Mereka Bertemu (3)
(Penerjemah : Ei-chan)
Kapan orang menjadi semakin marah?
Apakah saat dia langsung terkena pukulan kuat atau ketika dia mendapat lima atau enam kali tinju yang payah?
Tentu saja, yang terakhir.
Cale melayangkan lima tinju sebelum dia dipukul. Yang berarti, satu tinju seharusnya tidak apa-apa.
“Apakah Anda akan pergi?”
“Ya.”
Tidak ada banyak orang yang tersisa di kedai teh ini.
Sekarang sudah lewat pukul 9 malam. Ini adalah waktu ketika ada lebih banyak orang di bar daripada kedai teh. Karena ini adalah waktu di mana para penambang pergi minum-minum, bar seharusnya penuh dengan orang.
“Saya menantikan kunjungan Anda berikutnya, Tuan Muda.”
Cale mengangguk membalas perkataan Billos.
“Tehnya sangat enak.”
Cale membagikan pengamatannya dengan Billos.
“Dan bukunya bagus walaupun aku baru membaca setengahnya. Aku terutama menyukai karakter utama yang kemampuannya dihargai dan caranya dia berkembang.”
Untuk sekilas, sudut alis Billos mengerut sesaat sebelum kembali normal. Matanya menerawang saat dia mengamati Cale.
Akan tetapi, Cale tidak menyadarinya, karena dia sedang mencoba mengingat isi buku itu. Dia terlalu khawati tentang Choi Han sehingga dia tidak terlalu memperhatikannya.
Meski demikian, tetap saja menyenangkan membaca sementara dia merasa terdesak.
Ini mungkin settingan otomatis karena menempati tubuh asli Cale, tapi Cale dapat memahami bahasa dunia ini, dan tidak ada masalah dalam membaca dan menikmati buku. Seulas senyuman muncul di wajah Cale saat dia lanjut berbicara dengan Billos, yang berdiri di sana dengan ekspresi hampa.
“Jangan biarkan siapapun membaca buku itu, supaya aku bisa membacanya kapan pun aku datang.”
Dia benar-benar putera Count yang tidak dewasa, yang mencoba memonopoli properti orang lain. Billos, si anak haram dari serikat pedagang yang kaya raya mungkin tidak menyukainya, tapi apa yang bisa dia lakukan? Cale adalah anak dari sang Count.
“Ya! Saya akan menyimpan buku ini hanya untuk Tuan Muda Cale!”
Akan tetapi, tanggapan Billos berbeda dari yang Cale perkirakan. Billos tersenyum cerah saat dia mendesak Cale untuk datang kembali secepatnya.
“Silakan segera datang lagi. Saya akan menunggu Anda.”
“Tentu, terserahlah.”
Cale tidak mau pergi, tapi dia harus pergi untuk menemui Choi Han. Trang. Bel berdentang sekali lagi dan mendadak rasanya kedai teh itu jadi berisik begitu Cale pergi.
Akan tetapi, lebih berisik di luar kedai teh daripada di dalam. Meskipun wilayah ini jauh dari ibukota, fakta bahwa banyak seniman yang tinggal di sini dan bahwa mereka memiliki produk khusus membuat tempat ini lokasi yang terkenal. Individu-individu ini, begitu pula para penambang yang mencari tempat untuk bersantai setelah seharian menambang, semuanya keluar untuk minum-minum.
Cale menyusuri jalan itu sendirian.
‘Kalau dipikir-pikir , dia benar-benar orang yang menarik.’
Normalnya dalam novel-novel fantasi atau seni bela diri, sampah keluarga biasanya berkumpul dengan para gangster atau orang-orang jahat. Mereka minum-minum, bermain dengan para wanita, dan membuat keributan di jalan-jalan atau toko.
Hal yang menarik adalah Cale Henituse sebenarnya membenci gangster dan penipu. Kenyataannya, dia memandang hina itu semua.
‘Dia berpikir kalau mereka semua itu bajingan.”
Yang paling terburuk dari semua bajingan. Paling tidak akan lebih baik bagi masyarakat untuk bekerja keras sekalipun tidak ada harapan masa depan yang lebih cerah.
Karena itulah dia tidak pernah menghajar orang-orang ketika dia mabuk tapi tidak ada masalah melemparkan barang pada para gangster yang dia lihat. Yah, mencoba melemparkan, karena bidikannya payah saat mabuk.
Mungkin karena alasan itulah.
“Aigoo (TL : Ya ampun), Tuan Muda, Anda di sini?”
Si pemilik bar luar biasa takut pada Cale. Itu karena dulu Cale pernah menghancurkan bisa dibilang semua hal di sekitarnya saat duduk minum-minum. Malahan, Cale mungkin orang nomor satu dalam daftar hitam bar-bar di Kota Western.
Dia tidak menanggapi salam sapa si pemilik dan hanya melemparkan sekeping koin emas padanya.
“Bawakan satu botol yang biasanya. Oh, dan dada ayam panggang. Jangan digarami.”
“Maaf, permisi? A, Anda tidak mau mencari tempat duduk dulu?”
Cale mulai mengerutkan wajah. Si pemilik bar langsung melambaikan tangan dan menundukkan kepala.
“Segera! Saya akan segera membawakannya!”
Si pemilik bar bergerak dengan cepat, tapi kelihatannya dia tersenyum. Itu karena nampaknya Cale tidak berencana untuk duduk. Cale memperhatikan sekeliling bar yang menjadi tenang begitu dia masuk. Semua orang menghindari pandangannya dan memalingkan wajah. Sepertinya mereka penasaran kenapa dia memilih bar ini dari semua bar yang ada di kota ini. Para gangster dan penipu di bar luar biasa gelisah sekarang.
“Cih.”
Suara Cale yang mendecakkan lidahnya dapat terdengar di antara keheningan bar ini.
“Tuan Muda, ini dia botol alkohol yang Anda minta.”
“Bagus.”
Cal mengambil botol dan bungkusan ayam itu. Botol itu adalah alkohol yang sering dia minum. Mungkin itu adalah minuman paling mahal di bar ini. Dia menerima botol tersebut tanpa rasa penyesalan dan meninggalkan bar tersebut.
Cale segera membuka botol tersebut dan meminum sekitar setengahnya begitu dia melangkah keluar bar.
“Oh.”
Minuman keras ini rasanya enak juga. Karena Cale memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol, ini sama sekali tidak mempengaruhinya meminum setengah botol sekaligus. Wajahnya hanya cepat bersemu merah, membuat orang-orang berpikir kalau dia gampang mabuk.
Cale berjalan dengan cepat dengan botol itu di tangannya.
Dia kembali dan melewati kedai teh di mana dia tadi seharian berada sampai melihat para penjaga gerbang yang menjadi kaku begitu melihatnya. Memperhatikan mereka bersikap seperti itu membuat dia ingin pergi ke luar gerbang, tapi sayangnya, itu bukanlah tempat tujuannya.
“Ah, aku mulai kepanasan.”
Cale merasa dirinya mulai kepanasan saat dia terus minum. Dia berjalan lebih jauh sedikit sampai mencapai tembok kota yang tidak terlalu jauh. Tembok kota yang tinggi dimulai dari gerbang sepertinya melindungi dari penyusup manapun.
‘Yah, itu tergantung orangnya.’
Cale mengingat informasi dari buku.
‘Kira-kira 100 langkah dari gerbang kota.’
Itulah lokasi di mana Choi Han melompati tembok kota. Cale mencengkeram botol di tangannya saat dia cepat-cepat berlari menuju lokasi tersebut. Tidak ada banyak orang di jalan karena ini adalah kawasan pemukiman.
Cale menarik napas dalam-dalam begitu dia sampai di lokasi yang diperhitungkannya.
Tepat 100 langkah jauhnya dari gerbang kota. Itu adalah sebuah sudut di kawasan pemukiman sehingga tidak ada cahaya lain selain dari obor-obor yang para penjaga pasang di tembok, begitu pula cahaya yang muncul dari jendela-jendela rumah.
Tapi itu cahaya yang cukup. Cale perlahan mendekati tujuannya setelah matanya terbiasa dengan kegelapan.
‘Seperti yang kuduga.’
Dia bisa melihat sesuatu meringkuk di bawah tembok kota. Malahan, ada beberapa hal.
Sesuatu yang terlihat lemah sedang gemetar karena kedinginan. Cale terus berjalan ke lokasi itu. Dia bisa mendengar suara dari makhluk hidup yang meringkuk itu.
Meow Meeeeeow.
Dua kucing mengeong sementara mereka berbaring meringkuk di bawah tembok kota. Cale mulai tersenyum.
‘Tepat di sini.’
Dia menemukan tempat yang tepat. Begitu Choi Han melompati tembok, seekor bayi kucing dihantam oleh kucing pemimpin lingkungan sini dan terjungkir hingga ke tembok kota. Choi Han dengan cepat memutar tubuhnya agar tidak mendarat di atas anak kucing itu. Ini adalah sebuah dunia di mana kebetulan-kebetulan memainkan peranan penting.
‘Dia benar-benar orang yang baik.’
Kaki Choi Han jadi terkilir setelah memutar tubuhnya di luar dugaan ini karena menghindari melukai si anak kucing. Dia telah berlari seperti orang gila untuk sampai di Kota Western setelah membunuh puluhan orang untuk pertama kalinya dan mengubur jasad para penduduk desa. Tubuhnya sudah mencapai batasannya, membuat dia tidak dapat mendarat dengan benar setelah melakukan gerakan semacam itu.
Meeeeow Meeeeeeow.
Cale memandangi si anak kucing yang meringkuk dan gemetar, begitu pula anak kucing lain yang sepertinya saudaranya yang sedang menjilati si anak kucing yang gemetar. Dia kemudian mengalihkan pandangannya.
Dia menoleh untuk melihat salah satu dari banyak gang yang dekat dengan tempat dia berdiri sekarang. Dia bisa melihatnya.
‘Aku menemukan dia.’
Pria yang sedang mengernyit kesakitan sementara terlihat seperti salah satu gelandangan yang tinggal di kawasan kumuh. Cale dapat melihat rambut hitamnya yang berantakan dan bajunya yang usang terbakar.
Menurut novel, Cale dan Choi Han akan bertemu esok. Malam ini adalah malam ketika Cale mabuk dan mendapat luka di pinggangnya. Semuanya sudah jadi berbeda daripada di novel, sekalipun hanya detail-detail kecil.
Cale berdiri karena tadi dia berjongkok untuk memperhatikan si anak-anak kucing. Choi Han pastinya telah merasakan pandangannya sejak beberapa saat yang lalu, karena Choi Han perlahan mengangkat kepala dan matanya terfokus pada Cale lewat rambut hitamnya yang agak panjang acak-acakan.
‘Sial, aku gemetar.’
Cale bisa mendengar jantungnya berdebar liar.
Walaupun terlalu gelap untuk melihat dengan jelas, mata Choi Han yang bisa Cale lihat menembus rambutnya itu luar biasa dingin.
Cale berpikir bahwa adalah ide bagus dirinya memilih untuk minum.
Cale memberi selamat pada dirinya sendiri karena membuat keputusan pintar seperti itu dan menenangkan diri sebisa mungkin. Tinju. Dia harus melayangkan sebuah tinju dan memberikan kesan pertama yang bagus.
Cale menarik napas dalam-dalam saat dia mulai bicara dengan Choi Han yang memperhatikannya.
“Kelihatannya kau lapar.”
Ck ck. Cale mendecakkan lidah dan mengeluarkan dada ayam dari dalam bungkusannya. Kemudian dengan gerakan yang luar biasa lembut, Cale menawarkan dada ayam panggang itu bukan pada Choi Han, tapi pada anak-anak kucing.
“Kalian benar-benar kasihan. Ayo, makanlah.”
Cale tidak tahu bahwa anak-anak kucingnya akan sekecil ini. Dia berharap mereka masih bisa makan dada ayam itu. Ck. Dia mendecakkan lidah saat menyobek dada ayam itu menjadi beberapa potong supaya si anak-anak kucing bisa memakannya dengan lebih mudah.
Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya dia lakukan di sini dengan berjongkok memberi makan anak-anak kucing ini.
Sejujurnya, Cale tidak suka kucing. Akan tetapi, Choi Han sangat menjaga hewan-hewan kecil.
Grrrrrrrrrrr. Grrrrrrrrr.
Si anak kucing yang terluka pastinya mengetahui ketidaksukaan Cale terhadap kucing, karena dia menunjukkan gigi-giginya dan mulai menggeram, tapi Cale mulai mengelus rambut si anak kucing perak sambil menatap mata keemasannya. Si anak kucing pasti tidak menyukainya, karena dia berusaha keras menghindari tangan Cale.
“Kasihan. Makanlah ini dan cepatlah sembuh.”
Dia bahkan tidak melihat Choi Han ketika mengatakan itu, akan tetapi, dia berpikir bahwa Choi Han pasti sedang memperhatikannya.
“Apa kau ada tempat untuk pergi?”
Dia tidak mendengar jawaban. Akan tetapi, Cale terus berbicara. Para penjaga akan segera datang berpatroli di area ini, dan dia harus melakukan sesuatu sebelum Choi Han bergerak limbung menghindari para penjaga itu.
“Atau tempat untuk tinggal?”
Cale mengelus si anak kucing berambut perak dengan mata keemasan itu dan mendorong menjauh si anak kucing merah yang mencoba menyerang dia sambil bertanya. Entah kenapa si anak kucing merah terus mencoba menyerang Cale. Mata keemasannya, yang sama dengan mata saudaranya, bersinar terang bahkan dalam kegelapan.
Tapi Cale harus berfokus pada Choi Han.
“Apa kau lapar?”
Masih tidak ada tanggapan. Cale sudah memperkirakan ini.
Choi Han mungkin sedang mengamati dia saat ini, tapi dia juga bisa saja ingin beristirahat.
Baik tubuh maupun pikirannya telah mencapai batas. Sebagai tambahan, dia telah mendapat guncangan besar belum lama ini. Untuk seseorang seperti Choi Han yang hidup sendirian tanpa melakukan kontak dengan manusia mana pun selain daripada penduduk desa kecil itu, Kota Western sama sekali asing baginya. Dia mungkin sudah hidup selama puluhan tahun, tapi dia tetap saja masih muda.
“Apa kau tidak akan mengatakan apapun?”
“...Kenapa kau bicara padaku?”
Choi Han kelihatannya akhirnya memutuskan bahwa Cale lemah.
Cale cukup lemah sampai dia bisa membunuhnya dengan mudah sekalipun dirinya sedang mencapai batas. Karena itulah Choi Han merasa tidak masalah menerima niat baik Cale meskipun dia tidak tahu kenapa Cale bersikap baik padanya.
Cale berdiri dan berjalan ke arah Choi Han. Para penjaga akan segera datang berpatroli melintasi lokasi ini.
“Hei.”
Dia bisa melihat situasi Choi Han dengan lebih baik begitu dia mendekat. Dia benar-benar kacau. Akan tetapi, mungkin karena dia adalah karakter utama, matanya tetap jernih. Rambut dan pupil mata hitamnya yang menunjukkan bahwa Choi Han adalah orang Korea ternyata sangat menyenangkan untuk dilihat. Karena itulah Cale tersenyum saat dia berbicara santai pada Choi Han.
“Ikuti aku. Aku akan memberimu makan.”
Kesan pertama yang terbaik adalah menjadi seseorang yang menyediakan makanan enak.
0 Comments
Posting Komentar