Eto. Tapi, dia berpikir bahwa selama dia bisa mengerahkan segenap kekuatannya, dia tidak ada keluhan.
“Ada apa, Eto-kun? Apa kau baru merasa takut sekarang?”
“Anehnya, aku sepertinya sama sekali tidak merasa takut padamu.”
“Wow! Kelihatannya kau sedikit terlalu percaya diri dengan kekuatanmu. Tapi itu tidak masalah, tidak lama lagi kau tidak akan bisa berkata seperti itu.”
Kesatria yang bertindak sebagai wasit kemudian bertanya pada Eto dan Ronaldo apakah mereka siap untuk uji tarung, yang Eto balas dengan anggukan, mengekspresikan kesiapannya untuk pertarungan ini.
Begitu kesatria tersebut melambaikan sebelah tangannya dan berkata, “Mulai!”, Ronaldo sekali lagi mencoba bicara, tapi sayangnya bagi dia, Eto tidak berpikir ada hal lain lagi untuk dibicarakan. Sambil melancarkan Battle Spell, sebuah sihir yang meningkatkan kemampuan fisik seseorang, Eto mempersempit jarak dan menyerang Ronaldo.
Akan tetapi, status awal seorang hero sudah tinggi sejak awal dan Eto jelas tahu tentang hal ini. Dia dengan tenang menilai bahwa kekuatannya semata tidak akan berpengaruh banyak pada Ronaldo. Dan seperti yang dia perkirakan, bahkan ketika menghadapi serangan Eto, Ronaldo kelihatannya berada di atas angin. Ini bisa dilihat dari betapa mudahnya dia menangkis tebasan Eto sambil tertawa mengejek Eto.
“Eto-kun, apa hanya itu saja?” Ronaldo berkata dengan tampang penuh kemenangan.
“Aku hanya ingin mencoba sesuatu.”
“Hoo, dan apa itu?”
“Ini adalah sihir pendukung yang kau larang aku gunakan karena menurutmu tidak berguna.”
Seperti yang dia katakan, Eto memutuskan untuk mencoba berbagai sihir pendukung yang bisa dia gunakan satu demi satu terlebih dahulu. Pertama, dia melancarkan Haste, sebuah buff yang meningkatkan kecepatan, pada dirinya sendiri. Akan tetapi, Eto tidak meningkatkan kecepatannya sampai ke tingkat maksimal dengan sekaligus. Dia perlahan menaikkan kecepatannya sambil memeriksa kemampuan Ronaldo.
“Ugh! Apa ini?!”
Perlahan, ekspresi Ronaldo yang tadinya berada di atas angin saat mengatasi serangan Eto sampai saat itu, menjadi serius.
Karena Eto tidak bisa bergerak ke sana-sini dengan kecepatan maksimal untuk waktu yang lama, dia memutuskan untuk menghentikan peningkatan kecepatannya satu level di bawah titik maksimal dan mengayunkan pedangnya pada Ronaldo. Dari serangan berbalas-balasan mereka, Eto menilai bahwa sepertinya kecepatan dirinya saat ini sedikit lebih di atas Ronaldo.
Sihir pendukung berikutnya yang akan Eto coba adalah Strength, yang mana tentu saja, meningkatkan kekuatannya. Dengan demikian, serangan-serangan pedang Eto menjadi semakin berat di tiap tebasannya.
“Ugh…hal seperti ini!”
Ronaldo menggertakkan giginya dan menangkis mundur pedang Eto. Meskipun kelihatannya dia masih dapat menangani kekuatan Eto, mulutnya yang tadi mengoceh jadi terbungkam.
Perlahan, suara dari kedua pedang latihan yang saling berbenturan itu menjadi semakin kuat. Dan para kesatria yang menyaksikan pertarungan antar keduanya tentunya merasakan bahwa kecepatan dan kekuatan Eto telah meningkat drastis, mendekati kemampuan Ronaldo.
Akan tetapi, itu tidak mengubah fakta bahwa jika Ronaldo memegang Pedang Suci, dia akan dapat menggunakan kekuatan pedang itu untuk dirinya sendiri. Jika itu terjadi, kekuatan Ronaldo seharusnya lebih besar daripada yang sekarang. Dan Eto, yang menguasai arah pertandingan ini, juga ingin mencoba menghadapi kekuatan itu suatu hari nanti.
“Eto! Dari mana kau mendapatkan kekuatan sebanyak ini?!”
“Bukankah aku sudah mengatakan padamu sebelumnya? Ini berasal dari sihir pendukungku. Kekuatan yang sejak awal kumiliki, sama seperti gelar ‘pahlawan’ yang kau punyai.”
Kemudian, setelah memberikan Ronaldo sebuah serangan penuh tenaga, Eto mundur beberapa langkah. Dia sudah mencoba kekuatan dari buff-nya. Sekarang, yang tersisa adalah kekuatan dari enchantment pedangnya.
Walaupun Ronaldo mencoba untuk bicara lagi, Eto mengabaikan dia dan melancarkan Magic Force untuk meningkatkan kekuatan serangan sihirnya. Kemudian, dia juga meng-enchant pedangnya dengan sihir api, membungkus permukaan pedangnya dengan kekuatan sihir sebelum mengubahnya menjadi api yang berkobar-kobar.
Eto langsung mempersempit jarak dan mengayunkan pedang pada Ronaldo, yang bereaksi dengan cepat dan menghunus pedang untuk menangkis. Melihat arahnya, kedua pedang itu pastinya akan berbenturan. Tapi, tepat ketika pedang-pedang itu akan bertemu, pedang latihan Ronaldo meleleh akibat ‘Enchant - Fire Sword’ Eto.
Segera setelah itu, Eto menjuruskan pedangnya ke leher Ronaldo, membuat lidah-lidah api di pedang itu membakar kulit Ronaldo.
“Hero-sama?”
“...A-aku kalah.”
Dengan demikian, Eto menarik pedangnya dan melepaskan sihir api yang dia enchant ke pedang itu. Ronaldo, yang telah menunjukkan niatnya untuk menyerah, menundukkan kepala dengan malu sambil berlutut di lantai.
“Pemenangnya, petualang Eto!”
Ketika wasit mengumumkan pemenangnya, Sorano, Kohaku, Amou, dan para kesatria pun bersorak. DI sisi lain, Mirei dan para bangsawan di bangku penonton kehilangan kata-kata.
“Itu tindakan pengecut, Eto!”
Sampai mendadak, suara Ronaldo menggema di arena latihan seakan menenggelamkan sorak-sorai tersebut.
Bab 5
Hasil Akhir
“Itu tindakan pengecut, Eto!”
Mendadak, suara Ronaldo menggema di arena latihan seakan menenggelamkan sorak-sorai tersebut. Dan ketika Eto mengarahkan pandangannya ke Ronaldo, dia menemukan pria itu memelototinya sambil mencengkeram pedang latihan itu.
“Apa maksudmu, Ronaldo-sama?”
Berkata demikian, Eto dengan santai menggenggam pedang latihan di tangan kanannya. Sejujurnya, dia tidak lagi terkejut dengan apapun yang Ronaldo katakan. Dia hanya merasa ingin mendengarnya, tentu saja, tanpa menurunkan kewaspadaan.
“Adalah tindakan pengecut menggunakan pedang yang di-enchant di latih tanding! Itu membuatku tidak dapat menahan pedangmu. Dengan demikian, pertarungan ini tidak sah!”
“Lucu. Spesialisasiku bukanlah pedang ataupun sihir penyerang, tapi sihir pendukung, kau tahu? Apa yang salah dengan penyihir pendukung meng-enchant pedangnya sendiri?”
Saat Eto mempertanyakan dia, Ronaldo menyadari bahwa situasi tidak berpihak padanya, membuat dia menggertakkan gigi dan mengatupkan mulut.
Pada akhirnya, latih tanding ini memberikan hasil akhir yang tidak menyenangkan bagi Ronaldo, tapi Eto berpikir sekalipun dirinya mengatakan hal ini pada pria itu, tidak akan ada yang berubah. Dengan demikian, dia mulai berbenah untuk meninggalkan arena latih tanding secepat mungkin.
“Aku tidak akan mengakuinya, aku tidak mengakuinya, Eto! Ayo, kita bertarung lagi!”
Ronaldo tiba-tiba berteriak dan pergi untuk mengambil Pedang Suci yang dia taruh di sudut arena latihan sebelum mengacungkannya pada Eto. Wajah Ronaldo merah membara, napasnya juga terdengar kasar, dan dia pun nampaknya tidak bisa bisa berpikir rasional saat ini.
Akan tetapi, melihat Ronaldo yang seperti ini, satu-satunya yang terpikir oleh Eto hanyalah ‘Benar-benar merepotkan’. Tapi itu hal yang lumrah. Karena, walaupun dia hanya ingin menikmati waktu melihat-lihat pemandangan istana kerajaan setelah itu, entah kenapa, dia malah berakhir dengan bertarung melawan Hero, yang membuatnya menghela napas berat.
“Brengsek! Kau mengejekku?!”
Mungkin berpikir helaan napas Eto sebagai sebuah celaan, Ronaldo berteriak dan mengerahkan kekuatan sihirnya ke Pedang Suci.
Sebuah gelombang kekuatan sihir kemudian muncul dari Pedang Suci dan melesat ke arah Eto. Terlebih lagi, ada para kesatria di belakang Eto yang kemungkinan besar akan terluka jika Eto menghindari serangan itu.
Karena itulah, Eto cepat-cepat melancarkan ‘Enchant – Fire Sword’ dan mengayunkannya, sambil mencurahkan lebih banyak kekuatan sihir untuk memperkuat pedang itu. Bilah api yang muncul dari pedang Eto kemudian berbenturan dengan gelombang kekuatan sihir yang dilepaskan oleh pedang suci, menyinari penjuru arena latihan dengan cahaya yang menyilaukan. Untungnya, begitu cahaya tersebut menghilang, Eto menemukan tidak ada satu pun yang terluka karena benturan itu. Dengan kata lain, serangan Eto berhasil benar-benar menghilangkan kekuatan sihir Pedang Suci.
“Brengsek! Sampai kapan kau akan menghalangiku!”
Eto tidak bisa lagi mengerti apa yang Ronaldo katakan. Sebagian dari dirinya ingin membalas dengan 'Kaulah yang menghalangiku memenuhi peranku di party Hero' pada Ronaldo, tapi dia memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Tidak terpikir aku ternyata dulu mengagumi orang semacam ini… Benar-benar tidak menyenangkan."
Berpikir bahwa akan menyebalkan jika dia tidak melakukan apapun, Eto cepat-cepat menutup jarak dan melancarkan beberapa debuff pada Ronaldo.
“Slow! Dark! Gravity!”
Dan Ronaldo, yang bersiap untuk diserang dengan pedang pun terkejut. Tapi sebelum dia bisa berbuat apapun, debuff yang Eto lancarkan padanya dengan cepat membuat dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya saat itu juga.
Tubuhnya tidak bisa digerakkan karena 'Slow', dan penglihatan dirampas oleh 'Dark'. Sebagai penutup, 'Gravity' membuat tubuhnya menempel ke tanah.
"Ronaldo-sama, ini adalah sihir pendukungku. Aku memutuskan untuk melakukan petualanganku sendiri dengan kekuatan ini. Jadi, tolong jangan ganggu aku lagi."
"Ugh, Eto, bedebah ka—"
Kemudian, setelah mengunci sepenuhnya pergerakan Ronaldo, Eto mengangkat pedang latihan yang telah di-enchant dengan ‘Enchant – Thunder Sword’ dan menghunuskannya pada Ronaldo, yang masih menempel di tanah. Dan Ronaldo, yang terkena serangan petir dari pedang Eto, seketika itu juga kehilangan kesadarannya.
0 Comments
Posting Komentar